ABSTRAK
Udang Wangkang (Penaeus orientalis) merupakan salah satu komoditas udang unggulan di
Kalimantan Barat. Umumnya, cangkang udang hanya dibuang sebagai limbah, padahal di
dalam cangkang udang mengandung senyawa kitin yang dapat meningkat nilai guna dari
cangkang udang. Penelitian ini bertujuan mensintesis kitosan dari kitin cangkang udang
wangkang serta diaplikasikan sebagai koagulan untuk menurunkan kadar bahan organik pada
air gambut, mengingat daerah Kalimantan Barat yang didominasi oleh perairan gambut.
Cangkang udang wangkang mengandung kitin 23,151%, mineral 51,129% dan protein 21,039%
yang diperoleh melalui proses demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi. Kitosan dari
cangkang udang wangkang memiliki derajat deasetilasi 72,85%, kadar abu 0,55% dan kadar air
9,08%. Hasil karakterisasi kitosan dengan menggunakan spektrofotometri FTIR menunjukkan
adanya gugus –OH str dan N–H str yang saling tumpang-tindih pada bilangan gelombang
3410,15 cm-1, 2877,79 cm-1 (gugus C–H alifatik str), 1597,06 cm-1 (gugus N–H bend), dan
1419,61 cm-1 (gugus C–H bend), 1257,59 cm-1 (gugus C–N str) dan 1080,14 cm-1 (gugus C–O
str). Proses koagulasi bahan organik oleh kitosan dipengaruhi oleh massa dan pH. Kondisi
optimum koagulasi dicapai pada massa 7 gram dan pH 3, dengan total penurunan bahan
organik sebesar 2959,29 mg/L dan persen penurunan bahan organik sebesar 67,82%.
Kata kunci: cangkang udang wangkang, kitosan, koagulasi, bahan organik, air gambut
52
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 52-59 ISSN 2303-1077
Salah satu jenis udang yang paling kemudian disaring, dicuci hingga pH netral
banyak ditemukan di Kalimantan Barat, dan dikeringkan dalam oven.
khususnya di Pontianak adalah jenis udang 2. Tahap deproteinasi
wangkang (Penaeus orientalis). Sementara Residu yang dihasilkan dari tahap
itu, kota Pontianak dikenal sebagai daerah demineralisasi direaksikan dengan larutan
yang kaya dengan tanah gambut dimana NaOH 3,5% dengan perbandingan 1:6 (b/v)
penyebaran air gambut sangat melimpah. dan dipanaskan pada suhu 80-85 selama
Namun, apabila ditinjau dari segi 1 jam sambil diaduk. Residu yang
kualitasnya maka air gambut tidak dapat dihasilkan disebut kitin, dicuci hingga pH
langsung digunakan karena keberadaan netral dan dikeringkan dalam oven.
bahan organiknya (KMnO4 1000 mg/L)
yang menjadi prekursor trihalometana yang 3. Tahap deasetilasi
bersifat karsinogenik. Selain itu, penampilan Kitin yang diperoleh direaksikan dengan
fisik dari air gambut yang berwarna larutan NaOH 50% dengan perbandingan
kecoklatan dan memiliki rentang pH rendah 1:20 (b/v) dan dipanaskan pada suhu 120
( 5) menyebabkan air gambut tidak dapat selama 1 jam sambil diaduk. Residu yang
digunakan sebagai air bersih (Afritha, 2011; dihasilkan disebut kitosan, dicuci hingga pH
Elfiana dan Zulfikar, 2012). netral dan dikeringkan dalam oven.
Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian tentang sintesis kitosan dari Penentuan Kualitas dan Karakterisasi
cangkang udang wangkang (Penaeus Kitosan
orientalis) yang bertujuan untuk Kitosan yang dihasilkan dari cangkang
meningkatkan nilai guna dari cangkang udang wangkang dikarakterisasi dengan
udang wangkang melalui pemanfaatkannya spektrofotometri FTIR dan ditentukan
sebagai koagulan dalam menurunkan kadar kualitasnya melalui 3 parameter yaitu, kadar
bahan organik pada air gambut. air, kadar abu dan derajat deasetilasi.
1. Kadar Air
METODOLOGI PENELITIAN Kitosan ditimbang sebanyak 1,000 gram
dan dimasukkan ke dalam cawan porselen
Alat dan Bahan
yang telah diketahui bobotnya. Cawan
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat
beserta kitosan dimasukkan ke dalam oven
gelas, kertas saring, neraca analitik, oven,
pada suu 105 selama 3 jam. Cawan berisi
pH meter, spektrofotometer UV-Vis (Varian
kitosan dimasukkan ke dalam desikator dan
Cary conc.), spektrofotometer FTIR, stirrer
ditimbang. Pengeringan dan penimbangan
plate dan magnetic stirrer.
diulangi setiap jam sampai diperoleh bobot
Bahan-bahan yang digunakan adalah
konstan dan dihitung persentase kadar air
akuades (H2O), asam klorida (HCl), asam
kitosan (Kurniasih dan Kartika, 2011).
oksalat (H2C2O4), asam sulfat (H2SO4),
kalium permanganat (KMnO4) dan natrium
2. Kadar Abu
hidroksida (NaOH).
Cawan porselen dibersihkan dan
dipanaskan dalam tanur, kemudian
Cara Kerja
didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Sintesis Kitosan dari Cangkang Udang
Sebanyak 0,5000 gram kitosan dimasukkan
Wangkang
ke dalam cawan porselen dan dibakar
Cangkang udang wangkang dicuci bersih
dalam tanur pengabuan dengan suhu 600
dan dikeringkan serta dihaluskan dan
sampai diperoleh abu berwarna putih.
diayak dengan ukuran 100 mesh. Sintesis
Cawan berserta isinya didinginkan dalam
kitosan dalam penelitian ini merujuk pada
desikator dan ditimbang serta dihitung
prosedur Suharjo dan Harini (2005).
persentase kadar abu kitosan (Kurniasih
1. Tahap demineralisasi
dan Kartika, 2011).
Serbuk cangkang udang wangkang
direaksikan dengan larutan HCl 1,25 N
3. Derajat Deasetilasi
dengan perbandingan 1:10 (b/v) dan
Derajat deasetilasi kitosan dari
dipanaskan pada suhu 100 selama 2 jam
cangkang udang wangkang ditentukan
sambil diaduk. Residu yang dihasilkan
dengan merujuk pada prosedur Khan et al
(2002). Penentuan derajat deasetilasi
53
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 52-59 ISSN 2303-1077
54
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 52-59 ISSN 2303-1077
oleh reaksi protein tersebut dengan basa Berdasarkan data dari Tabel 2, diperoleh
yang menghasilkan natrium proteinat yang persentase kadar abu kitosan dari
dapat larut dalam air. Residu yang cangkang udang wangkang yang telah
dihasilkan dari tahap demineralisasi dan memenuhi standar kualitas kitosan standar.
deproteinasi disebut sebagai kitin, dimana Besarnya kadar abu diasumsikan sebagai
kitin yang kehilangan gugus asetilnya pada parameter keberhasilan dari proses
proses deasetilasi disebut kitosan. Berikut demineralisasi. Sedangkan persentase
disajikan kandungan mineral, protein dan kadar air pada kitosan sebesar 9,08%,
kitin dari cangkang udang wangkang (lihat angka ini hampir mendekati batas
Tabel 1.) maksimum kadar air dari standar kualitas
kitosan standar. Menurut Kurniasih dan
Tabel 1. Kandungan mineral, protein dan Kartika (2011), tingginya kadar air pada
kitin dari cangkang udang kitosan memungkinkan terjadinya proses
wangkang swelling pada kitosan, mengingat sifat
Komposisi Cangkang Persentase kitosan yang higroskopis.
Udang Wangkang (%) Karakterisasi kitin dan kitosan dari
Mineral 51,129 cangkang udang wangkang dilakukan
Protein 21,039 dengan menggunakan spektrofotometri
Kitin 23,151 FTIR. Berikut disajikan spektra IR dari kitin
dan kitosan dari cangkang udang wangkang
Tahap deasetilasi atau reaksi pelepasan dan kitosan standar.
gugus asetil (COCH3) pada kitin menjadi
kitosan melibatkan reaksi pada suhu tinggi
oleh basa kuat. Gugus –OH pada basa kuat
NaOH berperan sebagai gugus yang kaya
elektron (nukleofilik). Sehingga gugus ini
mampu menyerang gugus asetil khususnya
pada atom karbon yang terikat pada gugus
C=O yang mengakibatkan lepasnya gugus
asetil pada kitin.
Tabel 2. Perbandingan kualitas kitosan dari Pada spektra IR kitosan dari cangkang
cangkang udang wangkang udang wangkang, muncul pita serapan
terhadap kitosan standar pada pada bilangan gelombang 3410,15 cm-1
beberapa parameter yang menunjukkan adanya vibrasi streching
Kitosan pada gugus –OH dan N–H yang saling
Parameter Kitosan Cangkang tumpang tindih, sedangkan pada kitosan
Kualitas Standar* Udang standar pita serapan gugus ini muncul pada
Wangkang bilangan gelombang 3425,58 cm-1. Vibrasi
stretching dari gugus N–H amida pada kitin
Kadar Abu 2% 0,55%
muncul pada bilangan gelombang 3271,27
Kadar Air 10% 9,08%
cm-1, pita serapan ini sama sekali tidak
% DD 70% 72,85%
muncul pada spektra kitosan cangkang
Warna Putih Putih
udang wangkang maupun kitosan standar.
*Kitosan standar dari Biochitosan Indonesia
Hal inilah yang memperkuat bahwa telah
terjadi pelepasan gugus asetil. Pita serapan
55
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 52-59 ISSN 2303-1077
56
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 52-59 ISSN 2303-1077
memperkecil jarak antar partikel bahan dalam penelitian ini. Tujuan penentuan pH
organik tersebut. Hal ini memudahkan optimum proses koagulasi oleh kitosan
partikel bahan organik untuk saling adalah untuk mengetahui seberapa banyak
bergabung membentuk flok dengan berat bahan organik yang mampu dikoagulasikan
molekul yang lebih besar sehingga mudah oleh kitosan pada beberapa variasi pH.
mengendap. Kitosan memegang peranan penting
Oleh karena itu, semakin banyak sebagai koagulan, sifatnya yang mampu
jumlah kitosan yang ditambahkan ke dalam menghasilkan polikation pada suasana
sampel air gambut akan menyebabkan asam dipandang sangat cocok dalam
semakin banyak pula bahan organik yang mengkoagulasikan bahan organik dalam air
terkoagulasikan. Namun pada titik tertentu gambut yang umumnya memiliki pH yang
yaitu pada saat penambahan koagulan asam.
kitosan sebanyak 8 gram angka persen Kecenderungan yang terjadi adalah
penurunan bahan organik justru mengalami semakin meningkatnya pH, dalam hal ini
penurunan. Sehingga dapat disimpulkan semakin basa suasana air gambut maka
bahwa massa optimum kitosan pada proses bahan organik yang terkoagulasikan
koagulasi ini terletak pada massa 7 gram semakin sedikit. Suasana basa pada
dengan total bahan organik yang berhasil sampel air gambut ini memberikan
dikoagulasikan adalah sebanyak 3356,46 pengaruh terhadap kinerja dari kitosan
mg/L dan angka persen penurunan bahan sebagai koagulan. Pada rentang pH basa,
organik sebesar 64,39%. Hal ini didukung kitosan tidak mampu memprotonasi gugus
juga oleh hasil perhitungan uji statistik aktifnya yaitu gugus –NH2 menjadi NH3+
dengan tingkat kepercayaan 95% (uji BNT) sehingga muatan polikation kitosan kurang
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mampu berinteraksi dengan muatan negatif
terhadap persen penurunan bahan organik dari partikel koloid (bahan organik).
oleh variasi massa kitosan.
Tercapainya kondisi optimum yang 80
% Penurunan Bahan
57
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 52-59 ISSN 2303-1077
58
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 52-59 ISSN 2303-1077
Pitriani, P., 2010, Sintesis dan Aplikasi Prayudi, T dan Susanto, J. P., 2000,
Kitosan dari Cangkang Rajungan Chitosan Sebagai Bahan Koagulan
(Portunus Pelagicus) Sebagai Limbah Cair Industri Tekstil, Jurnal
Penyerap Ion Besi (Fe) dan Mangan Teknologi Lingkungan, 1 (2): 121-125.
(Mn) untuk Pemurnian Natrium Silikat, Suharjo dan Harini, N., 2005, Ekstraksi
Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Chitosan dari Cangkang Udang
Universitas Islam Negeri Syarif Windu (Penaeus monodon SP)
Hidayatullah, (Skripsi). Secara Fisik-Kimia (Kajian
Sinardi, Soewondo, P dan Notodarmojo, S., Berdasarkan Ukuran Partikel Tepung
2013, Pembuatan, Karakterisasi dan Chitin dan Konsentrasi NaOH),
Aplikasi Kitosan dari Cangkang GAMMA, 1 (1): 7-15.
Kerang Hijau (Mytulus virdis Stevenson, F. J., 1994, Humus Chemistry:
Linneaus) Sebagai Koagulan Genesis, Compotition Reaction, 2nd
Penjernih Air, Konverensi Nasional ed, John Wiley and Sons, Inc.,
Teknik Sipil Universitas Sebelas Canada.
Maret, 24-26 Oktober 2013, 33-38.
59