Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Soal cerita mempunyari peran penting dalam pembelajaran
matematika kerana siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu
permasalahan matematika ketika siswa dihadapkan pada soal cerita. Soal
cerita bermanfaat untuk perkembangan proses berpikir siswa karena dalam
menyelesaikan masalah yang terkandung dalam soal cerita diperlukan
langkah-langkah yang membutuhkan pemahaman dan penalaran. Akan
tetapi, selama ini matematika sering kali dipelajari dengan cara menghafal,
banyak latihan soal, dan kurang menempatkan posisi matematika
sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan permasalahan bagi siswa.
Sampai saat ini, matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran
yang sulit dan tidak menyenangkan oleh banyak siswa, bahkan sejumlah
siswa menganggap bahwa matematika sebagai suatu pelajaran yang
menakutkan. Pandangan tersebut kemudian menyebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam belajaran matematika. Kesulitan belajar matematika siswa
ditandai dalam beberapa kekeliruan dalam perhitungan, proses pengerjaan,
nilai tempat, dan tulisan yang sulit dipahami. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika, perlu diwujudkan
pembelajaran matematika yang kreatif dan menyenagkan.
Pembelajaran matematika berkaitan dengan materi operasi hitung,
baik operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian,
semua itu salah satunya terkait dengan bilangan. Pembelajaran pecahan
sebagai dasar dalam operasi hitung juga dilakukan di kelas VI SD Negeri
Kamasan 01 Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung yakni mencakup
materi menyederhanakan berbagai bentuk pecahan, operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, dan pemecahan masalah matematika.
Pemecahan masalah matematika adalah suatu proses dimana siswa
dihadapkan pada konsep, keterampilan, dan proses matematika untuk

1 1
2

memecahkan masalah matematika. Pemecahan masalah matematika di SD


Negeri Kamasan 01 Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung biasanya
diwujudkan dalam bentuk soal cerita. Keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita terutama yang berkaitan dengan aspek
pemecahan masalah sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Data hasil
penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)
tahun 2011 menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir matematika
Indonesia berada pada level bawah, yakni urutan ke 38 dari 42 negara
peserta survei.
Hal serupa terjadi pada siswa kelas VI di SD Negeri Kamasan 01
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Berdasarkan daftar nilai
semester 1 diperoleh data bahwa nilai rata-rata matematika siswa rendah,
yakni hanya 55. Berdasarkan hasil wawancara Ibu Euis Witarsih, guru kelas
VI SD Negeri Kamasan 01 Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung,
materi yang sulit dihadapi siswa adalah soal cerita matematika. Biasanya
siswa membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa memahami soal
dan menyelesaikan perhitungan. Hal tersebut terjadi karena adanya
anggapan bahwa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, sehingga
ketika mata pelajaran matematika siswa malas untuk berpikir.
Permasalahan tentang rendahnya hasil belajar matematika dan
menyelesaikan soal matematika bentuk cerita mengindikasikan adanya
kesalahan dalam proses belajar mengajar sehingga diperlukan perbaikan.
Sebelum melakukan perbaikan, terlebih dahulu guru harus menganalisis
kesalahan-kesalahan apa saja yang dialami siswa dalam mengerjakan soal
cerita.
Salah satu prosedur yang digunakan untuk menganalisis kesalahan
siswa dalam mengerjakan soal cerita adalah prosedur Newman (Newman
Error Analysis atau NEA). Sesuai dengan NEA, ada 5 kesalahan yang
mungkin terjadi ketika anak menyelesaikan masalah soal cerita matematika
yaitu meliputi : (1) reading error (kesalahan membaca), (2) comprehension
error (kesalahan memahami), (3) transformation error (kesalahan
transformasi), (4) process skills (kesalahan proses perhitungan), (5)
encoding error (kesalahan penulisan jawaban), (Karnasih, 2015).

2
3

Pemilihan prosedur Newman untuk menganalisis kesalahan siswa


dalam menyelesaikan soal cerita materi pecahan diharapkan dapat
digunakan untuk mengetahui variasi kesalahan siswa dan faktor-faktor yang
menjadi kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan latar belakang
tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kesalahan Siswa Kelas VI di SDN Kamasan 01 dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika Materi Pecahan”.

II. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Siswa kurang memberikan hasil yang baik dalam pelajaran
matematatika.
2. Siswa hanya menghafal dan mengerjakan latitihan soal matematika.
3. Guru kurang mampu menanamkan konsep matematatika.

III. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Kesalahan apa saja yang dilakukan siswa kelas VI SDN Kamasan 01
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dalam menyelesaikan soal
cerita matematika materi pecahan ?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan siswa kelas VI SDN Kamasan 01
Kecamatan Banjaran Kabupaten bandung melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan ?
3. Bagaimana solusi meminimalisir kesalahan siswa kelas VI SDN
Kamasan 01 Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dalam
menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan ?

3
4

IV. Tujuan Penelitian


1. Mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan siswa kelas VI SDN
Kamasan 01 Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung dalam
menyelesaikan soal ceirta matematika materi pecahan.
2. Mengetahui faktor penyebab siswa kelas VI SDN Kamasan 01
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan.
3. Mendeskripsikan solusi yang dapat digunakan untuk meminimalisir
kesalahan siswa kelas VI SDN Kamasan 01 Kecamatan Banjaran
Kabupaten Bandung dalam menyelesaikan soal cerita matematika
materi pecahan.

V. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tentang faktor penyebab kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal matematika bentuk cerita pada materi pecahan di
kelas VI SDN Kamasan 01 Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.
2. Manfaat Praktis
2.1. Bagi guru
Informasi mengenai kesalahan siswa dalam mengerjakan soal
cerita matematika dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
guru dalam menentukan rancangan pembelajaran untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan yang sama dilakukan siswa.
2.2. Bagi siswa
Dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan yang
dilakukan dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
2.3. Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan
kualitas pembelajaran di SDN Kamasan 01 Kecamatan Banjaran
Kabupaten Bandung

4
5

2.4. Bagi peneliti


Memberikan gambaran dan pengetahuan tentang kesalahan-
kesalahan dalam mengerjakan soal cerita matematika yang
dialami siswa, sehingga dapat menjadi bekal untuk
mengantisipasi hal tersebut dalam mengajar siswa kelak.

VI. Definisi Operasional


1. Soal cerita matematika adalah soal matematika yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari untuk dicapai penyelesaiannya menggunakan
kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung, dan relasi.
2. Pecahan adalah bagian dari bagian bilangan rasional yang dinyatakan
𝑎
dalam bentuk 𝑏 , dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.

3. Prosedur Newman (Newman Error Analysis) adalah prosedur diagnostik


sederhana untuk mengidentifikasi kesalahan dalam menyelesaikan soal
cerita matematis, yang meliputi analisis kesalahan membaca,
memahami soal, transformasi masalah, proses perhitungan, dan analisis
kesalahan penulisan.

5
6

BAB II
KAJIAN TEORI

I. Kesalahan Siswa dalam Belajar Matematika


Runtukahu (2014: 252-259) menyebutkan kesalahan peserta didik
yang berkesulitan dalam belajar matematika yaitu kekeliruan dalam belajar
berhitung, kekeliruan dalam belajar geometri, dan kekeliruan umum dalam
menyelesaikan soal cerita. Rahardjo (2011: 14) menyatakan bahwa
kesalahan-keslahan yang dialami peserta didik dalam mengerjakan soal
bentuk cerita secara mekanik meliputi kesalahan memahami soal, kesalahan
membuat model matematika, kesalahan melakukan perhitungan, dan
kesalahan menginterpretasikan jawaban kalimat matematika. Selain itu
terdapat pendapat lain mengenai tipe-tipe kesalahan peserta didik dalam
mengerjakan soal cerita, yang biasa dikenal dengan teori Newman. Menurut
Singh (2010: 265-267), dan Jha (2012: 18), terdapat 6 tipe kesalahan yang
dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika berdasarkan
teori Newman, yakni:
1. Kesalahan membaca (Reading Errors)
Kesalahan membaca yakni kesalahan yang dilakukan peserta
didik saat membaca soal, karena peserta didik tidak dapat membaca
kata-kata atau simbol yang ada pada soal. Kesalahan membaca soal
dapat diketahui melalui proses wawancara.
2. Kesalahan memahami soal (Comprehension Errors)
Kesalahan yang disebabkan peserta didik tidak bisa memahami
arti keseluruhan dari suatu soal. Kesalahan memahami soal dapat
diidentifikasi ketika peserta didik salah menuliskan dan menjelaskan
apa yang diketahui dari soal tersebut, serta menuliskan dan menjelaskan
apa yang ditanya dari soal tersebut. Kesalahan memahami masalah
terjadi ketika peserta didik mampu membaca permasalahan yang ada
dalam soal tetapi tidak mengetahui apa permasalahan yang harus
diselesaikan.

6
6
7

3. Kesalahan Transformasi (Transformation Errors)


Suatu kesalahan yang disebabkan karena peserta didik tidak dapat
mengidentifikasi operasi hitung atau rumus yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
4. Kesalahan Proses Perhitungan (Process Skill Errors)
Kelasahan yang disebabkan karena peserta didik tidak
mengetahui proses (algoritma) untuk menyelesaikan soal meskipun
sudah bisa menentukan rumus dengan tepat. Dalam kesalahan ini
biasanya peserta didik mampu memilih operasi matematika apa yang
harus digunakan, tetapi tidak mampu menghitungnya dengan tepat.
5. Kesalahan Penulisan Jawaban (Encoding Errors)
Kesalahan penulisan jawaban adalah kesalahan yang terjadi ketika
peserta didik salah dalam dalam menuliskan apa yang dimaksud.
Kesalahan penulisan jawaban disebabkan karena peserta didik tidak bisa
menuliskan jawaban yang dimaksud dengan tepat sehingga berubahnya
makna jawaban, ketidakmampuan peserta didik mengungkapkan solusi
dari soal yang dikerjakan dalam bentuk tertulis yang dapat diterima atau
ketidakmampuan peserta didik dalam menuliskan kesimpulan.
6. Kecerobohan
Kesalahan jenis ini dapat diidentifikasi jika dalam proses
wawancara peserta didik dapat menentukan jawaban dengan benar
meskipun dalam menjawab soal yang sama pada tes peserta didik
menjawab dengan salah.

II. Mengatasi Kesalahan Peserta Didik dalam Matematika


Upaya membantu peserta didik mengatasi kesalahan dalam belajar
matematika dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yakni:
1. Identifikasi, yaitu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan identifikasi dapat
dilakukan dengan mengumpulkan data dokumen hasil belajar peserta

7
8

didik, melakukan tes matematika, dan menganalisis kesalahan peserta


didik dalam mengerjakan soal.
2. Diagnosis, keputusan mengenai hasil dari pengolahan data tentang
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan
belajar matematika yang dialami peserta didik.
3. Prognosis, penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat
membantu mengatasi masalah kesulitan belajar matematika.
4. Terapi atau pemberian bantuan, yakni bantuan kepada peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah
disusun.
5. Tindak lanjut, usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah
diberikan kepada peserta didik

III. Analisis Kesalahan Peserta Didik dalam mengerjakan Soal Cerita


Matematika Berdasarkan Prosedur Newman
Cara untuk mengevaluasi hasil belajar sekaligus mengidentifikasi
kesulitan belajar yang dialami peserta didik adalah dengan menganalisis
kesalahan-kesalahan peserta didik dalam mengerjakan soal matematika.
Kesalahan matematika tersebut harus dianalisis sebagai bahan untuk
memberikan tindak lanjut dan perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya.
Terdapat banyak metode untuk menganalisis kesalahan peserta didik dalam
matematika, namun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
analisis menerutu prosedur Newman. Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa ada beberapa tipe kesalahan peserta didik dalam mengerjakan soal
cerita matematika menurut prosedur Newman. Untuk menganalisis
kesalahan tersebut dapat digunakan metode analisis kesalahan Newman
atau bisa diesbut dengan NEA (Newmans Error Analysis).
Karnasih (2015: 40) menyatakan bahwa NEA merupakan prosedur
diagnostik sederhana dalam menyelesaikan soal cerita matematis. Dalam
metode tersbut, terdapat 5 kegiatan spesifik yang dapat membantu

8
9

menemukan penyebab dan jenis kesalahan peserta didik saat menyelsaikan


suatu masalah berbentuk soal cerita.
Kelima kegiatan tersebut tercantum dalam petunjuk wawancara
metode analisis kesalahan Newman (dalam Karnasih, 2015: 48) yaitu:
1. Silahkan baca pertanyaan tersebut, jika kamu tidak mengetahui suatu
kata tinggalkan saja.
2. Ceritakan apa pertanyaan yang diminta untuk kamu kerjakan.
3. Ceritakan bagaimana kamu akan menemukan jawabannya.
4. Beritahu saya apa yang akan kamu lakukan untuk menemukan jawaban.
Katakan dengan keras sehingga saya dapat mengerti bagaimana kamu
berpikir.
5. Sekarang tuliskan jawaban pertanyaan tersebut.
Dengan kelima pertanyaan wawancara diatas jenis dan penyebab
kesalahan peserta didik saat mengerjakan soal cerita matematika dapat
ditemukan. Dalam proses penyelesaian masalah, ada banyak faktor yang
mendukung peserta didik untuk mendapatkan jawaban yang benar, tetapi
terdapat dua jenis rintangan yang menghalangi peserta didik untuk
mencapai jawaban yang benar yaitu: (1) permasalahan dalam membaca dan
memahami konsep yang dinyatakan dalam tahap membaca dan memahami
masalah, dan (2) permasalahan dalam proses perhitungan yang terdiri atas
transformasi, keterampilan memproses, dan penulisan jawaban. Kedua
rintangan tersebut akan menjadi pertimbangan dalam analisis kesalahan
peserta didik dalam penelitian ini.

IV. Penerapan Teori Newman untuk Menganalisis Kesalahan Peserta


Didik dalam Mengerjakan Soal Cerita Matematika Materi Pecahan
Lusbiantoro (2014) telah membuat rincian yang lebih mendetail
mengenai indikator-indikator kesalahan yang mungkin dilakukan peserta
didik berdasarkan prosedur analisis kesalahan Newman. Berikut adalah
indikator-indikator kesalahan yang dibuat oleh Lusbiantoro.

9
10

Tabel 1. Indikator Kesalahan Siswa Berdasarkan Prosedur Analasis


Kesalahan Newman.
Tahapan dalam
No. Analisis Kesalahan Indikator Kesalahan
Newman
1. Membaca (Reading) a. Tidak dapat membaca kata-kata yang
diajukan dalam soal.
b. Tidak dapat mengartikan kata-kata
yang dianggap sulit yang diajukan.
2. Memahami a. Tidak menuliskan apa yang diketahui
(Comprehension) dan tidak dapat menjelaskan secara
tersirat.
b. Tidak menuliskan apa yang ditanyakan
dan tidak dapat menjelaskan maksud
dari pertanyaan soal.
c. Tidak memahami kalimat tertentu
pada soal yang diajukan.
d. Menuliskan apa yang diketahui dengan
simbol yang dibuat sendiri dan tanpa
keterangan.
e. Menuliskan hal yang ditanyakan
dengan singkat sehingga tidak jelas.
f. Menuliskan hal yang ditanyakan tapi
tidak sesuai dengan yang diminta soal.
3. Transformasi a. Tidak mengubah informasi pada soal
(Transformation) kedalam kalimat matematika.
b. Mengubah informasi pada soal
kedalam kalimat matematika tetapi
tidak tepat.

10
11

c. Tidak tepat dalam memilih rumus atau


teori yang digunakan.
4. Keterampilan Proses a. Kesalahan dalam komputasi.
(Process Skills) b. Tidak tepat dalam menjelaskan proses
komputasi dalam lembar jawaban.
c. Tidak melanjutkan prosedur
penyelesaian
5. Penulisan Jawaban a. Tidak menuliskan jawaban.
(Encoding) b. Menuliskan jawaban yang tidak tepat.
c. Menuliskan jawaban yang tidak sesuai
dengan konteks soal.
d. Tidak menyertakan satuan yang sesuai.
Berikut adalah contoh kesalahan siswa dalam mengerjakan soal
cerita materi pecahan.
1. Kesalahan Membaca (Reading Errors)
Tipe kesalahan membaca soal bisa disebut dengan keslahan tipe
R. Kesalahan membaca soal dapat diketahui melalui proses wawancara.
Contoh kesalahan peserta didik dalam membaca soal dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.1. Contoh Kesalahan Membaca Soal (Reading Errors)
Pertanyaan dalam Soal Kesalahan Peserta Didik
Ibu akan membuat kue bolu Peserta didik tidak bisa
3
dengan kg tepung, setengah kg menjawab pertanyaan tersebut
4
1 dengan benar. Setelah dilakukan
gula pasir, dan kg margarin.
4
wawancara, ternyata diketahui
Berapa jumlah seluruh bahan
bahwa peserta didik tidak dapat
yang dibutuhkan?
memaknai kata “setengah”.
2. Kesalahan Memahami Masalah (Comprehension Errors)
Kesalahan dalam memahami soal bisa dinotasikan dengan
kesalahan tipe C. Berikut contoh kesalahan peserta didik dalam
memahami soal.

11
12

Tabel 1.2. Contoh Kesalahan Memahami Soal (Comprehension Errors)


Pertanyaan dalam Soal Kesalahan Peserta Didik
Ada sebuah bambu, bambu Diketahui:
1
tersebut kemudian dipotong  Bambu mula-mula ada 2
setengahnhya. Kemudian 2
 Dipotong lagi 3
2
dipotong lagi dari sisanya.
3
 Sisa bambu 2 m
Sekarang sisa bambu itu 2 m.
Ditanya:
Berapa meter panjang bambu
Berapa panjang bambu mula-
mula-mula?
mula?
Pada tabel 1.2. kesalahan memahami yang dilakukan peserta
didik adalah dalam memahami kalimat yang diketahui. Seharusnya
kalimat yang diketahui adalah mula-mula ada 1 potong bambu yang
1
kemudian di potong 2, tetapi peserta didik mengartikan bambu mula-
1
mula adalah 2.

3. Kesalahan Transformasi (Transformation Errors)


Tipe kesalahan transformasi bisa disebut juga dengan kesalahan
tipe T. Berikut contoh kesalahan transformasi yang dilakukan peserta
didik.
Tabel 1.3. Contoh Kesalahan Transformasi (Transformation Errors)
Pertanyaan dalam Soal Kesalahan Peserta Didik
5
Sebuah gelas berisi airbagian. Banyak air yang diminum Abid
8
adalah:
Karena haus Abid kemuadian
1 Air dalam gelas + air yang
menimun beberapa 4 bagian air
diminum Abid
tersebut. Berapa banyaknya air
setelah diminum Abid?
Pada tabel 1.3. kesalahan peserta didik dalam melakukan
transformasi adalah peserta didik tidak dapat menentukan operasi
hitung dan model matematika yang akan digunakan, seharusnya peserta

12
13

didik mengurangkan isi gelas mula-mula dengan isi gelas yang


diminum Abid.
4. Kesalahan dalam Proses Perhitungan (Process Skills Errors)
Tipe kesalahan perhitungan biasa disebut dengan kesalahan tipe
P. Contoh kesalahan proses perhitungan yang dilakukan peserta didik
seperti pada tabel berikut.
Tabel 1.4. Contoh Kesalahan Proses Perhitungan
Pertanyaan dalam Soal Kesalahan Peserta Didik
Tita akan membuat kue donat 1 2 1 2 2
+ 2 + 4 = (2 + 1) +
2 4
1
dengan kompisisi bahan kg 1+2 2
2 =( 2
)+4
2
tepung, 2 kg margarin, dan kg 3 2
4 =2+4
gula pasir. Berapa jumlah semua 6+2 8
= =4
4
bahan yang dibutuhkan Tita?
Berdasarkan tabel 1.4. kesalahan proses perhitungan yang
dilakukan peserta didik adalah peserta didik mampu menentukan
operasi hitung yang akan digunakan, tetapi peserta didik salah dalam
melakukan perhitungan pada baris kedua, yakni peserta didik salah
dalam menghitung pembilang, seharusnya hasil yang diperoleh peserta
1+4
didik adalah tetapi dalam kasus tersebut hasil yang diperoleh
2
1+2
peserta didik adalah .
2

5. Kesalahan Penulisan Jawaban (Encoding Errors)


Tipe kesalahan penulisan jawaban disebut dengan kesalahan tipe
E. Contoh kesalahan penulisan yang dilakukan peserta didik pada tabel
berikut.

13
14

Tabel 1.5. Contoh Kesalahan Penulisan Jawaban (Encoding Errors)


Pertanyaan dalam Soal Kesalahan Peserta Didik
Tita akan membuat kue donat 1 2 2 2+8+2 12
+1+4= =
2 4 4
1
dengan kompisisi bahan kg Jadi, semua bahan yang
2
2
tepung, 2 kg margarin, dan kg dibutuhkan Tita adalah 12.
4

gula pasir. Berapa jumlah semua


bahan yang dibutuhkan Tita?
Berdasarkan tabel 1.5. kesalahan dalam penulisan yang dilakukan
oleh peserta didik adalah peserta didik mampu menuliskan langkah-
langkah yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah. Akan tetapi,
peserta didik salah dalam menuliskan jawaban seaharusnya jawaban
12
akhir yang dimaksud dalam soal adalah 4
tetapi peserta didik hanya

menuliskan 12 padahal dari semua langkah sudah mengarah kepada


jawaban yang benar.

V. Kajian Empiris
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Abdul Halim Abdullah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis of Students Errors in Solving Higher Order Thingking Skills
(HOTS) Problems for The Topic of Fraction”, hasil penelitian tersebut
mendeskripsikan bahwa kesalahan terbanyak yang dilakukan peserta
didik dalam mengerjakan soal cerita matematika materi pecahan adalah
pada tahap Encoding yakni sebesar 27,58%.
2. Penelitian yang dilakukan Mulyadi (2015) dengan judul “Analisis
Kesalahan dalam Mengerjakan Soal Cerita pada Materi Luas
Permukaan Bangun Ruang Berdasarkan Newman Error Analysis (NEA)
Ditinjau dari Kemampuan Spesial”, temuan penelitian tersebut adalah
kesalahan sebagian besar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita
terjadi karena tidak paham dengan konsep, miskonsepsi dan paling
sedikit karena kecerobohan.

14

Anda mungkin juga menyukai