Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal
duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara
anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup
disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan,
yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri
pulmonal yang bertekanan rendah.
B. Epidemiologi
Angka kejadian Patent Ductus Arterios (PDA) 1 per 2500-5000 kelahiran bayi
yang cukup bulan, 8 per 1000 kelahiran pada bayi premature, dan merupakan 9-12%
dari seluruh penyakit jantung bawaan. Ditemukan juga kasus PDA ditemukan pada
usia anak-anak hingga dewasa ketika dilakukan pemeriksaan ekokardiografi.
C. Etiologi
Secara pasti belum diketahui, akan tetapi factor keturunan, infeksi dan meternal
rubeola memegang peranan penting terjadinya PDA. Ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
a. Faktor Prenatal :
1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2) Ibu alkoholisme.
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
6) Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu).

b. Faktor Genetik :
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

D. Manifestasi Klinis
a) Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung ; machinery murmur (khas
pada PDA), tekanan nadi besar (water hammer pulses), ujung jari hiperemik,
resiko endocarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal
b) Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
c) Apnea
d) Tachypnea
e) Nasal fharing
f) Retraksi dada
g) Hipoksemi
E. Pathway
Ter;ampir
F. Komplikasi
a) Endokarditis
b) Obstruksi pembuluh darah pulmonal
c) CHF
G. Pemeriksaan Diagnostik
 Foto thorax
Tampak kardiomegali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kiri. Aorta
membesar dan arteri pilmonalis menonjol, corakan vaskularisasi paru meningkat
(pletora). Tetapi bila telah terjadi hipertensi pulmonalyang disertai perubahan
vaskuler paru, maka corakan tersebut didaerah tepi akan berkurang (pruned tree).
 Ekhokardiografi
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih tinggi dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
 Pemeriksaan dengan Doppler berwarna
 EKG
Bervariasi sesuai tingkat keparahan, PDA kecil tida ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
 Kateterisasi jantung
Akan mengungkapkan tekanan normal atau meningkatkan dalam ventrikel
kanana dan arteri pulmonalis. Adanya darah yang telah di oksigenisasi dalam
arteri pulmonalis memastikan adanya pintasan kiri ke kanan, seperti juga dengan
kurva hidrogen dan pengenceran indikator. Contoh- contoh darah yang diambil
dari ke dua vena cava, atrium kanan dan ventrikel kanan memperlihatkan
kandungan oksigen yang sebanding. Dengan insufisiensi katup pulmonal mungkin
dijumpai peningkatan kandungan oksigen dalam darah ventrikel kanan. Kateter
tersebut akan melewati duktus dan masuk ke dalam aorta desendens. Penyuntikan
bahan kontras ke dalam aorta asenden memperlihatkan opasitas arteri pulmonalis
berasal dari aorta dan dapat mengenali duktus.
 Pemeriksaan roengenografis
Pada umumnaya untuk memperlihatkan arteri pulmonalis yang menonjol
dan peningkatan tanda-tanda pembuluh darah paru. Besar jantung tergantung pada
derajat pintasan kiri ke kanan, jantung dapat tetap normal atau mengalami
pembesaran sedang hingga hebat. Ruangan-ruangan yang terlibat adalah atrium
dan ventrikel kiri. Tonjolan aorta tampak normal atau menonjol dan berdenyut
dengan kuat. Secara jarang dijumpai adanya perkapuran didalam dinding duktus
tersebut.
H. Penatalaksanaan
a. PelaksanaanTerapeutik
- Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin)
- pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus
- Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung.
b. Penatalaksanaan perawat
Pengkajian :
- Riwayat keperawatan: respon fisiologis terhadap efek (sianosis,
aktifitasterbatas)
- Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas retraksi, bunyi
jantung tambahan (machinery murmur), edema tungkai hepatomegaly
- Kaji adanya tanda hypoxia kronis: clubbing finger
- Kaji adanya hyperemia pada ujung jari
- Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
Pengkajian psikososial :
- Usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak,
respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga, dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.

I. Diagnosis Keperawatan
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
 Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan
 Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan
hospitalisasi
J. Intervensi Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
KH : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung

Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Observasi kualitas dan 1. Permulaan gangguan pada
kekuatan denyut jantung, jantung akan ada perubahan
nadi perifer, warna dan tanda-tanda vital, semuanya
kehangatan kulit. harus cepat dideteksi untuk
2. Tegakkan derajat sianosis penanganan lebih lanjut.
(sirkumoral, membran 2. Pucat menunjukkan adanya
mukosa, clubbing). penurunan perfusi sekunder
3. Monitor tanda-tanda CHF terhadap ketidak adekuatan
(gelisah, takikardi, curah jantung, vasokonstriksi
tachypnea, sesak, mudah dan anemia.
lelah, periorbital edema, 3. Deteksi dini untuk
oliguria, dan hepatomegali). mengetahui adanya gagal
jantung kongestif.
Kolaborasi
1. Pemberian digoxin sesuai Kolaborasi
order, dengan menggunakan 1. Obat ini dapat mencegah
teknik pencegahan bahaya semakin memburuknya
toksisitas. keadaan klien.
2. Berikan pengobatan untuk 2. Obat anti afterload mencegah
menurunkan afterload. terjadinya vasokonstriksi.
3. Berikan diuretik sesuai 3. Diuretik bertujuan untuk
indikasi menurunkan volume plasma
dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga
menurunkan risiko terjadinya
edema paru.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal


Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.
KH : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru

Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Observasi kualitas dan 1. Untuk memudahkan pasien
kekuatan denyut jantung, dalam bernapas.
nadi perifer, warna dan 2. Agar anak tidak tertular
kehangatan kulit. infeksi yang akan
2. Atur posisi anak dengan memperburuk keadaan.
posisi fowler. 3. Menurunkan kebutuhan
3. Hindari anak dari orang oksigen dalam tubuh.
yang terinfeksi. 4. Membantu klien untuk
4. Berikan istirahat yang memenuhi oksigenasinya.
cukup
Kolaborasi Kolaborasi
1. Berikan oksigen jika ada 1. Untuk deteksi dini
indikasi terjadinya gangguan
pernapasan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
KH : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.

Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien 1. Jika tidak sesuai parameter,
terhadap aktivitas klien dikaji ulang untuk
menggunakan parameter mendapatkan perawatan lebih
lanjut.
berikut :Nyeri dada,
2. Persiapkan dan dukung klien
kelelahan berat, berkeringat, untuk melakukan aktivitas jika
pusing dan pingsan. sudah mampu.
2. Kaji kesiapan pasien untuk 3. Agar klien termotivasi untuk
meningkatkan aktivitas melakukan aktivitas sehingga
3. Dorong memajukan aktivitas terpacu untuk sembuh.
4. Berikan bantuan sesuai 4. Memudahkan klien ntuk
dengan kebutuhan dan beraktivitas tapi tidak
anjurkan penggunaan kursi memanjakan.
mandi. 5. Klien termotivasi untuk
5. Dorong pasien untuk sembuh.
partisipasi dalam memilih
periode.

d. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak


adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang
KH : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat tumbuh 1. Memantau masa tumbuh
kembang anak. kebang anak
2. Berikan stimulasi tumbuh 2. Agar anak bisa tumbuh dan
kembang, kativitas bermain, berkembang sebagaimana
game, nonton TV, puzzle, mestinya.
3. Anggota keluarga sangat besar
nmenggambar, dan lain-lain
pengaruhnya terhadap proses
sesuai kondisi dan usia anak.
3. Libatkan keluarga agar tetap pertumbuhan
memberikan stimulasi
selama dirawat.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan


pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan
status nutrisi terpenuhi.
KH :
- Status nutrisi terpenuhi
- Nafsu makan klien timbul kembali
- Berat badan normal
- Jumlah Hb dan albumin normal

Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan kebutuhan 1. Mengetahui kekurangan
nutrisi klien. nutrisi klien.
2. Mencatat intake dan output 2. Mengetahui perkembangan
makanan klien. pemenuhan nutrisi klien.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Ahli gizi adalah spesialisasi
untuk membantu memilih dalam ilmu gizi yang
makanan yang dapat membantu klien memilih
memenuhi kebutuhan gizi makanan sesuai dengan
selama sakit. keadaan sakitnya, usia, tinggi,
4. Manganjurkn makan sedikit- berat badannya.
sedikit tapi sering. 4. Dengan sedikit tapi sering
mengurangi penekanan yang
berlebihan pada lambung.

f. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan


Tujuan : mencegah terjadinya infeksi.
KH : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital. 1. Jika ada peningkatan tanda-
2. Lakukan perawatan terhadap tanda vital besar kemungkinan
prosedur inpasif seperti adanya gejala infeksi karena
infus, kateter, drainase luka, tubuh berusaha intuk melawan
dll. mikroorganisme asing yang
3. Jika ditemukan tanda infeksi masuk maka terjadi
kolaborasi untuk peningkatan tanda vital.
pemeriksaan darah, seperti 2. Untuk mengurangi risiko
Hb dan leukosit. infeksi nosokomial.
4. Kolaborasi untuk pemberian 3. Penurunan Hb dan
antibiotik, peningkatan jumlah leukosit
dari normal membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi.
4. Antibiotik mencegah
perkembangan
mikroorganisme patogen.

g. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan
hospitalisasi
Tujuan : Kecemasan menurun
KH : Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya lagi,orangtua
berpartisipasi dalam proses perawatan

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Pengetahuan orang tua akan
orang tua. mempengaruhi persepsi dan
2. Beri penjelasan tentang
tingkahlakunya pada anak.
keadaan bayinya. 2. Dengan mengetahui kondisi
3. Libatkan keluarga dalam
anaknya, akan mengurangi
perawatan bayinya.
kecemasan orang tua.
4. Berikan support dan
3. Akan membuat orang tua
reinforcement atas apa yang
nyaman dan lebih tenang jika
dapat dicapai oleh orang tua.
senantiasa dekat dengan
5. Latih orang tua tentang cara-
anaknya.
cara perawatan bayi dirumah
4. Dukungan dan kasih sayang
sebelum bayi pulang.
orang tua akan mempercepat
kesembuhan anak.
5. Dengan menambah
pengetahuan orang tua dalam
perawatan anaknya akan
mempermudah proses
perawatan dan penyembuhan
anak.
DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardi, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

Nanda NIC-NOC. Penerbit Mediaction Jogja, Yogyakarta.

Suriadi & Rita, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. CV. SAGUNG SETO,

Jakarta.

T.Heater & Shigemi (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi

10. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai