A. Komunikasi
1. Pengertian
Komunikasi berasal dari perkataan ”communicare” yang artinya berpartisipasi atau
memberitahukan atau ”communis” yang artinya milik bersama atau berlaku dimana-mana. Komunikasi
adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling
percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain (Azwar, 1996).
Menurut Taylor, C.et.al, (1993 dalam Utami 1998) komunikasi merupakan suatu proses pertukaran
informasi atau proses pemberian arti sesuatu.
Sedangkan Huber (2000) menyebutkan bahwa, komunikasi adalah seni tentang struktur dan
pengiriman pesan, sehingga orang lain dapat mengerti dan menerimanya. Demikian juga Anderson &
Treadway (1999) dalam Huber (2000) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana
informasi ditranmisikan melalui sebuah sistem lewat simbol, tanda atau perilaku. Model komunikasi
menggambarkan suatu proses lingkaran dari pengirim yang mengirimkan suatu pesan melalui suatu
media, dan penerima dapat menerima pesan tersebut yang memungkinkan terjadinya umpan balik
antara pengirim dan penerima.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses pertukaran informasi atau proses pemberian arti dari sesuatu. Pada umumnya tujuan orang
berkomunikasi antara lain untuk : membagi informasi yang dimiliki kepada orang lain : mempengaruhi
orang lain, saling mengerti satu sama lain; menyampaikan sesuatu yang dirasakan dan memperoleh
informasi tentang sesuatu.
Cusway & Lodge, (1995) menyatakan komunikasi dianggap efektif bila gagasan yang
disampaikan kepada seseorang berhasil diterima dengan baik. Halangan besar untuk mencapai
komunikasi yang efektif adalah jika terjadi aneka macam persepsi. Feldman (1983) menyatakan bahwa
persepsi adalah cara seseorang mengolah dan menginterpretasikan informasi yang mereka terima,
dibentuk oleh harapan dan pengalaman individu. Persepsi individu pada suatu situasi yang sama dapat
berbeda, hal ini terjadi karena masing-masing individu memiliki kepribadian, nilai dan pengalaman
hidup yang unik, sehingga masing-masing akan menerima dan menginterpretasikan pesan secara
berbeda. Sebagai contoh, persepsi perawat dan keluarga pasien dapat berbeda dalam melihat perilaku
pasien depresi.
Pengirim informasi merupakan unsur yang penting dalam berkomunikasi, demikian pula
penerima informasi tidak boleh diabaikan karena dapat memberikan umpan balik kepada pengirim
informasi. Pentingnya umpan balik tidak dapat disangkal lagi, karena efektivitas komunikasi sangat
tergantung pada adanya umpan balik tersebut. Thoha (1996) menguraikan karakteristik umpan balik
yang efektif adalah sebagai berikut: 1) diarahkan untuk membantu staf, 2) dirancang untuk membekali
penerima dengan informasi yang khusus dan terperinci, sehingga mereka mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan pada situasi yang tepat, 3) lebih menekankan pada pemberian penjelasan
mengenai pelaksanaan pekerjaan, 4) mengandung informasi yang dapat digunakan oleh staf untuk
memperbaiki pekerjaannya, 5) tepat waktu, artinya semakin segera umpan balik diberikan semakin
baik, 6) kesiapan staf untuk menerima dan memberi umpan balik, 7) jelas atau mudah dimengerti oleh
penerima, 8) benar dan sah.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan
tindakan komunikator dapat diterima orang lain (komunikan).
b. Manfaat
1. Mencapai pengertian satu dengan yang lain
2. Membina keperacayaan
3. Mengkoord tindakan
4. M.renc strategi u/ pencapaian s/u tujuan
5. Do it pembagian job
6. Do it aktiv klp
7. Mencari pemecahan masalah bersama
c. Fungsi
Seatt & Mitchell dalam Higgins 82, mengidentifikasi 4 fungsi komunikasi :
1. EMOSI
Orientasinya perasaan, mengekspresikan tdk puas, kegemb/kepahitan
2. MOTIVASI
Orient – give dorongan : instruksi, penghargaan, tindk disiplin
3. INFO
Orient – penyamp info u/ p.ambilan keptsan
4. KONTROL
Orient – perilaku : kontrol perilaku orla – peraturan, penjlsan tgs otoritas & struktur organisasi
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba
(2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal.
a. Komunikasi Verbal.
Komunikasi verbal terkait dengan penggunaan kata-kata atau tulisan. Bahasa dapat efektif
bila pengirim dan penerima mengerti pesan secara jelas. Seorang perawat sering kali merawat
klien dari berbagai daerah yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerahnya.
Perbedaan bahasa ini biasanya dapat menimbulkan salah paham/persepsi. Oleh karena itu untuk
membuat pesan menjadi jelas dan relevan, maka seorang perawat harus menguasai teknik
komunikasi verbal yang efektif.
Menurut utami (1998) karakteristik komunikasi verbal yang efektif adalah :
1) Jelas dan Ringkas.
Komunikasi yang efektif harus pendek, sederhana dan langsung. Biasanya penggunaan contoh
dapat membuat penjelasan lebih mudah dimengerti, mengulangi bagian yang penting dari
pesan serta meringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana.
2) Perbendaharaan kata.
Dalam keperawatan dan kedokteran sangat banyak istilah teknis, dimana jika hal ini digunakan
seringkali klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Untuk itu agar klien mampu menerjemahkan kata dan ucapan pengirim
pesan, maka ucapkanlah pesan dengan istilah yang dimengerti oleh klien.
3) Arti Denotatif dan Konotatif.
Arti denotatif mempunyai pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan
arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
Penggunaan kata ”serius” untuk menggambarkan kondisi klien dapat ditafsirkan keluarga
sebagai kondisi yang mendekati kematian, padahal untuk menjelaskan kondisi tersebut
perawat akan menggunakan kata ”kritis” oleh sebab itu berkomunikasi dengan klien dan
keluarganya perawat harus hati-hati dalam memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalahartikan.
4) Intonasi.
Emosi seseorang secara langsung mempengaruhi intonasi suaranya, bunyi suara pembicara
dapat mempengaruhi arti pesan, sehingga perawat harus menyadari hal ini ketika berinteraksi
dengan klien. Sebagai contoh kalimat sederhana seperti : ”apa kabar?” dapat diekspresikan
dengan penuh perhatian, gembira, susah dan lain-lain.
5) Kecepatan berbicara.
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat, sehingga kata-kata tidak jelas. Keberhasilan
perawat dalam melakukan komunikasi verbal sangat dipengaruhi oleh kecepatan bicara.
Dalam hal ini perawat dapat menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu cepat atau
terlalu lambat.
6) Humor.
Tertawa dapat mengurangi ketegangan, rasa sakit yang mengakibatkan stres dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien (Dugan, 1989).
4) Sentuhan.
Perhatian, kasih sayang dan dukungan emosional dapat disampaikan melalui sentuhan
terhadap suatu obyek. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat
klien, namun harus diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima
oleh klien.
3. Komunikasi Tertulis
Komunikasi yang disampaikan secara tertulis, baik dengan tulisan manual maupun tulisan dari media.
Menurut Widjaja (2000), dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1. Komunikasi tertulis
2. Komunikasi verbal
3. Komunikasi non verbal
4. Komunikasi satu arah
Kom mengirim pesannya mll saluran/media & diterima o/ komunikan & tidak ada umpan
balik
5. Komunikasi dua arah
komunikator memberi pesan/berita → diterima o/ komunikan → memberi umpan balik
4. Tahapan Komunikasi :
Menurut Courtland L.Boree dan John U.Thil
1. Pengirim mempunyai suatu ide/gagasan
2. Ide diubah menjadi suatu pesan
3. Pemindahan pesan
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim
5. Proses Komunikasi
2.ENCODING
3. PENGIRIMAN BERITA Mengubah berita kedalam
sandi2/simbol2 verbal/non
2 4
Pilihan komunikator thd media /sal
kom lisan : tlp, org/videotape yg mampu memindahkan
Keuntungan : K.semp u/ interaksipengertian →cpt sampai,
langsung berita kata2
3
feed back segera p.cakapan, tulisan, angka,
Kom tulisan : memo, surat, lap, gerakan
buletin
keuntungan : penyediaan lap & dokumen u/ kepentingan wkt
mendatang
4. PENERIMA
USE PANCA INDERA
5. DECODING
Pengertian simbol2 oleh penerima
6. FEED BACK
Komunikasi sebagai suatu Proses :
Bermaksud mberikan pengertian mll pengiriman berita simbolis
Dapat menghubungkan para anggota sbg satuan orgns berbeda dg bidang berbeda
Memiliki konsep dengan unsur-unsur :
1. S/u keg u/ membuat org mengerti
2. S/u sarana pengaliran informasi
3. S/u sistem bagi terjalinnya komunikasi antara indiv2
Pandangan tradional thd kom tlh banyak b.ubah oleh perkembangan teknologi
“bahwa kom tdk hanya tjd antara 2/>> indv but jg ant org2 & mesin2 bahkan ant mesin dg mesin”
1. PENGERTIAN
Stuart dan Sundeen (1998) menguraikan pengertian komunikasi terapeutik yaitu suatu proses
yang melibatkan usaha-usaha untuk membina hubungan terapeutik antara perawat-klien dan saling
membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik dan berorientasi
pada masa sekarang.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu interaksi antara perawat-klien yang dapat
meningkatkan tumbuh kembang pada klien. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien. Bila perawat tidak memperhatikan kualitas
hubungan tersebut, maka hubungan perawat-klien bukanlah hubungan yang memberikan dampak
terapeutik yang akhirnya akan mempercepat proses penyembuhan klien, akan tetapi lebih kapada
hubungan sosoial.
2. KEGUNAAN
Manfaat komunikasi terapeutik ( Christina, ddk. 2003) adalah :
a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan pasien melalui hubungan
perawat dan klien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat.
3. TUJUAN
Menurut Stuart dan Sundeen juga Linberg, Hunter dan Kruszweski (dikutip dari Hamid, 1996)
bahwa tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai.
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan personal
yang realistis.
KOMUNIKASI THERAPEUTIK :
KOMUNIKASI SOSIAL : 1. Terjadi antara P-K atau team kesehatan
1. Terjadi setiap hari antar orang per orang baik lainnya;
dalam pergaulan maupun lingkungan kerja; 2. Komunikasi lebih akrab karena mempunyai
2. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak tujuan, berfokus pada pasien yang
mempunyai tujuan; membutuhkan bantuan;
3. Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan aktivitas 3. Perawat secara aktif mendengarkan dan
sosial dll memberi respon kepada pesan dengan cara
4. Pembicaraan tidak mempunyai fokus tertentu menunjukkan sikap mau menerima dan mau
tapi lebih mengarah kebersamaan dan rasa memahami------ mendorong pasien utk
senang berbicara terbuka tentang dirinya dan
5. Dapat direncanakan , tetapi dapat juga tidak membantu pasien untuk melihat dan
direncanakan memperhatikan apa yang tidak disadari
sebelumnya
Menurut Roger dalan Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat)
dalam melakukan helping relationship :
1. Kejujuran
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
3. Bersikap positif
4. Empati
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
1. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien
dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau
mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan
untuk berkomunikasi.
5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
memberi respon kepada klien.
1. Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yg terlalu dini sampai dgn pasien menunjukkan kesiapan utk berespon
positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada pasien
2. Sikap empati
Bentuk sikap dgn cara menempatkan diri kita pada posisi klien dan klg.
3. Sikap hormat
Bentuk sikap yg menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai klien. EX
: senyum pada saat yg tepat, melakukan jabat tangan atau sentuhan yang lembut dgn seizin komunikan.
4. Sikap Konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yg spesifik dan bukan abstrak pada saat kom dgn
klien , EX : gambar, mainan, dll.
Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut (Hamid, 1998) :
Dalam setiap fase terdapat tugas atau kegiatan petugas yang harus terselesaikan.
a. Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas petugas
pada fase ini yaitu :
1. Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;
2. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk
memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu
belajar kembali, diskusi teman kelompok;
3. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi;
4. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan
klien.
b. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali
bertemu dengan klien fase ini digunakan petugas untuk berkenalan dengan klien dan merupakan
langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama petugas pada tahap ini adalah
memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam
mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka.
Untuk membina hubungan saling percaya petugas harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima
klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien;
2. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah
interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik
pertemuan;
3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong klien
mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka;
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi.
Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi
(Stuart,G.W,1998 )
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan orientasi
adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan
mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.
c. Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini petugas
bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Petugas dan klien mengeksplorasi stressor dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku
klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik
komunikasi terapeutik yang sering digunakan petugas antara lain mengeksplorasi, mendengarkan
dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip
dari Suryani, 2005)
d. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina
dan berada pada tingkat optimal. Petugas dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat
terjadi pada saat petugas mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Petugas dan
klien bersama-sama meninjau kembali proses kepetugasan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan.
Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, petugas menggunakan konsep
kehilangan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan petugas, yang dibagi dua yaitu:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut
evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan
dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005);
2. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah
berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut
pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.
Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses kepetugasan dalam
24 jam;
4. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah
topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi
akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah
dicapai selama interaksi.
2. Menunjukkan penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang
menyatakan tidak percaya. Sikap perawat yang menunjukkan penerimaan adalah : mendengarkan tanpa
memutus pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menyatakan pengertian, menggunakan
isyarat non verbal yang cocok dengan komunikasi verbal, menghindari perdebatan, dan ekspresi
keraguan atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang
disampaikan oleh klien. Oleh karena itu pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan gunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks sosial budaya klien. Sebagai contoh : ”
Tadi anda katakan anda memiliki 3 orang saudara, siapa yang anda rasa paling dekat dengan anda?”
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa ia mengerti
pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan. Contoh : Klien : ” Saya tidak dapat tidur, sepanjang
malam saya terjaga”
Perawat : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur......”.
5. Mengklarifikasi.
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata. Teknik ini untuk
menyamakan pengertian. Contoh : Perawat dapat mengatakan : ”apa yang anda maksudkan
dengan.......”.
6. Memfokuskan.
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik
dan dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah mengusahakan tidak memutus
pembicaraan ketika klien membicarakan masalah yang penting. Contoh : ” Hal ini tampaknya penting,
mari kita bicarakan lebih dalam lagi ” atau ” apa yang sudah kita sepakati untuk dibicarakan?”.
7. Menyatakan hasil observasi.
Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya
sehingga klien dapat mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Dalam hal ini
perawat menguraikan pesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien. Teknik ini seringkali
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat harus bertanya. Contoh : ”Anda tampak tegang
” atau ” anda tampak tidak tenang apabila anda......
8. Menawarkan informasi.
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat
tidak dibenarkan memberikan nasihat kepada klien ketika memberi informasi, karena tujuan dari
tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9. Diam.
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya.
Penggunaan metoda ini memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu, jika tidak maka akan
menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya
sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan.
10. Meringkas.
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini
bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pembicaraan
berikutnya. Disamping itu, meringkas membantu perawat untuk mengulang aspek penting dalam
interaksinya, sehingga dapat melanjutkan kepada interaksi berikutnya. Contoh : ” Selama lima belas
menit ini anda dan saya telah membicarakan........”
11. Memberikan Penghargaan.
Penghargaan janganlah menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan
melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya, selain itu,
teknik ini tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa yang ini bagus dan yang sebaliknya buruk
contoh : ”ibu tampak cocok sekali menggunakan baju berwarna kuning ini”.
12. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Untuk klien
yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya dalam interaksi ini, perawat dapat
menstimulusnya untuk mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan. Contoh : ”Adakah sesuatu
yang anda bicarakan ?” atau ”apakah yang sedang anda pikirkan?”.
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik
dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Contoh : ”....Teruskan....” atau dan kemudian....? atau
”coba ceritakan kepada saya tentang hal tersebut”.
14. Menempatkan kejadian secara berurutan.
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu
perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan klien untuk melihat kejadian
berikutnya yang merupakan akibat dari kejadian sebelumnya. Contoh : ”Apakah yang terjadi sebelum
dan sesudah kejadian tersebut ?” atau ”kapan kejadian tersebut terjadi ?”.
15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien.
Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Sementara itu perawat
harus waspada terhadap gejala ansietas yang mungkin muncul. Contoh : ”Coba ceritakan kepada saya
bagaimana perasaan saudara saat akan dioperasi”.
16. Refleksi.
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide serta
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa
pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya,
membuat keputusan dan memikirkan dirinya sendiri. Contoh : Klien : ”Apakah menurut anda saya
harus mengatakannya kepada dokter ?” Perawat : ”Apakah menurut anda sendiri anda harus
mengatakannya ?”.
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter : & Perry 1993)
1. Perkembangan
Pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa maupun proses berfikir.
2. Persepsi
adalah pandangan pribadi seseorang terhadap sesuatu kejadian atau peristiwa. Persepsi dibentuk
oleh pengharapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya
KOMUNIKASI
3. Nilai
adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat saat berinteraksi .
4. Latar belakang sosial
Bahasa dan gaya komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi
cara bertindak dan berkomunikasi.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih, senang
akan mempengaruhi dalam berkomunikasi
6. Jenis Kelamin
Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi.
7. Pengetahuan
8. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi.
9. Lingkungan
Mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat akan
menimbulkan kerancuan, ketegangan.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman.
11. Citra diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan dan
kekurangannya
12. Kondisi Fisik
Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya, indra pembicaraan mempunyai
andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.
KETERAMPILAN DALAM BERBICARA AGAR BERKOMUNIKASI YANG BAIK, BENAR DAN
EFEKTIF
PERCAYA DIRI
UCAPKAN KATA-KATA DENGAN JELAS DAN PERLAHAN-LAHAN
BICARA DENGAN WAJAR SEPERTI BIASANYA JANGAN TERKESAN SEBAGAI PENYAIR
ATAU SEDANG DEKLAMASI.