Anda di halaman 1dari 6

Substitusi Konsentrat Protein Menggunakan Tepung Bulu Ayam yang

Diolah Secara Fisiko-Kimia dan Fermentasi Menggunakan


Bacillus sp. Mts
(Protein concentrate substitution using feather meal processed by physico-chemistry and
fermentation)

Sri Rahayu1, Muhamad Bata1 dan Winarto Hadi1


1
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT The objective of this research was to treatments that replicated for four times. The
evaluate the effect of protein concentrate treatments tested was level of concentrate
substitution using processed feather meal in substitution i.e. 0, 4, 8, 12 and 16%. Protein
growing layer-ration. Chicken feather meal was concentrate substitution had no significantly effect
processed by physico-chemical techniques (P > 0.05) on growth, feed consumption and
viz.soaking in 0.5% (b/v) NaOH and Na2S at 60°C convertion of growing layer. Keratin meal from
and continued by fermentation using Bacillus sp. chicken feather can be applied in growing layer-
MTS. The method was experimental method with a ration 16% respectively or substitute the protein
Completely Randomized Design with five concentrate as much as 53%.

Key words: Concentrate, keratin, basilus, chicken-layer

2014 Agripet : Vol (14) No. 1 : 31-36

PENDAHULUAN1 dimanfaatkan lebih lanjut, yaitu sebagai


sumber protein dalam pakan ternak, pupuk,
Permasalahan yang tak pernah usai di
plastik, lem, biodegradable films atau untuk
industri peternakan adalah terus meningkatnya
produksi asam amino serin, sistin dan prolin.
harga bahan pakan sumber protein yaitu
Potensi bulu ayam di Indonesia sangat besar
konsentrat, tepung ikan/daging dan bungkil
mengingat di tahun 2008 diperkirakan terdapat
kedelai. Dalam usaha peternakan biaya pakan
96.830 ton bulu ayam (Badan Pusat Statistik
mengambil porsi terbesar yaitu sekitar 70
2008). Potensi tersebut jika tidak dimanfaatkan
persen, sehingga diperlukan upaya untuk
maksimal akan menimbulkan dampak buruk
mendapatkan bahan pakan lokal yang dapat
berupa pencemaran lingkungan.
menggantikan peran ketiga bahan sumber
Namun pemanfaatan bulu ayam
protein tersebut. Bulu ayam merupakan limbah
sebagai bahan pakan ternak belum maksimal,
industri pemotongan unggas, limbah ini
karena memiliki keterbatasan dalam
berpotensi sebagai bahan pakan ternak.
penggunaannya akibat rendahnya kualitas
Kandungan nutrien bulu ayam adalah 81%
nutrien limbah tersebut. Bulu ayam, meskipun
protein, 1.2% lemak, 86% bahan kering, dan
kadar proteinnya mencapai 80-90% akan tetapi
1.3% abu (Zerdani et al. 2004), selain itu bulu
protein tersebut tersusun dari protein keratin
ayam mengandung mineral kalsium 0.19%,
yang sulit dicerna oleh unggas (Kim &
fosfor 0.04%, kalium 0.15%, dan sodium
Patterson 2000, Zerdani et al. 2004). Padahal
0.15% (Kim & Patterson 2000). Gupta &
profil asam amino tepung bulu ayam memiliki
Ramnani (2006) melaporkan bahwa degradasi
kemiripan dengan tepung ikan (Sarmwatanakul
secara mekanik, kimia dan biologi/enzimatis
& Bamrongtum 2000; Arunlertaree &
menghasilkan berbagai produk yang dapat
Moolthongnoi 2008). Dengan demikian
diperlukan berbagai upaya agar bulu ayam
Corresponding author : sirahayu27@gmail.com dapat ditingkatkan kualitasnya sehingga

Agripet Vol 14, No. 1, April 2014


31
memberi manfaat lebih besar bagi dunia kosentrat, tepung ikan/daging dan bungkil
peternakan. kedele maupun ternak ruminansia sebagai
Untuk meningkatkan kualitas nutrien protein by-pass.
bulu ayam sebagai pakan ternak, beberapa
peneliti telah berupaya melakukan hidrolisisis
MATERI DAN METODE
limbah bulu ayam baik secara fisik, kimia
ataupun secara biologis menggunakan mikroba Materi
atau enzim kitinase. Kim & Patterson (2000) Kandang pemeliharaan sebanyak 20
melaporkan bahwa perlakuan fisik berupa petak dan setiap petak diisi 3 ekor ayam
pemanasan menggunakan autoklaf yang petelur, sehingga terdapat DOC (day old chick)
dilanjutkan hidrolisis menggunakan NaOH, sebanyak 60 ekor. Komposisi pakan penelitian
mampu meningkatkan daya cerna bulu ayam yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
dibandingkan kontrol. Berbagai mikroba dari
genus Bacillus, Steptomyces dan fungi (Mucus, Metode.
Rhyzopus dan Aspergillus) yang aktif pada Penelitian dilaksanakan secara
suhu ruang, dilaporkan dapat diaplikasikan eksperimental menggunakan Rancangan Acak
untuk fermentasi bulu ayam. Teknik fermentasi Lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan.
bulu ayam menggunakan mikroba spesifik Sebagai perlakuan adalah taraf penggantian
penghasil keratinase mampu meningkatkan konsentrat ayam starter (Charoen pokphand)
performa ayam broiler (Odetallah et al. 2003), oleh tepung keratin yaitu 0, 4, 8, 12, dan 16%
asam amino esensial dan kadar proteinnya (R0. R1, R2, R3 dan R4). Setiap ulangan terdiri
(Williams et al. 1991; Bertch dan Coello dari 3 ekor yang dipelihara selama 8 minggu
2005), menurunkan fraksi serat (Belewu et al. (dua bulan).
2008) dan menggantikan tepung ikan
Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Pakan Penelitian
(Arunlertaree & Moolthongnoi 2008).
Rahayu dkk (2012) melaporkan Bahan Pakan R0 R1 R2 R3 R4
perlakuan hidrolisis menggunakan autoklaf, Konsentrat (%)1 42 38 34 30 26
Tep Bulu Ayam (%)2 0 4 8 12 16
NaOH-Na 2S dan fermentasi dengan Bacillus
Jagung (%) 40 40 40 40 40
sp. MTS menyebabkan penurunan kadar
Onggok (%) 15 15 15 15 15
bahan kering, protein, lemak dan abu namun Dedak (%) 3 3 3 3 3
meningkatkan kadar serat tepung keratin. Bahan Kering (%)3 85 85 85 86 86
Total penurunan kadar protein sebesar 7.5% Protein (%)3 19,3 20,9 22,4 24 25,5
(78.8% menjadi 73%), lemak 46% dan Serat Kasar (%)3 5,3 5,1 4,9 4,8 4,7
peningkatan serat keratin sebesar 41%. Uji Lemak (%)3 2,8 2,9 3,1 3,2 3,3
daya larut tepung keratin dalam pepsin Ca (%) 0,9 0,9 0,9 0,8 0,8
menginformasikan bahwa perlakuan P (%) 0,7 0,6 0,6 0,6 0,6
Energi (kkal/kg)3 2908 2923 2938 2953 2968
hidrolisis secara bertahap mampu
Keterangan : 1. Produksi Charoen Pokphand
meningkatkan kelarutan proteinnya sebesar 2. Diolah secara fisiko-kimia & fermentasi
enam kali lipat, meskipun di sisi lain 3. Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan
mengakibatkan peningkatan kadar seratnya. Ternak-Fapet Unsoed

Penelitian ini bertujuan menguji tepung


keratin yang telah diolah secara fisiko-kimia Pembuatan inokulum
dan fermentasi sebagai pengganti konsentrat Isolat bakteri Bacillus sp. MTS
dalam pakan ayam petelur grower. ditumbuhkan dalam media nutrient broth pada
Pengolahan bulu ayam menjadi produk 37°C selama 16-20 jam, kemudian bakteri
tepung keratin, selain akan menambah nilai dipindahkan ke media minimal yang
ekonomis juga dapat mencegah pencemaran mengandung 1% tepung bulu ayam (Lin et al.,
lingkungan. Sebagai pakan ternak, tepung 1992) dan diinkubasi semalam.
keratin dapat diaplikasikan baik pada ternak
non ruminansia sebagai bahan pakan pengganti

Substitusi Konsentrat Protein Menggunakan Tepung Bulu Ayam yang Diolah Secara …. (Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Si. et al)
32
Pembuatan tepung keratin
Bulu ayam yang dikoleksi dari
beberapa tempat pemotongan ayam kemudian
direbus dalam larutan yang mengandung 0.5%
NaOH selama 45 menit. Bulu selanjutnya
direndam dalam larutan 0.5% NaOH dan Na2S
pada 60°C. Residu bahan kimia dihilangkan
dengan cara bulu dicuci menggunakan air
mengalir. Setelah ditiriskan, bulu disterilisasi
menggunakan autoklaf pada tekanan 121 atm Gambar 1. Pengaruh substitusi konsentrat oleh tepung bulu
ayam fermentasi terhadap pertumbuhan ayam
selama 20 menit. Sebanyak 10% (b/v) petelur jantan umur 8 minggu
inokulum Bacillus sp. MTS diinokulasikan dan
bulu kemudian difermentasi selama empat hari Ayam yang diberi pakan substitusi
pada 37°C. Setelah dikeringkan di dalam oven konsentrat oleh tepung keratin (taraf 0, 4, 8,
60°C selama 2 hari selanjutnya bulu digiling 12 dan 16% atau R0, R1, R2, R3 dan R4)
menjadi tepung keratin. tampak menghasilkan pertambahan bobot
badan sekitar 300 gram, namun
Peubah pertumbuhan ayam pada perlakuan R4
yang diukur dan diamati pada tahap ini memperlihatkan kecenderungan menurun.
adalah pertumbuhan, konsumsi dan konversi Rerata bobot ayam pada perlakuan pakan
pakan. Data pertumbuhan diperoleh percobaan R0-R3 berkisar 466-492 gram,
berdasarkan selisih bobot awal dan akhir dan sedangkan R4 sebesar 411 gram. Bobot
kemudian dirata-ratakan. Konsumsi pakan badan ayam pada perlakuan R4 adalah
diukur dengan menghitung jumlah pemberian paling rendah, hal ini sejalan dengan data
dikurangi pakan sisa. Data konversi pakan pertumbuhannya. Hal ini mengindikasikan
diperoleh dengan membandingkan jumlah subsitusi konsentrat oleh tepung bulu mulai
konsumsi pakan dengan pertambahan bobot. menunjukkan pengaruh terhadap
pertumbuhan meski secara statistik belum
Analisis Statistik menghasilkan efek nyata.
Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Tabel 2. Bobot Badan Ayam Petelur Umur Sepuluh Minggu
Pengaruh perlakuan terhadap peubah respon PELAKUAN
ULANGAN TOTAL RERATA
diuji dengan sidik ragam, sedangkan untuk 1 2 3 4 (gram) (gram)

mengetahui perbedaan antara nilai tengah 0% Tep Bulu 438 481 478 468 1865 466 ± 19.6
Fermentasi
perlakuan dengan uji orthogonal polinomial 4% Tep Bulu 561 411 463 467 1902 475 ± 62.4
(Steel and Torrie, 1993). Fermentasi
8% Tep Bulu 577 469 503 422 1971 492 ± 65.3
Fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN 12% Tep Bulu 502 445 445 469 1861 465 ± 26.9
Fermentasi
Pertumbuhan dan perkembangan 16% Tep Bulu 393 435 381 435 1644 411 ± 28.1
adalah proses yang berkesinambungan dan Fermentasi
dinamis yang memerlukan kerjasama
berbagai fungsi fisiologis, yang dipengaruhi Substitusi konsentrat oleh tepung
oleh faktor antara lain nutrisi dan efisiensi keratin secara umum mengakibatkan
metabolisme. Susbtitusi konsentrat peningkatan protein pakan, karena kadar
menggunakan tepung bulu ayam yang diolah protein konsentrat sebesar 35% dan tepung
secara fisiko-kimia dan fermentasi tidak bulu 78%. Namun protein yang terdapat
mempengaruhi (P >0.05) pertumbuhan ayam dalam bulu adalah protein serat yang sulit
petelur umur 3-8 minggu (Gambar 1). dicerna, sehingga diduga pada taraf tertentu
substitusi konsentrat oleh tepung keratin
akan menimbulkan efek negatif. Pada

Agripet Vol 14, No. 1, April 2014


33
penelitian ini, tampaknya subsitusi hingga dan R3 sekitar 1.7-1.9 sedangkan R4
taraf 16% belum menimbulkan efek negatif sebesar 2.2 (Gambar 3).
terhadap pertumbuhan dan bobot badan Faktor utama yang mempengaruhi
ayam. Hal ini menginformasikan bahwa konsumsi pakan adalah kandungan energi
proses pengolahan bulu ayam secara fisiko- dan serat kasar pakan. Bulu ayam
kimia yang dilanjutkan dengan fermentasi mengandung protein serat yang disebut
menggunakan bakteri keratinolitik, secara keratin. Semakin meningkat penggantian
efektif mampu membuat bulu ayam menjadi konsentrat oleh tepung keratin maka
lebih mudah dicerna. Proses fisiko-kimia kandungan protein semakin meningkat dan
(pemanasan dalam larutan kimia) mampu energi tetap. Kadar protein dan energi pakan
melunturkan lapisan lilin bulu sehingga bulu R0 adalah 19.3% dan 2908 Kkal/kg, setiap
lebih larut. Proses fermentasi oleh bakteri penggunaan bulu sebesar 4% maka terjadi
penghasil enzim keratinase dan reduktase kenaikan protein pakan sehingga kadar
mampu menghidrolisis ikatan peptida dan protein pakan perlakuan R1, R2, R3 dan R4
disulfida pada protein keratin. menjadi 20.9; 22.4; 24.0 dan 25.5%.

Gambar 2. Pengaruh substitusi konsentrat oleh tepung bulu Gambar 3. Pengaruh substitusi konsentrat oleh tepung bulu
ayam fermentasi terhadap konsumsi ayam petelur ayam fermentasi terhadap konversi ayam petelur
jantan umur 8 minggu jantan umur 8 minggu

Kedua tahap proses tersebut menyebabkan Kadar protein R2, R3 dan R4


nutrien (protein/asam amino) yang terdapat tampak jauh lebih tinggi dari kebutuhan
pada tepung bulu olahan dapat dimanfaatkan protein ayam petelur grower yaitu sebesar
dengan baik dan menghasilkan pertumbuhan 18%. Meningkatnya kadar protein pakan
serta bobot badan yang sama dengan ayam akibat meningkatnya taraf tepung bulu tidak
kontrol mampu meningkatkan bobot badan ayam.
Konversi pakan menunjukkan Hal ini disebabkan protein bulu (keratin)
kemampuan ternak dalam mengubah pakan merupakan protein struktural yang
menjadi produk (daging, susu dan telur). berbentuk serat dan hanya memiliki
Secara spesifik, konversi pakan merupakan kelarutan protein sebesar 30%.Informasi
perbandingan antara jumlah pakan yang respon penggunaan bulu ayam yang diolah
dikonsumsi dengan pertambahan bobot secara kimia pada ayam broiler telah banyak
badan. Susbtitusi konsentrat menggunakan dilaporkan, diantaranya Erpomen dan
tepung keratin produk pengolahan secara Mirnawati (2010) melaporkan bulu ayam
fisiko-kimia dan fermentasi tidak yang diolah menggunakan 0.2% NaOH dan
mempengaruhi (P > 0.05) konsumsi dan dipanaskan selama 90 menit dapat
konversi pakan ayam petelur umur 3-8 digunakan hingga taraf 15% (75% pengganti
minggu. Konsumsi pakan pada perlakuan tepung ikan) dalam ransum broiler. Bulu
R0, R1, R2 dan R3 sekitar 500 gram ayam yang direbus 30 menit hanya mampu
sedangkan R4 mendekati 600 gram (Gambar menggantikan 3% bungkil kedele dalam
2). Konversi pakan perlakuan R0, R1, R2 pakan broiler (Ochetim, 1993). El Boushy et

Substitusi Konsentrat Protein Menggunakan Tepung Bulu Ayam yang Diolah Secara …. (Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Si. et al)
34
al. (1990) melaporkan bahwa hidrolisat bulu El Boushy, A.R., Van der Poel, AFB. and
dapat digunakan dalam pakan ayam broiler Walraven, OED., 1990. Feather
hingga 6%, ayam petelur 7% dan kalkun 5% meal—A biological waste: Its
tanpa mempengaruhi produktivitas dan processing and utilization as a
kesehatannya. feedstuff for poultry. Biological
Wastes 32 (1): 39–74.
KESIMPULAN Erpomen dan Mirnawati., 2010. Peningkatan
Bulu ayam yang diolah menjadi tepung kualitas bulu ayam melalui pengolahan
keratin menggunakan teknik perebusan dalam dan pemanfaatannya sebagai pengganti
larutan mengandung 0.5% NaOH dan Na2S tepung ikan dalam ransum ayam
yang dilanjutkan fermentasi menggunakan broiler. Fakultas Peternakan-Unad,
bakteri keratinolitik Bacillus sp. MTS, dapat Padang.
digunakan hingga 16% dalam pakan ayam Gupta R., Ramnani, P., 2006. Microbial ases
petelur grower. Tepung keratin bulu ayam and their prospective applications an
tersebut mampu menggantikan konsentrat overview. Appl Microbiol
ayam petelur hingga 35% tanpa mempengaruhi Biotechnol 70: 21-33.
pertumbuhan, konsumsi dan konversi
Lin, X., Lee, C. G,. Casale, ES., Shih, JCH.,
pakannya.
1992. Purification and characterization
of a ase from a Bacilluslicheniformis
UCAPAN TERIMA KASIH strain. Appl Environ Microbiol 58:
Penelitian ini mendapat dukungan dana 3271-3275
dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kim, W. K and Patterson, P. H., 2000.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nutritional Value of Enzyme- or
Nasional melalui program penelitian Riset Sodium Hydroxide-Treated
Unggulan-BOPTN No. Kept. Feathers from Dead Hens. Poultry
2731/UN23.10/PN.01.00/2013. Science 79:528-534
Odetallah, N. H., Wang, J. J., Garlich, J. D.,
DAFTAR PUSTAKA Shih, J. C., 2003. ase in starter diets
Arunlertaree, C and Moolthongnoi, C., 2008. improves growth of broiler
The use of fermented feather meal for chicks. Poultry Sci 82 (4): 664-
replacement fish meal in the diet of 670.
oreochromis niloticus. Environment Ochetim, S. 1993., The effect of partial
and Natural Resources J. 6 (1): replacement of soyabean meal with
13-24 boiled feather meal on the
Badan Pusat Statistik. 2008., ”Populasi Ternak performance of broiler chickens. AJAS
2000-2008”. http://www.bps.go.id. [17 6 (4): 597-600
April 2010] Rahayu S., Suhartono, MT., Syah, D.,
Belewu, MA., Asafa, AR., Ogunleke, FO., Suwanto, A., 2010. Preliminary studi
2008. Processing of Feather Meal by on ase from two Indonesian
Solid State Fermentation. isolates. J. of Anim. Prod. Vol.
Biotechnology 7 (3): 589-591. 12 No. 1 pp. 60-68

Bertsch , A., Coello, M., 2005. A Sarmwatanakul, A. and Bamrongtum, B.,


biotechnological process for treatment 2000. Aquarium Fish Nutrition.
and recycling poultry feathers as a Extension paper No. 1/2000.
feed ingredient. Biores. Technol. 96: Ornament Fish Research and Public
1703-1708. Aquarium. Bangkok.

Agripet Vol 14, No. 1, April 2014


35
Steel, R. G. D. dan Torrie, J. H.1993. Prinsip product, feather-lysate, as a feed
dan Prosedur Statistika (Pendekatan protein. Poultry Sci. 70:85–94.
Biometrik) Penerjemah B. Sumantri.
Zerdani, I., Faid M., Malki, A. 2004. Feather
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
wastes digestion by new isolated
Williams C. M., Lee, C. G., Garlich, J. D. and strains Bacillus sp. in Morocco.
Shih, J.C.H. 1991. Evaluation of a African J Biotechnol 3 (1): 67-70.
bacterial feather fermentation

Substitusi Konsentrat Protein Menggunakan Tepung Bulu Ayam yang Diolah Secara …. (Dr. Ir. Sri Rahayu, M.Si. et al)
36

Anda mungkin juga menyukai