UANG PERSEDIAAN
17
SAS 2017
PELATIHAN BENDAHARA
PENGELUARAN APBN
Kementerian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 2018
Hak Cipta
Diperbolehkan memperbanyak modul tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta untuk
proses pembelajaran tanpa mengambil keuntungan ekonomi
PELATIHAN BENDAHARA PENGELUARAN
APBN
MODUL
Oleh:
Hasan Ashari
Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penyusunan modul Pelatihan Bendahara Pengeluaran APBN dapat diselesaikan dengan baik.
Modul Pengelolaan Uang Persediaan merupakan salah satu modul yang digunakan dalam
Pelatihan Bendahara Pengeluaran APBN. Terima kasih kami sampaikan kepada para pihak
yang telah membantu proses penyusunan modul Pengelolaan Uang Persediaan. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada seluruh tim penyusunan perbaikan modul sesuai
dengan Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Nomor:KEP- /PP.3/2017 tanggal Desember 2017 tentang Pembentukan Tim Penyusun
Perbaikan Modul Pelatihan Bendahara Pengeluaran APBN Tahun Anggaran 2017, terutama
kepada Bapak Hasan Ashari yang telah menulis ulang dan memperbaiki modul Pengelolaan
Uang Persediaan. Modul Pengelolaan Uang Persediaan berisi tentang bagaimana bendahara
pengeluaran mengelola uang persediaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Modul ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kepada semua pihak
kami harap dapat menyampaikan kesalahan, memberikan kritik dan saran guna perbaikan
modul ini di masa mendatang.
Bogor,
Kepala Pusat,
Iqbal Islami
NIP 19631206 198403 1 001
Pembahasan materi ajar setiap Kegiatan Belajar (KB) dilakukan secara berurutan
langkah demi langkah, sesuai dengan praktik di kantor sehari-hari, untuk memudahkan calon
bendahara pengeluaran memahami dan menerapkan indikator tiap KB. Untuk mencapai
kompetensi dasar dan standar kompetensi yang diharapkan, para peserta/calon bendahara
pengeluaran disarankan membawa contoh dokumen pembayaran dalam rangka pelaksanaan
anggaran dari satker masing-masing, serta memahami setiap materi setiap pokok bahasan
dalam KB.
Untuk memberikan deskripsi lebih jelas, pada setiap KB dalam modul ini diberikan
contoh dan latihan menggunakan dokumen anggaran dan transaksi yang telah dimodifikasi
sesuai kebutuhan materi tiap KB, serta cara menyelesaikan soal latihan tersebut dengan
bimbingan dari Widyaiswara. Pada bagian akhir setiap KB, juga diberikan tes formatif yang
bisa dipakai para peserta untuk mengukur tingkat pemahaman tiap KB, dengan mencocokkan
jawaban dengan kuncinya, serta menghitung prosentase dan grading masing-masing sesuai
umpan balik yang ada pada tiap bagian akhir KB. Pada bagian akhir modul, juga disediakan
tes sumatif yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat pemahaman secara
komprehensif dari KB 1 sampai dengan KB 8.
Ijin MP Porsi
Jumlah MP BAP
Jumlah MP BAP
Jumlah MP BAP
A. Deskripsi Singkat
B. Prasyarat Kompetensi
C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
D. Relevansi Modul
A. Deskripsi Singkat
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan
negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka,
dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Dasar tersebut, dituangkan dalam implementasi asas-asas umum yang telah lama
dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas
kesatuan, dan asas spesialitas, serta asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan
kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu:
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
2. Profesionalitas
3. Proporsionalitas
4. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Dalam modul ini akan dibahas jenis-jenis uang persediaan, tata cara penarikannya,
serta dokumen yang harus disiapkan sebagai lampiran oleh bendahara pengeluaran.
Dengan membaca uraian, mengikuti contoh, dan mengerjakan latihan pada tiap kegiatan
belajar, diharapkan peserta diklat dapat lebih cepat menyerap komptensi yang dibutuhkan
oleh seorang bendahara pengeluaran. Di setiap bagian akhir kegiatan belajar, juga diberikan
B. Prasyarat Kompetensi
Proses pembelajaran materi Pengelolaan Uang Persediaan ini, akan berjalan dengan
efektif, jika peserta diklat sudah memiliki pengetahuan tentang garis besar, pokok-pokok,
atau pernah terlibat langsung atau tidak langsung dengan pengelolaan keuangan internal
kantor/satuan kerja. Hasil yang lebih optimal tentunya akan dicapai jika peserta pelatihan
adalah pegawai yang sudah menjadi atau menjalankan fungsi sebagai bendahara
pengeluaran, pemegang uang muka, bendahara pengeluaran pembantu.
2. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan pembelajaran materi Pengelolaan Uang Persediaan ini,
kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh setiap peserta adalah:
a. Mampu menerangkan, menghitung besaran, dan melengkapi dokumen
permintaan pembayaran Uang Persediaan pada awal Tahun Anggaran (Normal),
b. Mampu menerangkan, menghitung besaran, dan melengkapi dokumen
permintaan pembayaran Perubahan Uang Persediaan (PUP),
c. Mampu menerangkan, menghitung besaran, menghasilkan surat persetujuan,
serta melengkapi dokumen permintaan pembayaran Tambahan Uang Persediaan
(TUP),
D. Relevansi Modul
Modul ini disusun dengan format berurutan sesuai aktivitas yang dilaksanakan oleh
bendahara pengeluaran dalam mengelola uang persediaan. Dengan uraian dan contoh
yang mudah dimengerti serta menjadi pekerjaan sehari-hari bagi bendahara pengeluaran.
Dengan prasyarat kompetensi peserta diklat yang sesuai, akan mempermudah memelajari
dan mengaplikasikan materi modul ini kedalam praktik sehari-hari.
Bagi pegawai yang sudah ditunjuk sebagai bendahara pengeluaran, akan sangat
membantu menumbuhkan motivasi dalam memahami modul ini. Pekerjaan, tugas, dan
fungsi bendahara yang terkait dengan pengelolaan uang persediaan diuraikan dengan jelas
dan menyertakan contoh-contoh yang relevan dengan tugas bendahara pengeluaran.
Sedangkan bagi pemegang uang muka dan bendahara pengeluaran pembantu, memelajari
modul ini akan memperjelas tugas dan tanggung jawab mereka dalam rangka membantu
bendahara pengeluaran mengelola uang persediaan.
Sebagai bagian dari rangkaian materi yang diberikan dalam diklat bendahara
pengeluaran, modul ini merupakan penjelasan dari salah materi untuk mengisi kompetensi
bendahara pengeluaran dalam mengelola uang persediaan. Keterkaitan materi dalam modul
ini dengan materi modul lain dalam diklat bendahara pengeluaran, tidak bisa dipisahkan dan
saling mengisi kesenjangan kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang bendahara
pengeluaran. Kompetensi standar yang dirumuskan dimuka, akan dapat diperoleh peserta
jika mampu memelajari dengan baik modul ini serta keterkaitannya dengan materi
pembelajaran dalam modul-modul lainnya. Aktivitas pembelajaran sesuai dengan urutan
mata pelajaran, diharapkan ditaati untuk meningkatkan pemahaman dan pencapaian
Uang Persediaan atau UP adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu
yang bersifat daur ulang (revolving). UP diberikan kepada bendahara pengeluaran
untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat
dilakukan dengan pembayaran langsung, sedangkan yang dimaksud dengan uang
muka adalah uang persediaan belum membebani alokasi anggaran satuan kerja.
Studi Kasus :
Berdasarkan POK pada Tabel 1.1. hitunglah maksimal jumlah UP yang dapat diajukan oleh
Bendahara dan PPK?
Jawab
Jenis belanja yang bisa diajukan UP adalah belanja barang dan belanja modal. jumlah
belanja barang dan belanja modal pada POK adalah
a. Belanja Barang Rp6.314.300.000,-
b. Belanja Modal Rp2.690.000.000,-
c. Jumlah Rp9.004.300.000,-.
Jadwal/
Kode Uraian Alokasi
Periodisasi
1732.502.0 DIKLAT BIDANG ANGGARAN DAN
01 PERBENDAHARAAN SELAMA 3 S.D.
5 HARI
051 Tahap Persiapan Diklat 549.000 Sesuai
052 Tahap Penyelenggaraan Diklat 1.590.300 kalender
diklat
1732.994 Layanan Perkantoran
002 Operasional Perkantoran 1.200.002
A Kebutuhan operasional pramusaji 600.000 Bulanan
B Pemeliharaan Gedung Kantor 1.500.000 Sesuai jadwal
C Pemeliharaan peralatan dan mesin 135.000 Bulanan
D Keperluan sehari-hari 120.000 bulanan
1732.951 Layanan Internal (Overhead)
[Base Line]
996 Pengadaan Perangkat Pengolah Data 290.000 Sesuai jadwal
dan Komunikasi
998 Pengadaan Gedung/Bangunan 2.400.000 Sesuai jadwal
Besaran Perubahan UP yang dapat diajukan oleh satuan kerja K/L, tidak
diatur secara khusus oleh Menteri Keuangan, melainkan diserahkan kepada
masing-masing satker untuk menghitung sendiri. Bagi satker yang memiliki pagu
DIPA cukup besar (diatas Rp6M) dan jumlah pagu tersebut direncanakan akan
dibayarkan dengan UP, maka satker tersebut dapat mengajukan Perubahan UP
melebihi UP (Normal) sesuai kebutuhan dan besar pagu jenis belanja yang dapat
dibayarkan dengan UP. Perubahan UP ini mempunyai karakteristik sama dengan
UP Normal, yang harus dipertanggungjawabkan setelah realisasi minimal sebesar
50% setiap bulan, sepanjang satu tahun anggaran, serta bersifat revolving.
Sehingga, jika suatu satker telah mendapatkan persetujuan Perubahan UP diatas
Dari perhitungan diatas, ternyata jumlah total jenis belanja barang (52) dan
belanja modal (53) yang dapat dibayarkan dengan UP sebesar Rp9.004.000.000.
Dari jumlah tersebut, jika menggunakan rumus atau formula UP Normal, BP satker
memperoleh UP sebesar maksimal Rp500 juta. Dengan asumsi pengajuan periode
revolving satu bulan sekali, maka penyerapan maksimal dana DIPA dengan UP
Normal hanya sebesar 6 miliar (Rp500 juta x 12 bulan). Akan tetapi, dengan
perubahan UP, bendahara pengeluaran satker dapat mengajukan UP lebih besar
dari Rp500 juta. Hal ini dikarenakan jumlah total pagu jenis belanja yang dapat
dibayarkan dengan UP cukup besar, yaitu Rp9.004.300.000. Apabila seluruh pagu
tersebut seluruhnya akan dibayarkan dengan UP, maka bendahara pengeluaran
harus menarik UP sebesar kurang lebih Rp750 juta (Rp9.004.300.000 dibagi 12
bulan). Dengan kata lain, UP Normal harus dirubah dari Rp500 juta menjadi Rp588
juta perbulan, selama 12 bulan dalam satu TA.
011 Ekstensifikasi
1.139.300 -
1. Hitunglah besar Uang Persediaan yang dapat diajukan oleh PPK/Bendhahara Pengeluaran
berdasarkan data POK!
2. Dalam perencanaan kegiatan, untuk output database perpajakan akan dilaksanakan
berdasarkan usulan yang telah dibuat oleh PIC kegiatan. Output fatabase perpajakan
dilaksanakan secara insindentil. Demikian pula untuk output layanan internal (Overhead)
dilaksanakan berdasarkan jadwal pembangunan gedung. Hitunglah Uang Persediaan yang
ideal dapat diajukan oleh Bendahara!
3. Tuliskan dokumen apa saja yang harus dilampirkan/disiapkan oleh bendahara pengeluaran
dalam pengajuan SPP-UP!
1. Uang Persediaan dapat diartikan sebagai uang muka kerja yang diberikan oleh KPPN
selaku Kuasa BUN di daerah, kepada satuan kerja K/L melalui bendahara pengeluaran,
yang diperuntukkan untuk membiaya belanja satker dengan nilai sampai dengan Rp50
juta. UP ini diberikan setelah satker K/L tersebut menerima DIPA.
2. Besaran UP Normal yang diajukan oleh satuan kerja K/L untuk pertama kali setelah
menerima DIPA adalah:
a) Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP sampaidengan Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah).
b) Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah).
c) Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
d) Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
3. Untuk mendapatkan pembayaran UP dari KPPN, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
satuan kerja K/L harus menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan
(SPP-UP). Akun yang digunakan untuk permintaan UP RM adalah 825111.
2. Mata Anggaran untuk mengajukan SPP Uang Persediaan yang dananya bersumber
dari Rupiah Murni adalah
a. 825113
b. 825114
c. 825111
d. 825115
3. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Uang Persediaan untuk pertama kali
dilakukan oleh:
a. Pejabat Pembuat Komitmen
b. Kuasa Pengguna Anggaran
c. Bendahara Pengeluaran
d. Penerbit SPM
6. Diketahui pagu dana klasifikasi belanja yang dapat dikeluarkan dengan UP suatu
kantor/satker berjumlah Rp240 juta, maka pernyataan dibawah ini yang benar adalah:
a. UP maksimal sebesar Rp50 juta
b. TUP maksimal sebesar Rp20 juta
c. UP maksimal sebesar Rp20 juta
d. Seluruh dana harus habis dalam waktu satu tahun anggaran
7. Diketahui pagu Belanja Barang suatu satker sebesar Rp1,4 Milyar , maka UP yang
dapat ditarik adalah:
a. 1/12 dari pagu tersebut
b. 1/18 dari pagu
c. Rp100 juta
d. Rp50 juta
Sdana
8. Pejabat yang menandatangani SPP-UP adalah:
a. KPA
b. Bendahara Pengeluaran
c. PPK
d. Kepala Kantor
9. Perubahan UP dapat diajukan permintaan pembayarannya oleh satuan kerja K/L dalam
hal:
a. UP Normal tidak mencukupi untuk bulan-bulan tertentu
b. TUP masih belum cukup
c. Untuk belanja modal
d. UP Normal tidak mencukupi sepanjang tahun anggaran
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
1. GUP ISI
Penyampaian pertanggungjawaban Penggantian UP Isi/revolving dari satuan kerja
K/L kepada KPPN selaku Kuasa BUN di daerah, dilaksanakan setelah dana UP sudah
digunakan untuk pembayaran minimal sebesar 50%. Periode penggantian UP idealnya
adalah bulanan. Hal ini mengingat perencanaan kebutuhan periodisasinya dibuat
bulanan. Meskipun demikian, pengajuan SPM-GUP Isi yang lebih cepat dari satu bulan,
tetap dimungkinkan dengan memperhatikan pagu dana triwulanan.
Pengajuan GUP Isi yang lebih lambat dari satu bulan, hanya dimungkinkan untuk
alasan-alasan tertentu dengan persetujuan Kepala KPPN. KPA menyampaikan surat
penjelasan tentang keterlambatan revolving UP. Pengajuan GUP Isi yang lebih lambat
dari periode bulanan secara berulang, akan berakibat pada penumpukan realisasi
belanja pada akhir tahun anggaran. Kuasa Pengguna Anggaran harus melakukan
monitoring terhadap penggunaan uang persediaan. Jika terjadi keterlambatan, Kepala
KPPN akan memberikan peringatan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA jika dalam 2
(dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan
penggantian UP.
Tentukan pada tanggal berapa Bendahara dapat mengajukan GUP tercepat dan
Hitung jumlah nilai GUP
Jawab
No Tanggal Uraian
1. 04 Dibayar langganan daya jasa dengan rincian sebagai berikut:
a. Listrik kepada PLN sebesar Rp16.600.000 (BK01)
b. Telepon kepada PT. Telkom sebesar Rp18.500.000 (BK02)
c. Air kepada PDAM Rp15.200.000(BK 03)
2. 06 Dibayar tunai biaya service mobil dinas kepada CV. Rindu Motor sebesar
Rp9.300.000 (BK 04), dipungut PPh dan PPN.
3. 12 Dibayar tunai pengecatan gedung kantor kepada CV. Mega Jaya sebesar
Rp14.620.000 (BK 05), dipungut dan disetor PPh dan PPN ke kas negara
pada hari itu juga.
4. 14 Dibayar dengan cek No. 103/C, pembelian ATK kepada CV. Pelangi
sebesar Rp15.850.000 (BK 06), dipungut PPh dan PPN.
5. 19 Dibayar biaya perjalanan dinas sebagai berikut:
a. Indira, Rp14.200.000 (SPPD tgl. 19-01 No. 0127, BK 07)
b. Rudy, Rp12.400.000 (SPPD tgl. 19-01 No. 0128, BK 08)
c. Rizki, Rp16.300.000 (SPPD tgl. 19-01 No. 0129, BK 09)
2. GUP Nihil
Studi Kasus 2
Transaksi keuangan yang terjadi selama bulan Desember adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Transaksi Bendahara
Dokumen pembayaran GUP Isi dan GUP Nihil sama, yang membedakan adalah
1. Jenis SPP dalam formulir ada pilihan GUP atau GUP Nihil
2. Nilai Surat Perintah Membayar, terdapat potongan pengembalian UP sehingga nilai
SPM Nihil.
1. Pengajuan SPP Penggantian Uang Persediaan yang dikelola oleh Pemegang Uang
Muka (PUM) dapat di lakukan apabila:
a. Realisasi dari semua BPP telah 75%
b. Realisasi salah satu BPP telah 50% untuk SPP GUP BPP tersebut
c. Realisasi dari semua BPP telah 50%
d. Salah satu BPP telah merealisasikan 50%
2. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) GUP diajukan ke penguji tagihan/penerbit SPM
untuk permintaan pembayaran:
a. Semua pembayaran diatas Rp50 juta
b. Semua pembayaran untuk keperluan belanja pegawai
c. Pembayaran belanja barang yang jumlahnya diatas Rp50 juta
d. Pembayaran belanja barang sampai dengan Rp50 juta
3. Dibawah ini kelengkapan SPP-GUP Isi yang harus dilampirkan sebelum diajukan ke
penguji tagihan/penerbit SPM:
a. Rincian Penggunaan Dana selama satu bulan
b. Surat Pernyataan TUP dari Kuasa Pengguna Anggaran
c. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran
d. Rekening Koran bendahara pengeluaran
4. SPM-GUP yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Angaran kepada KPPN, akan
diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D-GUP), jika:
a. Penggunaan dananya sudah mencapai 50%.
b. Dilampiri kuitansi yang telah ditandatangani KPA
c. Dilampiri SPTB untuk pembayaran sampai dengan Rp5 juta
d. Dilampiri Surat Pernyataan GUP dari KPA
5. Diketahui UP suatu kantor/satker berjumlah Rp100 juta, maka pernyataan dibawah
ini yang benar adalah:
a. SPP-GUP minimal sebesar Rp50 juta
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
A. Perhitungan Tambahan UP
Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUP adalah uang yang
diberikan kepada satker untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan
melebihi pagu UP yang ditetapkan. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat
mengajukan permintaan Tambahan Uang Persediaan (TUP) kepada Kepala KPPN
dalam hal sisa UP pada Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai
kegiatan yang sifatnya mendesak/tidak dapat ditunda. Syarat penggunaan dana
Tambahan UP adalah:
1. Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
SP2D diterbitkan,
2. Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
Tambahan UP dapat diajukan oleh satker K/L meskipun penggunaan UP belum
mencapai 50%. Tambahan UP ini diajukan dalam rangka satker yang bersangkutan
memerlukan pendanaan melebihi sisa dana UP yang tersedia pada bendahara
pengeluaran, untuk keperluan yang mendesak. Pada dasarnya TUP harusnya
diminimalisir penggunaannya. Hal ini tergantung pada perencanaan kebutuhan dan
manajemen belanja yang dilakukan oleh PPK. Penggunaan keperluan yang mendesak
pada dasarnya harus dilakukan selektif.
Studi Kasus
Beberapa kondisi yang harus diperhatikan oleh KPA terkait dengan persetujuan
KPPN atas usulan TUP yaitu:
1. Dalam keadaan tertentu, jika KPA belum mempertanggungjawabkan seluruhnya
TUP periode sebelumnya dan/atau sisa TUP belum disetor, KPPN dapat menyetujui
permintaan TUP berikutnya setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
2. Dalam hal KPA mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1
(satu) bulan, Kepala KPPN dapat memberi persetujuan dengan pertimbangan
kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan.
Untuk pengajuan permintaan TUP yang telah memenuhi ketentuan yang berlaku,
Kepala KPPN dapat memberikan persetujuan sebagian atau seluruh permintaan TUP
melalui surat persetujuan pemberian TUP. Demikian pula sebaliknya, Kepala KPPN
akan menolak permintaan TUP dalam hal pengajuan permintaan TUP tidak memenuhi
ketentuan. Persetujuan atau penolakan tersebut dilaksanakan paling lambat 1 (satu)
hari kerja setelah surat pengajuan permintaan TUP diterima KPPN.
Studi Kasus
Pusdiklat Keuangan pada bulan Maret diminta oleh mitra kerja untuk menyelenggarakan
diklat lebih cepat dari jadwal semestinya. Semula direncanakan bulan Juni, mitra kerja
meminta diselenggarakan bulan Maret untuk dua kelas. Susunlah rencana penggunaan
dana untuk permintaan TUP untuk kegiatan diklat tersebut!
Jawab:
Rencana penggunaan dana kegiatan diklat untuk 2 kelas adalah sebagai berikut:
No Tanggal Uraian
1. 02 Dibayar langganan daya jasa dengan rincian sebagai berikut:
a. Listrik kepada PLN sebesar Rp14.600.000 (BK21)
b. Telepon kepada PT. Telkom sebesar Rp18.700.000 (BK22)
c. Air kepada PDAM Rp17.000.000(BK 23)
2. 06 Dibayar tunai honor pramusaji sebesar Rp12.000.000 (BK 24)
3. 9 Dibayar tunai pengecatan gedung kantor kepada CV. Mega Jaya sebesar
Rp20.620.000 (BK 25), dipungut dan disetor PPh dan PPN ke kas negara
pada hari itu juga.
4. 10 Dibayar tunai, pembelian ATK untuk persediaan kepada CV. Pelangi
sebesar Rp16.850.000 (BK 26), dipungut PPh dan PPN.
5. 11 Dibayar biaya perjalanan dinas sebagai berikut:
a. Indira, Rp13.200.000 (SPPD tgl. 11-03 No. 0137, BK 27)
b. Rudy, Rp12.400.000 (SPPD tgl. 11-03 No. 0138, BK 28)
c. Rizki, Rp15.300.000 (SPPD tgl. 11-03 No. 0139, BK 29)
6. 12 Dibayar tunai pemeliharaan mobil dinas kepada Auto 2000 sebesar
Rp13.500.000 (BK 30), dipungut dan disetor PPh dan PPN ke kas negara
pada hari itu juga.
7. 14 Dibayar tunai, pembelian ATK untuk persediaan kepada CV. Razer Jaya
sebesar Rp15.430.000 (BK 31), dipungut PPh dan PPN.
No Tanggal Uraian
1. 28 Pembayaran tunai ATK untuk keperluan diklat kepada CV Razer jaya
sebesar Rp15.430.000,-
2. 28 Pembayaran tunai konsumsi untuk keperluan diklat kepada catering Ana
sebesar Rp10.500.000,-
3. 28 Pembayaran tunai perlengkapan asrama untuk keperluan diklat kepada
CV Edi jaya sebesar Rp4.100.000,-
A PERLTN/PERLENGKAPAN - 1,624,000 -
5211 Blj. Barang Operasional 1,624,000 RM
B LANGGANAN DAYA JASA - 1,875,000 -
5221 Belanja Jasa 1,875,000 RM
C PERAWATAN GEDUNG - 2.382,000 -
5231 Belanja Pemeliharaan 2.382,000 RM
PERAWATAN
D - 1.169,000 -
KENDARAAN
5231 Belanja Pemeliharaan 1.169,000 RM
E KOORD/PENGAWASAN - 2.430,000 -
5241 Belanja Perjalanan 2.430,000 RM
1971.952 Layanan Internal Overhead 720,000
010 Sarana Prasarana 720,000
5321 Blj. Peralatan dan Mesin 720,000 RM
1. Berdasarkan data POK. buatlah Rencana Penggunaan Dana belanja perjalanan dinas
yang akan diajukan Tambahan UP!
2. Tuliskan dokumen apa saja yang harus dilampirkan/disiapkan oleh bendahara
pengeluaran dalam pengajuan Tambahan UP (TUP)!
1. Permintaan Tambahan Uang Persediaan oleh satuan kerja K/L, dimungkinkan untuk
hal-hal tersebut dibawah ini, kecuali:
a. Belanja Barang yang tidak mencukupi dengan UP Normal
b. Belanja Modal Tanah
c. Belanja Barang bulan tertentu diatas UP Normal
d. Belanja Pegawai
2. Mata Anggaran untuk mengajukan SPP Tambahan Uang Persediaan yang dananya
bersumber dari Rupiah Murni adalah
a. 825113
b. 825114
c. 825111
d. 825115
6. Dibawah ini adalah jenis belanja yang dapat dibayarkan dengan TUP, kecuali:
a. Belanja Barang
b. Belanja Modal
c. Belanja Lain-Lain
d. Belanja Operasional
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
A. Perhitungan Tambahan UP
Penarikan dana DIPA yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) oleh satuan kerja Kementerian dan Lembaga dapat dilaksanakan sesuai
ketentuan dalam peratura-peratuan dibawah ini.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
3. Peraturan tentang penarikan dana PNBP terkait
Adapun materi pembahasan pada modul ini adalah untuk satker yang berstatus
sebagai Instansi Pengguna PNBP yang pengelolaannya secara terpusat (sentralisasi)
dan desentralisasi.
Secara umum, dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai
formula sebagai berikut:
Seperti halnya DIPA yang bersumber dari Rupiah Murni (RM), penarikan dana UP
pada DIPA PNBP juga dapat dilakukan sesuai kebutuhan, baik UP Normal, Tambahan
UP, Perubahan UP, dan Dispensasi. Penarikan dana UP dan TUP tersebut dilakukan
sesuai kebutuhan dan menggunakan ketentuan yang berlaku sebagaimana diuraikan
dibawah ini.
Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari
realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA maksimum
sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Realisasi PNBP dimaksud, di
dalamnya termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran
sebelumnya. Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar
kebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan (MP).
Studi Kasus
1. Diketahui pagu DIPA sumber dana PNBP suatu satker Rp500 juta, dan Proporsi
Pengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) adalah 80%. Uang Persediaan (UP) yang
sudah ditarik sebesar Rp100 juta (20% x Rp500 juta). Jumlah penerimaan yang telah
disetorkan ke kas negara sampai dengan saat ini sebesar Rp300 juta.
Dari transaksi diatas, dapat dihitung Maksimum Pencairan (MP) dengan rumus
sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) – JPS
MP = (80% x Rp300 juta) – Rp100 juta
MP = Rp240 juta – Rp100 juta
MP = Rp140 juta
Berdasarkan perhitungan diatas, seluruh dana UP dapat disahkan menjadi
belanja negara, jika jumlah pertanggungjawaban penggunaan dana yang disampaikan
mencapai Rp100 juta. Seandainya Surat Permintaan PembayaranPenggantian UP
(SPP-GUP) yang diajukan melebihi Rp100 juta, maka jumlah maksimal yang akan
disahkan menjadi belanja negara tetap sebesar UP yang telah ditarik, yaituRp100 juta.
Meskipun demikian, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) satker dimaksud, masih
dimungkinkan mengajukan Tambahan UP atau mengajukan pembayaran secara
langsung (SPM-LS) sebesar maksimal Rp40 juta, yaitu selisih lebih antara jumlah MP
terhadap UP yang telah ditarik.
2. Dengan mengunakan contoh diatas, jika jumlah penerimaan yang telah disetorkan ke
kas negara sampai saat ini sebesar Rp200 juta, maka MP dapat dihitnung sebagai
berikut:
MP = (PPP x JS) – JPS
hambatan maka peserta dapat membuka kembali pembahasan terkait dengan latihan pada
kegiatan belajar dari latihan tersebut.
1. Dasar hukum penarikan dana yang bersumber dari PNBP antara lain yang tersebut
dibawah ini, kecuali:
a. UU No. 17 Tahun 2003
b. Keppres No. 42 Tahun 2002
c. PMK No. 190/PMK.05/2014
d. UU No. 1 Tahun 2004
2. Mata Anggaran untuk mengajuak SPP Uang Persediaan yang dananya bersumber dari
PNBP adalah
a. 825111
b. 825112
c. 825113
d. 825114
3. Ditinjau dari pola penyetoran dan penarikan, Instansi Pengguna PNBP dapat
dibedakan secara:
a. Sentralisasi dan desentralisasi
b. Umum dan fungsional
c. Langsung dan tidak langsung
d. Seluruhnya dan sebagian
4. Dibawah ini kelengkapan SPP-TUP PNBP yang harus dilampirkan bendahara
pengeluaran sebelum diajukan ke penguji tagihan/penerbit SPM, kecuali:
a. Rincian Penggunaan Dana selama satu bulan
b. Surat Pernyataan TUP dari Kuasa Pengguna Anggaran
c. SPTB
d. Rekening Koran bendahara pengeluaran
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
A. Pengertian
Pengelolaan Uang Persediaan yang bersumber dari dana Pinjaman dan Hibah
Luar Negeri (PHLN), dapat diartikan sebagai jumlah UP yang dapat ditarik oleh
bendahara pengeluaran dari pagu belanja DIPA yang dapat dibayarkan melalui UP yang
bersumber dari Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.
Sebagaimana kita ketahui, beberapa satuan kerja, selain memperoleh DIPA dari
sumber Rupiah Murni dan PNBP, juga dapat memperoleh dana dari Pinjaman atau
Hibah dari Luar Negeri. Bagi satker seperti ini, untuk membiayai kegiatan pelaksanaan
tupoksi atau kegiatan penunjang, bendahara pengeluaran dimungkinkan menarik dana
UP dari sumber dana PHLN tersebut.
Sesuai ketentuan yang berlaku saat ini, penarikan dana yang bersumber dari
Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:
1. Pembayaran Langsung (PL)
2. Letter of Credit (LC)
3. Pembiayaan Pendahuluan (PP)
4. Rekening Khusus (Reksus)
Rekening Khusus (special account) adalah rekening pemerintah atas nama
Menteri Keuangan yang berada di Bank Indonesia atau bank lain yang ditunjuk Menteri
Keuangan untuk menampung penarikan dimuka (initial deposit) PHLN, serta
penggantian rekening khusus (replenishment) yang sifatnya berdaur ulang (revolving).
Rekening khusus ini akan didebet dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana
Rekening Khusus (SP2D-RK) oleh KPPN Khusus Jakarta VI, maupun KPPN di daerah.
Demikian sebaliknya, rekening tersebut akan diisi/dikredit kembali dengan pengajuan
permintaan penggantian dana (replenishment) oleh Ditjen Perbendaharaan c.q.
Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN) kepada lender.
Penarikan dana PHLN dengan rekening khusus ini adalah satu-satunya cara
penarikan dana PHLN yang dapat dilaksanakan oleh KPPN di seluruh Indonesia, baik
yang sekota dengan Kantor Bank Indonesia (KPPN KBI) maupun KPPN yang tidak satu
kota dengan Kantor Bank Indonesia (KPPN non-KBI), sepanjang tagihan/pembayaran
tersebut dalam mata uang rupiah, sedangkan untuk tagihan-tagihan dalam valuta asing
(valas) hanya dapat dilakukan oleh KPPN Khusus Jakarta VI.
Terhadap dokumen SPP beserta lampiran diatas, jika SPP-GUP berasal dari
dana UP Normal atau Perubahan UP, maka KPPN akan menerbitkan SP2D GUP-Isi
atau revolving, sedangkan jika berasal dari Tambahan UP atau akhir Tahun Anggaran,
KPPN akan menerbitkan SP2D Nihil sebagai pengesahan SPM Penggantian UP (SPM
GUP-Nihil/Pengesahan).
2. Metode Replenishment
Metode pengajuan replenishment ada dua macam, yaitu Metode Summary
Sheet/Metode Full Documentation dan Metode Statement of Expenditures (SOE).
Metode Summary Sheet/Full Documentation adalah metode aplikasi
replenishment, dimana daftar pengeluaran yang diajukan kepada lender harus
dilengkapi dengan dokumen pendukung yaitu SP2D, Berita Acara Pembayaran,
serta NOL/Approval/NRC bila dipersyaratkan. Untuk keperluan tersebut, data
pembayaran dan kontrak harus dicantumkan pada summary sheet yang khusus
dibuat untuk satu jenis kategori barang/jasa. Dalam satu pengajuan
2. Mata Anggaran untuk mengajuak SPP Uang Persediaan yang dananya bersumber
dari PHLN adalah
a. 825111
b. 825112
c. 825113
d. 825114
3. Pengajuan SPP Penggantian Uang Persediaan dana PHLN yang dikelola oleh
Pemegang Uang Muka (PUM) dapat di lakukan apabila:
a. Realisasi dari semua PUM telah 75%
b. Realisasi salah satu PUM telah 75% untuk SPP GUP PUM tersebut
c. Realisasi dari semua PUM telah 90%
d. Salah satu PUM telaha merealisasikan 100%
4. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) GUP yang bersumber dari PHLN, diajukan
bendahara pengeluaran ke penguji tagihan/penerbit SPM untuk permintaan
pembayaran:
a. Semua pembayaran diatas Rp10 juta
b. Semua pembayaran untuk keperluan belanja pegawai
c. Pembayaran belanja barang yang jumlahnya diatas Rp10 juta
d. Pembayaran belanja sesuai naskah perjanjian PHLN
6. SPM-GUP dana PHLN yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Angaran kepada KPPN,
akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D-GUP), jika:
a. Penggunaan dananya sudah mencapai 75%.
b. Dilampiri kuitansi yang telah ditandatangani KPA
c. Dilampiri SPTB untuk pembayaran sampai dengan Rp5 juta
d. Dilampiri Surat Pernyataan GUP dari KPA
7. Diketahui jumlah pagu BKPK DIPA dana PHLN yang dapat dibayarkan dengan UP
sesuai porsi dana sebesar Rp300 juta, maka:
a. UP maksimal yang dapat ditarik sebesar Rp50 juta
b. TUP maksimal sebesar Rp20 juta
c. UP maksimal sebesar Rp25 juta
d. Seluruh dana harus habis dalam waktu satu tahun anggaran
9. Dibawah ini adalah lampiran SPP-GUP Isi yang bersumber dari dana PHLN, kecuali:
a. SPTB
b. Kuitansi
c. Persetujuan dari lender (Approval/NOL)
d. Rincian RPD
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, maka Anda
dapat dikatakan telah berhasil menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat
melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Apabila hasilnya masih di bawah 80%, Anda
diminta untuk mengulang mempelajari kembali materi kegiatan belajar ini.
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Nafsi Hartoyo, S.E. 2006. Pencairan Anggaran Belanja Negara. Jakarta: Pusdiklat
Anggaran, BPPK.
Rasida, S.E. 2009. Tata Cara Penarikan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri. Jakarta:
Pusdiklat Anggaran, BPPK.