Anda di halaman 1dari 14

KETERBATASAN ILMU

PENGETAHUAN MANUSIA MENURUT


AL-QUR’AN
Para Pemateri :

Ahmad Farid Maulana :………………….


M. Fatur :31501201786
Sugeng Priyanto :31501201751

Disampaikan Dalam Diskusi


Mata KuliahTafsir II
Kelas B
Kamis, 16 Oktober 2014
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
Hakikat Ilmu dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an al-karim mendudukkan ilmu dalam Islam pada posisi yang tinggi. Ilmu
dipandang sebagai salah satu unsur pembentuk kepribadian manusia dan merupakan
sebuah jalan yang menghantarkan manusia dalam posisi yang terhormat.

Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala pada surat al Mujadilah ayat 11:
َ ُ‫َاَّلل بِمَا تَ ْعمَل‬
َ ‫ون‬
‫َ ِِرر‬ ُ‫تو ه‬ َ ‫م وَاله ِذينَ ُأو ُتوا ْال ِع ْل‬
ٍ ‫م َد َرجَا‬ ْ ‫اَّلل اله ِذينَ آ َم ُنوا ِم ْن ُك‬
ُ ‫ يَ ْر َفعِ ه‬

“….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Lanjutan,,,

Ketinggian derajat Allah berikan kepada orang berilmu diantaranya karena Allah
mensifati ilmu sebagai sifat ilahiyah. Dalam al-Qur’an Allah memperlihatkan diri-Nya
sebagai satu-satunya pemilik ilmu yang sempurna serta menyandarkan ilmu kepada
diri-Nya.

Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat al baqarah 216, dan ali Imran
ayat 167
216: ‫وهللا يعلم وأنتم ال تعلمون‬
“Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”,
167: ‫وهللا أعلم بما يكتمون‬, “
“dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan”.
Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

Allah SWT berfirman :Takterelakan bahwa dengan terus berkembangnya ICT itu, sangatlah terasa
Ilmu Pengetahuan kini amat berlimpah. Setiap kali ada perkembangan ilmu pengetahuan, kita
segera mengetahuinya. Tapi justeru dengan perkembangan itu kita semakin terbatas untuk
menguasai ilmu pengetahuan .
 QS: Al-Isra’ (17): 85
٨٥‍َٔ‫َٔ‍ٱل ِع ۡل ِمَٔ‍ ِإ اَّلَٔ‍قَ ِل ايٗل‬
ۡ ‫َٔ‍م َن‬
‍َِٔ ‫َٔ‍و َمآَٔ‍أُو ِتيتُم‬ َ ‫َٔ‍م ۡنَٔ‍أ َ ۡم ِر‬
َ ‫َٔ‍ر ِبي‬ ِ ‫ح‬ ُّ ‫وحَٔ‍قُ ِل‬
ُ ‫َٔ‍ٱلرو‬ ُّ ‫سلُون ََكَٔ‍ َع ِن‬
ِ ِۖ ‫َٔ‍ٱلر‬ ‍َٔۡ َ‫َوي‬ 

85. Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (al-
Isro’ (17): 85)
Dalam tafsir jalalainn diterangkan bahwa ;

ْ َ ‫ن أ َ ْمر َر ِبي "أ‬


‍َٔ‫ي‬ ُّ " ‫ل "لَ ُه َْٔ‍م‬
‍َْٔ ‫الروح ِم‬ ‍َْٔ ُ ‫الروح "الا ِذي يَ ْحيَا ِب َِٔ‍ه ْالبَدَن "ق‬ ُّ ‫ن‬ َ " ‫ي ْاليَ ُهود‬
‍َْٔ ‫ع‬ ‍َْٔ َ ‫ " َويَ ْسأَلُونَك "أ‬
‫الن ْسبَ َِٔ‍ة إلَى ِع ْلمه تَعَالَى‬
ِ ‫يٗل " ِب‬ ‍َْٔ ‫ِع ْلمه ََّلَٔ‍ ت َ ْعلَ ُمونَ َٔ‍ه ُ " َو َما أُو ِتيت َُْٔ‍م ِم‬
‍َٔ‫ن ْال ِع ْلم ا‬
‍َٔ ً ‫إَّل قَ ِل‬
 Dan mereka bertanya kepadamu) yaitu orang-orang Yahudi (tentang roh,) yang karenanya jasad ini
dapat hidup ("Katakanlah) kepada mereka! ('Roh itu termasuk
urusan Rabbku) artinya termasuk ilmu-Nya oleh karenanya kalian tidak akan dapat mengetahuinya
(dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.'")
dibandingkan dengan ilmu Allah swt.
Pandangan Ulama’ tentang Terbatasnya
Ilmu Pengetahuan
 Sayyid Quthb berkata, yang artinya: “dan sesungguhnya (ayat) ini
membiarkannya ketika manusia meresponnya dengan penuh
kepatuhan atas takdir, bekerja, berharap, berambisi dan merasa takut
namun mereka mengembalikan semua urusan kepada kekuasaan
mutlak yang Maha Bijaksana serta Pengetahuan yang sempurna.”
Lanjutan,,,
Meski demikian, sebagaimana penyandaran ilmu kepada diri-Nya Allah mengangkat derajat
manusia dengan menyandarkan ilmu juga kepada manusia.
Allah ta’ala berfirman dalam surat al baqarah ayat 26:

ْ ‫ن رَبِ ِه‬
‫م‬ ُّ ‫ون أَن ه ُه ْالح‬
ْ ‫َق ِم‬ َ ‫م‬ُ َ‫ض اة َفمَا َف ْو َقهَا َفأَ هما ال ه ِذينَ آ َم ُنوا َفر َْعل‬ ْ َ‫َح ِري أَ ْن ي‬
َ ‫ض ِربَ َم َث اًل مَا بَ ُعو‬ َ‫ن ه‬
ْ ‫اَّلل َال ي‬
ْ ‫َست‬ ‫ إ ه‬
ِ

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih
rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, …”

Menurut sayyid Quthb, kecerdasan dan pengetahuan yang dimiliki orang mukmin itu
dikarenakan mereka memposisikan perumpamaan /ciptaan Allah itu sebagai sarana
pencerahan (tanwir) dan pembuka mata hati (tabshir).
Al-Kahfi :109

َ َٰ ِ‫ل أَن تَن َف َد َكل‬


ُ ‫م‬
‫ت‬ َ ِۡ ‫ت َربِي لَ َن ِف َد ۡٱلَِ ۡح ُر َق‬ َ َٰ ِ‫كل‬
ِ ‫م‬ ٗ ‫ان ۡٱلَِ ۡح ُر ِمد‬
َ ِ‫َادا ل‬ َ ‫ُقل ل ه ۡو َك‬ 

١٠٩ ‫ه َمد َٗدا‬ ‫م ۡثلِ ِۦ‬ ِ ‫َربِي وَلَ ۡو‬


ِ ِ‫ج ۡئنَا ب‬
 109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak
itu (pula)" (al-Kahfi (18): 109)
 Allah SWT berfirman, katakanlah hai Muhammad, seandainya air laut
itu dijadikan tinta pena untuk digunakan menulis kalimat-kalimat
allah SWT, hukum-hukum-NYA, ayat-ayat yang menunjukkan
kekuasaan-NYA, niscaya akan habis air laut itu sebelum penulisan
ِ ‫م ْث ِل‬
semua itu selesai ”‫ه َم َد اد‬ ِ ‫وَلَ ْو‬meskipun kami datangkan
ِ ِ‫ج ْئنَا ب‬
tambahan sebanyak itu pula,”yakni sepeti laut yang lain, lalu yang
lain lagi, dan seterusnya dan kemudian dipergunakan untuk menulis
semua itu, niscaya kalimat-kalimat Allah Ta’ala itu tidak akan
selesai(habis) ditulis. Sebagaimana Allah Berfirman berikut ini:
ُ ‫س ِْ َع ُة أَ ْب‬ ْ ‫م ُّد ُه ِم‬ ْ ‫ج َر ٍة أَ ْقًلم و‬ َ
 ُ ‫َت َك ِلم‬
) ‫َات‬ ْ ‫ح ٍر مَا نَ ِفد‬ َ ‫ن بَ ْع ِد ِه‬ ُ َ‫ح ُر ي‬
ْ َِ‫َال‬ َ ‫ش‬
َ ‫ن‬ ِ ‫وَلَ ْو أنهمَا فِي األر‬
ْ ‫ْض ِم‬
(‫حكِرم‬ َ‫ن ه‬
َ ‫اَّلل َع ِزيز‬ ‫اَّلل إِ ه‬
ِ ‫ه‬
 “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS.
Luqman:27)[7].
‫‪Dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan:‬‬

‫‪‬‬

‫يقول تعالى ‪:‬قل يا محمد ‪:‬لو كان ماء البحر مدادًا للقلم الذي تكتب )‪(12‬به كلمات ربى وحكمه‬ ‫‪‬‬
‫وآياته الدالة )‪(13‬عليه‪{ ،‬لَنَ ِف َٔ‍دَ ْالبَ ْح َُٔ‍ر ]أي[ ‪:‬لفرغ البحر )‪] (14‬قبل أن يفرغ من كتابة ذلك [‬
‫َولَ َْٔ‍و ِجئْنَا ِب ِمثْ ِل َِٔ‍ه }أي ‪:‬بمثل البحر آخر‪ ،‬ثم آخر‪ ،‬وهلم جرا‪ ،‬بحور تمده ويكتب بها‪ ،‬لما نفدت‬
‫س ْب َع َٔ‍ة ُ‬ ‫ش َج َرةَٔ‍ أَ ْقٗلمَٔ‍ ََٔ‍و ْالبَ ْح َُٔ‍ر يَ ُمدَُّٔ‍ه ُ ِم َْٔ‍‬
‫ن بَ ْع ِدَِٔ‍ه َ‬ ‫ن َ‬ ‫ض ِم َْٔ‍‬
‫األر ِ َٔ‍‬ ‫كلمات هللا‪ ،‬كما قال تعالى ] ‪َ :‬ولَ َْٔ‍و أَنا َما ِفي ْ‬
‫ع ِزيزَٔ‍ َح ِكيمَٔ‍ [ ]لقمان‪[27.‬‬ ‫اّلل َ‬ ‫ن أََ‍‬‫اّلل ِإ أَ‍‬
‫ات أَِ‍‬ ‫أَ ْب ُحرَٔ‍ َما نَ ِفدَ َْٔ‍‬
‫ت َك ِل َم َُٔ‍‬
‫قال الربيع بن أنس ‪:‬إن مثل علم العباد كلهم في علم هللا كقطرة من ماء البحور )‪(15‬كلها‪ ،‬وقد‬
‫ات َر ِبي َولَ َْٔ‍و ِجئْنَا‬ ‫ل أَ َْٔ‍‬
‫ن تَ ْنفَ َٔ‍دَ َك ِل ََٔ‍م َُٔ‍‬ ‫ت َر ِبي لَنََِٔ‍ف َٔ‍دَ ْالبَ ْح َُٔ‍ر قَ ْب ََٔ‍‬ ‫ان ْالبَ ْح َُٔ‍ر ِمدَادًا ِل َك ِل َما َِٔ‍‬ ‫ل لَ َْٔ‍و َك ََٔ‍‬ ‫أنزل هللا ذلك ) ‪:‬قُ َْٔ‍‬
‫ِب ِمثْ ِل َِٔ‍ه َمدَدًا (‬
 QS. Luqman (31): 27
ُ ‫سِۡ َع ُة أَ ۡب‬
ۡ ‫حر هما نَ ِفد‬
‫َت‬ َ ‫م ُّد ُۥه ِم ۢن ب َۡع ِد ِهۦ‬ ٞ َ‫ج َر ٍة أَ ۡق َٰل‬
ُ َ‫م و َۡٱلَِ ۡح ُر ي‬ َ ‫ش‬
َ ‫ض ِمن‬ َ َ
ِ ۡ‫وَلَ ۡو أنهمَا فِي ۡٱألر‬ 

َ‫ن ه‬ ‫ٱَّلل إ ه‬
٢٧ ‫رم‬ َ ‫ٱَّلل َع ِزيز‬
ٞ ِ‫حك‬ ِ ِ ِۚ ‫ت ه‬
ُ ‫م‬ َ َٰ ِ‫َكل‬
 27. Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Luqman
(31): 27)
‫‪Dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan :‬‬

‫وقال الربيع بن أنس ‪:‬إن مثل علم العباد كلهم في علم هللا كقطرة من ماء البحور كلها‪ ،‬وقد أنزل هللا‬ ‫‪‬‬

‫ش َج َرةَٔ‍ أَ ْقٗلمَٔ‍ {اآلية‪.‬‬ ‫ض ِم َْٔ‍‬


‫ن َ‬ ‫ذلك} ‪َ :‬ولَ َْٔ‍و أَنا َما ِفي ْ‬
‫األر ِ َٔ‍‬
‫يقول ‪:‬لو كان البحر مدادا لكلمات هللا واألشجار كلها أقٗلما‪َّ ،‬لنكسرت األقٗلم‪ ،‬وفني ماء البحر‪،‬‬
‫وبقيت كلمات هللا قائمة َّل يفنيها شيء؛ ألن أحدا َّل يستطيع أن يقدر قدره‪ ،‬وَّل يثني عليه كما ينبغي‪،‬‬
‫حتى يكون هو الذي يثني على نفسه ‪.‬إن ربنا كما يقول‪ ،‬وفوق ما نقول‪.‬‬
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai