Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab, dalam upaya

meningkatkan kualitas keluarga karena remaja bagian dari suatu keluarga.

Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai

masalah kesehatan reproduksi (Widyastuti dkk, 2009). Separuh dari jumlah 6,1

milyar penduduk dunia berusia di bawah 25 tahun dan lebih dari 1 milyar

penduduk berusia antara 10-19 tahun. Sekitar 1 milyar manusia, satu di antara 6

ialah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara yang berkembang Indonesia

sebagai salah satu Negara berkembang yang mempunyai penduduk usia remaja

cukup besar (Anonimous, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan Reproduksi ialah

keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, bukan hanya bebas dari

penyakit atau kecacatan lainnya (Ramauli dan Vindari, 2009). Tujuan dari

program kesehatan reproduksi remaja ialah mewujudkan keluarga berkualitas

2015 melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku remaja dan

orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta

pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus

(keputihan). 

Leukorea (keputihan) menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan

pada organ wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim,

keganasan serta benda asing (Kasdu, 2005). Data sensus terakhir oleh Badan

1
Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah remaja 65 juta atau 30 % dari jumlah

penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa.

Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar

wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid.

Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja, keputihan

bisa jadi indikasi adanya penyakit, hampir semua perempuan pernah mengalami

keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal wajar, namun

keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus

diobati (Sallika, 2010).

Banyak remaja putri yang merasa berat dan malu untuk membicarakan organ

genitalia dengan orang lain, sehingga perawatan kesehatan alat kelamin terhambat

oleh pantangan sosial dan kurangnya pengetahuan. Beberapa remaja putri yang

berkonsultasi dengan dokter tentang masalah keputihan, dapat menyebabkan

pengetahuan remaja putri tentang keputihan menjadi terbatas (Clayton, 1996).

Keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina atau di

sekeliling saluran vulva. Kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit dan

tentunya memerlukan pemeriksaan. Sel–sel yang sudah terinfeksi dapat

menyebabkan keputihan, di Indonesia 15% wanita terinfeksi tetapi gejala

keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita (Wijayanti,

2009).Menurut Sianturi (2001) keputihan dapat disebabkan oleh adanya infeksi

(oleh kuman, jamur, parasit, virus ), adanya benda asing dalam liang senggama

misalnya tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai waktu

senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, adanya kanker atau keganasan

ada alat kelamin dan kurangnya perilaku dalam menjaga kebersihan organ genital.

2
Data yang didapat dari Yayasan Kanker Indonesia tahun 2007

menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita

kanker leher rahim dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Kanker leher rahim

dapat tumbuh pada wanita yang usianya lebih muda dari 35 tahun. Di Indonesia

setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker leher rahim. Sekitar 20 orang setiap

harinya meniggal dunia karena kanker tersebut (Sukaca,2009).

Pada tahun 1999, menteri negara perempuan pemberdayaan dan kepala

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membentuk divisi

khusus untuk menangani remaja dan perlindungan hak–hak reproduksi, kemudian

pada tahun berikutnya pada tahun 2000 baik pemerintah dan parlemen sepakat

untuk memasukan program pembagunan Nasional 2000–2004 Program

Pembagunan Nasional (Propenas). Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

telah menjadi salah satu prioritas Nasional untuk pembangunan dan semua

program dan kegiatan yang terkait dengan masalah ini akan didukung oleh

pemerintahan.

Menurut data family carp international di Amerika Serikat, bahwa satu

dari 20 remaja tertular Penyakit Infeksi Menular Seksual yang ditandai dengan

keputihan. Jumlah penderita infeksi menular seksual tertinggi pada usia 15-20

tahun, di Indonesia penderita infeksi menular seksual terdapat sebanyak 19.973

orang dengan jumlah penderita di Sulawesi Utara sampai pada bulan Februari

2010 sebanyak 819 orang jumlah penderita infeksi menular seksual di Manado

sebanyak 370 orang (Profil Dinkes Sulut, 2009).

3
Remaja dalam mencapai kematangan memerlukan bimbingan penuh untuk

mencapai pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga

pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya (Yusuf, 2007).

Upaya yang dilakukan melalui advokasi, promosi, Komunikasi Informasi

Edukasi (KIE), konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki

permasalahan khusus serta pemberian dukungan pada kegiatan remaja yang

bersifat positif. Data yang didapatkan dari buku register Obstetri dan Ginekologi

RSU Prof.Dr.Kandou Manado tahun 2009 ada 162 kasus tentang keputihan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan

masalah yaitu “bagaimana tingkat pengetahuan remaja SMP Negeri 1

Dimembe Kab. Minahasa Utara tentang keputihan”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengetahuan Remaja Putri tentang keputihan di

SMP 1 Dimembe Kab. Minahasa Utara

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan sebelum

dilakukan penyuluhan kesehatan

b. Mengetahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan setelah

dilakukan penyuluhan kesehatan.

4
c. Menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan tentang keputihan terhadap

remaja putri

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi
Masukan yang dapat dijadikan referensi dan sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya.
2. Bagi SMP Negeri 1 Dimembe Kab. Minahasa Utara

Digunakan sebagai masukan yang dapat dijadikan referensi/bahan bacaan

di perpustakaan dan untuk menambah pengetahuan tentang keputihan.

3. Bagi Responden

Bahan masukan bagi remaja putri tentang pengetahuan keputihan sehingga

dapat mencegah resiko-resiko yang bisa terjadi.

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian (Notoadmodjo,2007)

Pengetahuan (knowledge) ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni : indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmodjo,2007). Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (over behavior). Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih baik daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang

yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses

sebagai berikut :

a. Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).

b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap

subyek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak

baik lagi.

d. Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

6
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini ialah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu, “tahu” ini

ialah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari.

d. Analisis (Analysis)

7
Analisis ialah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian -

penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan (Mubarak, 2007).

a. Usia

Bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai

dengan pengetahuan yang di dapat

b. Pendidikan

Pendidikan sesorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan

lingkungannya. Sehingga akan berbeda sikap orang yang berpendidikan.

c. Pengalaman

8
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

dimasa lalu.

d. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

e. Sosial Budaya

Kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Setiap generasi selalu

melanjutkan apa yang telah mereka pelajari dan juga apa yang mereka

sendiri tambahkan dalam budaya tersebut. Kebudayaan juga sebagai jalan

arah di dalam bertindak dan berfikir sesuai dengan pengalaman yang

sudah dimilikinya, dengan demikian seseorang akan bertambah pula

pengetahuannya.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja (Widyastuti dkk, 2009).

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescenre” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang

dimaksud ialah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan

sosial dan psikologis. Definisi remaja yang digunakan oleh Departemen

Kesehatan ialah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin .

2. Ciri – Ciri Perkembangan Remaja.

9
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal

perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri

perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:

a. Masa remaja awal (10 – 12 tahun)

1). Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya

2). Tampak dan merasa ingin bebas.

3). Tampak dan memang lebih banyak memperlihatkan keadaan tubuhnya dan

mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa remaja tengah (13 – 15 tahun)

1). Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

2). Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

3). Timbul perasaan cinta yang mendalam.

4). Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

c. Masa remaja akhir (16 - 19 tahun)

1). Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

2). Mencari teman sebaya lebih selektif.

3). Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.

4). Mewujudkan perasaan cinta.

5). Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak .

3. Perkembangan Remaja dan Tugasnya (Widyastuti dkk, 2009).

Menurut Havighrust menyatakan terdapat 10 tugas perkembangan yang harus

dilalui pada seorang remaja yaitu:

10
a. Mencapai hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya laki-laki dan

perempuan.

b. Mencapai peran jenis kelamin sebagai laki-laki atau perempuan.

c. Menerima keadaan jasmaninya dan menggunakan jasmaninya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian seara emosional dari ketergantungan pada orang tua

atau orang dewasa lainnya.

e. Mencapai keyakinan akan kemandirian secara ekonomi pada masa

mendatang.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu.

g. Menyiapkan diri untuk perkawinan dan berkeluarga.

h. Mengembangkan keteramplan dan konsep intelektual sebagai warga

masyarakat.

i. Menginginkan dan melakukan tindakan yang secara sosial bertanggung

jawab.

j. Memilih seperangkat sistem tata nilai dan tata krama yang menuntun

perilakunya

4. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja (Depkes RI,2005).

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada masa remaja, termasuk

pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai

kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan

ini ditandai dengan munculnya:

a. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ

seks :

11
1) Terjadinya haid pada remaja putri (menarche).

2) Terjadi mimpi basah pada remaja laki-laki.

b. Tanda seks sekunder yaitu :

1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan

buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih

besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar

kemaluan dan ketiak.

2) Pada remaja putri terjadi perubahan pinggul menjadi melebar,

pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut

diketiak dan sekitar kemaluan (pubis).

5. Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja (Depkes RI,2005).

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan

fisik, yang meliputi :

a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :

1) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa).

2) Agresif dan mudah bereaksi rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga

misalnya mudah berkelahi.

b. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :

1) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik.

2) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-

coba.

Pada remaja juga terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan

pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi. Pada masa ini remaja akan

12
mulai tertarik pada lawan jenis. Remaja perempuan akan berusaha untuk

kelihatan atraktif dan remaja laki-laki ingin terlihat sifat kelaki-lakiannya.

Beberapa perubahan mental lain yang juga terjadi ialah berkurangnya

kepercayaan diri (malu, sedih, khawatir dan bingung). Remaja juga merasa

canggung terhadap lawan jenis. Remaja akan lebih senang pergi bersama-

sama dengan temannya daripada tinggal di rumah dan cenderung tidak

menurut pada orang tua, cari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih

dahulu. Hal ini akan membuat mereka lebih mudah terpengaruh oleh

temannya. Remaja perempuan, sebelum menstruasi akan menjadi sangat

sensitif, emosional, dan khawatir tanpa alasan yang jelas (Soetjiningsih,

2007).

C. Keputihan

1. Pengertian Keputihan (Wiknjosastro, 2009).

Keputihan (Leucorrhoe ,white discharge, fluor albus,) ialah nama gejala

yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang

tidak berupa darah. Keputihan ialah semua pengeluaran cairan alat genitalia

yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan

manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Manuaba, 1998).

Keputihan (leucorrhoe atau fluor albus) ialah cairan yang keluar dari vagina.

Pada keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu

bersifat patologis. Pengertian lain dari leucorrhoe atau fluor albus, yaitu:

a. Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat berupa sekret,

transudasi, atau eksudat dari organ atau lesi di saluran genital.

13
b. Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekresi dan

transudasi yang berlebih , tidak termasuk eksudat.

Sumber cairan ini dapat berasal dari sekreasi vulva, cairan vagina, sekresi

serviks, sekresi uterus, atau sekresi tuba falopii, yang dipengaruhi fungsi

ovarium (Mansjoer dkk, 2001). Keluarnya cairan dianggap tidak normal kalau

cairan yang keluar tidak berwarna jernih, tetapi berwarna putih kekuning-

kuningan atau hijau, bahkan sering disertai dengan darah. Keluarnya pun tidak

pada saat sebelum atau sesudah menstruasi, tetapi sepanjang waktu, kadang-

kadang cairan yang keluar memberikan bau yang khas, bahkan bau sangat

amis atau menyengat. Pada wanita yang menderita keputihan akan merasakan

gatal dan agak panas atau perih di daerah vagina (Andira, 2010).

2. Jenis, Tanda-Tanda Dan Penyebab Keputihan

a. Jenis dan tanda-tanda keputihan

Keputihan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

1) Keputihan normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa

mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang

(Wiknjosastro, 2009). Menurut Sallika (2010), keputihan yang fisiologis

terjadi pada saat menjelang, sesudah, atau di tengah-tengah siklus

menstruasi. Jumlahnya tidak terlalu banyak, jernih/putih, tidak biasanya

keputihan fisiologis ini disebabkan oleh hormon yang ada di dalam tubuh

kita. menurut Manuaba (1998), keputihan fisiologis dijumpai pada

keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat, dan

14
pada waktu hamil. keputihan bukan penyakit, tetapi gejala dari berbagai

penyakit sehingga memerlukan tindak lanjut untuk menegakkan diagnosis.

2). Keputihan abnormal (Patologis)

Menurut Wiknjosastro (2009), keputihan patologis terdapat banyak

leukosit sedangkan menurut Sallika (2010), keputihan patologis ditandai

dengan jumlahnya yang amat banyak, berwarna, berbau, dan disertai

keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, terjadi pembengkakan, panas dan

pedih ketika buang air kecil, serta dan nyeri di perut bagian bawah.

3. Penyebab keputihan
a. Keputihan fisiologis (Wiknjosastro, 2009).

Keputihan fisiologis ditemukan pada:

1) Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; penyebabnya ialah

pengaruh estrogen dari placenta terhadap uterus dan vagina janin.

2) Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen;

Keputihan di sini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan

pada orang tuanya.

3) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,

disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

4) Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks

uterus menjadi lebih encer.


5) Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah

pada wanita dengan penyakit menahun

2. Keputihan Patologis

Menurut Winkjosastro (2009), penyebab keputihan yang patologis yaitu :

15
a) Infeksi jamur, keluarnya keputihan yang berwarna putih atau

kekuningan, konsistensi seperti keju disertai rasa gatal, biasanya

disebabkan oleh jamur candida atau monillia.

b) Infeksi kuman trichomonas, jenis ini ditandai dengan keluarnya cairan

yang berwarna kehijauan, berbusa disertai rasa gatal.

c) Infeksi bakteri vaginosis, ditandai dengan keluarnya cairan berwarna

keabu-abuan dan berbau.

d) Penyakit Menular Seksual, ditandai dengan keluarnya cairan yang

berbau dan bercampur darah.

e) Kanker leher rahim, ditandai dengan keluarnya cairan yang tidak

disertai gatal, biasanya disertai bau busuk.

Menurut Andira, (2009) beberapa penyebab keputihan lainnya:

a) Vaginitis atropik, timbul pada usia lanjut (menopause), biasanya disertai

rasa nyeri akibat kurangnya hormon estrogen.

b) Obat-obatan, seperti : antibiotika, obat kontrasepsi yang mengandung

estrogen.

c) Radiasi pada organ reproduksi, penyinaran pada organ reproduksi dapat

menyebab rangsangan pengeluaran cairan keputihan

d) Adanya benda asing seperti adanya benang, kasa tampon atau benda lain

yang secara sengaja/tidak sengaja ada di dalam jalan lahir (vagina).

Penyebab paling penting dari keputihan patologis ialah infeksi. Di sini

cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-

kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva,

vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leucorrhoe patologis ;

16
pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul, selanjutnya leucorrhoe

ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan

permukaannya yang sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran

alat-alat genital (Wiknjosastro, 1999).

Penyebab utama dari keputihan ialah suatu jenis binatang satu sel

yang disebut Trichomonas vaginalis. Keputihan karena kuman ini akan

menimbulkan cairan putih, sebagian merasa gatal dan panas. Datangnya

infeksi kuman ini bisa datang sendiri, misalnya dari tangan atau celana

tanpa sengaja, atau saling menukar pakaian. Sebagian besar Trichomonas

menular melalui hubungan seks. Keputihan jenis ini tidak terlalu

berbahaya dan mudah disembuhkan. Penyebab lain yang sering timbul

ialah sebangsa jamur. Beda keputihan jenis ini ialah gatalnya yang luar

biasa dan bisa timbul setiap saat, akibatnya penderita menggaruk-garuk

terus organ seksnya. Jenis ini cukup mudah disembuhkan, karena obat-

obat anti jamur sangat ampuh terhadap keputihan ini (Wijayanti. 2009).

4. Tipe Penyakit Menular Seksual yang umum terjadi yaitu

a. Gonorhoe (GO) dan Chlamydia

Kedua penyakit ini hampir sama gejalanya yakni menimbulkan

keputihan yang berat dan warna cairan umumnya putih kuning dengan bau

yang cukup menyengat. Pada Gonorhoe (GO) disebabkan oleh Bakteri

Nisseria Gonococcus sering disertai rasa perih waktu buang air kecil. Pada

Chlamydia disebabkan oleh Chlamydia Tranchomatis, hal itu tidak begitu

terasa. (Ramauli dan Vindari, 2009).

17
1) Herpes Genitalis

Virus Herpes Simplek tipe II merupakan penyebab herpes Genitalis

dengan gelembung-gelembung berisi cairan di vulva, vagina dan serviks.

Rasa sangat nyeri, biasanya Menetap seumur hidup.

a) Sifilis

Disebabkan oleh Bakteri Treponema Pallida dengan sifat bakteri

yang sukar untuk dibiakan. Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan

tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit. Luka akan hilang

setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan

penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh. Lecet- lecet

ini akan hilang juga dan virus akan menyerang bagian tubuh lain.

b) Hepatitis B

Disebabkan oleh virus Hepatitis B. Gejala akut meliputi demam,

nyeri tekan perut kanan atas, mual, muntah, anoreksia, dan malaise serta

ikterik.

c) HIV / AIDS

Acquired immune deficiency syndrome ( AIDS ) merupakan suatu

penyakit yang ditandai dengan adanya kelainan yang kompleks dari

system pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan peka terhadap

mikroorganisme oportunistik. Disebabkan oleh HIV ( Human Deficiency

Vius ) yaitu organisme pathogen yang terdapat dalam cairan tubuh ( darah,

air mani dan cairan vagiana ) orang yang teinfeksi.

d) Condiloma Akuminata

18
Condiloma Akuminata ialah pertumbuhan kulit dan selaput lendir

seperti bunga kol atau jengger ayam jago dengan permukaan kasar. Papiler

menonjol dengan warna agak gelap berkumpul menjadi satu. Penyebabnya

ialah Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11 .ditandai dengan

terdapat papil kecil dan multiple pada sekitar kemaluan dan permukaan

kasar. Bila sudah parah dapat menyebabkan kanker mulut rahim.

e) Ulkus Mole

Ulus mole disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducrey. Ditandai

dengan ulkus pada daerah genitalia disertai dengan pembengkakan

kelenjar Limfe Inguinal dan rasa nyeri yang hebat (Ambarwati, E dkk.

2009). Wanita yang menggunakan air untuk membersihkan vagina di WC

umum . Biasanya bakteri ini juga menimbulkan gejala yang hampir sama

dengan penyakit kelamin, yaitu keputihan berupa keluarnya nanah dan

berbau sangat menyengat. Wanita sebaiknya tidak terlalu sering dan terlalu

lama memakai celana jins ketat dan tebal, ditambah dengan udara yang

semakin panas, maka udara di daerah vagina pun menjadi tambah panas,

dari situlah penyakit keputihan bisa menyerang wanita (Ramauli, dan

Vindari, 2009).

Sifat dan banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah

penyebab, demikian pula halnya dengan indikasi lain seperti lama keluhan,

terus menerus atau pada waktu tertentu saja, warna, bau disertai rasa gatal

atau tidak ( Wiknjosastro, 2009). Keputihan apabila tidak segera diobati

dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab

kemandulan ( Sallika, 2010 ).

19
6. Perawatan dan Hal-hal Yang Perlu di Perhatikan Saat Keputihan

Gejala keputihan yang tidak normal, perlu untuk dilakukan

pemeriksaan, agar segera diketahui penyebabnya. Sambil menunggu hasil

pemeriksaan laboratorium, kita juga bisa menggunakan vaginal toilet atau

vaginal touche Keduanya untuk menguras vagina dengan larutan antijamur

dan antiseptik, sehingga lendir dapat dibersihkan. Tindakan ini akan sangat

membantu penyembuhan dan pencegahan kambuhnya penyakit, hanya saja

tindakan ini tidak boleh dilakukan terlalu sering karena bisa membunuh

bakteri-bakteri yang dibutuhkan untuk menjaga keasaman daerah tersebut

(Sallika, 2010). Pada masyarakat keputihan paling banyak disebabkan oleh

jamur dan bakteri yang terdapat di daerah lembab, dari keringat maupun air.

Jadi, disarankan apabila selesai buang air kecil mengeringkannya dengan tisu

atau handuk bersih dan kering (Wijayanti, 2009).

a. Hal-hal yang perlu diketahui/diperhatikan : (Ramauli, dan Vindari, 2009).

1) Jagalah kebersihan daerah organ reproduksi untuk mencegah beberapa

penyakit/penyebab keputihan dengan Menggunakan Air bersih danSabun

Pada Saat buang air kecil dan buang air besar.

2) Jangan menggunakan obat-obatan untuk pembilasan vagina secara rutin

dan berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya flora normal yang

ada di vagina yang bertugas melindungi terhadap kuman dari luar.

3) Hindari stress yang berlebihan.

20
4) Pada penderita diabetes usahakan kadar gula yang stabil akan

menyebabkan adanya gula dalam urin dan darah mengakibatkan bakteri

tumbuh subur.

5) Menggunakan Pakaian dalam yang menyerap keringat seperti dari bahan

katun bukan terbuat dari bahan sistetik

6) Tidak Menggunakan Panty Liner

7) Segera ke dokter bila keputihan berlebihan

Mengantisipasi munculnya keputihan, seorang wanita harus rajin

membersihkan daerah vaginanya, dan rajin mengganti celana dalam

minimal tiga kali sehari. Kalau ada tanda-tanda keputihan, sebaiknya

segera periksakan diri ke dokter untuk menghindari akibat yang lebih

parah ( Andira, 2009 ).

D. Kerangka Konsep

21
Baik
Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Keputihan
- Tahu Cukup
---TTMemahami
Kurang

: Yang Diteliti

Gambar 1 Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

22
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah metode penelitian yaitu deskriptif

dengan bentuk rancangan cross sectional yaitu tingkat pengetahuan remaja

putri tentang keputihan.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah monovariabel yakni tingkat pengetahuan

remaja putri tentang keputihan di SMP Negeri 1 Tateli kab. Minahasa Utara

C. Definisi Operasional

Tingkat pengetahuan didapat berdasarkan jawaban dari kuesioner dimana

setiap jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0, kemudian hasil

penjumlahan skor dihitung persentasenya, kemudian dimasukkan dalam

kategori tingkat pengetahuan, yang mana kategori tersebut telah dibagi

dalam 3 bagian, yaitu :

- Pengetahuan dikategorikan baik ,jika responden menjawab dengan range

nilai antara 11 > Benar dan persentase >76%


- Pengetahuan dikategorikan cukup jika responden menjawab dengan range

nilai antara 6-10 Benar dan persentese 50%-75%


- Pengetahuan dikategorian kurang, jika responden memnjawab dengan

range nilai <5 Benar dan persentase <50%

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

23
Populasi dalam penelitian ini ialah Siswa Putri di SMP Negeri 1 Dimembe

Kab. Minahasa Utara yang berjumlah 303 orang .

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah Semua remaja putri siswa

SMP Negeri 1 Dimembe Kab. Minahasa Utara sebanyak 60 orang

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa kuesioner atau daftar

pertanyaan yang disusun secara terstruktur dan sifatnya tertutup.

Kuesioner untuk mengukur pengetahuan siswi terdiri dari 20 butir soal.

Tingkat pengetahuan responden akan dibagi dalam tiga kategori yaitu baik,

cukup dan kurang.

F. Lokasi dan Waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Dimembe Kab. Minahasa Utara

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Juni 2014

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

24
Data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner pada siswa putri yang menjadi responden.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh untuk mengetahui jumlah sisw putri dan dari

buku profil SMP Negeri 1 Dimembe Kab. Minahasa Utara

H. Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasi dan disajikan menggunakan tabel

distribusi frekuensi:

a. Variabel pengetahuan ditentukan kategorinya berdasarkan nilai

persentase yang dicapai kemudian dibagi dengan kategori

pengetahuan baik, cukup dan kurang.

b. Untuk menghitung persentase jawaban masing-masing responden

digunakan rumus menurut Arikunto (2005) adalah sebagai berikut :

f
P x100%
n

Keterangan :
P = Persentase
f = Jumlah item yang dijawab benar oleh responden [frekwensi]
n = Jumlah pertanyaan/total skor keseluruhan
100% = Nilai konstanta

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

25
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Melakukan survey pendahuluan ke lokasi penelitian untuk

menentukan masalah.

b. Pengajuan judul proposal kti

c. Mencari kepustakaan dan buku sumber

d. Pembuatan proposal

e. Konsultasi proposal penelitian

f. Seminar proposal

g. Perbaikan proposal

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengurus surat izin penelitian dan membawa surat izin ke tepat

penelitian

b. Diberitahukan tentang cara pengisian kuesioner

c. Membagi kuesioner pada siswa

d. Pengumpulan koesioner untuk pengolahan data

3 Tahap Penyajian Hasil

Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dengan penjelasan dan pembahasan sesuai dengan variabel penelitian.

4 Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan dibuat sebelum ujian hasil serta revisi laporan setelah

ujian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

26
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Lokasi SMP Negeri 1 Dimembe

Smp Negeri 1 Dimembe beralamatkan di Jln Tatelu Desa Pinilih

Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara

dengan Nomor Telepon 0431-893435, di atas tanah berukuran 7396 M2

dengan luas bangunan 2109 M2 dengan status tanah milik Pemerintah

2. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Dimembe

Smp Negeri 1 Dimembe didirikan pada tanggal 15 Januari 1965

dan mulai beroperasi pada tahun yang sama di bawah nauang Pemerintah

Kabupaten Minahasa Utara. SMP Negeri 1 Dimembe dengan data fasilitas

sekolah yaitu

a. Jumlah ruang Kelas : 19 ruang

b. Jumlah ruang Perpustakaan : 1 ruang

c. Jumlah ruang Kepala Sekolah : 1 ruang

d. Jumlah ruang Guru : 1 ruang

e. Jumlah KM/WC siswa : 8 ruang

f. Jumlah Gudang : 1 ruang

g. Jumlah ruang Komputer : 1 ruang

h. Jumlah ruang Tata Usaha : 1 ruang

i. Jumlah Kantin : 2 ruang

j. Jumlah LAP IPA : 1 ruang

k. Jumlah ruang UKS : 1 ruang

l. Rumah Dinas RPS : 1 rumah

3. Ketenagaan SMP Negeri 1 Dimembe

27
Gambaran mengenai ketenagaan SMP Negeri 1 Dimembe yaitu

a. Guru Tetap (PNS) : 15 orang

b. Guru Honor : 5 orang

c. Staf Tata Usaha/ Keuangan : 2 orang

Jumlah : 22 orang

4. Data Siswa di SMP Negeri 1 Dimembe

a. Kelas VII : 214 siswa

b. Kelas VIII : 118 siswa

c. Kelas XI : 226 siswa

Jumlah Keseluruhan Siswa laki-laki : 308 siswa

Jumlah keseluruhan Siswa Perempuan : 303 siswa

Jumlah : 611 siswa

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Dimembe desa Tatelu Pinilih

Kabupaten Minahasa Utara pada tanggal 14 Juni 2014. Pengambilan sampel

dilakukan pada 60 siswa putri, pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik angket dimana peneliti membagikan kusioner kepada

responden untuk diisi, responden adalah siswa putri dengan hasil penelitian

sebagai berikut

a. Distribusi Umur

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut umur di SMP Negeri 1

Dimembe

28
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 < 10 Tahun - -
2 11 – 13 Tahun 48 80
3 >14 Tahun 12 20
Jumlah 60 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 60 responden , di dapatkan responden

paling banyak berumur 11 – 13 tahun yaitu 48 responden (80%), dan paling

sedikit berumur > 14 tahun yaitu 12 responden (20%)

b. Disribusi Tinggi Badan

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut Tinggi Badan di SMP Negeri

1 Dimembe

No Tinggi Badan Frekuensi Persentase (%)


1 < 130 cm - -
2 131 – 150 cm 20 33,3
3 > 151 cm 41 66,7
Jumlah 60 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 60 responden , di dapatkan responden

paling banyak memiliki tinggi badan >151 cm yaitu 41 responden (66,7%),

dan paling sedikit 131 – 150 cm yaitu 20 responden (33,3%)

c. Distribusi Berat Badan

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut Berat Badan di SMP Negeri 1

Dimembe

No Berat Badan Frekuensi Persentase (%)


1 < 40 kg 28 46,7
2 41 – 55 kg 26 43,3
3 > 51 kg 6 10
Jumlah 60 100

29
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 60 responden , di dapatkan responden

paling banyak memiliki berat badan < 40 kg cm yaitu 28 responden

(46,7%), dan paling sedikit > 151 cm yaitu 6 responden (10%)

d. Distribusi Kelas

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden menurut Kelas di SMP Negeri 1

Dimembe

No Kelas Frekuensi Persentase (%)


1 VII 30 50
2 VIII 18 30
3 IX 12 20
Jumlah 60 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 60 responden , di dapatkan responden

paling banyak kelas VII yaitu 30 responden (50%), dan paling sedikit kelas

IX yaitu 12 responden (20%)

e. Pengetahuan Remaja Putri tentang Keputihan

Tabel 5 Distribusi frekuensi responden menurut Tingkat Pengetahuan di SMP

Negeri 1 Dimembe

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Kurang 30 50
2 Cukup 20 33,3
3 Baik 10 16,7
Jumlah 60 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 60 responden , di dapatkan responden

paling banyak memiliki pengetahuan kurang yaitu 30 responden (50%), dan

paling sedikit memiliki pengetahuan baik yaitu 10 responden (16,7%)

30
C. Pembahasan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penindraan terhadap suatu objek tertentu . Pengindraan terjadi melalui

pancaindera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sesuai dengan teori yang ada merupakan factor yang sangat penting untuk

terbentuknya suatu sikap dan tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa prilaku yang di dasarkan atas pengetahuan dan lebih

menimbulkan kesadaran dalam diri di bandingkan dengan tidak di dasarkan oleh

pengetahun (Notoatmodjo,2003).

Berdasarkan penelitian pada 60 siswa remaja putri tentang pengetahuan

keputihan di SMP Negeri 1 Dimembe yang dilakukan pada tanggal 14 mei 2014

secara keseluruhan didapati bahwa pengetahuan yang baik pada remaja putri

31
tentang keputihan sebanyak 10 siswa (16,7%) , yang berpengetahuan cukup

sebanyak 20 siswa (33,3%) sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 30

siswa (50%), dan tingkat pengetahuan kurang paling banyak terdapat pada kelas

VII, pengetahuan cukup terdapat pada kelas VII sebagian dan kelas VIII kemudian

yang berpengetahuan baik terdapat pada kelas XI.

Dari pernyataan diatas bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang

keputihan dalam kategori kurang di karenakan sebagian responden belum

memahami dan mengetahui tentang keputihan, dikarenakan kurangnya sosialisasi

atau bimbingan dari orang tua dan guru tentang apa itu keputihan dan bagaimana

mereka bisa mengatasi keputihan pada diri mereka.

Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian

besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid.

Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja, keputihan

bisa jadi indikasi adanya penyakit, hampir semua perempuan pernah mengalami

keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal wajar, namun

keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus

diobati (Sallika, 2010).

Remaja dalam mencapai kematangan memerlukan bimbingan penuh untuk

mencapai pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga

pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya (Yusuf, 2007).

Sebab itu sosialisasi program kesehatan reproduksi dikalangan remaja

harus lebih pada menanamkan kesadaran arti pentingnya kesehatan reproduksi ,

mengingat masih banyak keluarga dan orang tua yang tidak member cukup ruang

bagi anak anaknya untuk bertanya tentang kesehatan reproduksi . juga agar remaja

32
memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi dari sisi medis tertentu

(Sarwono,2005)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu pengetahuan remaja putri

tentang keputihan di SMP Negeri 1 Dimembe secara keseluruhan didapati pada 60

remaja putri secara keseluruhan didapati bahwa pengetahuan yang baik pada

remaja putri tentang keputihan sebanyak 10 siswa (16,7%) , yang berpengetahuan

cukup sebanyak 20 siswa (33,3%) sedangkan yang berpengetahuan kurang

sebanyak 30 siswa (50%), dan tingkat pengetahuan kurang paling banyak terdapat

33
pada kelas VII, pengetahuan cukup terdapat pada kelas VII sebagian dan kelas

VIII kemudian yang berpengetahuan baik terdapat pada kelas XI.

B. Saran

Melihat dari hasil pengetahuan remaja putrid tentang keputihan di SMP

Negeri 1 Dimembe , maka peneliti mengajukan saran :

1. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menjadi masukan penerapan penyuluhan mahasiswa pada

kelompok remaja

2. Bagi Responden

Untuk lebih meningkatkan pengetahuan mereka mengenai keputihan dengan

cara banyak membaca buku atau melalui internet agar dapat memahami dan

mendapatkan informasi yang jelas tentang perubahan fisik pubertas sehingga

mereka mengerti tentang keputihan

3. Tempat Pendidikan SMP Negeri 1 Dimembe

Hendaknya para guru khususnya guru bimbingan konseling dapat

memberikan pelajaran mulok mengenai kesehatan reproduksi remaja dan

diharapkan kerjasama orang tua siswa untuk lebih memperhatikan dan

mengarahkan para remaja dalam masa perkembangannya agar tidak salah

mengartikan banyaknya informasi yang di terima.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2008. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan konseling


Kesehatan Reproduksi Remaja. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Hak Reproduksi. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Jakarta.

Anonimous, 2010, Kesehatan Reproduksi, Departemen Kesehatan, Jakarta

Anonimous, 2010b, Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawasi Utara. 2010.

Andira, D. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta.

Ambarwati, 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.Jogjakarta

Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media Aesculapius,


Jakarta.

Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk pendIdikan Bidan. EGC. Jakarta.

Mubarak, W. I, dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

35
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Ramauli, S dan Vindari, A. 2009. Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswi


Kebidanan. Nuhu Medika. Jogyakarta.

Yulifah, R dan Yuswanto, T. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba


Medika. Jakarta.

Sallika, N.S. 2010. Serba Serbi Kesehatan Perempuan. Bukune. Jakarta.

Sarwono,2002. Psikologi Remaja.Jakarta Rajawali

Sugiono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sukaca, B. 2009. Kanker Serviks ( Leher Rahim ). Genius Printika. Jogyakarta.

Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.

Wijayanti, D. 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Book


Marks. Yogyakarta.

Wiknjosastro. 2009. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Wiknjosastro, Jakarta.

36
37

Anda mungkin juga menyukai