PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut disebabkan oleh karena tuntutan yang sangat tinggi dan mendesak akan
kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat
dan martabat manusia. Ini merupakan persoalan yang sangat dominan dalam
yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama
persyaratan, minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, aman,
1
2
pusat-pusat produksi dan tata guna tanah dalam rangka membina kehidupan
pula mendorong perilaku hidup sehat dan tertib serta ikut mendorong kegiatan
dilaksanakan secara terpadu dan untuk itu perlu dilaksanakan kerjasama antar
pemerintah pusat dan daerah, usaha swasta, koperasi dan masyarakat luas. Untuk
pembangunan rumah milik dan sewa dalam jumlah besar. Sejalan dengan itu perlu
diciptakan iklim yang menarik bagi pembanguan perumahan baik oleh masyarakat
maupun oleh perorangan antara lain dengan penyediaan kredit yang memadai,
1
D.R Andi Hamzah, S.H et all, 1990, Dasar-dasar Hukum dan Perumahan, Bhineka Cipta, Jakarta, hlm
1
3
Pancasila.
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. “
Indonesia memiliki kekayaan alam yang beranekaragam macamnya yang
terkandung didalamnya, dan salah satunya adalah tanah. Tanah merupakan faktor
kehidupan dari tanah. Hal ini dikarenakan tanah mempunyai peran yang sangat
vital, artinya dalam semua aspek kehidupan manusia berkaitan dengan tanah,
seperti yang diatur dalam pasal 33 ayat (3) Amandemen UUD 1945, diatur lebih
lanjut pada pasal 2 ayat (2) UUPA yang menentukan bahwa negara sebagai
Indonesia dapat digunakan bagi kelangsungan hidup rakyat masa kini maupun
perencanaan tata ruang tersebut mempunyai daya yang mengikat bagi masyarakat
Sehubungan dengan rencana umum yang dibuat oleh pemerintah dalam hal
penggunaan tanah diwajibkan kepada setiap pemilik atau pemegang hak atas
tanah, setiap badan hukum atau instansi yang mempunyai hubungan hukum
kesuburannya serta dicegah kerusakannya. Hal ini diatur dalam pasal 15 UUPA
sistem perencanaan tata ruang yang menyangkut seluruh wilayah Indonesia untuk
Menurut pasal 1 angka 5 UU Nomor 26 Tahun 2007 Penataan Ruang adalah suatu
sistem yang tidak terpisah satu dengan lainnya. Perencanaan tata ruang merupakan
2
Daud Silalahi, 1996, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Indonesia, Alumni :
Bandung, hal 81.
6
berasaskan :
a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. keterbukaan;
f. kebersamaan dan kemitraan;
g. perlindungan kepentingan umum;
h. kepastian hukum dan keadilan; dan
i. akuntabilitas.
Penataan ruang menjamin seluruh kepentingan, baik kepentingan pemerintah
ekonomi yang lemah. Penataan ruang yang terpadu adalah penataan ruang yang
optimasi, daya dukung dan berhasil guna adalah bahwa penataan ruang harus dapat
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
sektor daerah dalam satu kesatuan wawasan nusantara. Penataan ruang yang
sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan lahir dan batin antar
ruang selain diketahui oleh pemerintah sebagai pelaksana juga diketahui oleh
7
persamaan dan keadilan dalam penataan ruang adalah setiap orang mempunyai hak
untuk menikmati manfaat ruang termasuk pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang serta berperan serta dalam memelihara kualitas ruang sehingga
Dalam pasal 33 ayat (1) dan (2) UU No. 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa:
guna sumber daya alam lainnya yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya yang berwujud
konsilidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah, air, udara, dan
sumber daya alam lainnya sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan
masyarakat secara adil. Pelaksanaan perangkat insentif dan disintensif tidak boleh
mengurangi hak penduduk sebagai warga negara yang meliputi pengaturan atas
harkat dan martabat yang sama, hak memperoleh dan mempertahankan ruang
hidupnya.
8
Tata Ruang Wilayah (RTRW), hal ini sesuai dengan pasal 4 ayat (1), (2), dan (3)
a. bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang sudah atau belum
terdaftar;
b. tanah negara;
c. tanah ulayat masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dapat dikatakan bahwa antara penataan ruang dan penatagunaan tanah
saling berhubungan antara satu sama lain yaitu bahwa penggunaan atau
masing-masing.
antara lain dalam UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman dan
9
KMNA/KBPN No. 6 Tahun 1998 tentang pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk
Rumah Tinggal.
Dalam pasal 1 angka (1) UU No. 4 Tahun 1992 diartikan sebagai berikut :
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
Rumah selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan
manusia untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhuk hidup lainnya, rumah
kepastian dan ketertiban hukum dalam pengembangan dan pemilikan setiap rumah
hanya dapat dilaksanakan diatas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas
tanah yang digunakan untuk rumah tinggal dapat diberikan status hak atas tanah
yaitu Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Milik. Pasal 1 ayat (1)
1. hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah untuk rumah tinggal
kepunyaan perseorangan warga negara Indonesia yang luasnya 600m 2 atau
kurang, atas permohonan yang bersangkutan dihapus dan diberikan kembali
hak milik.
2. Tanah Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah untuk rumah tinggal
kepunyaan perseorangan warga negara Indonesia yang luasnya 600m 2 atau
kurang yang sudah habis jangka waktunya dan masih dipunyai oleh
pemegang hak tersebut, atas permohonan yang bersangkutan diberikan Hak
Milik kepada bekas pemegang hak.
10
menciptakan tertib mendirikan bangunan dan rumah agar tercipta lingkungan yang
seimbang sesuai tata ruang. Hal itu juga terjadi di Kecamatan Depok Kabupaten
rumah penduduk, ruko-ruko, dan perumahan yang telah banyak memiliki Izin
mewah yang ada di Kecamatan Depok yang sangat diminati banyak masyarakat.
Dilihat dari manfaat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sangat penting bagi
Tahun 1990, yang dimaksud dengan peraturan bangunan adalah meliputi ketentuan
Menurut Pasal 1 huruf h menyatakan bahwa bangunan adalah susunan suatu yang
bertumpu pada landasan dan terikat dengan tanah dan mempunyai fungsi.
untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas. Dan juga dalam pasal 1 huruf
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
untuk rumah tinggal di Kabupaten Sleman sudah sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Sleman Nomor 1 Tahun 1990 tentang Peraturan Bangunan. Dan untuk
D. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
akan didapat.
b. Secara praktis
perizinan.
E. Keaslian penelitian
Dengan ini penulis nyatakan bahwa Penelitian Hukum / Skripsi ini merupakan
hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikat atau plagiasi dari hasil karya
penulis lain. Jika Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikat
ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima
F. Batasan konsep
3. Bangunan adalah sesuatu yang bertumpu pada landasan dan terikat dengan
G. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
data primer sebagai data utama disamping data sekunder (bahan hukum)3
2. Sumber data
Adapun sumber data yang dibutuhkan dalam penulisan ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari responden dan narasumber tentang obyek yang akan diteliti.
yaitu :
Pemukiman.
3
Universitas Atma Jaya, Pedoman Penulisan Hukum / Skripsi: Yogyakarta, 2006, hal 2
15
Peraturan Pembangunan.
Bangunan.
primer, meliputi:
Aksara, Jakarta.
Bandung.
Yogyakarta.
Press: Jakarta.
17
penulisan skripsi.
a. Wawancara
Dalam hal ini para pihak yang akan diwawancarai adalah Pejabat Staf
Condongcatur.
4
Ronny Hanitijo Soemitro, S.H, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Semarang, hal 57.
18
b. Kuisoner
mendapatkan data dari populasi yang luas atau populasi yang terdiri dari
prediksi.5
c. Studi Kepustakaan
diteliti.
4. Lokasi Penelitian
Sleman.
untuk wilayah Kabupaten Sleman. Sampel dalam penelitian ini ada tiga
sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.6
Catur.
c. Kecamatan Mlati diambil desa Tirto Adi dan desa Sumber Adi.
a. Responden
b. Narasumber
dengan cara menarik kesimpulan dari hal yang bersifat khusus ke umum.
BAB I: PENDAHULUAN
7
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum (UI Press), hal 25.
21
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; bagian kedua menguraikan tentang tinjauan