Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH DEPOK

2.1 Geografi

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 60


19’00” – 60 28’00” Lintang Selatan dan 106043’00” – 106055’30”
Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan
daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah,
dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan
kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai
salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas
wilayah sekitar 20.029 ha. Peta administrasi kota Depok dapat dilihat
pada gambar 3.1. Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga
Kabupaten dan satu Propinsi. Secara lengkap wilayah ini
mempunyai batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat


Kabupaten Tangerang dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Podok
Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten
Bogor.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Cibinong dan Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan
Kecamatan Gunung sindur, Kabupaten Bogor.
 Kabupaten Bogor.

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta


dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh
dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan
transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota
lainnya. Batas Wilayah Kecamatan di Kota Depok dapat dilihat pada
Tabel 2.1.

7
Tabel 2.1 : Batas Wilayah Kecamatan di Kota Depok.

No. Kecamatan Batas Wilayah


1. Sawangan Utara : Kabupaten Tangerang
Selatan : Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
Timur : Kecamatan Limo, Pancoran Mas dan
Cipayung
Barat : Kecamatan Bojongsari
2. Bojongsari Utara : Kabupaten Tangerang
Selatan : Kabupaten Bogor
Timur : Sarangan
Barat : Kabupaten Bogor
3. Pancoran Mas Utara : Kecamatan Limo dan Beji
Selatan : Kecamatan Cipayung
Timur : Kecamatan Sukmajaya
Barat : Kecamatan Sawangan
4. Cipayung Utara : Pancoran Mas
Selatan : Kabupaten Bogor
Timur : Kecamatan Sukmajaya dan Cilodong
Barat : Kecamatan Sawangan
5. Sukmajaya Utara : Kecamatan Cimanggis
Selatan : Kecamatan Cilodong
Timur : Kecamatan Cimanggis dan Tapos
Barat : Kecamatan Cipayung dan pancoran
Mas
Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2011

2.2 Geologi

Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian


dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1992, Lembar
Jakarta dan Kepualuan Seribu 1 : 100.00, stratigrafi
Bab 3 - 2 wilayah Depok sekitarnya dari tua ke muda disusun oleh batuan
perselingan, batupasir dan batu lempung sebagai berikut :

 Formasi Bojongmanik (Tmb) : Perselingan konglomerat, batupasir,


batulanau, batu lempung
 Formasi Serpong (Tpss) : Breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung

8
 Satuan Batuan Gungung api Muda (Qv) : tuf halus berlapis, tuf
pasiran berselingan dengan konglomeratan
 Satuan Batuan Kipas Alluvium : Endapan lempung pasir, krikil,
kerakal dan
 Satuan Endapan Alluvia (Qa)

Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau


sayap lipatan dengan kemiringan lapisan yag hampir datar, sesar
mendatar yang diperkirakan berarah utara selatan. Menurut Laporan
Penelitian Sumberdaya Air Permukaan di Kota Depok, kondisi geologi.
Kota Depok termasuk dalam system geologi cekungan Botabek
yang dibentuk oleh endapan kuarter yang berupa rombakan
gunung api muda dan endapan sungai. Singkapan batuan tersier
yang membatasi cekungan Bogor – Tangerang – Bekasi terdapat pada
bagian barat – barat daya dimana di jumpai pada Formasi Serpong,
Genteng dan Bojongmanik.

Secara umum keadaan jenis tanah di Kota Depok adalah sebagai berikut :
 Tanah Alluvial, tanah endapan yang masuh muda, terbentuk dari
endapan lempung, debu dan pasir, umumnya tersikap di jalur-jalur
sungai, tingkat kesuburan sedang – tinggi.
 Tanah Latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu
lanjut perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis –
basalitis, tingkat kesuburannya rendah – cukup, mudah
meresapkan air, tanah terhadap erosi, tekstur halus.

Secara fisik sumberdaya air tanah tidak dibatasi oleh wilayah


administrasi, akan tetapi lebih dibatasi oleh wilayah aliran air tanah, yang
terminologi umumnya disebut basin. Basin Air tanah disekitar Depok
menjadi satu dengan basin air tanah Jakarta dan sekitarnya, atau sebut
saja basin JABODETABEK mempunyai area yang sangat luas yang secara
fisik mengikuti 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengalir kekawasan
Jakarta dan sekitarnya (Gambar 2.1). Kalau ditelusuri dari hulu, aliran air
tanah dimulai dari lereng gunung Pangrango, gunung Gede dan gunung
Salak, gunung Halimun dimana didaerah hulu ini air tanah mulai diterima
oleh permukaan tanah dan kemudian meresap kedalam tanah, kemudian
setelah meresap kedalam tanah, oleh akuifer dialirkannya kearah hilir
sebelah selatan menjadi air tanah dangkal (air tanah bebas) dan air tanah
dalam (air tanah tertekan, atau sering disebut juga air tanah artesis).

9
Selanjutnya sesampainya dikawasan utara, yang di atasnya meliputi
wilayah Kabupaten Bogor, kota Depok, sebagian Kabupaten dan kota
Tangerang, sebagian wilayah kabupaten dan kota Bekasi dan paling besar
adalah Propinsi DKI Jakarta, lapisan tanah pembawa air tanah (akuifer)
terbagi lagi menjadi beberapa lapisan yang semakin kompleks dan
sifatnya sangat lokal (lihat Gambar 2.2).
Akuifer basin JABODETABEK secara geologis memperlihatkan
strata tanah yang sangat beragam dan sangat kompleks.Untuk membagi
secara tegas lapis demi lapis hampir tidak mungkin.Disana sini terdapat
zona – zona air tanah yang terperangkap dalam lensa – lensa kecil.
Walaupun agak sulit untuk dikelompokkan secara vertikal, secara kasar
akuifer Basin JABODETABEK di kawasan Jakarta dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) lapis, yakni lapis kesatu merupakan akuifer air tanah
dangkal (akuifer bebas) yang mempunyai kedalaman hingga 50 meter
dibawah muka tanah, lapis kedua merupakan akuifer tertekan (akuifer
artesis) mempunyai kedalaman antara 50 hingga 150 meter dibawah
muka tanah dan lapis ketiga merupakan akuifer tertekan (akuifer artesis),
mempunyai kedalaman antara 150 hingga 250 meter dibawah
permukaan tanah. Akuifer artesis lazim juga disebut akuifer dalam.Dilihat
dari segi jenis tanahnya, akuifer Jakarta pada umumnya merupakan
butiran pasir lepas, tanah aluivial walaupun diselang seling dengan tanah
lempung yang kedap air (yang ini kelak membuat akuifer itu tidak
menerus) mempunyai potensi yang sangat baik sebagai penyimpan air
tanah. Seperti terlihat pada Gambar 2.2, untuk kawasan Depok, dari
kondisi hidrogeologis tidak jauh berbeda dengan kawasan Jakarta.
Analogi dengan kawasan jakarta, secara umum akuifer di kawasan Depok
masih tergolong identik dengan kawasan Jakarta.
Secara teoritis tidak terdapat akuifer dan akuitar sejati dalam
sistem air tanah JABODETABEK. Susunan struktur bawah tanahnya terdiri
atas campuran antara deposit vulkanik, marina dan genangan dan hampir
tidak mungkin mendiskripsikan secara konsisten lapisan pasir pada
bentangan jarak tertentu (bahkan kadang kadang jarak kurang dari 1 km
sudah berbeda struktur dan komposisi).
Oleh karena kompleksitas dan tercampurnya struktur dan
komposisi tanah bawah permukaan ini, maka pemisahan antara lapisan
akuifer diatas agak sulit di diskripsikan secara tegas. Beberapa lapisan
terlihat lebih berpasir dari lapisan lainnya (meskipun demikian masih ada
konsistensinya suatu lapisan).

10
Gambar 2. 1. Pembagian DAS Sungai Sungai Yang Mengalir Kekawasan
Jakarta (Tambunan, 2005)

Sesuai dengan karakteristiknya, air tanah dangkal yang terdapat pada


akuifer bebas, mendapat imbuhan langsung dari permukaan tanah yang
berasal dari air hujan yang jatuh pada permukaan tanah yang kemudian
meresap kebawah secara langsung. Oleh karena itu fluktuasi muka air
tanah dangkal ini sangat berpengaruh pada kondisi musim dan cuaca.

11
Pada musim hujan, air tanah dangkal akan terisi oleh air hujan, sehingga
cadangan air tanah akan bertambah.
Pada musim kering, muka air tanah dangkal akan turun karena
pada musim ini imbuhan akan berkurang sementara ekstraksi berjalan
terus. Salah satu upaya pengembalian cadangan air tanah dangkal ini
dengan melakukan imbuhan buatan dengan cara memasukkan air
langsung kedalam tanah. Usaha usaha ini sudah banyak dilakukan dan
metode serta cara yang tersedia juga sudah bervariasi.

2. 3 Klimatogi

Iklim Depok yang tropis mendukung untuk pemanfaatan lahan


pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang kontinu di
sepanjang tahun. Permasalahan mendasar walaupun di satu sisi di
dukung oleh iklim tropis yang baik yaitu alokasi tata guna lahan yang
harus mempertimbangkan sektor lain terutama lahan hijau dan
permukiman. Kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah Depok
relatif sama, dengan rata-rata curah hujan sebesar 3332 mm/tahun
atau rata rata 278 mm per bulan (data tahun 2009). Data Curah hujan di
wilayah Depok untuk Stasiun pengamatan Pancoran Mas pada tahun
2009 dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Gambar 2.3. Dari data sersebut di
atas dapat dilihat bahwa curah hujan terkecil (musim kering) terjadi pada
bulan Juli, Agustus dan September.
Kondisi curah hujan seperti di atas, mendukung kegiatan di
bidang pertanian terutama pertanian lahan basah di areal irigasi
teknis. Sedangkan untuk daerah tinggi dan tidak ada saluran
irigasi teknis akan lebih sesuai untuk tanaman palawija kombinasi
dengan padi/lahan basah pada musim hujan sebagai pertanian tadah
hujan. Selain penting sebagai sumber irigasi, curah hujan juga penting
untuk pemberian gambaran penentuan lahan, terutama lokasi, pola
cocok tanam, dan jenis tanaman yang sesuai.

2.4 Hidrogologi

Air Permukaan adalah semua air yang terdapat dan


berasal dari sumber – sumber air yang berada di permukaan tanah.
Air permukaan yang dimaksud dalam paparan berikut ini adalah air
sungai dan air danau.

12
Tabel 2.2 : Data Curah Hujan Di Wilayah Depok Pada Tahun 2009.

Bulan Curah Hujan (mm)


Januari 358
Pebruari 304
Maret 326
April 385
Mei 278
Juni 230
Juli 80
Agustus 58
September 189
Oktober 431
Nopember 403
Desember 290
Tahunan 3332

Sumber : Balai Data Dan Informasi Sumber Daya Air, 2009.

Gambar 2.3 : Curah Hujan di Wilayah Depok (Stasiun pengamatan


Pancoran Mas) Tahun 2009.
Sumber : Balai data dan Informasi Sumber Daya Air, 2009.

13
Gambar 2.2 : Peta Hidrogeologi basin Jakarta dan Sekitarnya (Direktorat
Geologi Tata Lingkungan, 1986)

2.4.1 Air Sungai

Sistem air sungai besar yang mengalir di kota Depok dan


sekitarnya yaitu: Sungai Angke, Sungai Pesanggrahan, Sungai
Grogol, Sungai Krukut, Sungai Ciliwung, Sungai Buaran, dan Sungai
Cideng.

1). Sungai

Sungai – sungai tersebut berhulu di bagian selatan, merupakan


dataran tinggi atau pegunungan yang terletak di Kabupaten Bogor
seperti Gunung Salak, Gunung Halimun, Gunung Gede dan Gunung
Pangrango. Selain itu, kota Depok juga mempunyai beberapa
saluran irigasi yaitu saluran irigasi Cisadane Empang dan saluran

14
irigasi Kali Baru. Beberapa sungai yang mengalir melalui kota Depok
adalah sebagai berikut:

a. Sungai Angke
Sungai ini merupakan batas wilayah antara kota Depok dan
Kabupaten Tangerang, mengalir kearah utara, Sungi Angke ini
mempunyai perbedaan debit yang bear antara musim hujan dan
musim kemarau.

b. Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi kota
Depok dan Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan
Jawa Barat pada musim kemarau mempunyai debit sebesar 9,06-
13,40 m3/detik.

c. Sungai Pesanggrahan
Sungai ini merupakan sumberdaya air terpenting untuk Sawangan,
dankondisi air berwarna coklat bercampur Lumpur dan Kotoran.
Sungai ini mempunyai fluktuasi yang tinggi antara musim hujan dan
musim kemarau. Bahkan pada musim hujan sering menimbulkan
banjir setempat. Berdasarkan data debit dari Balitbang PU, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan Bandung antara 1992 –
1996 statistik pengukuran Sawangan debit minimum adalah Qmin
=350 lt/detik (sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).

2). Saluran Irigasi Kali Baru


Saluran ini juga merupakan saluran irigasi untuk pertanian,
sehingga pada periode tertentu dikeringkan untuk pemeliharaan saluran,
berdasarkan pengukuran debit aliran yang diukur dengan currentmeter,
debit sesaat QS=603,36 lt/detik. (Sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).

3). Saluran Irigasi Cisadane Empang


Saluran ini juga mempunyai fungsi utama untuk pengairan
pertanian, sehingga pada periode tertentu dilakukan pengeringan, untuk
pemeliharaan saluran. Data debit dari cabang Dinas PU Pengairan
Kabupaten Bogor antara tahun 1992 sampai 197, stasiun pengukuran KP
Pecahan Air, debit minimal QS=200 lt/detik. (Sumber RTRW Kota Depok
tahun 2000).

15
4). Danau/Situ
Salah satu sumber air permukaan yang ada di kota Depok adalah
danau atau situ. Situ-situ ini berfungsi sebagai irigasi local, perikanan,
sanitasi, pengendali air, air minum, industri dan rekreasi. Berdasarkan
studi literatur saat in terdapat 21 situ di kota Depok, sedangkan menurut
Bagian Lingkungan Hidup sekitar 25 situ. Sementara itu hasil survey
lapangan yang dilaksanakan oleh Innerindo Dinamika terdapat sekitar 30
situ.

Tabel 2.1 : Situ Yang Ada Di Wilayah Depok.

No. Nama Situ Lokasi


1. Situ Bojongsari Kecamatan Bojonggede
2. Situ Pengasinan Kecamatan Sawangan
3. Situ Pasir Putih Kecamatan Sawangan
4 Situ Pitara Kecamatan Pancoran Mas
5 Situ Asih/Pulo Kecamatan Pancoran Mas
6 Situ Rawa Besar Kecamatan Pancoran Mas
7 Situ Citayam Kecamatan Cipayung
8 Situ Sidomukti/Bahar Kecamatan Cilodong
9 Situ Cilodong Kecamatan Cilodong
10 Situ Kosrad/Cilodong Kecamatan Cilodong
11 Situ Rawa Baru Kecamatan Sukmajaya
12 Situ Pengarengan Kecamatan Sukmajaya
13 Situ Bahar Kecamatan Sukmajaya
14 Situ Cilangkap Kecamatan Tapos
15 Situ Rawa Kalong Kecamatan Cimanggis
16 Situ Pedongkelan Kecamatan Cimanggis
17 Situ Tipar/Cicadas Kecamatan Cimanggis
18 Situ Jatijajar Kecamatan Tapos
19 Situ Patinggi Kecamatan Tapos
20 Situ Jemblung Kecamatan Cimanggis
21 Situ Rawa Gede Kecamatan Cimanggis
22 Situ Situ Gadog Kecamatan Cimanggis
23 Situ UI-1 Kecamatan Beji
24 Situ UI-2 Kecamatan Beji
25 Situ UI-3 Kecamatan Beji

16
26 Situ Pondok Cina/UI-4 Kecamatan Beji
27 Situ Pladen Kecamatan Beji
28 Situ Puri Cinere Kecamatan Cinere
29 Situ Telaga Subur Kecamatan Lmo
30 Situ Krukut Kecamatan Limo

Sumber: Kota Depok Dalam Angka 2011

2.4.2 Air Tanah

1). Air Tanah Dangkal

Di kota Depok banyak ditemukan sumur gali untuk kebutuhan


masyarakat. Pada umumnya kondisi sumur gali baik, tetapi air tawar di
sebagian tempat kondisinya keruh dan berbau, kedalaman rata-rata 10
m.

2). Air Tanah Dalam

Di kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini
air tanah merupakan sumber penyediaan air yang utama untuk kota
Depok. Formasi genteng dan endapan vulkanik mempunyai potensi 3-4
lt/det/km2, alluvium potensi 5-7 lt/det/km2. Sejalan dengan
pengembangan kota Jakarta dan kota-kota sekitarnya termasuk kota
Depok, pengambilan air tanah meningkat, sehingga beberapa tempat
kelebihan.

3). Informasi Berdasarkan Sumur Bor

Dari survei air tanah Botabek didapatkan tiga system akuifer yang
sangat umum, yaitu : Akuifer dangkal : 0-20 m, preatik semi terikat pada
tempat lebih dalam, Akuifer menengah: 20-70 m, semi terikat hingga
semi tak tertekan, Akuifer dalam : > 70 m, semi terikat atau tertekan,
artesis di lokasi dekat pantai. Informasi tersebut meliputi informasi
tentang kedalaman, lokasi sumur, dan mutu air. Muka air tanah statis di
daerah pantai rata-rata 2 meter, di bagian selatan air tanah dangkal 8-10
m dan air tanah dalam 10-30 m. Zona recharge yang baik terdapat pada
batuan kipas vulkanik, batuan vulkanik yaitu di bagian selatan.

17
2.5 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah

Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2011 mencapai 1.813.612


jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 918.835 jiwa dan penduduk
perempuan 894.777 jiwa. Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan
yang paling banyak penduduknya dibanding dengan kecamatan lain di
Kota Depok, yaitu 252.424 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk
terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 91.749 jiwa. Di Tahun 2011
kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 9.055 jiwa/km². Kecamatan
Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat
kepadatan 13.433 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Pancoran Mas dengan
2
tingkat kepadatan 12.059 jiwa/km , sedangkan Kecamatan Sawangan
2
yaitu sebesar 4.977 jiwa/km . Jumlah penduduk tiap kecamatan serta
kepadatan penduduk tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2. 2 dan
Tabel 2.3 .

Tabel 2. 2 : Jumlah Penduduk Setiap Kecamatan Menurut Jenis Kelamin


Di Kota Depok

Jumlah Penduduk
No. Kecamatan
Laki-laki Perempuan Total
1. Sawangan 65.980 62.925 128.905
2. Bojongsari 53.122 50.918 104.040
3. Pancoran Mas 111.089 108.512 219.601
4. Cipayung 68.172 65.267 133.439
5. Sukmajaya 120.886 121.449 242.335
6. Cilodong 66.234 64.176 130.410
7. Cimanggis 128.324 124.100 242.424
8. Tapos 113.961 111.586 225.547
9. Beji 88.106 84.958 173.064
10. Limo 46.694 45.055 91.749
11. Cinere 56.268 55.831 112.099
Jumlah 918.836 894.777 1.813.613

Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2011

18
Tabel 2.3 : Jumlah Penduduk Setiap Kecamatan Luas Wilayah dan
Kepadatan Penduduk di Kota Depok

Luas Kepadatan
Jumlah
No. Kecamatan Wilayah Penduduk per
Penduduk
(km2) km2
1. Sawangan 128.905 25,90 4.977
2. Bojongsari 104.040 19,79 5.257
3. Pancoran Mas 219.601 18,21 12.059
4. Cipayung 133.439 11,63 11.474
5. Sukmajaya 242.335 18,04 13.433
6. Cilodong 130.410 16,09 8.105
7. Cimanggis 242.424 21,22 11.896
8. Tapos 225.547 32,33 6.976
9. Beji 173.064 14,30 12.102
10. Limo 91.749 12,32 7.447
11. Cinere 112.099 10,47 10.707
Jumlah 1.813.613 200,29 9.055

Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2011

2.6 Jumlah Pemakaian Air Bersih/Minum Yang Dipasok Oleh PDAM

Saat ini pelayanan air bersih di Kota depok dilaksanakan oleh Unit
Pelakasana Teknis (UPT) air bersih di bawah Dinas Tata Ruang dan
Pemukiman (Distarkim). Sebelumnya masih dikelola oleh PDAM di Tirta
Kahuripan, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik Tahun 2010,
total jumlah pelangggan adalah 41.337 dengan total pemakaian air
12.900.111 m3 per tahun atau 409,06 liter per detik. Jumlah tersebut
masih relatif sangat kecil jika dibandingan dengan kebutuhan air
masyarakat di kota Depok.
Jumlah pelanggan dan pemakaian air minum menurut jenis
penggunaannya di Kota Depok Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.4

19
dan Gambar 2.3, sedangkan Jumlah pelangan Dan Pemakaian Air
Minum/Bersih di Tiap Cabang Pelayanan Di Kota Depok tahun 2010 dapat
dilihat pada Tabel 2.5 dan tabel 2.6.

Tabel 2.4 : Jumlah Pelanggan Dan Pemakaian Air Minum Menurut Jenis
Penggunaannya Di Kota Depok Tahun 2010.

No. Uraian/Diskripsi Julmah Pelangan Pemakaian


(Saluran, SL) (M3)
1 I A (Sosial Umum) 169 80.680
2 II A (Sosial Khusus) 113 48.102
3 II B (rumah Sangat 147 46.666
Sederhana, RSS)
4 III A (Rumah Sederhana) 23.343 5.387.983
5 III B (Rumah Menengah) 12.006 2.983.503
6 III C (Instansi Pemerintah) 26 24.699
7 IV A (Rumah 4.518 1.297.275
menengah/Kantor)
8 IV B (Niaga Kecil) 944 265.253
9 IV C (Industri Kecil) 2 4.027
10 IV D (Niaga besar) 40 163.495
11 IV E (Indsutri Besar) 22 579.542
12 V (Khusus) 7 2.018.886
Kota Depok 41.337 12.900.111

Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2010.

20
Gambar 2.3 : Pemakaian Air Minum Menurut Jenis Penggunaaannya Di
Kota Depok Tahun 2010.

Tabel 2.5 : Jumlah pelangan Dan Pemakaian Air Minum/Bersih di Tiap


Cabang Pelayanan Di Kota Depok Tahun 2010

CABANG PELAYANAN
No. Uraian/Diskripsi I II
Saluran Pemakaian Saluran Pemakaian
(SL) (m3) (SL) (m3)
1 I A (Sosial Umum) 29 9.871 57 28.084
2 II A (Sosial Khusus) 30 17.720 49 17.349
3 II B (rumah Sangat 18 7.805 66 22.146
Sederhana, RSS)
4 III A (Rumah 5.556 1.126.128 7.266 1.890.868
Sederhana)

21
5 III B (Rumah 2.452 500.977 1.883 492.694
Menengah)
6 III C (Instansi 10 10.631 5 1.453
Pemerintah)
7 IV A (Rumah 337 119.259 3.035 861.911
menengah/Kantor)
8 IV B (Niaga Kecil) 231 105.146 330 70.294
9 IV C (Industri Kecil) - - 1 4.027
10 IV D (Niaga besar) 17 122.329 5 19.313
11 IV E (Indsutri - - - -
Besar)
12 V (Khusus) 5 966.160 - -
Kota Depok 8.685 2.986.026 12.697 3.408.139

Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2010

Tabel 2.6 : Jumlah pelangan Dan Pemakaian Air Minum/Bersih Menurut


jenis Penggunanya Di Kota Depok Tahun 2010

CABANG PELAYANAN
No. Uraian/Diskripsi III IV
Saluran Pemakaian Saluran Pemakaian
(SL) (m3) (SL) (m3)
1 I A (Sosial Umum) 60 31.185 23 11.540
2 II A (Sosial Khusus) 30 11.310 4 1.723
3 II B (rumah Sangat 62 16.066 1 649
Sederhana, RSS)
4 III A (Rumah 9.500 2.153.739 1.021 217.248
Sederhana)
5 III B (Rumah 4.616 1.073.837 3.055 915..995
Menengah)

22
6 III C (Instansi 5 4.571 6 8.044
Pemerintah)
7 IV A (Rumah 121 21.069 1.025 295.036
menengah/Kantor)
8 IV B (Niaga Kecil) 249 46.008 134 43.805
9 IV C (Industri Kecil) 1 - - -
10 IV D (Niaga besar) 7 11.383 11 10.470
11 IV E (Indsutri 10 507.162 12 72.380
Besar)
12 V (Khusus) 1 26.316 1 1.026.410
Kota Depok 14.662 3.902.646 5.293 2.603.300

Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2010

Masyarakat di wilayah kota Depok yang belum terlayani oleh


PDAM umumnya menggunakan air tanah dangkal atau air tanah dalam
untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Saat ini air tanah masih
merupakan sumber utama untuk air bersih masyarakat di wilayah kota
Depok, oleh karena itu sumberdaya air tanah perlu dijaga kelestariannya
dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

23

Anda mungkin juga menyukai