Anda di halaman 1dari 17

GAMBARAN STRES KERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TERJADINYA STRES PADA PEKERJA DI OPERASI DAN PRODUKSI PT.


PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG TAHUN 2012

Lugina Prativi

Departemen Keselamatan dan kesehatan Kerja Fakultas Kesehtan Masyarakat, Universitas


Indonesia, Depok

Email: prativi.lugina@yahoo.com

ABSTRAK

Skripsi ini membahas faktor yang mempengaruhi stres kerja di fungsi Operasi dan Produksi
PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2012. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori Cox,
Griffith, dan Rial-Gonzales tahun 2000 dengan variabel yang digunakan yaitu Bahaya Fisik
berupa kebisingan, Konten Pekerjaan (Beban Kerja dan Desain Kerja) dan Konteks Pekerjaan
yaitu (Hubungan Interpersonal, Peran di Organisasi dan Pengembangan Karir). Data primer
diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan observasi langsung ke area
kerja, sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi literatur terdahulu.
Hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah bahaya fisik dari kebisingan,
sedangkan bahaya psikososial pada konten pekerjaan yaitu beban kerja dan kontek pekerjaan
yaitu hubungan intepersonal.

Kata Kunci: Stres Kerja, Bahaya Fisik, Bahaya Psikososial, Beban Kerja Hubungan
Interpersonal, Pekerja Operasi dan Produksi

ABSTRACT
This research is the factors that influence job stress in the worker of Operations and
Production PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area in 2012. This research is a
qualitative case study design. This study using the theory of Cox, Griffith, and Rial-Gonzalez
in 2000 with the variable is a Physical Hazards such as noise, Content to Works (Workload
and Work Design) and Context to Work (Interpersonal Relationships, Role in Organizations
and Career Development). The primary data obtained by the informant in-depth interviews

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


and direct observation to the work area, while the secondary data obtained from the
company's data and previous literature. The results, factors affecting job stress is physical
hazards of noise, whereas psychosocial hazards on the job content and context of the work
load and the intepersonal relationships.
Keywords: Job Stress, Physical Hazard, Psychosocial Hazard, Workload, Interpersonal
Relationships, Operations and Production Workers

PENDAHULUAN
Setiap pekerjaan yang dilakukan pekerja mengandung bahaya. Cox, Griffith & Rial-
Gonzales (2000) mengelompokkan bahaya menjadi dua bagian yaitu bahaya fisik dan bahaya
psikososial. Stres kerja diketahui menyebabkan berbagai masalah kesehatan kerja. Kemajuan
dan perkembangan teknologi memperlambat kemampuan manusia untuk mempertahankan
produktivitas sehingga menjadi lebih rentan terkena stres kerja (National Safety Council,
1994). Berdasarkan hasil survei ahli kesehatan, 60-90% dari pengunjung rumah sakit
mengeluhkan penyakit terkait stres kerja seperti: sakit kepala, gastrointestinal, pegal pada
bagian tulang belakang, dan penyakit kardiovaskular. (Cumming& VandenBos, 1981 dalam
Sulsky 2005). Selain itu, Studi menunjukkan stres mempengaruhi 50%-60% dari hilang hari
kerja. Hal ini mempengaruhi biaya pengeluaran perusahaan yang besar dan menggangu
kinerja perusahaan. (European Agency For Safety and Health at Work, 2009).
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai organisasi internasional telah meningkatkan
kesadaran mengenai risiko psikososial dan pekerjaan yang berhubungan dengan stres.
Meskipun sudah ada kemajuan dalam pemahaman yang berhubungan dengan stres kerja,
masih ada kesenjangan dalam prakteknya di tingkat perusahaan (Safety And Health At Work,
2012). Pada negara-negara berkembang adanya perubahan besar dalam konteks sosial, politik
dan ekonomi di lingkungan kerja mempunyai risiko dalam aspek psikososial. Stres terkait
pekerjaan harus mulai diperhatikan. (International Journal Of Occupational Medicine And
Environmental Health, 2010). Hal ini diperkuat dengan penelitian cross-sectional dari Journal
Of Psychosomatic Research tahun 2006 yang menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan
(35%) dari populasi sampel dari pekerja pabrik mengalami masalah kesehatan yang terukur
dalam bentuk kecemasan, gangguan tidur, depresi, keluhan somatik dan indikator klinis lain
dari stres.
PT. Pertamina Geothermal Energy merupakan salah satu perusahaan di bidang panas
bumi yang menjadikan uap panas bumi dirubah menjadi energi listrik untuk membantu
pemerintahan dalam hal pemanfaatan energi ramah lingkungan. Bagian Operasi Produksi PT.

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Pertamina Geothermal Energy area Kamojang merupakan salah satu bagian yang sangat
penting dalam menjalankan tugasnya yaitu menjaga kualitas uap agar pengoperasian berjalan
lancar. Saat ini, pekerja di Bagian Operasi Produksi masih belum sesuai dengan kebutuhan
jam kerja di perusahaan ini.
Berdasarkan hasil survey awal dengan pekerja maupun outsourcing, mereka pernah
mengalami stres. Sementara itu, penelitian mengenai gambaran kejadian stres dan faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhinya, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya di PT.
Pertamina Geothermal Energy area Kamojang.

METODE
Desain Studi
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan cara wawancara mendalam dan
observasi. Tujuan menggunakan desain kualitatif adalah untuk memahami secara utuh suatu
kasus tanpa dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa upaya
menggenaralisasi (Poerwandari, 2001). Studi ini juga dipilih karena dapat menyajikan secara
deskriptif yang mendalam dan lengkap, menyajikan informasi yang fokus dan bersifat empirik
sesuai dengan konteksnya (Anggorodi, 2007)
Metodologi kualitatif adalah suatu metode yang dapat digunakan sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (Bogan, Taylor dalam Moleong, 1991). Metodologi ini dapat digunakan
untuk melihat gambaran stres kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja pada
pekerja maupun outsourcing di bagian Operasi Produksi PT. PGE area Kamojang.

Populasi
Penelitian dilakukan di bagian operasi produksi PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE)
area Kamojang daerah Bandung-Garut. Kajian masalah serta wawancara dan observasi
dengan 8 informan yang dilaksanakan pada bulan Nopember-Desember tahun 2012.
Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan yang dipilih dan observasi.
Wawancara dilakukan dengan panduan pedoman wawancara yang telah dibuat. Data sekunder
diperoleh dari data perusahaan maupun riwayat informan.
Instrumen Penelitian
Pedoman wawancara yaitu pedoman yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari informan. Pedoman ini

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


dibutuhkan untuk memandu wawancara antara peneliti dengan informan dan dapat
meminimalisasi bias antara satu informan dengan informan lainnya.
Alat perekam digunakan untuk mempermudah pendokumentasian data yang diperoleh
pada saat wawancara agar dapat secara tepat dan detail mencatat jawaban dari informan. Alat
bantu perekam ini menggunakan voice recorder. Proses perekaman ini terlebih dahulu
meminta izin pada informan agar informan tidak merasa keberatan bila wawancara tersebut
direkam.
Lembar pencatatan adalah catatan lapangan yang berisi jawaban informan yang berfungsi
sebagai dokumentasi hasil wawancara dilapangan selain alat perekam, Penelitian ini
menggunakan 2 triangulasi yakni triangulasi metode dan triangulasi sumber. Triangulasi
metode menggunakan observasi responden. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan dengan
mengambil data dari perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian ini, informan yang diwawancarai secara mendalam sebanyak 8 orang baik
pekerja maupun pekarya (outsorcing). Pembagian pekerja dibagi menjadi 3 bagian yaitu
perencanaan dan pengendalian, fasilitas produksi dan laboratorium. Selain pekerja,
wawancara juga dilakukan dengan 2 Asisten Manajer sebagai triangulasi.

Tabel Karakteristik Informan

Informan Umur Pendidikan Lama Pekerjaan


Terakhir Bekerja
Informan 39 S1 4 Tahun Bagian Rendal
1 Tahun
Informan 22 SMK 4 Tahun 4 Bagian Lab
2 Tahun Analis Bulan
Informan 26 S1 2 Tahun 6 Bagian Rendal
3 Tahun Bulan
Informan 40 STM 14 Tahun Bagian Fasprod
4 Tahun
Informan 41 STM 16 Tahun Bagian Fasprod
5 Tahun
Informan 26 S1 5 Bulan Bagian Lab
6 Tahun
Informan 36 SMK 3 Tahun Bagian Rendal
7 Tahun
Informan 20 SMK 2 Tahun Bagian Lab
8 Tahun Analis

*Rendal: Perencanaan dan Pengendalian

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Fasprod: Fasilitas Produksi.

Analisis Hazard Physical terhadap stres kerja


Bahaya fisik yang merupakan penyebab stres yang paling utama di operasi produksi
adalah kebisingan.Uji produksi sumur merupakan salah satu kegiatan di operasi produksi
yang memiliki kebisingan yang cukup tinggi. Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan
sumur dari kotoran hasil pengeboran serta untuk mengetahui estimasi potensi produksi dari
suatu sumur. Dua informan yang sering melakukan pekerjaan di lapangan menyatakan bahwa
pekerjaan mereka selalu terkait dengan kebisingan yang ada di lapangan yang berasal dari
sumur-sumur produksi.Walaupun di lapangan bising, sebagian pekerja belum merasakan
penurunan kebisingan.Pada umumnya, penurunan pendengaran pekerja tidak terdeteksi
karena kerusakan sel-sel rambut ditelinga bagian dalam terjadi tanpa rasa sakit selain itu,
pemeriksaan otoskopik lubang telinga dan membran timpani pun terlihat normal. (Jaffe dan
Bell, 1983)

“Bising sih kalau lagi di lapangan. Kalau shift pagi di CR kan salah 1 ada yang di ruangan,
1 lagi di lapangan. Tapi kalau sore kan biasanya suka hujan jadi dua-duanya turun ke
lapangan. Kalau kita sih pake APD untuk biar gak kena bisingnya, kalau ke penurunan
pendengaran sih belum ya mba karena selama di medical check up gak kenapa-napa.”

(Informan 1 Grup A)

“Iya mba, kalau bagian lagi ke lapangan. Pasti bising dari sumur-sumur. Sejauh ini sih ngga
mba, kan pake APD ya semacam earplug jadi biasa aja.”

(Informan 3 Grup A)

Pada empat informan lainnya yang bekerja di lapangan menyatakan bahwa kebisingan
mempengaruhi penurunan pendengaran serta menggangu komunikasi dan membuat intonasi
suara menjadi lebih tinggi. Bunyi dapat dikelompokkan ke dalam bising jika bunyi tersebut
sifatnya mengganggu, dapat menyakiti telinga maupun mengganggu konsentrasi dan
kelancaran komunikasi. (Tambunan, 2005).

“Bising, apalagi di lapangan. Kalau di ruangan sih ngga. Cuma kalau gi ke sumur-sumur
pasti bising, Kalau ke penurunan pendengaran sih ngga, Cuma agak terganggu kalau lagi
ngobrol atau lagi penjelasan di lapangan suka gak kedengeran kalau lewat HT”

(Informan 2 Grup A)

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


“Bising bu kalau lagi di lapangan (sumur-sumur) tapi kita sih biasanya pake APD. Kalo
ngaruh sih ada, kalo misalkan penurunan pendengaran. Tapi itu perasaan saya aja karena
selama ini kan gak pernah di cek”

(Informan 2 Grup B)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, mayoritas informan dari grup
A,B, dan C menyatakan adanya keluhan kebisingan pada pekerja akibat suara yang
ditimbulkan di dalam sumur maupun pipa-pia pengalir uap. Hal ini, juga dapat dibandingkan
dengan pengukuran kebisingan di area sumur yang mencapai 95 dB. Hasil ini sama dengan
teori Cox, Griifitths, dan Rial-Gonzales (2000) kebisingan dapat mejadi stimulus secara fisik
maupun psikologis yang memperkirakan efek kesehatan dari bising tersebut mempengaruhi
stres secara objektif jika pajanan kebisingannya semakin tinggi.

Tabel Ringkasan Analisis Bahaya Fisik


Tema Ringkasan Analisis Poin Analisis
Bahaya Fisik  Mayoritas Informan bekerja di Kebisingan merupakan
Kebisingan lapangan dan sering terpajan stressor di bagian
kebisingan operasi dan produksi.

 Mayoritas
informanmenyatakan
kebisingan mempengaruhi
intonasi bicara menjadi lebih
tinggi dan mengganggu
komunikasi saat bekerja.

Analisis Content to Work terhadap stres kerja


Stressor content of work mempunyai peranan yang cukup signifikan terhadap kejadian
stres di tempat kerja. Berbagai karakteristik yang terkandung di dalam suatu pekerjaan
memiliki potensi dalam memunculkan kejadian stres pada pekerja. Pada penelitian ini,
terdapat dua variabel content to work yang diteliti, yakni beban kerja desain kerja.

Analisis Beban Kerja


Seluruh informan dari grup A, B dan C memiliki tuntutan pekerjaan yang harus
diselesaikan baik dalam setiap bulannya maupun dalam waktu tertentu.
“Ada, hasil yang dilaporkan harian, ada juga yang bulanan. kalau yang dipantau tentang
tekanan sumur dikumpulkan menjadi laporan bulanan dan dilaporin ke atasan (pengawas
utama)”

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


(Informan 1 Grup A)
“Ada mba, setiap hari itu kita harus ngecek flow recorder sesuai jadwal dan itu harus
dilaporkan tiap harinya”
(Informan 3 Grup A)
“Ada tenggang waktu satu bulan, dan akan kembali siklusnya. Sudah dijadwalkan Baik
kepala sumur maupun steam trap.”
(Informan 1 Grup B)
Selain tuntutan pekerjaan yang harus selesai tepat waktu, mayoritas informan juga
mengeluhkan jumlah pekerjaanya yang banyak. Dalam hal ini, pekerja di bagian laboratorium
semuanya menyatakan jumlah pekerjaan mereka sangat banyak yaitu menganalisis hasil
sampel lapangan berupa uap dan gas untuk memonitoring kualitas uap sumur, selain itu
jumlah sampel yang dianalisis tidak hanya untuk satu area kamojang tetapi termasuk sampel
dari lapangan lain yang ada di Manado, Lampung, dan area panas bumi lainnya milik
perusahaan.

“Menurut saya, kalau sekarang tuh over ya karena sampel yang dianalisa gak hanya dari
kamojang tetapi dari area panas bumi yang lainnya. Jadi merasa sampelnya banyak banget.”
(Informan 1 Grup C)
“Kalau dibilang banyak untuk parameter tidak banyak, cuma jumlah sampelnya menurut
saya banyak karena tidak hanya untuk Area Kamojang. Kalau untuk kamojang saja terlalu
banyak tetapi masalahnya harus menganalisa sampel dari luar kamojang juga seperti
Lahendong, Ulu Lais, Ulu Belu, juga area geothermal lainnya”
(Informan 2 Grup C)
“Kalau selama saya disini, analisa mulai banyak dan meningkat karena sampelnya juga gak
hanya dari kamojang. Jadi merasa keteteran.”
(Informan 3 Grup C)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan dapat disimpulkan bahwa beban kerja
merupakan stressor (Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales, 2000). Pada pekerja di operasi
produksi dan lebih bersifat kuantitatif yaitu jumlah kerja yang harus diselesaikan. Pekerja
yang merasa beban kerja mereka memberatkan kemugkinan dapat disebabkan karena individu
tersebut merasa tidak memiliki keterampilan, kemampuan, pengetahuan, dan kompetensi yang
diperlukan untuk mengerjakaannya dengan baik, atau dapat pula disebabkan karena sebuah
situasi dimana individu tersebut harus mengerjakan pekerjaan yang terlalu banyak atau tidak
diberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya (Quick & quick, 1984).

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Analisis Desain Kerja
Mayoritas informan menyatakan pekerjaannya tidak sulit karena merupakan kegiatan
sehari-hari yang telah terbiasa.
“Enggak merasa kesulitan”
(Informan 1 Grup B)
“Kalau bagian perawatan sih gak sulit, tetapi ada aja sulitnya seperti kalau ada kebocoran
di pipa-pipa dan itupun biasanya dibantu teman”
(Informan 2 Grup B)
Mayoritas informan di operasi produksi yang melakukan pekerjaan secara berulang
pada bagian perencanaan dan pengendalian menyatakan tidak mengalami kejenuhan dalam
pekerjaan. Hal ini karena pihak perusahaan melakukan rotasi kerja dan informan sudah
terlebih dahulu melakukan pencegahan dengan cara refreshing jika sudah mulai mengalami
kejenuhan.
“Jenuh ya? Ngga lah bu. Paling jalan-jalan aja sama keluarga kalau sudah mulai agak
bosen ma kerjaan. Sebelumnya „kan saya di fungsi engineering, tetapi 4 tahun ini saya sudah
di Control Room diangkat sebagai pekerja. Tetapi setelah di operasi udah nggak pindah-
pindah lagi”
(Informan 1 Grup A)
“Jenuhnya gak sering sih mba, Cuma ada lah dikit-dikit kalau sama kerjaan suka agak
ngerasa sedikit bosan. Pernah dulu sebelum saya diangkat jadi pekerja (setelah 3 tahun ini)
sebelumnya saya outsorcing di subfungsi fasilitas produksi”
(Informan 3 Grup A)
Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas informan tidak mengalami kejenuhan yang parah
karena adanya rotasi kerja dan pencegahan awal terhadap kejenuhan. Hasil ini tidak sama
dengan teori Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales (2000) yang menyatakan bahwa desain kerja
menjadi penyebab stres pada pekerjaan operasi dan produksi.

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Tabel Analisis Konten Pekerjaan(Content to Work)

Tema Ringkasan Analisis Poin Analisis


Beban Kerja  Seluruh Informan memiliki Beban kerja merupakan
tuntutan waktu penyelesaian Stressor
dalam pekerjaan.
 Mayoritas informan memiliki
pekerjaan dengan jumlah yang
banyak

Desain Kerja  Mayoritas Informan tidak Desain kerja bukan


memiliki pekerjaan yang merupakan stressor
menurut mereka terlalu sulit
 Mayoritas informan melakukan
pekerjaan yang berulang tetapi
tidak mengalami kejenuhan
karena adanya rotasi kerja

Analisis context to work terhadap stres kerja


Stressorcontext to work juga berperan penting dalam kejadian stres di tempat
kerja.StressorContext to work merupakan penyebab stres terkait dengan pekerjaan dan tidak
berkaitan langsung dengan muatan pekerjaan yang bersangkutan. Pada penelitian ini terdapat
empat variabel context to work, yaitu hubungan interpersonal, peran di organisasi, dan
pengembangan karir.
Analisis Hubungan Interpersonal
Mayoritas informan menyatakan hubungan interpersonalnya menjadi stressor, adapun
masalah biasanya karena berbeda pendapat.
“Ngga pernah sih kalo sampai marah-marah, karena teman-teman disini juga baik-baik.
Paling kalau ada konflik dikit sama teman dan hari itu juga selesai. Kan kalo kerjanya
marah-marah atau dendaman kan itu gak baik.”
(Informan 1 grup A)

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


“Kalau sesama pekerja sih pernah beda pendapat ya masalah kecil lah Karena setiap orang
beda karakter. Tap gak lama, ya ujung-ujungnya ya gitu aja jadi bisa saling kerja sama
juga.”
(Informan 1 grup B)
Sebagian informan menyatakan bahwa mereka pernah mempunyai masalah dengan atasan.
“Ada, Paling terkait kerjaan lebih ke atasan dalam hal ini Manajer. Atasan maunya gini,
yang dilapangan kan kita yang ngerjain langsung. Beliau kan gak ngerti kondisi di lapangan.
Contohnya misal bos minta nutup sumur tapi cuaca hujan. aku „kan gak mau tuh nutup sumur
lagi hujan. Paling ku nanti minta yang nengahin tuh Asmen (asisten manajer) atau klo ngga
yaa.. kalo dr sisi aku pikir bahaya. Atau bahaya buat kita maupun buat korban, yaa.. tak ku
lanjutin”.
(Informan 2 grup A)
“Ada, biasanya permasalahan komunikasi antara kita. Sebenernya masih bisa diselesaikan.
Cuman sebentar, ya konflik-konflik wajar jadi cepet selesai.”
(Informan 2 grup B)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, mayoritas menyatakan hubungan interpersonal
dengan sesama rekan kerja cukup baik. Tetapi, ada masalah yang sering timbul dikarenakan
adanya komunikasi yang kurang lancar. Pekerja yang merasa hubungan interpersonalnya
tidak baik kemungkinan dikarenakan hubungan antara individu yang kurang baik di tempat
kerja dapat mempengaruhi suasana di tempat kerja yang tegang sehingga menyebabkan stres
(Cooper & Payne, 1980).
Hubungan interpersonal merupakan aspek penting dalam pekerjaan yang melibatkan
banyak pekerja. Terlebih pada pekerjaan operasi produksi yang membutuhkan kerjasama tim
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hubungan interpersonal di dalam pekerjaan dan
dukungan sosial dari rekan kerja, atasan, maupun anggota memiliki keterkaitan dengan stres
kerja (Payne, 1980 dalam Cooper dan Davidson, 1987) hubungan interpersonal yang baik di
tempat kerja berkaitan erat dengan kesehatan pada pekerja dan lingkungan kerja itu sendiri.
(Cooper, 1981 dalam Cox, Griffith, dan Rial Gonzales, 2000). Adanya hubungan
interpersonal yang baik tidak hanya berguna untuk menunjang profesionalitas di dalam
pekerjaan, tetapi juga dapat mencegah terjadinya stres kerja.
Analisis Peran di Organisasi
Hampir seluruh informan tidak mengalami stres dari aspek ini karena adanya
keterbukaan dan pembagian tugas sudah sesuai kapasitas masing-masing. Adanya safety talk
tidak hanya menjelaskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada hari kerja tersebut,

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


tetapi juga diskusi jika ditemukan adanya masalah dari pekerjanya itu sendiri ataupun masalah
pekerjaan yang mengumpulkan setiap pendapat dan aspirasi para pekerja, sehingga dalam
pekerjaan ini dituntut adanya keterbukaan.
“Pekerjaan khususnya di bagian saya, sudah sesuai dan masing-masing pekerja dapat
melaksanakannya dengan baik dan terbuka kok, kita bisa ngeluarin pendapat kita dan itu
biasanya dilakuin pas lagi safety talk”
(Informan 2 Grup A)
“Menurut saya sudah adil bu, selama saya disini saya mengerjakan pekerjaan saya. Saya gak
pernah berperan ganda untuk mengerjakan tugas orang lain. Setiap pagi kan ada safety talk
ya bu, kita kan disini mencatat kalau ada kejanggalan masalah dipecahin pas lagi safety
talk”
(Informan 3 Grup A)
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan, tidak didapatkan stres dari peran di
organisasi, hal ini tidak sama dengan teori Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales (2000)yang
menyatakan peran diorganisasi berpotensi dalam bahaya psikososial dalam hal ketidakjelasan
peran dalam pekerjaan.

Analisis Pengembangan Karir


Terdapat dua jenis pekerja yang ada di perusahaan ini yaitu pekerja yang direkrut
langsung oleh pertamina dan satu lagi pekerja (outsourcing) yang dibawahi dari suatu
lembaga yang menjadi rekanan atau mitra pertamina. Pada pekerja pertamina stressordalam
aspek ini tidak menjadi keluhan.
“Setiap orang kan pinginnya ada peningkatan ya, ya saya ngikutin aja. Kalau untuk naik
golongan, ya kita 3 tahun kan ada peningkatan golongan, barengan sama temen-temen yang
lain.”
(Informan 3 Grup A)
“Yaa..sesuai kinerja, ya 3 tahun naik golongan, kan jabatan disesuaikan dengan golongan.”
(Informan 2 Grup A)

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Tabel Analisis Konteks Pekerjaan(Context to Work)

Tema Ringkasan Analisis Poin Analisis


Hubungan  Mayoritas informan Hubungan interpersonal
Interpersonal menyatakan adanya konflik merupakan stressor di
ketika berpendapat bagian operasi produksi.
 Beberapa informan menyatakan
konflik lebih terhadap atasan ke
bawahan karena komunikasi
yang kurang baik.

Peran di  Mayoritas Informan melakukan Peran di organisasi


Organisasi pekerjaan sesuai kapasitas dan bukan merupakan
merasakan pembagian tugas stressor.
yang adil
 Mayoritas informan bebas
berpendapat, dan dituntut
adanya keterbukaan
Pengembangan  Mayoritas pekerja yang Pengembangan karir
Karir berikatan langsung dengan untuk pekerja ikatan
perusahaan tidak mengeluhkan langsung dengan
stres akibat jenjang karir yang perusahaan bukan
tidak meningkat merupakan stressor,
 Mayoritas pekerja mitra tepai pada pekerja
perusahaan mengalami stres rekanan perusahaan
karena tidak adanya jenjang merupakan stressor.
karir

Triangulasi Data
Data yang diperoleh berdasarkan literatur dari perusahaan dan wawancara narasumber
selaku asisten manager operasi dan produksi.

Tabel Triangulasi Data

No Tema Penelitian Triangulasi Poin analis


1  Bahaya Fisik Kebisingan di area mempengaruhi penurunan Bising merupakan
Kebisingan pendengaran, tetapi terasa dalam jangka stressor di bagian
waktu yang lama. Kebisingan juga operasi dan
mempengaruhi saat memberikan penjelasan produksi.
dilapangan yang dapat membuat pekerja
menjadi tidak fokus.

2 Konten
Pekerjaan Ada deadline yang sifatnya urgent yang harus Beban kerja
 Beban kerja cepat diselesaikan dan ada pula kegiatan rutin merupakan
yang sudah dijadwalkan untuk maintenance stressor pada
oleh subfungsi fasprod. Jika belum selesai pekerja.

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


pada waktunya maka biasanya dibantu dengan
tambahan hari kerja (lembur).

Untuk mengurangi kejenuhan atau pekerjaan Desain kerja


yang monoton. Untuk pekarya (Out Sourcing) bukan merupakan
 Desain Pekerja ada program rolling, biasanya dari subfungsi stressor pada
fasilitas produksi ke subfungsi perencanaan pekerja
pengendalian. Kalau untuk pekerja, Cuma 1
saja dari fasilitas produksi ke lab untuk bagian
sampling karena di lab masih kurang pekerja
bagian teknis lapangan.
3 Konteks
Pekerjaan Secara menyeluruh hubungan sesama pekerja Hubungan
 Hubungan dan pekarya (outsourcing) baik tetapi kurang interpersonal
interpersonal baik dengan atasan baik. Adapun masalah merupakan
dapat dari komunikasi yang kurang baik dari stressor pada
atasan ke pekerja maupun pekarya. Biasanya pekerja.
asisten manajer sebagai penengah antara
pekerja dengan manajer.

Kalau untuk pembagian kerja sudah sesuai Peran di


 Peran di kemampuannya masing-masing, Setiap pagi organisasi bukan
Organisasi dilakukan safety talk untuk setiap pekerja dan merupakan
outsorcing bebas mengeluarkan pendapat. stressor di pada
pekerja

 Untuk pekerja, setiap 3 tahun sekali ada Pengembangan


 Pengembangan kenaikan golongan dan biasanya diikuti karir bukan
karier dengan jabatan. Hal itu dinai dari KPI (key stressor pada
performance index) dan SMK (Sistem pekerja melainkan
manajemen Kinerja) stressor pada
 Untuk outsourcing di pertamina nya itu pekerja rekanan
tidak dapat melakukan perkembangan karir perusahaan.
adapun kenaikan golongan dari perusahaan
yang membawahi para outsourcing yaitu
rekanan Pertamina

Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi stres adalah
bahaya fisik berupa kebisingan, hal ini sesuai dengan empat informan yang menyatakan
bahwa kebisingan mempengaruhi stres kerja, selain itu narasumber juga menyatakan hal yang
sama bahwa kebisingan mempengaruhi penurunan pendengaran dan terganggunya dalam
komunikasi saat bekerja. sedangkan dalam kontek pekerjaan beban kerja mempengaruhi stres
kerja tetapi tidak pada desain kerja, hal ini ditunjukkan oleh seluruh informan serta
narasumber yang menyatakan adanya jumlah pekerjaan yang banyak dan adanya tuntutan

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Pada kontek pekerjaan, hubungan interpersonal
mempengaruhi stres kerja, adanya pernyataan dari sebagian informan dan narasumber yang
menyebutkan bahwa hubungan interpersonal mempengaruhi stres kerja karena adanya beda
pendapat dan kesalahanpahaman dalam komunikasi antara pekerja dengan atasan

Tingkat Stres
Stres yang dirasakan oleh pekerja berada pada tingkat dua (2) dilihat dari tingkatan stres
pada bab tinjauan pustaka sebelumnya, hal ini ditandai dengan adanya keluhan karena
kekurangan energi saat bekerja dan adanya keluhan pusing karena banyaknya pekerjaan.
“Untuk saat ini, kadang saya merasakan sedikit tertekan dan khawatir dengan pekerjaan.
Mungkin ini hanya perasaan saya aja sih mba”
(Informan 3 Grup A)
“kadang saya cepat merasa lelah karena yang dianalisis ini cukup banyak sampelnya”
(Informan 2 Grup C)
Berdasarkan dari data informan yang didapat, stres lebih sering dirasakan oleh para pekerja
dibandingkan dengan outsourcing karena pada outsourcing mereka lebih sungkan untuk
mengutarakan apa yang dirasakan dan lebih menerima keadaan dalam pekerjaan.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis mengenai gambaran stres kerja di fungsi operasi
dan produksi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang Tahun 2012 yaitu adanya
faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres kerja. (a) Bahaya Fisik dalam hal kebisingan
mempengaruhi stres kerja pada pekerja operasi dan produksi. (b) Bahaya psikososial untuk
konten pekerjaan pada beban kerja dapat mempengaruhi stres kerja pada pekerja operasi dan
produksi, sedangkan pada desain kerja, stres kerja tidak berpengaruh. (c) Bahaya psikososial
untuk kontek pekerjaan, hubungan interpersonal mempengaruhi stres kerjapada pekerja
operasi produksi, dan pengembangan karir pada pekerja mitra perusahaan, sedangkan pada
peran di organisasi. Stres kerja tidak berpengaruh.

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Upaya untuk mencegah dan mengurangi stres, dapat dilakukan dengan (1) Terkait bahaya
fisik walaupun selama ini ada pengukuran agar ditambah dalam pengawasan penggunaan
APD untuk mengindari efek dari kebisingan yang lebih parah serta dipertahankannya
pengukuran rutin untuk kebisingan di area sumur-sumur produksi. (2) Terkait dengan beban
kerja, agar ditambahnya sumber daya manusia (tenaga kerja) khusus untuk analis sehingga
dapat mengurangi beban jumlah sampel yang dianalisis. (3) Terkait desain kerja, walaupun
tidak adanya gejala stres pada desain kerja. Agar rolling kerja dapat berjalan dengan baik dan
rutin untuk menghindari kejenuhan dalam pekerjaan yang berulang-ulang serta diadakannya
liburan atau tamasya bersama untuk mencegah kejenuhan dalam bekerja. (4) Terkait
hubungan interpersonal, lebih dikuatkan dan kekompakan dalam bekerja satu tim untuk
mengurangi terjadinya konflik. (5) Terkait pengembangan karir, adanya penghargaan
ataureward dari perusahaan untuk menunjangnya dalam aspek karir kerja. (6) Terkait peran di
organisasi, tetap dikuatkannya dalam hal keterbukaan dan perekrutan pekerja sesuai kapasitas
dan bidangnya.

REFERENSI
Cooper, Cary dan Marlyn Davidson.1987. Source of Stress at Work and Their Relation to
Stressors in Non Working Environment. Dalam: World Health Organization.
Psychososial Factors at Work and Their Relation To Health. Geneva: World
Health Organization.

Cox, Tom, Amanda Griffith dan Eusobio Rial-Gonzales.2000. Research on Work Related
Stress.Luxemburg: European Agency For Safety and Health.

Dwijayanti, Wenny. 2010. Stres Kerja pada Perawat Pelaksanadi Ruang Rawat Inap RS.
Krakatau Medika Tahun 2010.[Skripsi]. Depok: Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia

European Foundation For the Improvement of Living and Working Conditions.2007. Work
Related Stress. Irlandia: Eurofound.

Geller, Scott.2000. The pschycology of Safety Handbook. Florida: Lewis Publisher.Kahn,


Robert L.1981. Work adn Health. New York: John Wiley & Sons.

Jaffe, Burton F. Dan Bell, Douglas, W.1983. Chapter14: Workplace Noise and Hearing
Impairmenr. Dalam Barry S. Levy dan David H. Wegman, Occupational Health,

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Recognizing and Preventing Work Related Disease. Boston: Little, Brown and
Company.

Kasl, Stainslav V dan Sydney Cobb.1983. Psychological and Social Stress in The Workplace.
Dalam Levy, Bary S dan Wegman, David H. Occupational Health Recognizing
and Preventing Work Related Disease. Boston/Toronto: Litle, Brown, and
Company.

Kortum, E. Psychosocial Risk and Work Related Stress in Developing Countries dalam Jurnal
Institute of Work, health and Organization..2010. UK: University of Nothingham.
Stress Workplace. http://www.who.int/occupational_health/topics/stressatwp/en/
26 Desember 2012 pukul 18.17 WIB

Miller, David.2000. Dying to Care? Work Stress and Burnout in HIV/AIDS. London:
Routledge.

Munandar, A. S.2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press

National Safety Council. Work-related Stress Emerging Major Global Occupational Health
Hazard. http://www.nsc.org26 Desember 2012 pukul 18.03 WIB

Pratama, M.Ricky.2012. Studi Bahaya Psikososial Terhadap Stres Kerja Pada Petugas
Pemadam Kebakaran Kota Depok. [Skripsi]. Depok: Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Poerwadari, Kristi E.2007. Pendekatan Kualitatif. Depok: LPS3 Fakultas Psikologi


Universitas Indonesia.

Quick JC, Quick JD. 1984. Organizational Stress And Preventive Management. New York:
Mc Graw-Hill

Robbins, P. Stephen. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep-Kontroversi-Aplikasi Jilid 2.


Jakarta: PT. Prenhallindo.

Seaward, Brian Luke.1994.Managing Stress. London: Jones and Barlet Publishers.

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Stress Among Factory Workers In developingCountry. Journal of Pschosomatic Reserach.


2006. Oxford: Pergamon Press

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013


Suisky, L & C, Smith. 2005. Work Stress. USA: Thomson Wadsworth

Tambunan, Sihar Tigor Benyamin. 2005.Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta: Andi


Offset

Gambaran stres..., Lugina Prativi, FKM UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai