Lugina Prativi
Email: prativi.lugina@yahoo.com
ABSTRAK
Skripsi ini membahas faktor yang mempengaruhi stres kerja di fungsi Operasi dan Produksi
PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2012. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori Cox,
Griffith, dan Rial-Gonzales tahun 2000 dengan variabel yang digunakan yaitu Bahaya Fisik
berupa kebisingan, Konten Pekerjaan (Beban Kerja dan Desain Kerja) dan Konteks Pekerjaan
yaitu (Hubungan Interpersonal, Peran di Organisasi dan Pengembangan Karir). Data primer
diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan observasi langsung ke area
kerja, sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi literatur terdahulu.
Hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah bahaya fisik dari kebisingan,
sedangkan bahaya psikososial pada konten pekerjaan yaitu beban kerja dan kontek pekerjaan
yaitu hubungan intepersonal.
Kata Kunci: Stres Kerja, Bahaya Fisik, Bahaya Psikososial, Beban Kerja Hubungan
Interpersonal, Pekerja Operasi dan Produksi
ABSTRACT
This research is the factors that influence job stress in the worker of Operations and
Production PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area in 2012. This research is a
qualitative case study design. This study using the theory of Cox, Griffith, and Rial-Gonzalez
in 2000 with the variable is a Physical Hazards such as noise, Content to Works (Workload
and Work Design) and Context to Work (Interpersonal Relationships, Role in Organizations
and Career Development). The primary data obtained by the informant in-depth interviews
PENDAHULUAN
Setiap pekerjaan yang dilakukan pekerja mengandung bahaya. Cox, Griffith & Rial-
Gonzales (2000) mengelompokkan bahaya menjadi dua bagian yaitu bahaya fisik dan bahaya
psikososial. Stres kerja diketahui menyebabkan berbagai masalah kesehatan kerja. Kemajuan
dan perkembangan teknologi memperlambat kemampuan manusia untuk mempertahankan
produktivitas sehingga menjadi lebih rentan terkena stres kerja (National Safety Council,
1994). Berdasarkan hasil survei ahli kesehatan, 60-90% dari pengunjung rumah sakit
mengeluhkan penyakit terkait stres kerja seperti: sakit kepala, gastrointestinal, pegal pada
bagian tulang belakang, dan penyakit kardiovaskular. (Cumming& VandenBos, 1981 dalam
Sulsky 2005). Selain itu, Studi menunjukkan stres mempengaruhi 50%-60% dari hilang hari
kerja. Hal ini mempengaruhi biaya pengeluaran perusahaan yang besar dan menggangu
kinerja perusahaan. (European Agency For Safety and Health at Work, 2009).
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai organisasi internasional telah meningkatkan
kesadaran mengenai risiko psikososial dan pekerjaan yang berhubungan dengan stres.
Meskipun sudah ada kemajuan dalam pemahaman yang berhubungan dengan stres kerja,
masih ada kesenjangan dalam prakteknya di tingkat perusahaan (Safety And Health At Work,
2012). Pada negara-negara berkembang adanya perubahan besar dalam konteks sosial, politik
dan ekonomi di lingkungan kerja mempunyai risiko dalam aspek psikososial. Stres terkait
pekerjaan harus mulai diperhatikan. (International Journal Of Occupational Medicine And
Environmental Health, 2010). Hal ini diperkuat dengan penelitian cross-sectional dari Journal
Of Psychosomatic Research tahun 2006 yang menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan
(35%) dari populasi sampel dari pekerja pabrik mengalami masalah kesehatan yang terukur
dalam bentuk kecemasan, gangguan tidur, depresi, keluhan somatik dan indikator klinis lain
dari stres.
PT. Pertamina Geothermal Energy merupakan salah satu perusahaan di bidang panas
bumi yang menjadikan uap panas bumi dirubah menjadi energi listrik untuk membantu
pemerintahan dalam hal pemanfaatan energi ramah lingkungan. Bagian Operasi Produksi PT.
METODE
Desain Studi
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan cara wawancara mendalam dan
observasi. Tujuan menggunakan desain kualitatif adalah untuk memahami secara utuh suatu
kasus tanpa dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa upaya
menggenaralisasi (Poerwandari, 2001). Studi ini juga dipilih karena dapat menyajikan secara
deskriptif yang mendalam dan lengkap, menyajikan informasi yang fokus dan bersifat empirik
sesuai dengan konteksnya (Anggorodi, 2007)
Metodologi kualitatif adalah suatu metode yang dapat digunakan sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (Bogan, Taylor dalam Moleong, 1991). Metodologi ini dapat digunakan
untuk melihat gambaran stres kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja pada
pekerja maupun outsourcing di bagian Operasi Produksi PT. PGE area Kamojang.
Populasi
Penelitian dilakukan di bagian operasi produksi PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE)
area Kamojang daerah Bandung-Garut. Kajian masalah serta wawancara dan observasi
dengan 8 informan yang dilaksanakan pada bulan Nopember-Desember tahun 2012.
Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan yang dipilih dan observasi.
Wawancara dilakukan dengan panduan pedoman wawancara yang telah dibuat. Data sekunder
diperoleh dari data perusahaan maupun riwayat informan.
Instrumen Penelitian
Pedoman wawancara yaitu pedoman yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari informan. Pedoman ini
“Bising sih kalau lagi di lapangan. Kalau shift pagi di CR kan salah 1 ada yang di ruangan,
1 lagi di lapangan. Tapi kalau sore kan biasanya suka hujan jadi dua-duanya turun ke
lapangan. Kalau kita sih pake APD untuk biar gak kena bisingnya, kalau ke penurunan
pendengaran sih belum ya mba karena selama di medical check up gak kenapa-napa.”
(Informan 1 Grup A)
“Iya mba, kalau bagian lagi ke lapangan. Pasti bising dari sumur-sumur. Sejauh ini sih ngga
mba, kan pake APD ya semacam earplug jadi biasa aja.”
(Informan 3 Grup A)
Pada empat informan lainnya yang bekerja di lapangan menyatakan bahwa kebisingan
mempengaruhi penurunan pendengaran serta menggangu komunikasi dan membuat intonasi
suara menjadi lebih tinggi. Bunyi dapat dikelompokkan ke dalam bising jika bunyi tersebut
sifatnya mengganggu, dapat menyakiti telinga maupun mengganggu konsentrasi dan
kelancaran komunikasi. (Tambunan, 2005).
“Bising, apalagi di lapangan. Kalau di ruangan sih ngga. Cuma kalau gi ke sumur-sumur
pasti bising, Kalau ke penurunan pendengaran sih ngga, Cuma agak terganggu kalau lagi
ngobrol atau lagi penjelasan di lapangan suka gak kedengeran kalau lewat HT”
(Informan 2 Grup A)
(Informan 2 Grup B)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, mayoritas informan dari grup
A,B, dan C menyatakan adanya keluhan kebisingan pada pekerja akibat suara yang
ditimbulkan di dalam sumur maupun pipa-pia pengalir uap. Hal ini, juga dapat dibandingkan
dengan pengukuran kebisingan di area sumur yang mencapai 95 dB. Hasil ini sama dengan
teori Cox, Griifitths, dan Rial-Gonzales (2000) kebisingan dapat mejadi stimulus secara fisik
maupun psikologis yang memperkirakan efek kesehatan dari bising tersebut mempengaruhi
stres secara objektif jika pajanan kebisingannya semakin tinggi.
Mayoritas
informanmenyatakan
kebisingan mempengaruhi
intonasi bicara menjadi lebih
tinggi dan mengganggu
komunikasi saat bekerja.
“Menurut saya, kalau sekarang tuh over ya karena sampel yang dianalisa gak hanya dari
kamojang tetapi dari area panas bumi yang lainnya. Jadi merasa sampelnya banyak banget.”
(Informan 1 Grup C)
“Kalau dibilang banyak untuk parameter tidak banyak, cuma jumlah sampelnya menurut
saya banyak karena tidak hanya untuk Area Kamojang. Kalau untuk kamojang saja terlalu
banyak tetapi masalahnya harus menganalisa sampel dari luar kamojang juga seperti
Lahendong, Ulu Lais, Ulu Belu, juga area geothermal lainnya”
(Informan 2 Grup C)
“Kalau selama saya disini, analisa mulai banyak dan meningkat karena sampelnya juga gak
hanya dari kamojang. Jadi merasa keteteran.”
(Informan 3 Grup C)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan dapat disimpulkan bahwa beban kerja
merupakan stressor (Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales, 2000). Pada pekerja di operasi
produksi dan lebih bersifat kuantitatif yaitu jumlah kerja yang harus diselesaikan. Pekerja
yang merasa beban kerja mereka memberatkan kemugkinan dapat disebabkan karena individu
tersebut merasa tidak memiliki keterampilan, kemampuan, pengetahuan, dan kompetensi yang
diperlukan untuk mengerjakaannya dengan baik, atau dapat pula disebabkan karena sebuah
situasi dimana individu tersebut harus mengerjakan pekerjaan yang terlalu banyak atau tidak
diberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya (Quick & quick, 1984).
Triangulasi Data
Data yang diperoleh berdasarkan literatur dari perusahaan dan wawancara narasumber
selaku asisten manager operasi dan produksi.
2 Konten
Pekerjaan Ada deadline yang sifatnya urgent yang harus Beban kerja
Beban kerja cepat diselesaikan dan ada pula kegiatan rutin merupakan
yang sudah dijadwalkan untuk maintenance stressor pada
oleh subfungsi fasprod. Jika belum selesai pekerja.
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi stres adalah
bahaya fisik berupa kebisingan, hal ini sesuai dengan empat informan yang menyatakan
bahwa kebisingan mempengaruhi stres kerja, selain itu narasumber juga menyatakan hal yang
sama bahwa kebisingan mempengaruhi penurunan pendengaran dan terganggunya dalam
komunikasi saat bekerja. sedangkan dalam kontek pekerjaan beban kerja mempengaruhi stres
kerja tetapi tidak pada desain kerja, hal ini ditunjukkan oleh seluruh informan serta
narasumber yang menyatakan adanya jumlah pekerjaan yang banyak dan adanya tuntutan
Tingkat Stres
Stres yang dirasakan oleh pekerja berada pada tingkat dua (2) dilihat dari tingkatan stres
pada bab tinjauan pustaka sebelumnya, hal ini ditandai dengan adanya keluhan karena
kekurangan energi saat bekerja dan adanya keluhan pusing karena banyaknya pekerjaan.
“Untuk saat ini, kadang saya merasakan sedikit tertekan dan khawatir dengan pekerjaan.
Mungkin ini hanya perasaan saya aja sih mba”
(Informan 3 Grup A)
“kadang saya cepat merasa lelah karena yang dianalisis ini cukup banyak sampelnya”
(Informan 2 Grup C)
Berdasarkan dari data informan yang didapat, stres lebih sering dirasakan oleh para pekerja
dibandingkan dengan outsourcing karena pada outsourcing mereka lebih sungkan untuk
mengutarakan apa yang dirasakan dan lebih menerima keadaan dalam pekerjaan.
REFERENSI
Cooper, Cary dan Marlyn Davidson.1987. Source of Stress at Work and Their Relation to
Stressors in Non Working Environment. Dalam: World Health Organization.
Psychososial Factors at Work and Their Relation To Health. Geneva: World
Health Organization.
Cox, Tom, Amanda Griffith dan Eusobio Rial-Gonzales.2000. Research on Work Related
Stress.Luxemburg: European Agency For Safety and Health.
Dwijayanti, Wenny. 2010. Stres Kerja pada Perawat Pelaksanadi Ruang Rawat Inap RS.
Krakatau Medika Tahun 2010.[Skripsi]. Depok: Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
European Foundation For the Improvement of Living and Working Conditions.2007. Work
Related Stress. Irlandia: Eurofound.
Jaffe, Burton F. Dan Bell, Douglas, W.1983. Chapter14: Workplace Noise and Hearing
Impairmenr. Dalam Barry S. Levy dan David H. Wegman, Occupational Health,
Kasl, Stainslav V dan Sydney Cobb.1983. Psychological and Social Stress in The Workplace.
Dalam Levy, Bary S dan Wegman, David H. Occupational Health Recognizing
and Preventing Work Related Disease. Boston/Toronto: Litle, Brown, and
Company.
Kortum, E. Psychosocial Risk and Work Related Stress in Developing Countries dalam Jurnal
Institute of Work, health and Organization..2010. UK: University of Nothingham.
Stress Workplace. http://www.who.int/occupational_health/topics/stressatwp/en/
26 Desember 2012 pukul 18.17 WIB
Miller, David.2000. Dying to Care? Work Stress and Burnout in HIV/AIDS. London:
Routledge.
National Safety Council. Work-related Stress Emerging Major Global Occupational Health
Hazard. http://www.nsc.org26 Desember 2012 pukul 18.03 WIB
Pratama, M.Ricky.2012. Studi Bahaya Psikososial Terhadap Stres Kerja Pada Petugas
Pemadam Kebakaran Kota Depok. [Skripsi]. Depok: Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Quick JC, Quick JD. 1984. Organizational Stress And Preventive Management. New York:
Mc Graw-Hill
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.