2.1 Geografi
7
Tabel 2.1 : Batas Wilayah Kecamatan di Kota Depok.
2.2 Geologi
8
Satuan Batuan Gungung api Muda (Qv) : tuf halus berlapis, tuf
pasiran berselingan dengan konglomeratan
Satuan Batuan Kipas Alluvium : Endapan lempung pasir, krikil,
kerakal dan
Satuan Endapan Alluvia (Qa)
Secara umum keadaan jenis tanah di Kota Depok adalah sebagai berikut :
Tanah Alluvial, tanah endapan yang masuh muda, terbentuk dari
endapan lempung, debu dan pasir, umumnya tersikap di jalur-jalur
sungai, tingkat kesuburan sedang – tinggi.
Tanah Latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu
lanjut perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis –
basalitis, tingkat kesuburannya rendah – cukup, mudah
meresapkan air, tanah terhadap erosi, tekstur halus.
9
Selanjutnya sesampainya dikawasan utara, yang di atasnya meliputi
wilayah Kabupaten Bogor, kota Depok, sebagian Kabupaten dan kota
Tangerang, sebagian wilayah kabupaten dan kota Bekasi dan paling besar
adalah Propinsi DKI Jakarta, lapisan tanah pembawa air tanah (akuifer)
terbagi lagi menjadi beberapa lapisan yang semakin kompleks dan
sifatnya sangat lokal (lihat Gambar 2.2).
Akuifer basin JABODETABEK secara geologis memperlihatkan
strata tanah yang sangat beragam dan sangat kompleks.Untuk membagi
secara tegas lapis demi lapis hampir tidak mungkin.Disana sini terdapat
zona – zona air tanah yang terperangkap dalam lensa – lensa kecil.
Walaupun agak sulit untuk dikelompokkan secara vertikal, secara kasar
akuifer Basin JABODETABEK di kawasan Jakarta dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) lapis, yakni lapis kesatu merupakan akuifer air tanah
dangkal (akuifer bebas) yang mempunyai kedalaman hingga 50 meter
dibawah muka tanah, lapis kedua merupakan akuifer tertekan (akuifer
artesis) mempunyai kedalaman antara 50 hingga 150 meter dibawah
muka tanah dan lapis ketiga merupakan akuifer tertekan (akuifer artesis),
mempunyai kedalaman antara 150 hingga 250 meter dibawah
permukaan tanah. Akuifer artesis lazim juga disebut akuifer dalam.Dilihat
dari segi jenis tanahnya, akuifer Jakarta pada umumnya merupakan
butiran pasir lepas, tanah aluivial walaupun diselang seling dengan tanah
lempung yang kedap air (yang ini kelak membuat akuifer itu tidak
menerus) mempunyai potensi yang sangat baik sebagai penyimpan air
tanah. Seperti terlihat pada Gambar 2.2, untuk kawasan Depok, dari
kondisi hidrogeologis tidak jauh berbeda dengan kawasan Jakarta.
Analogi dengan kawasan jakarta, secara umum akuifer di kawasan Depok
masih tergolong identik dengan kawasan Jakarta.
Secara teoritis tidak terdapat akuifer dan akuitar sejati dalam
sistem air tanah JABODETABEK. Susunan struktur bawah tanahnya terdiri
atas campuran antara deposit vulkanik, marina dan genangan dan hampir
tidak mungkin mendiskripsikan secara konsisten lapisan pasir pada
bentangan jarak tertentu (bahkan kadang kadang jarak kurang dari 1 km
sudah berbeda struktur dan komposisi).
Oleh karena kompleksitas dan tercampurnya struktur dan
komposisi tanah bawah permukaan ini, maka pemisahan antara lapisan
akuifer diatas agak sulit di diskripsikan secara tegas. Beberapa lapisan
terlihat lebih berpasir dari lapisan lainnya (meskipun demikian masih ada
konsistensinya suatu lapisan).
10
Gambar 2. 1. Pembagian DAS Sungai Sungai Yang Mengalir Kekawasan
Jakarta (Tambunan, 2005)
11
Pada musim hujan, air tanah dangkal akan terisi oleh air hujan, sehingga
cadangan air tanah akan bertambah.
Pada musim kering, muka air tanah dangkal akan turun karena
pada musim ini imbuhan akan berkurang sementara ekstraksi berjalan
terus. Salah satu upaya pengembalian cadangan air tanah dangkal ini
dengan melakukan imbuhan buatan dengan cara memasukkan air
langsung kedalam tanah. Usaha usaha ini sudah banyak dilakukan dan
metode serta cara yang tersedia juga sudah bervariasi.
2. 3 Klimatogi
2.4 Hidrogologi
12
Tabel 2.2 : Data Curah Hujan Di Wilayah Depok Pada Tahun 2009.
13
Gambar 2.2 : Peta Hidrogeologi basin Jakarta dan Sekitarnya (Direktorat
Geologi Tata Lingkungan, 1986)
1). Sungai
14
irigasi Kali Baru. Beberapa sungai yang mengalir melalui kota Depok
adalah sebagai berikut:
a. Sungai Angke
Sungai ini merupakan batas wilayah antara kota Depok dan
Kabupaten Tangerang, mengalir kearah utara, Sungi Angke ini
mempunyai perbedaan debit yang bear antara musim hujan dan
musim kemarau.
b. Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi kota
Depok dan Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan
Jawa Barat pada musim kemarau mempunyai debit sebesar 9,06-
13,40 m3/detik.
c. Sungai Pesanggrahan
Sungai ini merupakan sumberdaya air terpenting untuk Sawangan,
dankondisi air berwarna coklat bercampur Lumpur dan Kotoran.
Sungai ini mempunyai fluktuasi yang tinggi antara musim hujan dan
musim kemarau. Bahkan pada musim hujan sering menimbulkan
banjir setempat. Berdasarkan data debit dari Balitbang PU, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan Bandung antara 1992 –
1996 statistik pengukuran Sawangan debit minimum adalah Qmin
=350 lt/detik (sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).
15
4). Danau/Situ
Salah satu sumber air permukaan yang ada di kota Depok adalah
danau atau situ. Situ-situ ini berfungsi sebagai irigasi local, perikanan,
sanitasi, pengendali air, air minum, industri dan rekreasi. Berdasarkan
studi literatur saat in terdapat 21 situ di kota Depok, sedangkan menurut
Bagian Lingkungan Hidup sekitar 25 situ. Sementara itu hasil survey
lapangan yang dilaksanakan oleh Innerindo Dinamika terdapat sekitar 30
situ.
16
26 Situ Pondok Cina/UI-4 Kecamatan Beji
27 Situ Pladen Kecamatan Beji
28 Situ Puri Cinere Kecamatan Cinere
29 Situ Telaga Subur Kecamatan Lmo
30 Situ Krukut Kecamatan Limo
Di kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini
air tanah merupakan sumber penyediaan air yang utama untuk kota
Depok. Formasi genteng dan endapan vulkanik mempunyai potensi 3-4
lt/det/km2, alluvium potensi 5-7 lt/det/km2. Sejalan dengan
pengembangan kota Jakarta dan kota-kota sekitarnya termasuk kota
Depok, pengambilan air tanah meningkat, sehingga beberapa tempat
kelebihan.
Dari survei air tanah Botabek didapatkan tiga system akuifer yang
sangat umum, yaitu : Akuifer dangkal : 0-20 m, preatik semi terikat pada
tempat lebih dalam, Akuifer menengah: 20-70 m, semi terikat hingga
semi tak tertekan, Akuifer dalam : > 70 m, semi terikat atau tertekan,
artesis di lokasi dekat pantai. Informasi tersebut meliputi informasi
tentang kedalaman, lokasi sumur, dan mutu air. Muka air tanah statis di
daerah pantai rata-rata 2 meter, di bagian selatan air tanah dangkal 8-10
m dan air tanah dalam 10-30 m. Zona recharge yang baik terdapat pada
batuan kipas vulkanik, batuan vulkanik yaitu di bagian selatan.
17
2.5 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
No. Kecamatan
Laki-laki Perempuan Total
1. Sawangan 65.980 62.925 128.905
2. Bojongsari 53.122 50.918 104.040
3. Pancoran Mas 111.089 108.512 219.601
4. Cipayung 68.172 65.267 133.439
5. Sukmajaya 120.886 121.449 242.335
6. Cilodong 66.234 64.176 130.410
7. Cimanggis 128.324 124.100 242.424
8. Tapos 113.961 111.586 225.547
9. Beji 88.106 84.958 173.064
10. Limo 46.694 45.055 91.749
11. Cinere 56.268 55.831 112.099
Jumlah 918.836 894.777 1.813.613
18
Tabel 2.3 : Jumlah Penduduk Setiap Kecamatan Luas Wilayah dan
Kepadatan Penduduk di Kota Depok
Luas Kepadatan
Jumlah
No. Kecamatan Wilayah Penduduk per
Penduduk
(km2) km2
1. Sawangan 128.905 25,90 4.977
2. Bojongsari 104.040 19,79 5.257
3. Pancoran Mas 219.601 18,21 12.059
4. Cipayung 133.439 11,63 11.474
5. Sukmajaya 242.335 18,04 13.433
6. Cilodong 130.410 16,09 8.105
7. Cimanggis 242.424 21,22 11.896
8. Tapos 225.547 32,33 6.976
9. Beji 173.064 14,30 12.102
10. Limo 91.749 12,32 7.447
11. Cinere 112.099 10,47 10.707
Jumlah 1.813.613 200,29 9.055
Saat ini pelayanan air bersih di Kota depok dilaksanakan oleh Unit
Pelakasana Teknis (UPT) air bersih di bawah Dinas Tata Ruang dan
Pemukiman (Distarkim). Sebelumnya masih dikelola oleh PDAM di Tirta
Kahuripan, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik Tahun 2010,
total jumlah pelangggan adalah 41.337 dengan total pemakaian air
12.900.111 m3 per tahun atau 409,06 liter per detik. Jumlah tersebut
masih relatif sangat kecil jika dibandingan dengan kebutuhan air
masyarakat di kota Depok.
Jumlah pelanggan dan pemakaian air minum menurut jenis
penggunaannya di Kota Depok Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.4
19
dan Gambar 2.3, sedangkan Jumlah pelangan Dan Pemakaian Air
Minum/Bersih di Tiap Cabang Pelayanan Di Kota Depok tahun 2010 dapat
dilihat pada Tabel 2.5 dan tabel 2.6.
Tabel 2.4 : Jumlah Pelanggan Dan Pemakaian Air Minum Menurut Jenis
Penggunaannya Di Kota Depok Tahun 2010.
20
Gambar 2.3 : Pemakaian Air Minum Menurut Jenis Penggunaaannya Di
Kota Depok Tahun 2010.
CABANG PELAYANAN
No. Uraian/Diskripsi I II
Saluran Pemakaian Saluran Pemakaian
(SL) (m3) (SL) (m3)
1 I A (Sosial Umum) 29 9.871 57 28.084
2 II A (Sosial Khusus) 30 17.720 49 17.349
3 II B (rumah Sangat 18 7.805 66 22.146
Sederhana, RSS)
4 III A (Rumah 5.556 1.126.128 7.266 1.890.868
Sederhana)
21
5 III B (Rumah 2.452 500.977 1.883 492.694
Menengah)
6 III C (Instansi 10 10.631 5 1.453
Pemerintah)
7 IV A (Rumah 337 119.259 3.035 861.911
menengah/Kantor)
8 IV B (Niaga Kecil) 231 105.146 330 70.294
9 IV C (Industri Kecil) - - 1 4.027
10 IV D (Niaga besar) 17 122.329 5 19.313
11 IV E (Indsutri - - - -
Besar)
12 V (Khusus) 5 966.160 - -
Kota Depok 8.685 2.986.026 12.697 3.408.139
CABANG PELAYANAN
No. Uraian/Diskripsi III IV
Saluran Pemakaian Saluran Pemakaian
(SL) (m3) (SL) (m3)
1 I A (Sosial Umum) 60 31.185 23 11.540
2 II A (Sosial Khusus) 30 11.310 4 1.723
3 II B (rumah Sangat 62 16.066 1 649
Sederhana, RSS)
4 III A (Rumah 9.500 2.153.739 1.021 217.248
Sederhana)
5 III B (Rumah 4.616 1.073.837 3.055 915..995
Menengah)
22
6 III C (Instansi 5 4.571 6 8.044
Pemerintah)
7 IV A (Rumah 121 21.069 1.025 295.036
menengah/Kantor)
8 IV B (Niaga Kecil) 249 46.008 134 43.805
9 IV C (Industri Kecil) 1 - - -
10 IV D (Niaga besar) 7 11.383 11 10.470
11 IV E (Indsutri 10 507.162 12 72.380
Besar)
12 V (Khusus) 1 26.316 1 1.026.410
Kota Depok 14.662 3.902.646 5.293 2.603.300
23