Pd
Adlia Alfiriani, M.Pd
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikannya satu buku ajar
dengan judul Evaluasi Pembelajaran dan Implementasinya. Secara umum buku ini
dibuat dengan tujuan untuk memberikan kontribusi ilmiah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia dalam hal referensi pembelajaran, sementara tujuan
khusus buku ajar ini adalah membantu mahasiswa dalam menguasai materi
perkuliahan dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal pada mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran khususnya di STKIP PGRI Sumatera Barat.
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
8. PENILAIAN PORTOFOLIO
A. Pendahuluan ......................................................................................... 143
B. Pengertian............................................................................................. 143
C. Prinsip-Pinsip Penilaian Portofolio ...................................................... 145
D. Tahapan Pelaksanaan Portofolio .......................................................... 147
E. Keunggulan dan Kelemahan Portofolio ............................................... 149
F. E-Portofolio .......................................................................................... 151
G. Kesimpulan........................................................................................... 155
H. Rujukan ................................................................................................ 156
I. Soal Tes ................................................................................................ 156
LAMPIRAN
A. PENDAULUAN
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa salah satu kompetensi yang harus dikuasai
dan dikembangkan oleh guru adalah melaksanakan evaluasi pembelajaran yang
meliputi penilaian proses dan hasil belajar. Kemampuan guru dalam mengevaluasi
pembelajaran merupakan kemampuan mutlak yang harus dimiliki setiap guru dan
calon guru. Oleh sebab itu, wajar dan logis jika semua mahasiswa kependidikan
khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Informatika STKIP PGRI Sumatera
Barat harus mempelajari mata kuliah evaluasi pembelajaran dengan bobot 3 SKS.
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran,
dan penilaian. (test, measurement,and assessment) yang secara konsepsional istilah-
istilah tersebut berbeda satu sama lainnya, tetapi mempunyai hubungan yang sangat
erat. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang
secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu
objek misalnya seorang pasien yang melakukan tes jantung. Dalam pembelajaran
objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi.
Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan
dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Tujuan Pembelajaran
Penilaian
Pengukuran
Tes
Ilustrasi diatas menunjukan bahwa istilah evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes
mempunyai arti yang berbeda. Diharapkan semua pihak tidak lagi keliru
menggunakan ke empat istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
1. Secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana
kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam pembelajaran, mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan. Untuk itu, guru perlu melakukan
evaluasi pembelajaran, termasuk penilaian prestasi belajar peserta didik.
2. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti bahwa
peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan
masyarakat dengan segala karakteristiknya.
3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam
usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam
kelompok, apakah dia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai.
Hal ini berhubungan dengan sikap dan tanggung jawab orang tua untuk
mengetahui kemajuan anak-anaknya.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam
menempuh program pendidikannya.
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memebrikan bimbingan dan seleksi,
baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan
kelas
7. Secara administrative evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang
kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang
berwewenang, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri.
a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
Melalui evaluasi siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas
pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil evaluasi siswa akan dapat
menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu dilakukannya.
b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa akan
tahu bagian mana yang perlu dipelajari lagi dan bagian mana yang tidak perlu.
G. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
10. Dilihat dari proses dan hasil belajar, evaluasi dibagi kedalam empat
jenis, yaitu penilaian formatif, penialain sumatif, penilaian
diagnostic dan penilaian penempatan.
H. RUJUKAN
1. Standar Nasional Pendidikan, 2006. UU RI. No 20 Tahun 2003. Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Asa Mandiri
2. Standar Nasional Pendidikan, 2006. UU RI No 14 Tahun 2005. Tentang
Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri.
3. Zainal Arifin, 2012. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik dan
Prosedur). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
4. Ngalim Purwanto. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
5. Prof. Wina Sanjaya, M.Pd. 2011. KUrikulum dan Pembelajaran. Kencana
Prenada Media Group: Jakarta
6. Slameto, 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
7. Sunarti dan Selly Rahmawati, 2014. Penilaian Dalam Kurikulum
2013.Yogyakarta: ANDI
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu
(pengajaran, bimbingan atau latihan) serta interaksi individu dengan lingkungannya
untuk mencapai manusia seutuhnya. Usaha yang dimaksud adalah suatu tindakan atau
perbuatan yang dilakukan secara sadar dan terencana, sedangkan kemampuan berarti
kemampuan dasar atau potensi. Asumsinya, setiap manusia mempunyai potensi
untuk dapat dididik dan dapat menididik.
Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan juga merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai
komponen yang saling mempengaruhi dan ketergantungan seperti halnya suatu
sistem. Di Indonesia sistem pendidikan diatur oleh undang-undang dan peraturan
pemerintah, termasuk juga dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. Bab ini akan
mengungkapkan secara jelas tentang standar penilaian dalam perspektif standar
nasional pendidikan.
1. Landasan Filosofis
Proses pendidikan adalah proses untuk mengembangkan potensi peserta
didik menjadi kemampuan dan keterampilan tertentu, hanya saja perlu dipahami
bersama bahwa pada dasarnya tidaklah mudah untuk dapat mengakomodasikan
kebutuhan setiap peserta didik secara tepat dalam proses pendidikan, namun harus
pula menjadi pemahaman bahwa setiap peserta didik harus diperlakukan secara adil
dalam proses pendidikan, termasuk di dalamnya proses penilaian. Untuk itu
proses penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan, kesetaraan serta
obyektifitas yang tinggi. Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa
setiap peserta didik harus diperlakukan sama dan meminimalkan semua
bentuk prosedur ataupun tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
atau sekelompok peserta didik. Di samping itu penilaian yang adil harus tidak
membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa dan gender.
2. Landasan Yuridis
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat (1),
dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional, sebagai akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, kemudian pada Ayat (2) dijelaskan bahwa
evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada
jalur formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan.
Selanjutnya pada pasal 58 ayat (1) dijelaskan bahwa evaluasi proses dan hasil belajar
peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, sedang pada ayat (2)
menjelaskan secara lebih jauh bahwa evaluasi peserta didik, satuan pendidikan
dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mendiri secara berkala,
menyeluruh, transparan dan sistemik untuk mencapai standar nasional pendidikan.
Hal ini kemudian dikembangkan aturan pelaksanaannya dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63 Ayat (1) dinyatakan bahwa penilaian
pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas :
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 64 ayat (1) bahwa penilaian hasil belajar
yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
Pada setiap seri panduan khusus kelompok mata pelajaran ini berisikan rambu-
rambu penilaian yang harus dilakukan oleh guru kelompok mata pelajaran
dalam menyusun kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan rencana pelaksanaan
KURIKULUM
1994
KBK
KTSP/
STANDAR ISI
Dengan gambaran tersebut maka diharapkan bahwa tidak akan mencul kecaman
terhadap soal UNAS dari sekolah-sekolah yang menggunakan berbagai kurikulum.
Dalam penentuan kelulusan BSNP juga menetapkan nilai sebagai standar ketuntasan
atau standar kelulusan yang akan dinaikkan secara bertahap setiap tahun. Sebagai
suatu kebijakan yang ”baru” apapun isinya dan sebaik apapun dipersiapkan
”pasti” masih akan muncul pro dan kontra. Pihak yang pro akan mendukung dan
ikut mensukseskan pelaksanaannya tetapi juga pasti akan muncul kritik dari pihak-
pihak yang kontra dengan berbagai alasan.
Perlu dipahami oleh semua pihak bahwa Ujian Nasional adalah penilaian hasil
belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu pada kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil ujian nasional digunakan sebagai
salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program atau satuan pendidikan,
sebagai dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan
I. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
10. Ujian Nasional adalah wujud dari evaluasi yang dilakukan oleh
pemerintah melalui BSNP sebagai lembaga independen yang diserahi
tugas untuk melaksanakan Ujian Nasional tersebut. Evaluasi yang
dilakukan pemerintah ini dapat digunakan untuk: (1) Pemetaan mutu
program dan atau satuan pendidikan; (2) Dasar seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya; (3) Penentuan kelulusan peserta didik dari
program dan atau satuan pendidikan; dan (4) Pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meneningkatkan mutu pendidikan.
J. RUJUKAN
-----------------------------. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang
Standar Nasioanal Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
-----------------------------. 2003. Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.
----------------------------- Naskah akademik. Jakarta: BSNP.
----------------------------- Pedoman Umum Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran
dan Kepribadian. Jakarta: BSNP.
H. SOAL TES
A. PENDAHULUAN
Dalam proses evaluasi pembelajaran atau penilaian proses dan hasil belajar, guru
sering menggunakan instrument tertentu, baik tes maupun non tes (observasi,
wawancara, skala sikap, angket, dan lainya). Instrument ini mempunyai fungsi dan
peran yang sangat penting dalam rangka mengetahui keefektifan proses pembelajaran
di sekolah. Mengingat begitu pentingnya suatu instrument dalam kegiatan evaluasi
pembelajaran, maka suatu instrument harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus
menunjukan karakteristik instrument. Dalam praktik di sekolah, sering kali guru
membuat instrument tanpa mengikuti aturan-aturan tertentu. Ada guru yang membuat
instrument , seperti soal-soal ulangan atau ujian akhir semester, langsung mengambil
dari buku sumber, padahal kita tahu bahwa banyak buku sumber yang tidak sesuai
dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Apa jadinya bila soal yang digunakan tidak
sesuai dengan materi yang disampaikan. Ada juga guru yang menggunakan soal-soal
lama yang belum diketahui kualitasnya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari
kekurangpahaman guru terhadap instrument evaluasi yang baik. Oleh karena itu,
bagian ini akan membahas tentang karakteristik, model dan pendekatan evaluasi
pembelajaran.
Sedangkan Nana sudjana dan R, Ibrohim (2007: 234) yang membagi model
evaluasi menjadi empat bagian utama yaitu, “measurement, congruence, educational
system, dan illumination”. Dari beberapa model evaluasi yang telah disebutkan,
beberapa diantaranya yaitu:
1. Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler. Dalam buku
“Basic principles of curriculum and Instruction”, Tyler banyak mengemukakan ide
dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bab dari buku tersebut diberinya judul
3. Model Pengukuran
Model pengukuran (measurement model) banyak mengukakan pemikiran-
pemikiran dari R. Thorndike dan R.L.Ebel. sesuai dengan namanya, model ini sangat
6. Model alkin
Memilih beberapa alternative. Alkin mengemukakan ada 5 jenis evaluasi, yaitu:
7. Illuminative Model
Model ini lebih menekankan pada evaluasi kealitatif- terbuka (open- ended).
Objek evaluasi ini mencangkup latar belakang dan perkembangan sistem
pembelajaran, proses pelaksanaan sistem pembelajaran.
8. Model responsive
Metode ini menekankan pada pendekatan kualitatif- naturalistik. Evaluasi tidak
diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau melukiskan sebuah
realitasdari berbagai prespektif. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan , metode
ini kurang percaya terhadap hal- hal yang bersifat kuantitatif. Instrument yang
digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun tidak langsung
Dari sekian banyak model evaluasi pembelajaran yang ada, beberapa model
disarankan untuk digunakan guru di sekolah karena terbukti efektif dan efisien. Salah
satunya adalah CIPP. Context, input, proses and product (CIPP) merupakan model
evaluasi yang berorientasi pada suatu keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu
administrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan. Evaluasi
diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Sesuai dengan nama
modelnya, model ini membagi empat jenis kegiatan evaluasi, yaitu :
a. Context evaluation to serve planning decision, yaitu konteks evaluasi untuk
membantu administrator merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan
program dan merumuskan tujuan program.
b. Input evaluation, structuring decision. Kegiatan evaluasi ini bertujuan
membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber alternative apa
yang akan diambil, apa rencana dan startegi untuk mencapai kebutuhan dan
bagaimanaprosedur kerja, dan apa yang harus diperbaiki.
Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision
making dalam rangka penyempurnaan system secara keseluruhan. Seperti halnya
penelitian yang dilakukan oleh R. Andi Ahmad Gunadi (2014), dimana peneliti
melaksanakan evaluasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM) dengan model Context Input Process Product (CIPP). Penelitian
dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Labschool FIP-UMJ sebagai salah satu
sekolah penyelenggaran PAKEM, pada bulan Maret-Desember 2013. Metode
penelitian yang mengunakan pendekatan kualitatif dengan mengadakan pengkajian
berdasarkan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Desain penelitian dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
Aktualisi
Context RPP
standard dan
identitas
Keputusan
objektififitas
Aktualisi
input RPP standard dan Keputusan
identitas
objektififitas
Aktualisi
Process RPP standard dan Keputusan
identitas
objektififitas
Aktualisi
Product RPP standard dan Keputusan
identitas
objektififitas
Rekomendasi
(saran-saran)
1. Pendekatan Tradisional
Pedekatan ini berorientasi pada praktik yang ditujukan pada perkembangan aspek
intelektual peserta didik. Aspek- aspek ketrampilan dan pengembangan sikap kurang
mendapat perhatian yang serius. Dengan kata lain, peserta didk hanya dituntut untuk
menguasai mata pelajaran. Kegiatan- kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada
komponen produk saja, ementara komponen proses cenderung diabaikan. Hasil kajian
spencer cukup memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran. Dia
mengemukakan sejumlah isi pendidikan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan
untuk merumuskan tujuan pendidikan secara komperhensif dan pada gilirannya
menjadi acuan dalam membuat perencanaan evaluasi. Namun, tidak sedikit guru
mengalami kesulitan untuk mengembangkan system evaluasi di sekolah karena
bertentangan dengan tradisi yang selama ini sudah berjalan. Misalnya, ada tradisi
bahwa target kuantitas kelulusan setiap sekolah harus di atas 95% begitu juga untuk
kenaikan kelas. Ada juga tradisi bahwa dalam mata pelajaran tertentu nilai peserta
didik dalam rapor harus minimal eman. Seharusnya, kebijakan evaluasi lebih
menekankan pada target kualitas yaitu kepentingan dan kebermaknaan pendidikan
bagi pesert didik.
E. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Instrument evaluasi pembelajaran yang baik adalah instrument yang
memenuhi syarat- syarat atau kaidah- kaidah tertentu, dapat memberikan data
yang akurat sesuai dengan fungsunya, dan hanya mengukur sampel prilaku
tertentu. Adapun karakteristik instrument evaluasi yang baik adalah : valid,
reliable, relevan, respentatif, praktis, diskriminatif, sepesifik, dan proposional,
ekonomis dan objektifitas.
3. Pendekatan evaluasi pembelajaran dapat dilihat dari dua segi yaitu komponen
pembelajaran terdapat pendekatan tradisional dan pendekatan system.
Sedangkan dilihat dari segi penafsiran hasil evaluasi terdapat penilaian acuan
patokan (PAP) dan penilaian acuan norma (PAN).
G. SOAL TES
1. Dalam melakukan suatu kegiatan evaluasi pembelajaran, diperlukan sebuah
instrument yang memiliki karakteristik tertentu agar instrument tersebut
mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dengan akurat dan tepat.
Adapun beberapa karakteristik tersebut adalah relevan, proposional dan
objektif. Jelaskan maksud dari masing-masing karakteristik tersebut dan
berikan contoh!
2. Ada banyak model evaluasi, menurut saudara model manakah yang paling
efektif digunakan dalam evaluasi pembelajaran di sekolah. Berikan alasan!
3. Menurut BSNP, evaluasi dilakukan melalui 3 kegiatan (1) evaluasi oleh guru,
(2) evaluasi oleh sekolalah dan (3) evaluasi yang dilakukan pemerintah.
4. Pendekatan penilaian dalam kurikulum 2013 adalah menggunakan penilaian
acuan criteria yaitu KKM. Jelaskan apa yang dimaksud dengan KKM dan
jelaskan bagaimana proses penetapan KKM dalam satu mata pelajaran!
A. PENDAHULUAN
Setiap pembelajaran pasti memiliki suatu target yang harus dicapai atau
sering disebut dengan istilah “tujuan pembelajaran”, hal ini dicipatakan dalam
rangka untuk mensiasati efisiensi transfer knowlagde yang tentunya pasti menjadikan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang disusun secara sistematis sebagai
perangkat pendukungnya. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah
dicapai, maka guru harus melaksanakan evaluasi, yaitu “a systematic process of
determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils”
(suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Norman E.
Gronlund.1976).
Dalam penilaian autentik di kurikulum 2013 harus ditekankan pada rata-rata ketiga
ranah yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Kompetensi Teknik Proses Hasil
Sikap Observasi V V
Penilaian Diri V
Penilaian antar teman V
Jurnal V
Pengetahuan TEs tertulis V
Tes lisan V
Penugasan V V
Keterampilan Unjuk kerja V V
Proyek V V
portofolio V V
C. RANAH AFEKTIF
Ranah afektif adalah internalisasi sikap yang menunjukan kearah
pertumbuhan batiniyah dan terjadi bila peserta didik sadar tentang nilai yang diterima
kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk
nilai dan menetukan tingkah laku. Taksonomi hasil belajr afektif dikemukakan oleh
Krathwohl, (Winkel, 1996: 247; sudjana, 1990:29-30: subino, 1987: 23-26; Gronlund
dan linn, 1990: 508; suciati, 2001: 19). Krathwohl membagi hasil belajar afektif
menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan
d. Diskriminasi Taktil
e. Diskriminasi
Terkoordinir
4. Kemampuan Fisik Kemampuan yang diperlukan Lari jauh, berenang,
untuk mengembangkan gerakan- balet, mengetik,
gerakan ketrampilan tingkat tinggi
Menurut Ruminiati (2007: 3-29) berikut adalah indikator-indikator dari tujuh prilaku
dalam penilaian psikomotor :
No Jenis Hasil Belajar Indikator Penilaian Teknik Penilaian
1 Persepsi Dapat menyiapkan diri Tugas
Observasi
Tindakan
2 Kesiapan Dapat menirukan Tugas
Observasi
Tindakan
3 Gerakan terbimbing Dapat berpegang pada pola Tugas
Observasi
1. Setiap pembelajaran pasti memiliki suatu target yang harus dicapai atau
sering disebut dengan istilah “tujuan pembelajaran”, hal ini dicipatakan
dalam rangka untuk mensiasati efisiensi transfer knowlagde yang tentunya
pasti menjadikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang disusun secara
sistematis sebagai perangkat pendukungnya.
3. Secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah
dan sederhana sampai yang tinggi dan rumit. Domain/ Ranah kognitif ini
dibagi menjadi 6 diantaranya: Pengetahuan (Knowledge), Pemahaman
(Comprehension), Penerapan / aplikasi (application), Analisis (analysis),
Sintesis (synthensis), Evaluasi (evaluation).
H. RUJUKAN
1. Adlia Alfiriani, 2014. Buku Ajar Perencanaan Pembelajaran TI. STKIP Press.
Padang
2. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
persada, 2005, Hal. 49
3. Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarnya, 2009.
4. Purwanto, Evaluasi hasil Belajar, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2009
5. Ruminiati, 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen PEndidikan Nasional
6. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
persada, 2005 .
7. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Megajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
8. Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: Rosdakarya, 2004.
9. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
10. Arikunto, Suharsini, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2003.
I. SOAL TES
1. Pilihlah salah satu dari standar kompetensi yang ada pada bidang informatika
(TKJ, RPL, MLD, Simdik)/ (sesuai dengan konsentrasi yang dimiliki).
Analisalah indikator penilaian pada setiap kompetensi dasar yang ada pada
standar kompetensi tersebut, serta tentukan bentuk penilaian yang dapat
dilakukan!
No Kompetensi Dasar Indikator penilaian Bentuk/Teknik
Penilaian
A. PENDAHULUAN
jika evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi, maka teknik adalah
metode yang digunakan agar tujuan evaluasi yaitu mengumpulkan informasi tentang
siswa dapat tercapai. Secara garis besar ada dua jenis teknik evaluasi yang dapat
digunakan oleh seorang guru dalam usahanya mencari informasi yang diperlukan.
Kedua kelompok tersebut, yaitu tes dan non tes. Pertama teknik evaluasi
menggunakan cara tes, yang didalamnya berupa satu set atau lebih item pertanyaan
atau pernyataan yang relevan dengan tujuan tes yang digunakan oleh seorang guru.
Dari teknik evaluasi menggunakan tes ini, dilihat dari aspek perannanya suatu tes
yang dapat dibedakan menjadi tes pilihan, tes uraian, tes diagnostic, tes formatif, tes
capaian dan tes penempatan.
Kedua, teknik evaluasi yang juga banyak digunakan guru didalam kelas adalah
teknik evaluasi non tes. Teknik ini tidak menggunakan item pertanyaan atau
pernyataan seperti yang disebutkan diatas, tetapi teknik ini menggunakan metode lain
untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan. Yang termasuk teknik
evaluasi nontes diantarannya adalah rating, quisioner, wawancara, observasi dan
dokumentasi
Mengingat banyaknya teknik evaluasi yang mungkin dapat diakses oleh seorang
guru, maka guru perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut ini :
1. Pemilihan teknik evaluasi yang hendak digunakan oleh guru, sebaiknya tepat
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran siswa
2. Pemilihan teknik evaluasi sebaiknya memberikan kemungkinan melakukan
evaluasi diri yang pada prinsipnya menekankan dua hal penting yaitu para
siswa dapat berpartisipasi dalam melakukan scoring dan berpartisipasi dalam
menentukan nilai (grade)
Pada tes tertulis yang juga termasuk sebagai kelompok evaluasi yang
menggunakan papers and pencils menurut bentuk itemnya dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu tes objektif dan tes esay.
C. TES OBJEKTIF
Tes objektif merupakan sekumpulan item pertanyaan dan atau pernyataan yang
jawabannya sudah disediakan atau sudah diarahkan dan bersifat lebih pasti. Item tes
objektif yang banyak digunakan guru dalam kegiatan evaluasi dikelas adalah item tes
objektif pilihan. Tes ini dinamakan teks objektif pilihan, karena para siswa
diharuskan memilih satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang telah disediakan
oleh guru. Item tes objektif ini oleh sebahagian ahli penilaian dikatakan lebih efektif
penggunaannya dalam mengukur beberapa hasil belajar peseta didik. Karena dengan
penggunaan tes objektif tipe pilihan bias diungkap materi pembelajaran yang lebih
luas.
Tes objektif tipe pilihan pada prinsipnya bervariasi dari yang sederhana
misalnya jawaban dua alternative betul-salah, item tes menjodohkan, sampai pada
item tes pilihan ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih
a. Semarang
b. Bandung
c. Surabaya
d. Ambarawa
a. Semarang
b. Bandung
c. Surabaya
d. Ambarawa
Untuk para siswa tingkat awal, penggunaan item tes objektif dengan bentuk
pertanyaan langsung memiliki beberapa kelebihan, diantaranya a) lebih alami, b)
lebih mudah dipahami, dan c) lebih mudah menggambarkan permasalahan.
Sedangkan untuk bentuk kedua atau pernyataan tidak lengkap memiliki kelebihan
utama, yaitu lebih sedikit memerlukan ruang sehingga lebih hemat kertas.
Item tes objektif tipe pilihan tepat digunakan, jika dalam persoalan tersebut
hanya ada satu jawaban benar. Pada sisi lain, item tes objektif tipe pilihan menjadi
tidak efektif, apabila seoarang guru menemui situasi seperti berikut. Pertama,
pengetahuan yang hendak diungkap memiliki dua kebenaran ataulebih. Kedua, variasi
jawaban yang benar tersebut bisa disebabkan adanya cara pandang terhadap persoalan
yang diberikan guru.
Item tes pilihan dengan empat jawaban, banyak digunakan untuk mengukur hasil
pembelajaran siswa. Dari empat jawaban tersebut hanya 1 jawaban benar, sisanya
atau 3 lainnya disebut sebagai jawaban alternative salah. Para guru dalam
menentukan berapa banyak jawaban disediakan pada setiap item tes, ada beberapa
kemungkinan, yaitu 3,4 dan 5 jawaban. Tiga jawaban, dilihat dari aspek statistika
tidak baik (cross, 1982); empat jawaban sampai saat ini adalah yang paling baik; lima
jawaban bisa diterima, tetapi tidak menguntungkan bagi siswa.
Tabel diatas menunjukan tiga kemungkinan, yaitu 3, 4 dan 5 pilihan jawaban dan
implikasinya terhadap kemungkinan siswa menerka jawaban tanpa melihat tes, dapat
Jawaban benar dalan satu tes, direkomendasikan untuk diatur secara random pada
semua item, misalnya untuk nomor satu (a), kemudian nomor dua (c), berikutnya
nomor tiga (b), dan seterusnya. Posisi random ini memiliki tujuan untuk mengurangi
kebiasaan siswa menerka tanpa menggunakan logika.
2. Menentukan indicator
Setelah SK dan KD ditetapkan maka tahap selanjudnya adalah merumuskan
indikator capaian. Indikator capaian berfungsi sebagai tolak ukur dari
kemampuan yand diperoleh siswa setelah mendapakan proses pembelajaran.
Berdasarkan SK dan KD diatas, maka dapat dirumuskanlah indikator sebagai
berikut :
a. Siswa mampu menganalisis letak program perangkat lunak pengolah
kata secara individual sehingga mampu membuka program tersebut.
b. Siswa mampu menjelaskan manfaat dari program perangkat lunak
pengolah kata secara individual sehingga mampu memanfaatkan
program tersebut.
c. Siswa mampu mendemonstrasikan langkah-langkah membuka
program perangkat lunak pengolah kata secara individual sehingga
mampu membuka program tersebut.
d. Siswa mampu mengidentifikasi bagian-bagian penting dari lembar
kerja program perangkat lunak pengolah kata secara individual
sehingga mampu menggunakannya untuk membuat sebuah dokumen
sederhana.
e. Siswa mampu menunjukan fungsi dari ikon-ikon yang terdapat pada
program perangkat lunak pengolah kata secara individual sehingga
mampu menggunakannya untuk membuat sebuah dokumen sederhana.
f. Siswa mampu mengidentifikasi menu pada program perangkat lunak
pengolah kata secara individual sehingga mampu menggunakan
program tersebut untuk membuat sebuah dokumen sederhana.
g. Siswa mampu mendemonstrasikan langkah-langkah keluar dari
prograam perangkat lunak pengolah kata secara individual sehingga
mampu menggunakannya untuk membuat menutup program tersebut.
(Adlia Alfiriani, 2012)
Petuntuk Soal :
Choose the most appropriate answar by putting a cross (x) on the letter A, B,
C or D !
Pilihlah jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A,
B, C atau D!
A. B. C. D.
A. B. C. D.
10. The icon which is used to close a Microsoft Word document is.......
Ikon yang berfungsi untuk menutup dokumen Microsoft Word
adalah.......
A. B. C. D.
A. B. C. D.
13. The one which is included in the tab ribbon of Microsoft Word
is..........
Yang bukan termasuk dalam Tab ribbon pada Microsft Word
adalah........
A. Home C. Frot
B. Page Layout D. Insert
14. The images below are groups FRONT that are on the TAB
RIBBON..............
Gambar dibawah ini merupakan grup FRONT yang terdapat pada
TAB RIBBON..........
15. A group of icons that serve to select the type, size, color and shape of
the letter is.........
Grup yang terdiri dari ikon-ikon yang berfungsi untuk memilih jenis,
ukuran, warna dan bentuk huruf adalah.........
A. Front C. Editing
B. Paragraph D. Clipboard
19. Before close the worksheet on Ms. Word, Better for us to save been
made by using menu…….
Sebelum menutup lembar kerja Ms. Word, sebaiknya dokumen yang
telah dibuat disimpan dengan menggunakan menu…….
A. File Print C. File Save As
B. Insert Picture D. File Open
20. The Icon which is used to terminate the worksheet and also close Ms.
Word program is .....
Ikon yang digunakan untuk mengakhiri lembar kerja sekaligus
menutup program Ms. Word adalah.....
A. B. C. D.
E. TES ESAI
Secara etimologi tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya
terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan
menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan
berfikir siswa. Tes esai dapat juga disebut sebagai tes dengan menggunakan
pertanyaan terbuka, dimana dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki siswa ; dan jika dilihat dari aspek jawaban yang
diberikan siswa , tes esai menurut Grounlund (1990) dalam Sukardi (2008) dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes esai dengan jawaban panjang dan tes esai
dengan jawaban singkat.
Tes esai dikatakan dengan jawaban panjang, apabila dalam aplikasi tes
memerlukan jawaban siswa secara luas. Guru dalam hal ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memberikan jawaban secara tuntas dan jelas. Sedangkan siswa
Kegagalan yang sering terjadi, yang berasal dari guru adalah guru dalam
merangcang item tes soal esai kurang dapat memotivasi para siswa agar mau
mengungkapkan kemampuannya dalam menuangkan ide-ide mereka. Berikut adalah
beberapa contoh item pertanyaan esai yang dirasakan masih kurang baik.
Lebih Baik : Nyatakan tiga macam alas an yang dapat menerangkan, mengapa
sepeda motor 4 tak banyak disukai masyarakat?
Total 10
SOAL
1. Jelaskan Pengetian dari perangkat lunak (Software)?
2. Jelaskan langkah-langkah untuk menyimpan dokumen yang baru dibuat pada
sebuah program aplikasi perangkat lunak?
3. Uraikan bagian-bagian dari jendela tampilan pada aplikasi Ms. Word?
4. Sebutkan masing-masing 3 kegunaan dari menu title bar dan menu bar?
5. Jelaskan pengertian perangkat luank pengolah kata?
6. Sebutkan 5 program pengolah kata yang anda ketahui?
7. Jelaskan pengertian Lotus Word Pro dan 3 kelebihannya!
1. Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan
valid bila tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya
alat ukur yang digunakan tepat
2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering
diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu
diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama.
3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan
artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai
ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes.
Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid
dan reliable.
G. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Secara garis besar ada dua jenis teknik evaluasi yang dapat digunakan oleh
seorang guru dalam usahanya mencari informasi yang diperlukan. Kedua
kelompok tersebut, yaitu tes dan non tes.
2. Teknik evaluasi jenis tes berisikan satu set atau lebih item pertanyaan atau
pernyataan yang relevan dengan tujuan tes yang digunakan oleh seorang
guru. Suatu bentuk tes dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes
tertulis dan tes lisan.
4. Item pilihan ganda pada prinsipnya terdiri atas sebuah pokok persoalan
atau problem dan daftar pilihan yang dianjurkan untuk diisi ileh siswa
yang hendak dievaluasi. Disamping itu, setiap item tes juga dibedakan
dalan dua bagian penting, yaitu persoalan dan jawaban alternatif.
6. Dalam merancang item soal tes objektif dan esay, guru hendaknya
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : (a) mennetukan SK dan KD,
(b) Merumuskan indikator penilaian, (c) menyusun kisi-kisi soal, (d)
penulisan soal, (e) membuat kunci jawaban.
H. RUJUKAN
1. Adlia Alfiriani. 2012. Pengembangan Modul Pembelajaran Bilingual Berbasis
Komputer Pada Pokok Bahasan Perangkat Lunak Pengolah Kata Bagi Siswa
Kelas IV SD Sekolah Dasar. Tesis: Pasca Sarjana UNP.
2. -------------------2014. Buku Ajar Perencanaan Pembelajaran TI. Padang.
STKIP PGRI Press.
3. Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi
Aksara: Yogyakarta.
4. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung
I. SOAL TES
1. Pilihlah salah satu Kompetensi Inti 3 dan 4 pada mata pelajaran bidang
informatika (SIMDIG, TKJ, RPL dan Multimedia)!
2. Berdasarkan KI dan KD yang telah dipilih, kembangkanlah instrument
penilaian dengan jenis tes objektif sebanyak 10 butir soal dan tes esay 10
butir soal dengan mengikuti langkah-langkah merancangan instrument
evaluasi jenis tes yang dijelaskan pada uraian diatas!
A. PENDAHULUAN
Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur
kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses
pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis
untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan
sebagainya”. Adapun jenis –jenis instrument evaluasi non tes adalah dengan
observasi, wawancara, angket dan penilaian diri.
B. OBSERVASI
1. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas, hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan
observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh karena itu, guru harus
menggunakan alat yang disebut pedoman observasi.
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
Apabila dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga
cara, yaitu :
1. Kelemahan:
a. Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang
baik dari observer maupun observi
b. Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati
c. Apabila memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan
2. Kelebihan:
a. Observasi cocok dilakukan untuk berbagai macam fenomena
b. Observasi cocok untuk mengamati perilaku
c. Banyak aspek yang tidak dapat diukur dengan tes tetapi bisa diukur
dengan observasi
Berilah Skor pada masing-masing indikator penilaian pada kolom yang tersedia, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Skor 4: Bila aktivitas siswa baik
Skor 3: Bila aktivitas siswa cukup baik
Skor 2: Bila aktivitas siswa kurang baik
Skor 1: Bila aktivitas siswa tidak baik
Indikator Penilaian Total
Nama
No Respon Tanggung Kepatuhan Skor
Siswa Kemandirian Keantusiasan Perhatian Sikap
Jawab
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Padang, 2012
Observer
Setelah pedoman observasi selesai dibuat, maka langkah selanjutnya melakukan uji
coba dan revisi.
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan
melalui percakapan dan Tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan
peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan
secara langsung antara pewawancara atau guru dengan orang yang diwawancarai
(peserta didik) tanpa melalui perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya
pewawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu
kepada pesereta didik melalui perantaraan orang lain atau media. Jadi, tidak menemui
langsung kepada sumbernya.
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah: cara menghimpun bahan-
bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada
dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1. Wawancara terpimpin
Yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan –
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. wawancara terpimpin seringkali
disebut juga sebagai wawancara terstruktur. Dalam wawancara terpimpin ,
evaluator melakukan tanya jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan ,
misalnya wawancara dengan peserta didik, dengan orang tua dan lain-lain,
Wawancara juga harus dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder (alat
perekam suara) dan pedoman wawancara, sehingga jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dapat dicatat secara lebig lengkap. Penggunaan pedoman
wawancara dan tape rekorder akan sangat membantu guru sebagai evaluator dalam
mengolah data yang pada akhirnya dapat ditarik kesimpulannya.
D. ANGKET
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,
pendapat dan paham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan
wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis,
sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Keuntungan angket antara lain (1)
responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan
penilai, (2) informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny, (3)
dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang
dijadikan sampel. Kelemahannya adalah (1) ada kemungkinan angket diisi oleh orang
lain, (2) hanya diperuntukan bagi yang dapat meihat saja, (3) responden hanya
menjawab berdasarkan jawaban yang ada.
Menurut Sugiyono (2006: 200-203) dalam membuatan angket sebagai alat evaluasi,
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, diantaranya:
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun dan menyebarkan angket,
yaitu:
1. setiap penyataan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, jelas,
singkat, tepat dan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik,
seperti :
a. hindarkan pertanyaan yang ambigius
b. kata tambahan, seperti “biasanya”, “seringkali” hendaknya dihindari
2. jangan memebuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban. Misalnya
“kamu tidak menganggap dia anak yang cerdas, bukan?”
3. jangan menggunakan kata sangkal dalam satu kalimat pertanyaan. Misalnya “
apakah kamu tidak senang untuk tidak membaca buku?”
4. hindari pertanyaan berlaras dua, seperti:”apakah kamu senamg belajar
membaca dan berhitung?”
5. buatlah pertanyaan yang tepat sasaran. Misalnya, apakah kamu belajar
computer dirumah? Pertanyaan ini tidak tepat. Untuk itu perlu dibuat dua
pertanyaan, seperti (1) apakah kamu mempunyai computer dirumah? (2) jika
iya, apakah kamu senang belajar computer dirumah?
6. Jika terdapat angket yang tidak diisi, maka harus membagikan lagi angket itu
kepada peserta didik yang lain sebanyak yang tidak menjawab (tidak
mengembalikan)
7. Dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket
8. Hendaknya jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit.
Bacalah pertanyaan dalam angket ini dengan baik, bandingkan dengan apa yang
kamu rasakan dan kamu lakukan selama belajar dengan menggunakan modul
pembelajaran bilingual. Selanjutnya pilih salah satu alternatif jawaban dan berikan
tanda ceklis ( v ) pada kolom yang telah disediakan.
Disamping pertanyaan, tersedia dua alternatif jawaban yang dapat kamu berikan :
1. Ya
2. Tidak
Contoh :
Alternatif jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
Selamat bekerja
Nama :
Kelas :
Petunjuk :
Bacalah tiap pertanyaan dengan baik, bandingkan dengan apa yang kamu rasakan.
Selanjutnya pilih salah satu alternatif jawaban dengan cara memberi tanda ceklis (√ )
pada kolom yang telah disediakan.
Alternatif Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Skala likert
Skala likert digunakan untuk mengukur variable sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang suatu objek. Dengan skala likert,
maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable.
Kemudian indikator dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap
item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain
:
a. Sangat setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Tidak setuju c. Kadang-kadang
d. Sangat tidak setuju d. Tidak pernah
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya:
2. Skala guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu
“ya-tidak” ; “benar-salah” ; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Data yang
diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternative).
Jadi kalau pada skala likert terdapat 3,4,5,67 interval, dari kata “sangat setuju”
sampai”sangat tidak setuju”, maka pada skala guttman hanya ada dua interval
yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Instrument yang menggunakan skala
guttman dilakukan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap
suatu permasalahn yang ditanyakan.
Contoh :
1. Bagaimana pendapat ananda, tentang metode ceramah yang digunakan
guru dalam mengajar TIK?
a. Baik
b. Tidak baik
2. Apakah ananda senang belajar dengan menggunakan media pembelajaran
berbasis TIK?
a. Ya
b. Tidak
Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat
dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.
Misalnya untuk jawaban baik diberi skor 1 dan tidak baik diberi skor 0.
F. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Alat atau instrument non tes yang lebih banyak digunakan guru untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari ranah afektif (afektive
domain) dan ranah psikomotor (psikomotor domain).
4. Adapun jenis –jenis instrument evaluasi non tes adalah dengan observasi,
wawancara, angket dan penilaian diri.
6. Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang
dilakukan melalui percakapan dan Tanya jawab, baik langsung maupun
tidak langsung dengan peserta didik.
G. RUJUKAN
1. Adlia Alfiriani, 2012. Pengembangan MOdul Pembelajaran Bilingual
Berbasis Komputer Pada pokok Bahasan Perangkat Lunak Pengolah Kata
Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis. PPs UNP
2. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
H. SOAL TES
1. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada KI-1 dan KI-2 pada
bidang kajian SIMDIG, RPL, MLD dan TKJ!
2. Buatlah salah satu instrument penilaian non tes yang dirasa tepat untuk
mengevaluasi kompetensi tersebut!
BERBASIS KOMPUTER
A. PENDAHULUAN
Tes lekat dihubungkan dengan cara pengukuran terhadap penguasaan materi
tertentu. Hasil dari tes salah satunya digunakan untuk membuat keputusan sekolah
atau guru terhadap peserta didiknya. Hasil tes dianggap sebagai bukti valid dari
individu, yang dapat digunakan misalnya untuk kenaikan kelas dan kelulusan. Selama
ini tes dilakukan secara tertulis dalam kertas (paper based), tetapi seiring dengan
perkembangan teknologi tes tertulis mulai bergeser menjadi tes berbasis komputer
bahkan yang terkoneksi langsung dengan internet.
Ada empat bentuk model tes berbasis komputer dan internet yang telah berhasil
dikembangkan, yaitu :
1. Terbuka (open Mode)
Tes dengan model terbuka seperti ini, dapat diikuti siapapun dan tanpa
pengawasan siapapun. Contohnya tes yang dapat diakses secara terbuka di
internet, peserta didik tidak perlu melakukan registrasi peserta.
2. Terkontrol (Controlled Mode)
Tes dengan model seperti ini, sama dengan tes model terbuka yaitu tanpa
pengawasan siapapun, tetapi peserta tes hanya yang sudah terdaftar dengan
cara memasukan username dan password.
3. Supervised Mode
Pada model ini terdapat supervisor yang mengidentifikasi peserta tes untuk
diotentikasi dan memvalidasi kondisi pengambilan tes. Untuk tes di internet
mode ini menuntut administrator tes untuk meloginkan peserta dan
mengkonfirmasi bahwa tes telah selesai dengan benar pada akhir tes.
4. Managed Mode
Pada model ini biasanya tes dilaksanakan secara terpusat. Organisasi yang
mengatur proses tes dapat mendefenisikan dan meyakinkan untuk kerja dan
Banyak alternatif yang bisa kita manfaatkan untuk membuat tes berbasis
komputer diantaranya Hot Potatoes, propofs, flash, quiz creator, powerpoint, moodle,
edu20, google form, classmaker, quiz center, quizbox, myquizcreator dan lain-lain.
Dengan berbagai macam pilihan tersebut tentunya akan membantu kita dalam
membuat tes dengan variatif. Pada bab ini akan dibahas secara jelas berserta dengan
langkah-langkahnya tentang perancangan tes berbasis computer, salah satunya
dengan mode terbuka menggunakan aplikasi Hot Potatoes Versi 6.
1. JCloze, dapat dimanfaatkan untuk membuat tes dalam bentuk isian tertutup.
Langkah-langkah pembuatannya ialah: pertama isikan terlebih dahulu title
dengan judul soal, ketik sebuah kalimat dengan beberapa kata yang dapat menjadi
suatu pertanyaan dengan cara memblok kata tersebut untuk dicari jawabannya, isi
“clue” sebagai petunjuk jawaban, ketikkan alternatif jawaban benar. Perhatikan
gambar di bawah ini :
Langkah yang diperlukan untuk membuat Kuis Pilihan Ganda dengan JQuiz
adalah :
a. Aktifkan program Hot Potatoes dengan meng-klik ikon program ini pada
desktop komputer anda (atau pada tempat lain)
b. Klik ikon JQuiz, maka akan muncul tampilan seperti dibawah :
j. Anda juga dapat memasukkan file berjenis Video dan Animasi Flash
kedalam kuis. Caranya melalui menu Insert Media Object, kemudian
akan muncul halaman sebagai berikut:
Sehingga hasil akhir dari hot potatoes ada 2 file, yaitu file yang memiliki
ekstensi *.jqz dan *.zip. Kedua file ini harus kita upload kedalam E-Learning,
kemudian untuk file yang ber- ekstensi *.zip, kita unzip didalam server e-
learning.
e. Setelah itu Anda akan menuju ke halaman Tambah Hot Potatoes Quiz.
Setelah itu klik tombol “Pilih atau Upload sebuah file”. Berikut adalah
halaman tersebut
E. RUJUKAN
1. https://bahankuliahstai.wordpress.com/interactive/membuat-soal-
dengan-hot-potatoes/
2. http://tutorial.pppkpetra.or.id/etutor/hotpotatoes/hotpotatoes.pdf
F. SOAL TES
1. Buatlah 10 soal tes pilihan ganda dan 10 soal uraian pada aplikasi hot
potatoes versi 6!
A. PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dinamis, berkembang secara
terus-menerus sesuai dengan pengalaman siswa. Semakin banyak pengalaman yang
diperoleh siswa, maka akan semakin kaya, luas dan sempurna pengetahuan mereka.
Pengalaman diperoleh siswa melalui kegiatan melakukan berbagai macam aktivitas
yang dapat mendukung terhadap pencapaian komptensi.
Setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang dihasilkan siswa dari suatu
proses pembelajaran, perlu dimonitor, diberi komentar, dikritik dan diberi catatan
perbaikan oleh setiap guru secara terus menerus. Melalui proses monitoring yang
terus menerus itulah pengalaman belajar siswa akan terus disempurnakan hingga pada
akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan lebih sempurna. Inilah
hakekat pembelajaran melalui pengalaman. Namun pertanyaan yang muncul
berikutnya adalah bagaimana teknik melakukan monitoring terhadap hasil kerja siswa
dan pengalaman siswa tersebut? Inilah yang dimaksud dengan penilaian portofolio.
B. PENGERTIAN
Menurut Soewandi (2005) protofolio merupakan suatu koleksi hasil kerja
seseorang yang berupa dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu seseorang
dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apapun yang telah dicapainya.
dalam dunia pendidikan, secara umum protofolio diartikan juga sebagai evidence
(dokumen, bukti) yang berisi informasitentang kemampuan dan perkembangan
peserta didik dari waktu kewaktu (Surapranata dan Hatta, 2004:26)
Portofolio juga dapat diartikan sebagai kumpulan karya siswa yang disusun
secara sistematis dan terorganisir sebagai hasil dari usaha pembelajaran yang telah
dilakukannya dalam kurun waktu tertentu. Melalui hasilkarya tersebut guru dapat
melihat perkembangan kemampuan siswa baik dalam aspek pengetahuan, sikap
maupun keterampilan sebagai bahan penilaian. Hasil karya yang dihasilkan bias hasil
karya yang dikerjakan di dalam kelas (artifacts), atau bias juga hasil kerja siswa yang
dilakukan di luar kelas (reproduction). Hasil karya siswa itu kemudian dinamakan
Adapun hasil karya siswa yang dapat di kumpulkan dalam sebuah portofolio,
diantaranya sebagai berikut :
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan isi portofolio, diantaranya:
a. Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence siswa dengan pengalaman
belajar yang telah dilakukannya atau hanya berisi sebagian saja yang dianggap
penting?
Kriteria penilaian ditentukan dalam dua aspek pokok, yaitu criteria untuk proses
belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar misalnya, ditentukan kriteria
penilaian dari aspek kesungguhan menyelesaikan tugas, motivasi belajar, ketepatan
waktu penyelesaian dan lain sebagainya. Sedangkan kriteria dari segi hasil belajar
harus disesuaikan dengan isi yang menggambarkan kompetensi tersebut.
F. E-PORTOFOLIO
1. Adanya pertukaran ide dan umpan balik antara penulis dan orang-orang
yang melihat dan berinteraksi dengan e-portofolio. Selain itu,
2. Adanya refleksi pribadi penulis pada karya ensidean e-portofolio
membantu menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
3. Hasil karya siswa yang dibuat dengan sistem elektronik akan lebih tahan
lama
4. Mempermudah guru dalam mengumpulkan setiap pekerjaan siswa karna
dapat dikelompokan dan dimpan pada masing-masing folder siswa.
5. Dapat merubah cara pandang guru dan siswa dalam proses pembelajaran
karena dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, proses
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien
6. Dapat merubah gaya belajar siswa, yang awalnya berorientasi kepada guru
(teacher oriented) menjadi berorientasi pada siswa (student oriented)
Salah satu aplikasi e-portofolio yang berkembang saat sekarang ini adalah aplikasi
mahara.
3. Adapun hasil karya siswa yang dapat di kumpulkan dalam sebuah portofolio,
diantaranya sebagai berikut : (a) Hasil proyek penyelidikan, atau praktik yang
disajikan secara tertulis, (b) Hasil kerja siswa yang menggunakan alat rekam,
computer dan media penyimpanan lainnya, (c) Gambar atau laporan hasil
pengamatan, (d) Deksripsi atau laporan hasil pengamatan, (e) Laporan kerja
kelompok , (f) Laporan tentang siskap siswa terhadap pelajaran, (g)
6. Satu terobosan baru dalam dunia elektronik learning yaitu adanya portofolio
elektronik yang sering disebut dengan E-portfolio. E-portfolio memudahkan
siswa untuk membuat suatu project yang didalamnya dapat memuat (text
input, file elektronik, gambar, multimedia, entry blog dan hyperlink.
H. RUJUKAN
1. Departemen Pendidikan Nasional . Kurikulum 2004: Pedoman Khusus
Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian
2. Surapranata, Sumana dan Muhammad Hatta. 2006. Penilian Portofolio:
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
3. I Kade Suardana.2007. Penilaian Portopolio Dalam Pembelajaran Físika
Berbasis Inquari Terbimbing Di Smp Negeri 2 Singaraja. Jurnal penelitian
dan pengembangan Pendidikan. 1(2), 122-134
4. Prof Dr. Wina Sanjaya, 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan
Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana
I. SOAL TES
1. Lakukan penilaian portofolio pada dokumen yang telah disediakan oleh dosen
pembimbing, dengan mengisi lembar penilaian portofolio pada lembar
jawaban!
Indikator Kriteria
1 2 3 4 5
1. Kelengkapan
2. Kesiapan
3. Kerapian
4. Kesesuaian
5. Kebersihan
6. Grafis
Komentar Guru :
A. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu sumber informasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran,
evaluasi hendaknya dilakukan dengan alat yang memenuhi karakteristik tertentu.
Adapaun karakteritsik tersebut adalah valid, reliable dan dapat digunakan. Hal ini
sejalan dengan materi yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa syarat
minimum yang harus dimiliki oleh sebuah instrumnen yang baik adalah valid dan
reliable. Namun pada kenyataannya dilapangan, hubungan antara validitas dan
reliabilitas sering membingungkan para guru muda, terutama mereka yang baru
pertama kali bertemu dengan dua batasan dalam konteks instrument evaluasi maupun
instrument penelitian. Reliabilitas pengukuran instrument evaluasi diperlukan untuk
mencapai hasil pengukuran yang valid. Dalam kaitannya dengan posisi konsistensi ,
para guru bisa memiliki instrument evaluasi yang reliable tanpa valid, sebaliknya kita
mempunyai instrument valid dengan reliabilitas yang baik.
Gambaran valid dan reliable ditunjukan dengan hasil tembakan senjata api pada target
yang telah ditetapkan.
Gambar b) menunjukan hasil tembakan senjata yang tidak valid dan juga tidak
reliable , karena sasaran gerak labil dan merata ke semua luasan target.
Gamber c) adalah hasil tembakan senjata api yang reliable tetapi tidak valid karena
hasil tembakan pada luasan konsisten diluar ketepatan target yang telah ditetapkan
B. VALIDITAS INSTRUMEN
Validitas suatu instrument evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan di
mana suatu tes mengukut apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrument
evaluasi mempunyai beberapa makna penting dinataranya sebagai berikut :
1. Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrument
evaluasi untuk grup individual dan bukan instrument itu sendiri.
2. Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukan kategori yang bias
mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi.
3. Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu
diperhatikan bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Misalnya
tes valid untuk bidang bahasa belum tentu valid untuk bidang yang lainnya
contohnya bidang teknik informatika.
Validitas yang berkaitan untuk siapa juga perlu diperhatikan, karena menyangkut
dengan membangun gambaran atau deskripsi terhadap suatu grup normal. Derajat
validitas hanya berlaku untuk suatu kelompok tertentu yang memang telah
direncanakan pemakaiannya oleh guru. Contoh dalam tes pencapaian prestasi anak ,
yang direncanakan untuk orang dewasa akan berbeda bentuk maupun substansinya
dengan tes ptestasi untuk anak usia remaja. Oleh karena itu, tidak aneh jika
instrument direncanakan bervariasi bentuk maupun isinya, sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu validitas isi, konstruk, konkuren dan prediksi. Validitas isi adalah derajad
dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur.
Sementara itu validitas konstruk adalah derajad yang menunjukan suatu tes
mengukur sebuah konstruk (yang tidak dapat diobservasi tetapi kita dapat merasakan
pengaruhnya melalui salah satu atau dua indra kita. Selanjudnya validitas konkuren
adalah derajad dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah
dibuat, dan validitas prediksi adalah derajad yang menunjukan suatu tes dapat
memprediksi tentang bagaiman baik seseorang akan melakukan suatu prospek tugas
atau pekerjaan yang direncanakan.
Banyak factor yang dapat mempengarugi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa
factor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu factor
internal dari tes, factor eksternal tes dan factor yang berasal dari siswa yang
bersangkutan.
2. Faktor yang berasal dari administrasi dan skor. Factor ini dapat mengurangi
validitas interpretasi tes evaluasi, khususnya tes evaluasi yang dibuat oleh guru.
Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya berasal dari proses administrasi
dan skor.
a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban
dalam situasi tergesa-gesa
b. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bias membedakan antara siswa
yang belajar dengan siswa yang melakukan kecurangan
c. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua
siswa
d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, misalnya pada tes esai juga
dapat mengurangi validitas tes evaluasi
e. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f. Adanya joki (orang yang bukan siswa) yang masuk dan menjawab item tes
yang diberikan
3. Factor-faktor yang berasal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid,
karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes
2. Lambangnya
Angka indeks korelasi yang menunjukan keeratan hubungan anatar variable yang
satu dengan variable yang lain, pada teknik ini korelasi dilambangkan dengan : r pbi
3. Rumusnya
Rumus untuk mencari angka indeks korelasi point biserial (rpbi) adalah :
Rpbi =
Tabel: Skor Yang Berhasil Dicapai Oleh 10 Orang Testee Yang Dihadapkan Pada 10
= −
= √39,6 − 36
= √3,6
= 1,897
Melalui perhitungan diatas telah berhasil kita peroleh M t = 6 dan SDt =
1,897
Untuk menguji validitas soal siatas, kita memerlukan table pendukung
seperti dibawah ini :
Tabel : Table bantuan untuk menghitung validitas butir soal no 1 sampai nomor 10
Testee Skor yang dicapai untuk butir soal nomor : Total X2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Score
(X)
A 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6 36
B 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 16
C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 81
D 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 49
E 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 64
F 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 5 25
G 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 64
H 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 6 36
I 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 16
J 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 9
N=10 7 5 6 8 5 4 7 6 6 6 60= 396
∑ =∑
P 0,7 0,5 0,6 0,8 0,5 0,4 0,7 0,6 0,6 0,6
Q 0,3 0,5 0,4 0,2 0,5 0,6 0,3 0,4 0,4 0,4
Selanjutnya, marilah berturut-turut kita uji validitas soal nomor 1 dan validitas
soal nomor 10.
Mencari rpbi :
, ,
rpbi = = , ,
,
= ,
1,5 = 0,703 1,225
= 0,861
Untuk menguji validitas butir soal nomor 2-9 sekiranya para pembaca dapat
melakukannya sendiri.
E. KESIMPULAN
F. RUJUKAN
1. Prof.Drs. Anas Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja
Grafindo Persada: Jakarta
2. Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi
Aksara: Yogyakarta.
2. Seorang guru mata pelajaran TIK kelas XI SMA, membuat 6 item soal tes
esay pada Standar Kompetensi “Menggunakan internet untuk keperluan
informasi dan komunikasi”. Sebelum soal tersebut digunakan maka guru
melakukan ujicoba soal kepada 10 orang testee dan diperoleh hasil seperti
dibawah ini :
Testee Skor yang dicapai untuk butir soal nomor Total Xt2
1 2 3 4 5 6 skor
(xt)
1 1 0 1 1 0 1
2 1 1 1 0 1 1
3 1 0 0 1 1 1
4 0 1 1 0 1 1
5 1 0 1 1 1 0
6 1 1 1 1 1 1
7 0 1 0 1 0 1
8 1 0 0 1 1 0
9 0 0 1 1 0 0
10 1 0 0 1 1 0
p=
q=
A. PENDAHULUAN
Syarat lain yang juga penting bagi suatu instrument evaluasi pembelajaran adalah
terpenuhinya syarat kedua, yaitu reliabilitas. Reliabilitas adalah karakter lain dari
hasil evaluasi. Reliabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau
keajegan. Suatu instrument evaluasi, dikatakan memiliki nilai reliabilitas tinggi,
apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang
hendak diukur. Disamping itu,reliabilitas juga menunjukan gambaran praktis yang
dapat diklasifikasi berkaitan erat dengan syarat yang ketiga, yaitu kebermanfaatan
(usability). Ini berarti semakin reliable suatu tes, semakin yakin kita dapat
menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bias
dipakai di suatu tempat sekolah, ketika dilakukan tes kembali. Tidak reliabelnya suatu
tes evaluasi, pada prinsipnya dapat dikatakan sia-sialah tes tersebut, karena jika
dilakukan pengetesan kembali hasilnya akan berbeda. Reliabilitas suatu tes pada
umumnya diekspresikan secara numerikdalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0
> +1 . koefisien tinggi menunjukan reliabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefosoen
suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu tes mempunyai reliabilitas
sempurna, berarti tes tersebut mempunyai koefosoen +1 atau -1.
Ada beberapa tipe reliabilitas tes yang sering digunakan dalam kegiatan evaluasi
dan masing-masing reliabilitas memiliki konsistensi yang berbeda-beda. Beberapa
tipe reliabilitas diantaranya : tes-retes, ekivalen dan belah dua yang ditentukan
melalui korelasi.
Berikut ini table ringkasan yang menggambarkan secara garis besar macam-
macam reliabilitas dan prosedur pelaksanaan pengukuran reliabilitas yang sering
ditemui dalam instrument evaluasi maupun instrument penelitian.
2
=
1+
∑ − ∑ ∑
=
∑ − ∑
n : banyak siswa
x : skor belah pertama
y : skor belah kedua.
Nilai Kategori
0,80 < r11 1,00 Reliabelitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 Reliabilitas tinggi
0,40 < r11 0,60 Reliabilitas sedang
0,20 < r11 0,40 Reliabilitas rendah
-1,00 < r11 0,20 Relibilitas sangat rendah (tidak
reliable)
Contoh penggunaan rumus tersebut, mislanya dari hasil tes diketahui koefisien
reliabilitas yang terdiri atas 60 item adalah 0,80. Harga ini menjadi dasar korelasi
anara 30 item ganjil dan 30 item genap. Jika formula Spearman-Brown digunakan
maka :
.( , ) ,
Rtotal tes = ,
= ,
= 0,89
Adapun pengujian reliabilitas tes dengan teknik korelasi belah dua dapat
dilakukan melalui contoh berikut ini :
1. Telah dilakukan uji coba validitas sebuah soal dengan 10 item soal kedapa 10
orang testee dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Testee Skor yang dicapai untuk butir soal nomor : Total X2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Score
(X)
A 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6 36
B 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 4 16
C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 81
D 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 49
E 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 64
F 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 5 25
G 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 64
H 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 6 36
I 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 4 16
J 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 9
N=10 7 5 6 8 5 4 7 6 6 6 60= 396
∑ =∑
P 0,7 0,5 0,6 0,8 0,5 0,4 0,7 0,6 0,6 0,6
Q 0,3 0,5 0,4 0,2 0,5 0,6 0,3 0,4 0,4 0,4
2. Langkah selanjutnya adalah membagi nomor soal kedalam dua bagian yaitu
nomor genap (2,4,6,8,10) dan nomor ganjil (1,3,5,7,9), seperti pada tabel
dibawah ini!
3. Kemudian hitunglah buatlah tabel bantuan seperti dibawah ini untuk mencari
variable-variabel yang dibutuhkan pada rumus korelasi!
4. Hitunglah indeks koefisien korelasi antara dua belahan diatas (x dan y) dengan
menggunakan rumus product moment seperti dibawah ini!
∑ − ∑ ∑
=
.∑ − ∑ . .∑ − ∑
930 − 806
=
10. 97 − 676 . 10.113 − 961
124
=
√294. √169
124
=
17,15 .13
124
=
222,95
= 0,56
2
=
1+
2.0,56
=
1 + 0,56
1,12
= = 0,72
1,56
D. PERSYARATAN PENGGUNAAN
Syarat lain yang juga perlu dipertimbangkan, ketika seorang guru hendak
menggunakan instrument evaluasi, yaitu syarat kegunaan atau sering disebut
usability. Kegunaan merupakan syarat instrument evaluasi yang lebih berorientasi
pada pertimbangan praktis. Disamping itu, bagi para guru yang banyak menggunakan
instrument buatan sendiri dari pada instrument buatan lembaga pembuat tes, maka
pertimbangan praktis ini sangat penting peranannya. Beberapa pertimbangan praktis
yang perlu diperhatikan itu diantaranya seperti berikut :
E. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Instrument dikatakan reliable, jika instrument tersebut mmepunyai hasil
yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur
2. Reliabilitas suatu instrument pada umumnya diekspetaksikan secara
numeric dalam bentuk koefisien. Koefisien tinggi menunjukan reliabilitas
tinggi; sebaliknya suatu instrument dikatakan rendah reliabilitasnya jika
instrument tersebut mempunyai koefisien reliabilitas rendah.
3. Ada beberapa tipe reliabilitas tes yang sering digunakan dalam kegiatan
evaluasi dan masing-masing reliabilitas memiliki konsistensi yang
berbeda-beda. Beberapa tipe reliabilitas diantaranya : tes-retes, ekivalen
dan belah dua yang ditentukan melalui korelasi.
4. Reliabilitas delah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi
F. RUJUKAN
1. Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi
Aksara: Yogyakarta
2. Gronlund, NE dan Linn, R.L. 1990. Measurment and Evaluation in
Theaching. 6th edition. New York: Macmillan Publishing Company
G. SOAL TES
1. Lakukanlah uji reliabilitas instrument tes yang sudah diuji validasinya pada
soal no 2 bab sebelumnya!
2. Berikan interprestasi terhadap hasil uji reliabilitas yang dilakukan!
A. PENDAHULUAN
Pada bab sebelumnya telah dibahas tentang bagaimana menguji kualitas soal
evaluasi yang akan diberikan kepada peserta didik melalui uji validitas dan reabilitas.
Selain dari uji validitas dan reliabilitas soal, guru hendahnya juga melakukan analisis
terhadap tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal, ini bertujuan untuk
mengetahui posisi atau rangking peserta didik dengan peserta didik lainnya dalam
satu grup kelas yang sama atau membedakan antara warga belajar/siswa yang telah
menguasai materi yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum
menguasai materi yang ditanyakan.
Nilai D Klasifikasi
0,00 – 0,19 Jelek
0,20 – 0,39 Cukup
0,40 – 0,69 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
0,00 Soal tidak bisa dipakai
Contoh perhitungan analisis daya pembeda pada soal tes pilihan ganda
Setelah dilakukan tes pada 10 peserta maka diperoleh hasil sebagai berikut :
No Nama Peserta Nomor soal Skor Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Dewi Yuniasari 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
2 Nur Pra Utami 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
3 Rahmadina Dwi 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6
Febriani
4 Rahmadhanti 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
5 Sri Purwanti 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3
6 Ummi Kalsum 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
7 Intan Buana 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
8 Juli Yani 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
9 Dwithia Can Yo Putri 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
10 Oktarina A 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5
Untuk memudahkan perhitungan skor yang terdapat pada tabel di urutkan dari
peserta tes yang memperoleh skor yang tinggi menuju peserta yang memperoleh
sekor yang rendah.
Kriteria :
0,70 - 1,00 soal baik sekali (sangat baik)
0,40 - 0,69 soal baik(tinggi)
0,20 - 0,39 soal cukup (sedang)
0,19 - 0,00 soal rendah (kurang)
Dari tabel dapat dilihat bahwa soal no 1, 4, 5, 8, dan 9 tidak menunjukkan
perbedaan antar kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat kesukaran soal no 1, 4, 5,
8, dan 9 juga menunjukkan tidak ada perbedaan antar kelompok. Sedangkan Soal no.
2, 3, 6, 7, 10 mempunyai indeks daya pembeda yang baik.
Setelah dianalisis, baik dari variable, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda maka butir soal 2, 3, 6, 7, dan 10 dapat digunakan.
Contoh perhitungan analisis daya pembeda pada soal tes uraian singkat
Setelah dilakukan tes pada 10 orang maka didapat hasil sebagai berikut :
No Nama Peserta Nomor Soal Skor
1 2 3 4 5 Total
Untuk memudahkan perhitungan skor yang terdapat pada tabel di urutkan dari peserta
tes yang memperoleh skor yang tinggi menuju peserta yang memperoleh skor yang
rendah.
1 Rahmadhanti 2 3 1 1 0 7
2 Dwithia Can Yo Putri 2 3 1 1 0 7
3 Dewi Yuniasari 2 2,5 1 1 0 6,5
4 Nur Pra Utami 2 2,5 1 1 0 6,5
5 Sri Purwanti 2 3 0,5 1 0 6,5
6 Ummi Kalsum 2 2,5 1 1 0 6,5
7 Juli Yani 2 2,5 1 1 0 6,5
8 Oktarina A 2 2,5 1 1 0 6,5
9 Intan Buana 2 1,5 1 1 0 5,5
10 Rahmadina Dwi Febriani 1 2,5 0 1 0 4,5
Jumlah Jawaban 9 25,5 8,5 10 0
Jumlah Peserta 10 10 10 10 10
Keterangan :
Skor Siswa kelompok atas 6 – 10
Skor Siswa kelompok bawah 5 - 1
Jadi jumlah siswa kelompok atas ada 8 orang dan jumlah siswa kelompok bawah
adalah 2 orang.
Daftar Daya Pembeda Butir Soal
No BA JA PA BB JB PB PA - PB S Kriteria
soal
1 16 8 2 3 2 1,5 0,50 2 0,25 Sedang
2 21,5 8 2,69 4 2 2 0,69 3 0,23 Sedang
3 7,5 8 0,94 1 2 0,5 0,44 1 0,44 Baik
4 8 8 1 2 2 1 0,00 2 0,00 Rendah
5 0 8 0 0 2 0 0,00 2 0,00 Rendah
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
J = Jumlah Peserta Tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Jumlah skor peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah skor peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dari hasil perhitungan dengan rumus di atas selanjutnya akan diterjemahkan dengan
tabel berikut.
Nilai K Predikat
0,00 – 0,27 Sukar
0,28 – 0,72 Sedang
0,73 – 1,00 Mudah
Setelah dilakukan tes pada 10 peserta maka diperoleh hasil sebagai berikut :
No Nama Peserta Nomor soal Skor Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Dewi Yuniasari 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
2 Nur Pra Utami 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
3 Rahmadina Dwi 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6
Febriani
4 Rahmadhanti 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
5 Sri Purwanti 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3
6 Ummi Kalsum 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
7 Intan Buana 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 4
8 Juli Yani 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
9 Dwithia Can Yo Putri 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6
10 Oktarina A 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5
− − 1
1=
0
10 − 4 − 1
1=
10
10 − 0
1=
10
K1= 1
Selanjudnya analisis tingkat kesukaran untuk soal nomor 10, maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
− − 1
10 =
5
5− 4− 1
10 =
10
5 − 1,6
10 =
10
3,4
10 =
10
K10 = 0,34
Jika di konsultasikan pada tabel perdikat tingkat kesukaran instrument maka angka
0,34 berada pada kategori sedang, ini artinya item soal nomor 10 tidak terlalu sulit
maupun tertalu mudah untuk dapat dijawab oleh semua siswa oleh karena itu soal
nomor 10 baik digunakan dalam sebuah instrument penilaian.
D. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Selain dari uji validitas dan reliabilitas soal, guru hendahnya juga melakukan
analisis terhadap tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal, ini
bertujuan untuk mengetahui posisi atau rangking peserta didik dengan
peserta didik lainnya dalam satu grup kelas yang sama atau membedakan
antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang
ditanyakan.
E. RUJUKAN
1. Zainal Arifin, 2012. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik dan Prosedur).
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
2. Arikunto, Suharsini, 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara
F. SOAL TES
1. Lakukan uji tingkat reliabilitas pada data diatas untuk nomor 2-9!
A. PENDAHULUAN
Pada Bagian-bagian sebelumnya telah dibahas secara jelas tentang pokok bahasan
serta implementasi dari membuat instrument evaluasi pembelajaran dalam bentuk tes
dan non tes, melakukan analisis kualitas soal tes diantaranya uji validitas, uji
reliabilitas dan uji tingkat kesukaran dan indeks daya pembeda sehingga soal tes yang
dibuat oleh guru siap untuk mengukur hasil belajar siswa dan mengidentifikasi
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Namun pada bagian ini, akan dipaparkan secara lengkap tentang bagaimana
prosedur dan implementasi dari pengolahan hasil tes. Tentunya materi ini sangat
dibutuhkan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Karena hasil
tes, tidak akan dapat member arti tanpa dilakukannya penilaian. Selanjudnya tanpa
adanya penilaian maka guru tidak akan bisa untuk mengidentifikasi ketercapaian dari
tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pengolahan data berrati
memberikan nilai dan makna terhadap data yang sudah dikumpulkan sebagaimana
yang dikatakan oleh Carl H. Witherington (1952) “an evaluation is a declaration that
samething has or does not have value”, jika ditanya tentang prestasi belajar berarti
pengolahan data tersebut memberikan nilai kepada peserta didik berdasarkan kualitas
hasil pekerjaannya.
Fenomena yang banyak terjadi saat ini, bahwa ketika guru sebagai evaluator
sudah mengumpulkan data hasil tes dari peserta didiknya, namun belum tau
bagaimana mengolahnya sehingga data tersebut mubadzir, data tanpa makna.
Sebaliknya jika ada data yang relative sedikit, tetapi sudah mengetahui cara
pengolahannya maka data tersebut akan mempunyai makna. Agar data yang
terkumpul memiliki makna, guru sebagai evaluator harus benar-benar menguasai
kemampuan tentang bagaimana cara memberikan skor yang baik dan benar-benar
dilakukan secara adil sehingga tidak merugikan berbagai pihak.
Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat)
langkah pokok yang harus ditempuh, yaitu:
Rumus Skor: ∑x
∑s
No. Tingkat
Jawaban Skor (x) Bobot (B) XB
Soal Kesukaran
1 Mudah Betul 10 3 30
2 Sedang Betul 10 4 40
3 Sukar Betul 10 5 50
Jumlah 23 12 120
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
X = skor tiap soal
B = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
∑XB= jumlah hasil perkalian X dengan B
Dengan demikian skor peserta didik adalah; 120/12 = 10
Sementara untuk indikator standar keberhasilannya siswa pada hasil belajar kognitif
ini dapat dilihat dari perbandingan nilai yang diperoleh dengan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum).
E. KONVERSI SKOR
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik
ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang
telah diperoleh. Yang secara tradisional seringkali guru menggunakan rumus sebagai
berikut:
Nilai = ∑X 10 (skala 0 – 10)
∑S
Keterangan :∑X = jumlah skor mentah
∑S = jumlah soal
Skor Kategori
6-12 Sangat Baik (tinggi)
13-18 Baik (sedang)
19-24 Kurang Baik (rendah)
25-30 Tidak Baik (sangat rendah)
Karena skor yang diperoleh peserta didik adalah 13, berada pada rentang 13-18 maka
dapat dikatakan bahwa afektif siswa terhadap mata pelajaran TIK adalah Baik atau
sedang.
I. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengolahan penilaian merupakan sesuatu yang urgen untuk diaplikasikan di
institusi pendidikan karena menyangkut nasib terutama peserta didik dan
tidak menimbulkan kerugian berbagai pihak.
2. Dalam pengolahan hasil penilaian harus diperhatikan beberapa hal yaitu;
teknik pengolahan hasil tes, skor total (total score), konversi skor, cara
memberi skor untuk skala sikap, cara memberi skor untuk domain
psikomotorik, dan pengolahan data hasil tes yang terdiri dua cara
penggunaan yaitu dengan menggunakan penilaian acuan patokan dan
penilaian acuan norma.
3. Masing-masing aspek yang di nilai, memiliki cara yang berdeda dalam
pengolahannya.
K. SOAL TES
1. Telah dilakukan sebuah tes objektif sebanyak 15 item soal kepada 24 orang
siswa kelas IV SD N Percobaan Padang dengan Kompetensi Inti 3
“Mengenal Perangkat Lunak Pengolah Kata”, diperoleh data sebagai berikut :
A. PENDAHULUAN
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil
belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau mengajar berupa
kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil belajar
siswa digunakan untuk memotivasi siswa dan untuk perbaikan serta peningkatan
kualitas pembelajaran oleh guru. Menurut Sudjana (2011:153) laporan hasil penilaian
bukan hanya mengenai prestasi atau hasil belajar, melainkan juga kemajuan dan
perkembangan belajar pesera didik di sekolah seperti motivasi belajar, disiplin,
kesulitasn belajar, atau sikap terhadap mata pelajaran. Oleh sebab itu, guru perlu
mencatat perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik secara teratur dan
berkelanjutan.
Hasil belajar yang dicapai peserta didik hendaknya dilaporkan secara
menyeluruh, baik sebagai data mentah berupa skor-skor yang diperoleh peserta didik
maupun sebagai data masak yang telah diolah dalam bentuk nilai-nilai peserta didik
sesuai ketentuan yang berlaku di sekolah, misalnya nilai dalam standar huruf atau
angka. Lebih lanjut dilakukan interprestasi terhadap nilai yang diperoleh peserta
didik, misalnya kedudukan siswa dibandingkan dengan kelompoknya atau posisi
peserta didik dibandingkan dengan kelompoknya atau posisi peserta didik
dibandingkan dengan criteria yang sudah ditentukan. Dengan demikian dapat
diketahui tingkat keberhasilan peserta didik, baik dilihat dari kelompoknya maupun
dari tujuan yang harus dicapainya. Interpretasi ini berkaitan dengan perbandingan
yang bersifat mutlak atau relative dan penilaian acuan norma atau patokan.
Sedangkan data perkembangan belajar peserta didik dilaporkan dalam bentuk catatan
khusus sebagai pelengkap data hasil belajarnya.
Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran harus didukung oleh siswa guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar
Berikut adalah contoh laporan hasil penilaian belajar siswa SMA/SMK berdasarkan
kurikulum 2013:
Mata Pelajaran Pengetahuan (KI-3) Keterampilan (KI- Sikap Siritual dan social
4) (KI 1 dan KI 2)
Dalam Antar
Mapel Mapel
Angka Prediket Angka Prediket
Kelompok A (Wajib) 1-4 1-4 SB/B/C/K Kesimpulan
1 Pendidikan Agama dari sikap
dan Budi Pekerti keseluruhan
(Nama Guru) antar maple,
2 Pendidikan diputuskan
Pancasila dan melalui rapat
Kewarganegaraan bersama
(Nama Guru) dengan guru
3 Bahasa Indonesia maple dan
(Nama Guru) wali kelas
4 Matematika (Nama
Guru)
5 Sjarah Indonesia
(nama Guru)
6 Bahasa Inggris
(Nama Guru)
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
(Nama Guru)
2 Penjaskes (Nama
Guru)
3 Prakarya dan
Kewirausahaan
(Nama Guru)
Kelompok C
(Perminatan)
1
2
3
4
5
6
3. beberapa jenis laporan hasil belajar yang akan diberikan kepada siswa,
orang tua dan masyarakat adalah sebagai berikut: Grades in Progress
Report (Rapor Tengah Semester), Deskriptive Report (Rapor
Deskripsi), Score Report ( Rapor Akhir)
F. RUJUKAN
1. Arifin, Zainal, (2006) Konsep Guru tentang Evaluasi dan Aplikasinya
dalam Proses Pembelajaran, Tesis, Bandung: Program Pascasarjana UPI.
2. ___________, (2009) Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
G. SOAL TES
1. Seorang guru melakukan evaluasi kepada siswa A pada mata pelajaran
TIK di SMK Muhammadyah 1 Padang. Adapun standar kompetensi yang
dikur adalah “Menggunakan Perangkat Lunak Pembuat Desain Grafis”.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh : untuk KD 1 “ Menunjukan
menu dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak desain grafis”