Anda di halaman 1dari 39

PERBANDINGAN KEBUTUHAN KOAGULAN AL2(SO4)3 DAN

PAC UNTUK PENGOLAHAN AIR BERSIH DI WATER


TREATMENT PLANT PDAM KOTA BANDUNG

MUHAMMAD HAYKAL NUR RAMADHANSYAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan


Kebutuhan Koagulan Al2(SO4)3 dan PAC untuk Pengolahan Air Bersih di Water
Treatment Plant PDAM Kota Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2017

Muhammad Haykal Nur Ramadhansyah


NIM F44130063
1

ABSTRAK
MUHAMMAD HAYKAL NUR RAMADHANSYAH. Perbandingan Kebutuhan
Koagulan Al2(SO4)3 dan PAC untuk Pengolahan Air Bersih di Water Treatment
Plant PDAM Kota Bandung. Dibimbing oleh SATYANTO KRIDO SAPTOMO.
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, karena air merupakan
gizi makro yang sangat penting. Water treatment plant (WTP) PDAM Kota
Bandung menggunakan Sungai Cisangkuy dan Cikapundung sebagai sumber air.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kualitas air dengan
menggunakan koagulan tawas dan PAC di WTP Badaksinga PDAM Kota Bandung,
mengetahui dosis optimum masing-masing koagulan serta mengevaluasi bak
koagulasi di WTP Badaksinga PDAM Kota Bandung. Penelitian dilakukan dengan
metode jar test. Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan salah satu data
pada tanggal 18 April 2017, dengan kekeruhan air baku sebesar 32 NTU, koagulan
PAC lebih baik dibandingkan tawas. Dengan dosis optimum PAC sebesar 26 ppm
maka kekeruhan hanya 2,09 NTU, TSS sebesar 1 mg/l dan TDS sebesar 67,7 mg/l.
Dengan dosis optimum tawas sebesar 29 ppm didapatkan kekeruhan 3,85 NTU,
TSS 3 mg/l dan TDS sebesar 67,2 mg/l. Rata – rata nilai efisiensi penggunaan
koagulan PAC dan tawas adalah 92,84 % dan 91,99%. Hasil kedua koagulan
tersebut memenuhi kriteria standar baku mutu kualitas air bersih yang berlaku di
Indonesia. Bak koagulasi digunakan secara optimal, karena dosis koagulan yang
digunakan di lapangan selalu disesuaikan dengan hasil jar test.
Kata kunci: dosis optimum, efisiensi koagulan, jar test, koagulan, pengolahan air.

ABSTRACT
MUHAMMAD HAYKAL NUR RAMADHANSYAH. Comparative Needs of
Coagulant Al2(SO4)3 and PAC for Clean Water Treatment at Water Treatment Plant
PDAM Kota Bandung. Supervised by SATYANTO KRIDO SAPTOMO.
Water is a basic need for human life, because water is a very important macro
nutrient. Water treatment plant (WTP) PDAM Bandung using Cisangkuy and
Cikapundung River as a source of water. The purpose of this research were to
compare water quality by using coagulant alum and PAC in WTP Badaksinga
PDAM Bandung, knowing optimum dosage of each coagulant and to evaluate the
tub of coagulation. The research was conducted by jar test method. Based on the
results of the research, using one of the data on April 18, 2017, with the raw water
turbidity of 32 NTU, PAC coagulant was better than alum. With PAC optimum
dosage of 26 ppm, the turbidity was 2.09 NTU, TSS of 1 mg / l and TDS of 67.7 mg
/ l. With alum optimum dosage of 29 ppm, the turbidity was 3.85 NTU, TSS of 3 mg
/ l and TDS of 67.2 mg / l. The average value of coagulant usage efficiency of PAC
and alum were 92,84% and 91,99% respectively. The results of the two coagulants
meet the criteria of clean water quality standards in Indonesia. Coagulation tub
was used optimally, because the dose of coagulant used in the field was always
adjusted with the results of the jar test.
Keywords: coagulant, coagulant efficiency, jar test, optimum dosage, water
processing.
2

PERBANDINGAN KEBUTUHAN KOAGULAN Al2(SO4)3 DAN


PAC UNTUK PENGOLAHAN AIR BERSIH DI WATER
TREATMENT PLANT PDAM KOTA BANDUNG

MUHAMMAD HAYKAL NUR RAMADHANSYAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
3

Judul Skripsi : Perbandingan Kebutuhan Koagulan Al2(SO4)3 dan PAC untuk


Pengolahan Air Bersih di Water Treatment Plant PDAM Kota
Bandung
Nama : Muhammad Haykal Nur Ramadhansyah
NIM : F44130063

Disetujui oleh

Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
i

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunianya sehingga skripsi yang berjudul “Perbandingan Kebutuhan Koagulan
Al2(SO4)3 dan PAC untuk Pengolahan Air Bersih di Water Treatment Plant PDAM
Kota Bandung” ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih
disampaikan kepada:
1. Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si selaku pembimbing atas bantuan serta
waktu yang telah diluangkan dalam memberikan ilmu, bimbingan, masukan, dan
motivasi selama mengikuti pendidikan, penyusunan proposal, pelaksanaan
penelitian hingga penyusunan skripsi.
2. Dr. Ir. Moh. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS., IPM. dan Dr. Yudi Chadirin, S.TP.,
M.Agr. selaku dosen penguji dan telah memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi.
3. Kedua orang tua, Bapak Mudjahidin Saleh dan Ibu Delvi Elvanis serta saudara
kandung Hesti Rialita Elvandari, Muhammad Iqbal Mudjsa, Muhammad Ismail
Mudjsa, Fitria Fajra Ramadhani, dan Muhammad Holillullah atas doa,
dukungan, dan motivasi yang diberikan.
4. Pimpinan dan staff PDAM Kota Bandung yang telah memberikan kesempatan
untuk melakukan penelitian di PDAM Kota Bandung dan memberi masukan
yang membangun.
5. Muhammad Ihsan Firdaus, Sadewo Kusumo Digdoyo, Irfan Risyad Sumapraja,
dan Abang Zuhri Riwan Esmeralda sebagai rekan satu bimbingan atas bantuan
dan semangatnya.
6. Abdau Zulkarnaen, Raki Muhamad, Yopi Reynaldi Harahap, Dedy Yahya,
Galang Mahardika, dan M. Tarmizi atas segala kebersamaan selama di IPB.
7. Arief Badrani Husni, Aditya Mandagi, Safira Inkemaris, Tirsa Suharmulyani,
Sherly Agustini, Selia Restia Rizha, Febri Melinda, Ria Triandini, Annette,
Dinda Puteri Pertiwi, Nerry Apriyani, atas bantuan, semangat, dan segala
kebersamaannya.
8. Rekan-rekan SIL 50 atas segala bantuan, doa, semangat, dan kebersamaan
selama berkuliah di Institut Pertanian Bogor.
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dalam penulisan skripsi ini yang
disadari masih terdapat banyak kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat.

Bogor, Agustus 2017

Muhammad Haykal Nur Ramadhansyah


ii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah ....................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................2
Sumber Air Bersih ......................................................................................... 2
Unit Pengolahan Air ...................................................................................... 3
Karakteristik Air Bersih ................................................................................. 7
METODE PENELITIAN .........................................................................................7
Waktu dan Lokasi .......................................................................................... 7
Alat dan Bahan .............................................................................................. 8
Prosedur Penelitian ........................................................................................ 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................11
Penentuan Dosis Optimum Koagulan .......................................................... 11
Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia ...................................................... 12
Perbandingan Kualitas Air masing-masing Koagulan ................................. 13
Efisiensi Koagulan ....................................................................................... 16
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................19
Simpulan ...................................................................................................... 19
Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................20
LAMPIRAN ...........................................................................................................22
RIWAYAT HIDUP................................................................................................31
iii

DAFTAR TABEL
1 Jenis-jenis koagulan yang sering digunakan .................................................... 6
2 Penentuan dosis optimum PAC tanggal 5 April 2017 ................................... 11
3 Air baku sebelum Jar test .............................................................................. 12
4 Jar test menggunakan PAC ........................................................................... 12
5 Jar test menggunakan tawas .......................................................................... 13
6 Data untuk perhitungan model persamaan regresi linier
antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan PAC ...................................... 17
7 Data untuk perhitungan model persamaan regresi linier
antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan Tawas ................................... 18
8 Biaya koagulan ............................................................................................... 19

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian ....................................................................................... 7
2 Diagram alir penelitian..................................................................................... 8
3 Diagram alir proses pengujian jar test ............................................................. 9
4 Perbandingan kualitas terhadap parameter kekeruhan ................................... 13
5 Perbandingan kualitas terhadap parameter TSS............................................. 14
6 Perbandingan kualitas terhadap parameter TDS ............................................ 15
7 Perbandingan kualitas terhadap parameter pH............................................... 15
8 Perbandingan efisiensi koagulan PAC dan tawas .......................................... 16
9 Persamaan regresi antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan PAC ....... 17
10 Persamaan regresi antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan tawas ...... 18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel Jar test tanggal 5 dan 6 April 2017 ...................................................... 22
2 Tabel Jar test tanggal 10 dan 11 April 2017 .................................................. 23
3 Tabel Jar test tanggal 17 dan 18 April 2017 .................................................. 24
4 Persyaratan Kualitas Air Minum ................................................................... 25
5 Baku Mutu Kelas Air ..................................................................................... 26
6 Contoh perhitungan ........................................................................................ 27
7 Dokumentasi penelitian ................................................................................. 28
8 Data iklim harian Kota Bandung (April 2017) .............................................. 29
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air adalah salah satu kebutuhan esensial yang kedua setelah udara untuk
keperluan hidup manusia, karena di dalam air terdapat unsur mineral yang
diperlukan untuk perkembangan pertumbuhan fisik manusia (Haslindah 2017). Air
juga merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, karena air merupakan
gizi makro yang sangat penting. Air berfungsi sebagai sumber asupan mineral,
mengatur suhu tubuh, pembentuk cairan darah, pembentuk sel, dan melancarkan
pencernaan. Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang
bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari - hari termasuk untuk konsumsi air minum
(Harapah 2007).
Sungai merupakan salah satu sumber air yang berada di permukaan tanah.
Sebagian masyarakat terutama yang tinggal di daerah tepi sungai masih
menggunakan sungai sebagai sumber air untuk melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mengairi sawah, mencuci bahkan digunakan untuk mandi. Menurut
Situmorang (2007) kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia,
karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan
masyarakat. Hal ini akan berdampak buruk jika air sungai yang digunakan sudah
tercemar dari limbah.
Water treatment plant (WTP) PDAM Kota Bandung menggunakan Sungai
Cisangkuy sebagai sumber air. Air yang berasal dari Sungai Cisangkuy akan
melewati WTP di Jalan Badaksinga dengan debit ± 1400 l/detik dengan debit
rencana ± 1800 l/dtk. WTP ini berfungsi sebagai proses untuk penjernihan air agar
didistribusikan kepada konsumen. Salah satu unit yang berperan penting dalam
proses penjernihan air adalah bak koagulasi. Pada bagian unit ini, penambahan zat
kimia (koagulan) dilakukan untuk mempercepat pengendapan partikel-partikel
kecil di dalam air. Jenis koagulan yang digunakan adalah PAC. Namun
penambahan koagulan sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan yang
menyebabkan air menjadi keruh dan bau di bagian out put. Perlu dilakukan evaluasi
penggunaan zat kimia pada unit koagulan agar kualitas air yang dihasilkan oleh
WTP Badaksinga PDAM Kota Bandung dapat digunakan untuk kegiatan MCK,
dikonsumsi, dan sesuai dengan baku mutu. Analisis dapat dilakukan dengan
menggunakan alat jar test. Jenis koagulan juga mempengaruhi tingkat kualitas air
baku pada WTP. Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan untuk
mendestabilisasi partikel koloid dalam air agar flok dapat terbentuk (Ebeling dan
Ogden 2004).
Untuk standar kualitas air, Menteri Kesehatan telah menetapkan persyaratan
kualitas air minum (Kemenkes 2010). Kualitas air ditentukan berdasarkan keadaan
air dalam keadaan normal dan bila terjadi penyimpangan dari keadaan normal
disebut sebagai air yang mengalami pencemaran atau air terpolusi. Analisis
penentuan kualitas air sangat penting bagi pengguna air sebagai informasi tentang
keberadaan senyawa kimia yang terkandung di dalam air (Situmorang 2007).

Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian adalah:
2

1. Apakah dosis koagulan pada unit bak koagulasi WTP Badaksinga PDAM
Kota Bandung telah mencapai efisien?
2. Apakah kualitas air yang dihasilkan setelah melewati bak koagulasi
mengalami perubahan?
3. Apakah jenis koagulan PAC atau tawas yang menghasilkan kualitas air yang
sesuai dengan baku mutu?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kualitas air
dengan menggunakan koagulan tawas dan PAC di WTP Badaksinga PDAM Kota
Bandung, mengetahui dosis optimum masing-masing koagulan serta
mengevaluasi bak koagulasi di WTP Badaksinga PDAM Kota Bandung.

Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
PDAM Kota Bandung mengenai dosis koagulan yang tepat, efisiensi koagulan yang
digunakan, dan jenis koagulan yang lebih efektif dan ekonomis.

Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini membahas mengenai perbandingan penggunaan koagulan
tawas dan PAC di WTP Badaksinga PDAM Kota Bandung.
2. Penelitian dilakukan di Bandung Jawa Barat dengan menggunakan data
hasil sampling dan pengujian di Laboratorium PDAM Kota Bandung dan
Laboratorium Limbah Padat dan B3 Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan dengan menggunakan metode jar test.

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber Air Bersih

Menurut Notoatmodjo (2007), pada prinsipnya semua air dapat diproses


menjadi air minum. Sumber air minum sebagai berikut :
1. Air hujan (Termasuk es dan salju)
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Akan tetapi air
hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan
air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di dalamnya.
2. Air sungai dan danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan
yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam air sungai atau danau.
Kedua sumber ini sering disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan
danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran
maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
3. Mata air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari tanah yang muncul
secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, belum tercemar oleh
3

kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Akan tetapi karena kita
belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air
tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4. Air sumur dangkal
Air ini keluar dalam tanah, juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan
air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan
tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar
antara 5 sampai dengan 1 meter dari permukaan tanah.
5. Air sumur dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari
permukaan tanah biasanya di atas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar
air sumur kedalaman seperti ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air
minum yang langsung
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antara butir-butir tanah yang membentuknya dan didalam retak-retak dari
batuan. Air tanah secara normal berasal dari air sumur dalam. Air tanah yang
berasal dari sumur dalam ini biasanya bebas dari kekeruhan dan organisme patogen.
Apabila air tersebut berasal dari akuifer berpasir bersih, zat-zat lain yang berbahaya
atau yang tidak diharapkan berada dalam air juga tidak terdapat dalam air tanah ini.
Pada keadaan ini, penggunaan air secara langsung sebagai sumber air bersih
diijinkan tanpa adanya pengolahan (Mori 1999). Air permukaan dapat diambil dari
sungai-sungai kecil, sungai-sungai besar, danau-danau atau saluran-saluran irigasi
(yang tidak tercemar). Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air, air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan
tanah. Air pada beberapa sumber air permukaan sebagian berasal dari air tanah dan
sebagian berasal dari air hujan yang telah mengalir ke permukaan tanah dan masuk
ke dalam penerima atau penampung air permukaan.
Adanya pergantian musim dapat mempengaruhi kualitas air baku, seperti
tingkat kekeruhan. Tingkat kekeruhan pada musim kemarau umumnya lebih rendah
dibandingkan pada musim hujan. Selain itu, debit sungai pada musim kemarau lebih
rendah dibandingkan dengan musim hujan. Air baku yang telah sampai ke
bangunan penyadap memerlukan pengolahan melalui WTP. Secara umum WTP
ditujukan untuk menghilangkan bau, rasa, turbiditas, serta bakteri dan kontaminan
lainnya dari air (Vesilind et al 1994).

Unit Pengolahan Air


Pengolahan air adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat
suatu zat sesuai standar air minum yang diinginkan. Proses pengolahan air pada
dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga bagian pengolahan (Reynolds 1982 dalam
Dini 2011), yaitu:
- Pengolahan fisik, yaitu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan kotoran- kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan
pasir,serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan
diubah
- Pengolahan kimia, yaitu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat
kimia untuk membantu proses pengolahan selanjutnya
4

- Pengolahan bakteriologis, yaitu tingkat pengolahan untuk membunuh atau


memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung didalam air.
Unit-unit pengolahan air yang biasa digunakan dalam proses pengolahan air
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Intake
Intake atau bangunan penyadap adalah suatu unit yang berfungsi untuk
menyadap atau mengambil air baku dari badan air sesuai dengan debit yang
diperlukan untuk pengolahan (Utomo 2011). Komponen intake pada WTP
Badaksinga terdiri dari pintu air, screen dan pompa. Pintu air berfungsi untuk
mengatur besarnya debit yang masuk ke dalam ruang pompa submersible. Screen
berfungsi untuk menyaring sampah-sampah yang terbawa aliran (Dasir 2014).
Komponen terakhir yaitu pompa submersible yang berfungsi untuk memompa air
baku menuju unit WTP. Pompa submersible merupakan pompa yang dioperasikan
di dalam air dan akan mengalami kerusakan jika dioperasikan dalam keadaan tidak
terdapat air secara terus-menerus (Sibula et al 2013). Jenis pompa ini mempunyai
tinggi minimal air yang dapat dipompa dan harus dipenuhi ketika bekerja agar life
time pompa tersebut lama.
2. Koagulasi dan flokulasi
Koagulasi adalah tempat terjadinya peristiwa pembentukan atau
penggumpulan partikel-partikel kecil dengan menggunakan bahan koagulan.
Koagulasi juga diartikan sebagai proses penambahan koagulan dan pengadukan
cepat air yang diberi bahan koagulan. Koagulasi terjadi karena adanya interaksi
antara bahan koagulan dengan kontaminan seperti partikel koloid. Partikel koloid
merupakan partikel diskrit yang terdapat dalam suspensi air baku, dan partikel
inilah yang merupakan penyebab utama kekeruhan. Proses koagulasi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain pH, suhu, dosis koagulan, serta kekeruhan larutan
(Rachmawati et al 2009). Flokulasi adalah proses pengadukan lambat terhadap
partikel yang terdestabilisasi dan membentuk pengendapan flok dengan cepat.
Keberlangsungan proses flokulasi diukur dari distribusi ukuran flok dan struktur
flok. Flok merupakan komponen pencemar yang mengendap (Gurses 2003).
Flokulasi berfungsi sebagai tempat pembentukan flok atau tempat penggabungan
partikel koloid yang terdestabilisasi menjadi flok yang lebih besar dengan cara
pengadukan. Proses flokulasi dilakukan setelah proses koagulasi. Saat proses
flokulasi, pengadukan dilakukan secara bertahap yaitu dari kekuatan besar
kemudian mengecil agar flok yang telah dibentuk tidak terpecah kembali.
3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan
berat jenis dengan cara pengendapan (BSN 2008). Proses sedimentasi juga diartikan
sebagai upaya pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan secara
gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Unit sedimentasi merupakan suatu
unit operasi yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk
menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental
melalui pengendapan secara gravitasi (Kamulyan 1997).
4. Filtrasi
Proses filtrasi merupakan proses mengalirkan air hasil sedimentasi atau air
baku melalui media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah
pengayakan (straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses
biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi
5

saringan pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat
(Darmasetiawan 2011). Unit filtrasi berfungsi untuk menyaring sisa-sisa flok yang
tidak terendapkan oleh bak sedimentasi.
5. Desinfeksi
Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air baku maupun
air limbah yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen, baik dari
instalasi pengolahan atau yang masuk melalui jaringan distribusi (Bitton 1994).
Desinfeksi juga bertujuan untuk oksidasi materi organik dan anorganik (Fe, Mn),
destruksi bau dan rasa, serta kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Secara
umum desinfeksi dapat dikelompokkan menjadi desinfeksi secara fisik, ultraviolet,
dan dengan menggunakan bahan kimia.
6. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampung air sebelum dilakukan
pendistribusian ke konsumen. Reservoir terdiri dari dua jenis, yaitu ground
reservoir dan elevated reservoir. Ground reservoir adalah bangunan penampungan
air bersih yang terletak di bawah permukaan tanah. Elevated reservoir adalah
bangunan penampungan air yang terletak di atas permukaan tanah dengan
ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih tercapai.
Koagulasi adalah proses yang bersifat kimia yang bertujuan untuk
menghilangkan kekeruhan dan material atau zat yang dapat meghasilkan warna
pada air yang kebanyakan merupakan partikel-partikel koloidal (berukuran 1 - 200
milimikron) seperti alga, bakteri, zat organik anorganik dan partikel lempung (Lin
2007). Proses koagulasi perlu dilakukan apabila kekeruhan air melebihi 30 – 50
NTU. Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi. Pada proses
koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya
air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel
koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan
penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan
rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun
secara mekanis (menggunakan batang pengaduk).
Koagulan atau flokulan pembantu biasanya dibubuhkan ke dalam air pada
unit koagulasi bertujuan untuk memperbaiki pembentukan flok dan untuk mencapai
sifat spesifik flok yang diinginkan (Haslindah 2012). Koagulan adalah zat kimia
yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini
merupakan donor muatan positif yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan
negatif partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai garam Aluminium, Al (III)
atau garam besi (II) dan besi (III). Koagulan yang umum digunakan pada
pengolahan air adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1 (Sugiharto 1987).
Pemberian larutan tawas atau PAC pada pengolahan air baku dimaksudkan
untuk menyatukan bahan-bahan koloid yang larut dalam air menjadi gumpalan
yang lebih besar yang disebut flok. Koagulan yang bermuatan positif akan mengikat
butiran koloid yang bermuatan negatif yang cukup besar sehingga mudah
diendapkan (Haslindah 2012). PAC memiliki rumus kimia umum AlnCl(3n-
m)(OH)m dan banyak digunakan karena memiliki rentang pH yang lebar sesuai
nilai n dan m pada rumus kimianya. PAC yang paling umum dalam pengolahan air
adalah Al12Cl12(OH)24. Senyawa-senyawa modifikasi PAC diantaranya
polyaluminium hydroxidechloride silicate (PACS) dan polyaluminium
hydroxidechloride silicate sulfate (PASS).
6

Tabel 1 Jenis-jenis koagulan yang sering digunakan


Reaksi pH
Nama Formula Bentuk
Dengan Air Optimum

Aluminium sulfat,Alum Al2(SO4)3.xH2O,x = Bongkah,


Asam 6,0 – 7,8
sulfat, Alum, Salum 14,16,18 bubuk
NaAlO2 atau
Sodium aluminat Bubuk Basa 6,0 – 7,8
Na2Al2O4
PolyaluminiumChloride, Cairan,
Aln(OH)mCl3n-m Asam 6,0 – 7,8
PAC bubuk
Kristal
Ferri sulfat Fe2(SO4)3.9H2O Asam 4–9
halus
Bongkah,
Ferri klorida FeCl3.6H2O Asam 4–9
cairan
Kristal
Ferro sulfat FeSO4.7H2O Asam > 8,5
halus

PAC digunakan untuk mengurangi kebutuhan akan penyesuaian pH untuk


pengolahan, dan digunakan jika pH badan air penerima lebih tinggi dari 7,5. PAC
mengalami hidrolisis lebih mudah dibandingkan alum, mengeluarkan
polihidroksida yang memiliki rantai molekul panjang dan muatan listrik besar dari
larutan sehingga membantu memaksimalkan gaya fisis dalam proses flokulasi. Pada
air yang memiliki kekeruhan sedang sampai tinggi, PAC memberikan hasil
koagulasi yang lebih baik dibandingkan alum. Pembentukan flok dengan PAC
termasuk cepat dan lumpur yang muncul lebih padat dengan volume yang lebih
kecil dibandingkan dengan alum. Oleh karenanya, PAC merupakan pengganti alum
padat yang efektif dan berguna karena dapat menghasilkan koagulasi air dengan
kekeruhan yang berbeda dengan cepat, menggenerasi lumpur lebih sedikit, dan
meninggalkan lebih sedikit residu aluminium pada air yang diolah (Malhotra 1994).
Proses koagulasi bisa terhambat jika tingkat kekeruhan terlalu rendah atau
terlalu tinggi. Untuk itu, perlu ditemukan batas optimal pemakaian koagulan pada
kondisi kekeruhan air baku yang berbeda (Sutapa 2014). Proses koagulasi sangat
efisien untuk mengurangi bahan organik yang terkandung dalam air permukaan
(Zuliyanto 2014). Jar test merupakan metode standar yang dilakukan untuk
menguji proses koagulasi (Kemmer 2002). Data yang didapat dengan melakukan
jar test antara lain dosis optimum penambahan koagulan, lama pengendapan serta
volume endapan yang terbentuk. Jar test sebaiknya dilakukan setiap beberapa hari,
bulan atau tahun bahkan musim terutama pada saat dimana terjadi perubahan
keadaan air secara kimia. Jar test terdiri dari enam buah batang pengaduk yang
masing-masing mengaduk satu buah gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah
gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi operasi dapat bervariasi diantara lima
gelas yang tersisa. Penggunaan sebuah pengukuran rpm di bagian atas perangkat
jar test ini berperan sebagai pengontrol keseragaman kecepatan pencampuran pada
keenam gelas tersebut. Hasil dari uji ini menjadi acuan dalam pemberian dosis
koagulan pada proses koagulasi.
Umumnya jar test dilakukan satu kali oleh satu unit kerja analis di
laboratorium, setiap unit kerja berdurasi 8 jam. Jadi dalam rentang waktu sehari (24
jam) dapat dilakukan 3 kali jar test. Jika penambahan dosis tawas ini menghasilkan
7

nilai pH dan kekeruhan maksimum yang diperbolehkan maka dosis tawas tersebut
berhenti ditambahkan. Kelemahan dari jar test yaitu selain dari sistem
pelakasanaannya yang bersifat manual, juga ketidaklinieran hubungan antara
penambahan dosis tawas dengan nilai kekeruhan serta pH air terukur (pada proses
akhir koagulasi). Kelemahan lainnya adalah proses jar test yang membutuhkan
waktu cukup lama (Narita et al 2011).

Karakteristik Air Bersih

Karakteristik air bersih dapat ditentukan oleh dua aspek yaitu aspek fisika dan
kimia. Aspek fisika meliputi kondisi air secara fisik. Aspek kimia meliputi
kandungan senyawa kimia yang terdapat didalam air. Karakteristik fisika air
meliputi kekeruhan, suhu, warna, zat padat terlarut, bau dan rasa. Penyebab
terjadinya kekeruhan dapat berupa bahan organik maupun anorganik, seperti
lumpur dan limbah industri. Suhu air mempengaruhi jumlah oksigen terlarut. Makin
tinggi suhu air, jumlah oksigen terlarut makin rendah. Warna air dapat dipengaruhi
oleh adanya organisme, bahan berwarna yang tersuspensi dan senyawa-senyawa
organik. Bau dan rasa dapat disebabkan oleh adanya organisme dalam air seperti
alga, juga oleh adanya gas H2S hasil peruraian senyawa organik yang berlangsung
secara anaerobik (Hanum 2002).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Pengumpulan data dilaksanakan selama satu bulan pada bulan April 2017.
Penelitian menggunakan data hasil pengukuran di WTP Badaksinga PDAM Kota
Bandung dan Laboratorium Limbah Padat dan B3 Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Pertanian Bogor.

Sumber : Google maps (25 Juni 2017)


Gambar 1 Peta lokasi penelitian
8

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu seperangkat komputer, program
microsoft excel, alat jar test, pH meter, TSS meter, TDS meter, turbidity meter, dan
gelas piala. Sementara bahan yang digunakan yaitu air baku WTP Badaksinga,
akuades, tawas, PAC, dan bahan-bahan kimia.

Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap seperti pada Gambar 2. Metode
sampling digunakan untuk mendapatkan nilai dari parameter yang akan diukur.
Pada penelitian ini, sampling diambil pada inlet masuk unit koagulasi dan di outlet
flokulasi. Pada setiap titik sampling dilakukan pengambilan contoh uji air sebesar
1000 ml. Setelah contoh air terkumpul, air dihomogenkan dalam satu wadah. Air
yang telah homogen, diletakkan di ruang terbuka agar terjadi proses evaporasi yaitu
perubahan fase cair menjadi uap untuk menghilangkan kandungan organik dalam
air.
Mulai

Perumusan Masalah

Studi literatur

Pengambilan Data

Parameter Jar Test


fisik

Turbitity, Variasi
TSS, TDS, dosis
pH koagulan

Analsis kualitas air


masing - masing
koagulan dan dosis
optimum koagulan

Perhitungan biaya
pengolahan masing-
masing koagulan

Selesai

Gambar 2 Diagram alir penelitian

Penentuan Karakteristik Air


Pengukuran karakteristik air dilakukan dengan menghomogenkan contoh
uji air terlebih dahulu menggunakan stirer selama 15 menit. Pengukuran kekeruhan
air dilakukan dengan menggunakan turbidymeter. Pengukuran pH dilakukan
dengan menggunakan pH meter digital. Pengukuran pH ini berpedoman pada SNI
06-6989.11-2004 (BSN 2004b). Pengukuran zat padat tersuspensi (total suspended
9

solid / TSS) dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatman Grade 934 AH
yang telah dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-105 ⁰C. Pengujian TSS
berpedoman pada SNI 06-6989.3-2004 (BSN 2004a). Pengukuran zat padat terlarut
(total dissolved solid / TDS) dilakukan dengan menggunakan kertas saring
Whatman Grade 934 AH yang telah dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-105
⁰C dan cawan yang telah dipanaskan pada suhu 180 ⁰C. Pengujian TDS
berpedoman pada SNI 06-6989.27-2005 (BSN 2005).
Jar Test
Uji laboratorium untuk proses koagulasi pada pengolahan air bersih
dilakukan dengan metode jar test. Pengujian jar test dilakukan untuk
membandingkan kinerja koagulan yang digunakan untuk mengendapkan padatan
tersuspensi pada air sungai Cisangkuy di unit Instalasi Pengolahan Air Badaksinga.
Koagulan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tawas atau aluminium
sulfat/alum atau tawas (Al2(SO4)3) dan PAC. Konsentrasi koagulan harus
ditentukan sebelum pengujian jar test. Pada penelitian kali ini akan digunakan
konsentrasi koagulan sebanyak 1%. Konsentrasi koagulan pada larutan alum tidak
digunakan terlalu besar karena pada air sungai kandungan polutannya tidak sebesar
pada air limbah. Pada pembuatan koagulan alum 1 %, 10 gram bubuk tawas
dilarutkan ke dalam 1000 ml air suling. Setiap 1 ml larutan alum 1 % terdapat 10
mg koagulan. Pembuatan larutan koagulan PAC sama dengan pembuatan larutan
alum.
Air baku sebanyak 6 liter ditempatkan pada 6 buah gelas ukur 1000 ml

Masing-masing gelas ukur disimpan di alat jar test

Poly alumunium chloride konsentrasi 1% disiapkan dengan 6 dosis PAC yang


berbeda

Alat jar test dinyalakan dengan kecepatan 120 rpm dan waktu 2 menit, setelah 1
menit berjalan dosis PAC dibubuhkan bersamaan pada 6 gelas ukur

Kecepatan alat jar test diturunkan menjadi 50 rpm dengan waktu 5 menit

Kecepatan alat jar test diturunkan menjadi 30 rpm dengan waktu 5 menit

Kecepatan alat jar test diturunkan menjadi 10 rpm dengan waktu 5 menit

Lalu gelas ukur didiamkan selama 20 menit

Ukuran flok, kekeruhan, dan pH masing-masing air baku pada gelas ukur diukur

Gambar 3 Diagram alir proses pengujian jar test


10

Pada pengujian jar test ini, contoh uji air dipindahkan ke dalam gelas ukur
dengan penambahan variasi konsentrasi koagulan yang berbeda. Kemudian,
pengadukan cepat (rapid mixing) dengan kecepatan 120 rpm dan pengadukan
lambat (slow mixing) dengan kecepatan 50 rpm, 30 rpm dan 10 rpm. Setelah itu
larutan didiamkan mengendap selama 20 menit dan kemudian fase cairan yang
terbentuk setelah proses pengendapan dianalisis untuk mengetahui dosis optimum
koagulan pada contoh uji. Tahapan proses pengujian jar test dapat dilihat pada
Gambar 3.
Dengan menggunakan grafik di Microsoft Excel dilakukan perbandingan
antara turbiditas dan pH sesuai dengan nilai yang diperoleh dari pencatatan hasil
jar test. Grafik dibuat dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah dilakukan
jar test atau pembubuhan koagulan. Dari grafik yang diperoleh dilakukan
perhitungan efisiensi dosis optimumnya. Langkah yang sama dilakukan untuk
menentukan dosis optimum koagulan. Nilai efisiensi diperoleh dengan
menggunakan Persamaan (1) (Sugiharto 1987).

𝑛sebelum−𝑛sesudah
η= x 100% (1)
𝑛sebelum
Keterangan:
η: Efisiensi koagulan (%)
n: Kekeruhan (NTU)
Setelah diketahui dosis koagulan optimum untuk masing-masing koagulan,
selanjutnya dilakukan pengukuran padatan tersuspensi total menggunakan alat
filtrasi, oven, kertas saring Whatman Grade, pompa, desikator, dan timbangan
analitik. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar TSS menggunakan
Persamaan (2) (BSN 2004).

(A−B)x 1000
mg TSS per liter = Volume contoh uji,mL (2)
Keterangan:
A: Berat kertas saring + residu kering (mg)
B: Berat kertas saring (mg)
Model persamaan regresi linear sederhana hubungan antara kekeruhan air
baku dengan koagulan didapatkan dengan Persamaan (3). Nilai-nilai a dan b dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (4) dan (5).

Y = a + bX (3)
Keterangan:
Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)
X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent)
a = konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang ditimbulkan oleh
Predictor.
a = (y rata-rata) - (x rata-rata) (4)
b
b = n(Σxy) – (Σx) (Σy) (5)
n(Σx²) – (Σx)²
11

Perlakuan jar test yang dilakukan terhadap air baku akan didapatkan dosis
optimum masing-masing koagulan. Setelah didapat dosis optimum koagulan PAC
dan tawas, besar pemakaian bahan koagulan dihitung dalam kg/jam dengan
menggunakan Persamaan (6) (Sugiarto 2007).
𝑄𝑥𝐷
X = 10^6 (6)
Keterangan:
X: Bahan koagulan yang digunakan (kg/jam)
Q: Debit olahan (liter/jam)
D: Dosis bahan koagulan (ppm = mg/liter)
Kemudian untuk menghitung biaya penggunaan koagulan dihitung dengan
menggunakan Persamaan (7). Selanjutnya untuk menghitung biaya penggunaan
koagulan per m3 koagulan dihitung dengan menggunakan Persamaan (8) (Sugiarto
2007).
Biaya koagulan per jam=pemakaian koagulan (kg/jam) x harga koagulan per kg (7)
Harga penggunaan koagulan per jam
Biaya per m3 = (8)
debit olahan (m3 /jam)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Dosis Optimum Koagulan


Penentuan dosis optimum koagulan dilakukan dengan cara jar test. Jar test
adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi optimum
pada proses pengolahan air. Metode ini dapat menentukan nilai pH, variasi dalam
penambahan dosis koagulan atau polimer, pada skala laboratorium untuk
memprediksi kebutuhan pengolahan air yang sebenarnya. Sampel air baku diambil
dari bak koagulasi yang belum terbubuhi koagulan agar hasil jar test tetap optimum.
Tabel 2 Penentuan dosis optimum PAC tanggal 5 April 2017
PAC Kecepatan Turbidity
Tawas Ukuran Flok
Sampel Liquid Mengendap (NTU)
Nomor
mg/l mg/l PAC Tawas PAC Tawas PAC Tawas

1 18 18 D3 D2 ++ ++ 5,41 4,12
2 21 21 D4 D3 +++ ++ 4,62 3,38
3 24 24 D4 D4 +++ ++ 2,77 3,43
4 27 27 D4 D4 +++ +++ 2,9 2,9
5 30 30 D3 D3 +++ ++ 2,24 2,24
6 33 33 D3 D3 ++ ++ 1,79 1,79

Penentuan dosis optimum koagulan dilakukan dengan cara mengamati hasil


jar test air baku. Ukuran flok, kecepatan mengendap flok, dan kekeruhan setelah
jar test diperhatikan. Tabel 2 menunjukkan pada koagulan PAC didapatkan dosis
12

optimum sebesar 24 mg/l dengan ukuran flok sebesar D4, kecepatan mengendap
+++, dan kekeruhan setelah jar test sebesar 2,77. Sementara pada koagulan tawas
didapatkan dosis optimum sebesar 27 mg/l dengan ukuran flok sebesar D4,
kecepatan mengendap +++, dan kekeruhan setelah jar test sebesar 2,9. Penentuan
dosis optimum lainnya dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pengukuran Parameter Fisik dan Kimia


Setelah diketahui dosis optimum masing-masing koagulan, kemudian
dilakukan pengukuran parameter fisik dan kimia. Hasil pengukuran terhadap
parameter kekeruhan, padatan tersuspensi total, padatan terlarut, pH, dan suhu air
baku sebelum perlakuan jar test disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Air baku sebelum Jar test
Tanggal Kekeruhan TDS Suhu
TSS (mg/l) pH
Sampling (NTU) (mg/l) (°C)

05-Apr-17 24,7 10 60,2 6,48 23


06-Apr-17 89,3 224 78,2 6,65 23
10-Apr-17 79,7 47 71,6 6,82 23
11-Apr-17 31,5 30 68,1 6,83 23
17-Apr-17 32 17 71,7 6,71 24
18-Apr-17 32 32 66,3 6,71 25

Kekeruhan tinggi terjadi pada tanggal 6 april 2017 dan 10 april 2017 yaitu
masing-masing 89,3 NTU dan 79,7 NTU. Padatan tersuspensi total tertinggi terjadi
pada kekeruhan 89,3 NTU yaitu sebesar 224 mg/l. Padatan terlarut tertinggi terjadi
pada kekeruhan 89,3 NTU yaitu sebesar 78,2 mg/l. Koagulan pertama yang
digunakan untuk penelitian ini adalah PAC. Koagulan PAC berbentuk liquid
dengan konsentrasi 1%. Hasil pengukuran jar test terhadap kadar PAC optimum
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Jar test menggunakan PAC
Kadar
Kekeruhan Efisiensi
Tanggal PAC Kekeruhan TSS TDS Suhu
Air Baku pH Koagulan
Sampling Optimum (NTU) (mg/l) (mg/l) (°C)
(NTU) (%)
(mg/L)

05-Apr-17 24 24,7 2,77 8 57,7 6,55 23 88,79


06-Apr-17 45 89,3 1,89 11 79,3 6,62 23 97,88
10-Apr-17 45 79,7 2,69 4 74,4 6,45 23 96,62
11-Apr-17 26 31,5 4,26 3 76,8 6,64 23 86,48
17-Apr-17 29 32 1,99 2 67,2 6,72 24 93,78
18-Apr-17 26 32 2,09 1 67,7 6,46 25 93,47

Hasil pengukuran kadar optimum koagulan PAC menunjukkan bahwa


penggunaan koagulan harus diperhitungkan dengan baik. Penggunaan dosis
13

koagulan yang tinggi belum tentu mampu memisahkan zat padat yang terdapat pada
air dengan maksimal. Efisiensi rata-rata koagulan dengan menggunakan PAC
sebesar 92,84%. Koagulan kedua yang digunakan untuk penelitian ini adalah tawas.
Koagulan tawas berbentuk kristal dan perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan
konsentrasi 1%. Hasil pengukuran jar test terhadap kadar tawas optimum disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Jar test menggunakan tawas
Kadar
Kekeruhan Efisiensi
Tanggal Tawas Kekeruhan TSS TDS Suhu
Air Baku pH Koagulan
Sampling Optimum (NTU) (mg/l) (mg/l) (°C)
(NTU) (%)
(mg/L)
05-Apr-17 27 24,7 2,9 9 59,1 6,59 23 88,26
06-Apr-17 45 89,3 2,45 7 103,2 6,61 23 97,26
10-Apr-17 45 79,7 2,64 8 76,7 6,53 23 96,69
11-Apr-17 29 31,5 3,43 3 70,3 6,63 23 89,11
17-Apr-17 32 32 2,35 4 73,2 6,58 24 92,66
18-Apr-17 29 32 3,85 3 67,2 6,39 25 87,97

Efisiensi rata-rata koagulan dengan menggunakan tawas sebesar 91,99%.


Hasil pengukuran kadar optimum koagulan tawas pun menunjukkan bahwa
penggunaan koagulan harus diperhitungkan dengan baik. Penggunaan dosis
koagulan tawas yang tinggi belum tentu mampu memisahkan zat padat yang
terdapat pada air dengan maksimal. Penggunaan tawas dapat menimbulkan kerak
pada bak pencampur dan perlu kerak dibersihkan secara berkala.

Perbandingan Kualitas Air masing-masing Koagulan


Kemudian kualitas air baku hasil jar test menggunakan PAC dan hasil jar test
menggunakan tawas dibandingkan dengan baku mutu. Perbandingan hasil kualitas
air yang dilakukan terhadap parameter kekeruhan disajikan pada Gambar 4.
100
89,3
90
79,7
80
70
Kekeruhan (NTU)

60
50
40 31,5 32 32
30 24,7
20
4,26

3,85
3,43
2,77

2,69
2,64
2,45

2,35

2,09
1,99
1,89
2,9

10
5

Tanggal

Air Baku PAC Tawas Baku Mutu

Gambar 4 Perbandingan kualitas terhadap parameter kekeruhan


14

Baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 429
(Kemenkes 2010). Baku mutu parameter kekeruhan untuk air minum sebesar 5
NTU. Hasil pengukuran menunjukkan seluruh kekeruhan air baku tidak memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan. Kekeruhan terbesar terjadi pada tanggal 06 April
2017 sebesar 89,3 NTU. Hasil pengukuran terhadap air baku yang telah diberikan
perlakuan jar test menggunakan koagulan PAC menunjukkan seluruh hasil uji
berada dibawah baku mutu atau memenuhi baku mutu. Hasil pengukuran terhadap
air baku yang telah diberikan perlakuan jar test menggunakan koagulan tawas pun
menunjukkan seluruh hasil uji berada dibawah baku mutu atau memenuhi baku
mutu. Perbandingan hasil kualitas air yang dilakukan terhadap parameter TSS
disajikan pada Gambar 5.
250
224

200

150
TSS (mg/l)

100

50 50 47 50 50 50 50
50
30 32
17
10 8 9 11 7
4 8 3 3 2 4 1 3
0

Tanggal

Air Baku PAC Tawas Baku Mutu

Gambar 5 Perbandingan kualitas terhadap parameter TSS

Baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82 (PP


2010). Baku mutu parameter TSS untuk air minum sebesar 50 mg/l. Hasil
pengukuran menunjukkan salahsatu hasil uji TSS air baku pada tanggal 6 April
2017 sebesar 224 mg/l tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan,
sedangkan sisanya memenuhi baku mutu. Besarnya kadar TSS air baku tersebut
terjadi dikarenakan hujan yang turun sebelum hari sampling. Data curah hujan
harian pada bulan april 2017 dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil pengukuran
terhadap air baku yang telah diberikan perlakuan jar test menggunakan koagulan
PAC menunjukkan seluruh hasil uji berada di bawah baku mutu atau memenuhi
baku mutu. Hasil pengukuran terhadap air baku yang telah diberikan perlakuan jar
test menggunakan koagulan tawas pun menunjukkan seluruh hasil uji berada
dibawah baku mutu atau memenuhi baku mutu. Perbandingan hasil kualitas air
yang dilakukan terhadap parameter TDS disajikan pada Gambar 6.
15

600
500 500 500 500 500 500
500

400
TDS (mg/l)

300

200

103,2
79,3
78,2

76,8
76,7
74,4

73,2
71,7
71,6

70,3
68,1

67,7
67,2

67,2
66,3
60,2

59,1
57,7

100

Tanggal

Air Baku PAC Tawas Baku Mutu

Gambar 6 Perbandingan kualitas terhadap parameter TDS

Baku mutu parameter TDS untuk air minum sebesar 500 mg/l. Hasil
pengukuran menunjukkan seluruh hasil uji TDS air baku memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan berdasarkan Permenkes Nomor 429 (Kemenkes 2010). Hasil
pengukuran terhadap air baku yang telah diberikan perlakuan jar test menggunakan
koagulan PAC menunjukkan seluruh hasil uji berada di bawah baku mutu atau
memenuhi baku mutu. Hasil pengukuran terhadap air baku yang telah diberikan
perlakuan jar test menggunakan koagulan tawas pun menunjukkan seluruh hasil uji
berada di bawah baku mutu atau memenuhi baku mutu. Perbandingan hasil kualitas
air yang dilakukan terhadap parameter pH disajikan pada Gambar 7.
9 8,5 8,5 8,5 8,5 8,5 8,5
8
6,83
6,82

6,72

6,71
6,71
6,65

6,64
6,63
6,62
6,61
6,59

6,58
6,55

6,53
6,48

6,46
6,45

6,39
6,5

6,5

6,5

6,5

6,5

6,5

7
6
5
pH

4
3
2
1
0

Tanggal

Air Baku PAC Tawas Baku Mutu Minimum Baku Mutu Maksimum

Gambar 7 Perbandingan kualitas terhadap parameter pH


16

Baku mutu parameter pH untuk air minum sebesar 6,5-8,5. Hasil pengukuran
menunjukkan salahsatu hasil uji pH air baku berada di bawah baku mutu yang telah
ditetapkan berdasarkan Permenkes Nomor 429 (Kemenkes 2010), yaitu pada
tanggal 5 April 2017 sebesar 6,48. Hasil pengukuran terhadap air baku yang telah
diberikan perlakuan jar test menggunakan koagulan PAC menunjukkan terdapat
beberapa hasil uji berada di bawah baku mutu yaitu pada tanggal 10 dan 18 April
2017 yaitu sebesar 6,45 dan 6,46. Hasil pengukuran terhadap air baku yang telah
diberikan perlakuan jar test menggunakan koagulan tawas pun menunjukkan
terdapat beberapa hasil uji berada dibawah baku mutu yaitu pada tanggal 18 April
2017 yaitu sebesar 6,39.

Efisiensi Koagulan
Kemudian dilakukan perbandingan efisiensi masing-masing koagulan.
Perbandingan efisiensi koagulan PAC dan tawas disajikan pada Gambar 8.
100,00
97,88
98,00 97,26
96,69
96,62
96,00
93,78 93,47
94,00
Efisiensi Koagulan (%)

92,66
92,00

90,00 88,79 89,11


88,26 87,97
88,00
86,48
86,00

84,00

82,00

80,00

Tanggal
PAC Tawas

Gambar 8 Perbandingan efisiensi koagulan PAC dan tawas


Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa koagulan
PAC dan tawas memiliki kemampuan yang baik untuk mengurangi zat padat yang
terdapat pada air baku dalam proses pengolahan air bersih. Rata-rata nilai efisiensi
penggunaan koagulan PAC sebesar 92,84 %, sedangkan rata-rata nilai efisiensi
penggunaan koagulan tawas sebesar 91,99%. Model persamaan regresi linear
sederhana hubungan antara kekeruhan air baku dengan dosis koagulan PAC
dihitung untuk mempermudah perhitungan dosis koagulan. Data untuk perhitungan
model persamaan regresi linier antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan PAC
ditampilkan pada Tabel 6.
17

Tabel 6 Data untuk perhitungan model persamaan regresi linier antara kekeruhan
air baku dan dosis koagulan PAC
Kekeruhan Air Kadar PAC
Tanggal
Baku (NTU) Optimum (mg/L) (xy) (x2)
Sampling
(x) (y)

05-Apr-17 24,7 24 592,8 610,09


11-Apr-17 31,5 26 819 992,25
17-Apr-17 32 29 928 1024
18-Apr-17 32 26 832 1024
10-Apr-17 79,7 45 3586,5 6352,09
06-Apr-17 89,3 45 4018,5 7974,49
Jumlah 289,2 195 10776,8 17976,9
Rata-rata 48,2 32,5

Dari data yang ditampilkan pada Tabel 6, didapatkan grafik model persamaan
regresi linear sederhana. Grafik ini menggambarkan hubungan antara kekeruhan air
baku dengan dosis koagulan seperti disajikan pada Gambar 9.
50

45
Kadar PAC Optimum (mg/L)

40
y = 0,341x + 16,052

35

30

25

20
24,7 31,5 32 32 79,7 89,3

Kekeruhan Air Baku (NTU)

Kadar PAC Optimum (mg/L) Linear (Kadar PAC Optimum (mg/L))

Gambar 9 Persamaan regresi antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan PAC
Hasil perhitungan persamaan regresi linier menggunakan persamaan (3), (4),
dan (5), didapatkan persamaan yaitu y = 0,341x + 16,052. Variabel y adalah dosis
koagulan dan variabel x adalah kekeruhan air baku. Model persamaan regresi linear
sederhana hubungan antara kekeruhan air baku dengan dosis koagulan tawas
dihitung untuk mempermudah perhitungan dosis koagulan. Data untuk perhitungan
model persamaan regresi linier antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan tawas
ditampilkan pada Tabel 7.
18

Tabel 7 Data untuk perhitungan model persamaan regresi linier antara kekeruhan
air baku dan dosis koagulan Tawas
Kekeruhan Kadar Tawas
Tanggal
Air Baku Optimum (xy) (x2)
Sampling
(NTU) (x) (mg/L) (y)

05-Apr-17 24,7 27 666,9 610,09


11-Apr-17 31,5 29 913,5 992,25
17-Apr-17 32 29 928 1024
18-Apr-17 32 32 1024 1024
10-Apr-17 79,7 45 3586,5 6352,09
06-Apr-17 89,3 45 4018,5 7974,49
sum 289,2 207 11137,4 17976,9
rata2 48,2 34,5

Dari data yang ditampilkan pada Tabel 7, didapatkan grafik model persamaan
regresi linear sederhana. Grafik ini menggambarkan hubungan antara kekeruhan air
baku dengan dosis koagulan tawas seperti disajikan pada Gambar 10.

50

45
Kadar Tawas Optimum (mg/L)

40
y = 0,287x + 20,652
35

30

25

20
24,7 31,5 32 32 79,7 89,3

Kekeruhan Air Baku (NTU)

Kadar Tawas Optimum (mg/L) Linear (Kadar Tawas Optimum (mg/L))

Gambar 10 Persamaan regresi antara kekeruhan air baku dan dosis koagulan tawas

Hasil perhitungan persamaan regresi linier menggunakan persamaan (3), (4),


dan (5), didapatkan persamaan yaitu y = 0,287x + 20,652. Variabel y adalah dosis
koagulan dan variabel x adalah kekeruhan air baku.
Perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk masing masing koagulan per meter
kubik dihitung dengan menggunakan persamaan (6), (7), dan (8). Hasil perhitungan
disajikan pada Tabel 8.
19

Tabel 8 Biaya koagulan


Dosis Bahan koagulan Biaya koagulan
Tanggal Biaya
Koagulan Optimum yang digunakan per jam
Sampling (Rp/m3)
(mg/l) (kg/jam) (Rp)
05-Apr-17 PAC 24 155,52 1.866.240 288
Tawas 27 174,96 699.840 108
06-Apr-17 PAC 45 291,6 3.499.200 540
Tawas 45 291,6 1.166.400 180
10-Apr-17 PAC 45 291,6 3.499.200 540
Tawas 45 291,6 1.166.400 180
11-Apr-17 PAC 26 168,48 2.021.760 312
Tawas 29 187,92 751.680 116
17-Apr-17 PAC 29 187,92 2.255.040 348
Tawas 32 207,36 829.440 128
18-Apr-17 PAC 26 168,48 2.021.760 312
Tawas 29 187,92 751.680 116

Biaya penggunaan koagulan PAC lebih besar dibandingkan koagulan tawas.


Biaya tertinggi untuk kedua koagulan terjadi pada tanggal 6 dan 10 April 2017
sebesar Rp. 540/m3 untuk koagulan PAC dan Rp. 180/m3. Hal ini terjadi karena
dosis optimum yang diperoleh cukup tinggi sehingga biaya penggunaan pun tinggi.
Kelebihan koagulan PAC yaitu kemampuan menjernihkan air lebih tinggi, dan
penggunaan koagulan di lapangan lebih sederhana. Hasil uji dari 5 parameter di atas
pun menunjukkan hasil dengan koagulan PAC lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan koagulan tawas. Sementara kekurangan koagulan PAC yaitu
biayanya lebih tinggi dibandingkan koagulan tawas.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan salahsatu data pada
tanggal 18 April 2017, kekeruhan air baku sebesar 32 NTU, koagulan PAC lebih
baik dibandingkan tawas dengan dosis optimum sebesar 26 ppm yang
menghasilkan kekeruhan sebesar 2,09 NTU, TSS sebesar 1 mg/l dan TDS sebesar
67,7 mg/l. Dosis optimum tawas sebesar 29 ppm yang menghasilkan nilai
kekeruhan 3,85 NTU, TSS 3 mg/l dan TDS sebesar 67,2 mg/l. Rata – rata nilai
efisiensi penggunaan koagulan PAC dan tawas adalah 92,84 % dan 91,99%. Bak
koagulasi digunakan secara optimal, karena dosis koagulan yang digunakan di
lapangan selalu disesuaikan dengan hasil jar test.

Saran
Perlu adanya perawatan berkala terhadap alat-alat yang digunakan untuk
kebutuhan penentuan dosis optimum koagulan dengan metode jar test di PDAM
Tirtawening Kota Bandung, agar hasil yang didapatkan pada setiap pengukuran
selalu optimum.
20

DAFTAR PUSTAKA
Bitton G. 1994. Waterwaste Microbio-logy. New York (US): John Wiley & Sons.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004a. Cara Uji Padatan Tersuspensi Total
Secara Gravimetri. SNI 06-6989.3-2004. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004b. Cara Uji Derajat Keasaman (pH)
dengan Menggunakan Alat pH Meter. SNI 06-6989.11-2004. Jakarta (ID):
BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Cara Uji Kadar Padatan Terlarut
Total Secara Gravimetri. SNI 06-6989.27-2005. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket
Instalasi Pengolahan Air (halaman 3). SNI 6774:2008. Jakarta (ID): BSN.
Darmasetiawan M. 2011. Teori dan Perencanaan Pengolahan Air. Bandung (ID):
Yayasan Suryono.
Dasir FR. 2014. Alternatif Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih untuk
Zona Pelayanan IPA SEA Kota Manado. Jurnal Sipil Statik. 2(2): 107-114.
Dini PR. 2011. Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Minum Legundi PDAM
Gresik Unit 4 (100 Liter/Detik). Jurnal Teknik Lingkungan. 1(1): 2-9.
Ebeling JM, Ogden SR. 2004. “Application of Chemical Coagulation Aids for the
Removal of Suspended Solids (TSS) and Phosphorus from the Microscreen
Effluent Discharge of an Intensive Recirculating Aquaculture System”. North
American Journal of Aquaculture. 66(1):198-207.
Gurses A. 2003. Removal of Remazol Red RB by Using Al(III) as Coagulant
Flocculant: Effect of Some Variables on Settling Velocity. Turkey: Ataturk
University. Journal of Water, Air, and Soil Pollution. 146(1): 297-318.
Hanum F. 2002. Proses pengolahan air sungai untuk keperluan air minum [skripsi].
Medan (ID): Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Harapah H.2007. Studi Pengendalian Kualitas Air PDAM Tirtanadi pada Reservoar
Tuasan dan Sambungan Pelanggan. Jurnal Teknik Kimia. 6(1): 45-48.
Haslindah Z. 2012. Analisis Jumlah Koagulan (Tawas/Al2(SO4)3) yang Digunakan
Dalam Proses Perjernihan Air Pada PDAM Instalasi 1 Ratulangi Makassar.
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 7(13): 947.
Kamulyan B. 1997. Teknik Penyehatan (Bagian A1:Teknik Pengolahan Air).
Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
[KemenKes] Kementerian Kesehatan. 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 429 tahun 2010. Jakarta (ID): Menteri
Kesehatan.
Kemmer FN. 2002. The Nalco Water Handbook. 3rd edition. New York (US):
McGrawHill
Lin SD. 2007. Water and Wastewater Calculations Manual. New York (US): The
Mac Graw – Hills Companies, Inc
Malhotra S.1994. “Poly Aluminium Chloride as an Alternative Coagulant”. 20th
WEDC Conference on Affordable Water Supply and Sanitation. Colombo
(LK).
Mori K. 1999. Hidrologi untuk Pengairan. Penerjemah: Taulu L, Editor :
Sosrodarsono S dan Takeda K. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita.
Narita K, Lelono B, Arifin S. 2011. Penerapan jaringan syaraf tiruan untuk
penentuan dosis tawas pada proses koagulasi sistem pengolahan air bersih
21

[skripsi]. Surabaya (ID): Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh


Nopember.
Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta (ID) : Rineka
Cipta
[PP] Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001. Jakarta (ID):
Presiden Republik Indonesia.
Rachmawati, Iswanto B, Winarni. 2009. Pengaruh pH pada Proses Koagulasi
dengan Koagulan Aluminum Sulfat dan Ferri Khlorida. Jurnal Teknologi
Lingkungan. 5(2): 40-45.
Sibula B, Mananoma T, Tanudjaja L. 2013. Perencanaan Sistem Penyediaan Air
Bersih di Desa Rinondoran Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa
Utara. Jurnal Sipil Statik. 1(11): 745-748..
Situmorang M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan (ID): FMIPA Unimed.
Sugiarto B. 2007. Perbandingan biaya penggunaan koagulan alum dan pac di ipa
jurug PDAM Surakarta [tugas akhir]. Surakarta (ID): Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret.
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta (ID); UI Press.
Sutapa IDA. 2014. Perbandingan Efisiensi Koagulan Poli Aluminium Khlorida dan
Aluminium Sulfat dalam Menurunkan Turbiditas Air Gambut dari Kabupaten
Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Riset Geologi dan
Pertambangan. 24(1):13-21.
Utomo KS. 2011. Pemanfaatan Air Saluran Klambu-Kudu untuk Pemenuhan
Kebutuhan Air Minum IKK Tegowanu dan IKK Gubuk. Jurnal Kompetensi
Teknik. 3(1): 14.
Vesilind PA, Peirce JJ, Weiner RF. 1994. Environmental Engineering. Washington
(US): Butterworth-Heinemann.
Zuliyanto A. 2014. Instalasi Pengolahan Air Portable sebagai Penyediaan Air
Bersih di Daerah Bencana Banjir. Jurnal Teknika. 2(1): 2.
22

Lampiran 1 Tabel Jar test tanggal 5 dan 6 April 2017

TANGGAL : 05 April 2017 AIR BAKU : Campuran


KONSENTRASI (%) CATATAN CATATAN
JAM SAMPLING : 08.00 VOL SAMPEL : 1.000 ml
JAM TEST : 08.30 pH : 6,84 PAC LIQUID TAWAS KECEPATAN MENGENDAP
PELAKSANA : Haykal WARNA : Sedikit Keruh +++ CEPAT + LAMBAT
1% 1% FLOK DIAMETER:
TURBIDITY : 24,7 NTU ++ SEDANG - TIDAK MENGENDAP
KECEPATAN TURBIDITY D1 = 0.30 - 0.50 mm
SAMPEL PAC LIQUID TAWAS UKURAN FLOK pH SUHU (°C) TDS (mg/l) TSS (mg/l) D2 = 0.50 - 0.75 mm
MENGENDAP (NTU)
NOMOR D3 = 0.75 - 1.00 mm
ml mg/l ml mg/l PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS
D4 = 1.00 - 1.50 mm
1 1,8 18 1,8 18 D3 D2 ++ ++ 5,41 4,12 6,6 6,64 23 23
D5 = 1.50 - 2.25 mm
2 2,1 21 2,1 21 D4 D3 +++ ++ 4,62 3,38 6,62 6,59 23 23
D6 = 2.25 - 3.00 mm
3 2,4 24 2,4 24 D4 D4 +++ ++ 2,77 3,43 6,55 6,58 23 23 57,7 8
D7 = 3.00 - 4.50 mm
4 2,7 27 2,7 27 D4 D4 +++ +++ 2,9 2,9 6,47 6,59 23 23 59,1 9 D8 = 4.50 - 6.60 mm
5 3 30 3 30 D3 D3 +++ ++ 2,24 2,24 6,49 6,55 23 23 D9 = 6.60 - 10.00 mm
6 3,3 33 3,3 33 D3 D3 ++ ++ 1,79 1,79 6,52 6,55 23 23
BAKU 24,7 6,84 23 60,2 10

TANGGAL : 06 April 2017 AIR BAKU : Campuran


KONSENTRASI (%) CATATAN CATATAN
JAM SAMPLING : 08.00 VOL SAMPEL : 1.000 ml
JAM TEST : 08.30 pH : 6,65 PAC LIQUID TAWAS KECEPATAN MENGENDAP
PELAKSANA : Haykal WARNA : Keruh +++ CEPAT + LAMBAT
1% 1% FLOK DIAMETER:
TURBIDITY : 89,3 NTU ++ SEDANG - TIDAK MENGENDAP
KECEPATAN TURBIDITY D1 = 0.30 - 0.50 mm
SAMPEL PAC LIQUID TAWAS UKURAN FLOK pH SUHU (°C) TDS (mg/l) TSS (mg/l) D2 = 0.50 - 0.75 mm
MENGENDAP (NTU)
NOMOR D3 = 0.75 - 1.00 mm
ml mg/l ml mg/l PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS
D4 = 1.00 - 1.50 mm
1 2 20 2 20 D1 D1 ++ + 15,3 34 6,35 6,68 23 23
D5 = 1.50 - 2.25 mm
2 2,5 25 2,5 25 D2 D2 ++ + 9,56 21,6 6,4 6,68 23 23
D6 = 2.25 - 3.00 mm
3 3 30 3 30 D2 D2 +++ ++ 3,83 11,3 6,67 6,66 23 23
D7 = 3.00 - 4.50 mm
4 3,5 35 3,5 35 D3 D2 +++ ++ 3,32 4,69 6,72 6,68 23 23 D8 = 4.50 - 6.60 mm
5 4 40 4 40 D3 D2 +++ +++ 2,66 3,08 6,59 6,64 23 23 D9 = 6.60 - 10.00 mm
6 4,5 45 4,5 45 D4 D2 +++ +++ 1,89 2,45 6,62 6,61 23 23 79,3 103,2 11 7
BAKU 89,3 6,65 23 78,2 224

22
23

Lampiran 2 Tabel Jar test tanggal 10 dan 11 April 2017


TANGGAL : 10 April 2017 AIR BAKU : Campuran
KONSENTRASI (%) CATATAN CATATAN
JAM SAMPLING : 08.00 VOL SAMPEL : 1.000 ml
JAM TEST : 08.30 pH : 6,82 PAC LIQUID TAWAS KECEPATAN MENGENDAP
PELAKSANA : Haykal WARNA : Keruh +++ CEPAT + LAMBAT
1% 1% FLOK DIAMETER:
TURBIDITY : 79,7 NTU ++ SEDANG - TIDAK MENGENDAP
KECEPATAN TURBIDITY D1 = 0.30 - 0.50 mm
SAMPEL PAC LIQUID TAWAS UKURAN FLOK pH SUHU (°C) TDS (mg/l) TSS (mg/l) D2 = 0.50 - 0.75 mm
MENGENDAP (NTU)
NOMOR D3 = 0.75 - 1.00 mm
ml mg/l ml mg/l PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS
D4 = 1.00 - 1.50 mm
1 2 20 2 20 D1 D1 ++ + 11,5 18,6 6,57 6,7 23 23
D5 = 1.50 - 2.25 mm
2 2,5 25 2,5 25 D2 D1 ++ ++ 12,4 6,82 6,6 6,69 23 23
D6 = 2.25 - 3.00 mm
3 3 30 3 30 D3 D2 ++ ++ 5,04 4,99 6,58 6,62 23 23
D7 = 3.00 - 4.50 mm
4 3,5 35 3,5 35 D3 D2 ++ ++ 5,32 4,55 6,56 6,6 23 23 D8 = 4.50 - 6.60 mm
5 4 40 4 40 D3 D2 ++ ++ 5,54 3,4 6,53 6,54 23 23 D9 = 6.60 - 10.00 mm
6 4,5 45 4,5 45 D3 D2 ++ ++ 2,69 2,64 6,45 6,53 23 23 74,4 76,7 4 8
BAKU 79,7 6,82 23 71,6 47

TANGGAL : 11 April 2017 AIR BAKU : Campuran


KONSENTRASI (%) CATATAN CATATAN
JAM SAMPLING : 08.00 VOL SAMPEL : 1.000 ml
JAM TEST : 08.30 pH : 6,83 PAC LIQUID TAWAS KECEPATAN MENGENDAP
PELAKSANA : Haykal WARNA : Sedikit Keruh +++ CEPAT + LAMBAT
1% 1% FLOK DIAMETER:
TURBIDITY : 31,5 NTU ++ SEDANG - TIDAK MENGENDAP
KECEPATAN TURBIDITY D1 = 0.30 - 0.50 mm
SAMPEL PAC LIQUID TAWAS UKURAN FLOK pH SUHU (°C) TDS (mg/l) TSS (mg/l) D2 = 0.50 - 0.75 mm
MENGENDAP (NTU)
NOMOR D3 = 0.75 - 1.00 mm
ml mg/l ml mg/l PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS
D4 = 1.00 - 1.50 mm
1 2 20 2 20 D2 D1 ++ + 7,17 6,51 6,68 6,78 23 23
D5 = 1.50 - 2.25 mm
2 2,3 23 2,3 23 D3 D2 ++ + 5,19 4,12 6,73 6,75 23 23
D6 = 2.25 - 3.00 mm
3 2,6 26 2,6 26 D4 D3 ++ + 4,26 3,38 6,64 6,7 23 23 76,8 3
D7 = 3.00 - 4.50 mm
4 2,9 29 2,9 29 D4 D3 ++ ++ 2,87 3,43 6,46 6,63 23 23 70,3 3 D8 = 4.50 - 6.60 mm
5 3,2 32 3,2 32 D4 D4 ++ ++ 3,78 2,9 6,51 6,59 23 23 D9 = 6.60 - 10.00 mm
6 3,5 35 3,5 35 D4 D3 ++ ++ 2,41 2,24 6,53 6,57 23 23
BAKU 31,5 6,83 23 68,1 30

23
24

Lampiran 3 Tabel Jar test tanggal 17 dan 18 April 2017


TANGGAL : 17 April 2017 AIR BAKU : Campuran
KONSENTRASI (%) CATATAN CATATAN
JAM SAMPLING : 08.00 VOL SAMPEL : 1.000 ml
JAM TEST : 08.30 pH : 6,71 PAC LIQUID TAWAS KECEPATAN MENGENDAP
PELAKSANA : Haykal WARNA : Sedikit Keruh +++ CEPAT + LAMBAT
1% 1% FLOK DIAMETER:
TURBIDITY : 32 NTU ++ SEDANG - TIDAK MENGENDAP
KECEPATAN TURBIDITY D1 = 0.30 - 0.50 mm
SAMPEL PAC LIQUID TAWAS UKURAN FLOK pH SUHU (°C) TDS (mg/l) TSS (mg/l) D2 = 0.50 - 0.75 mm
MENGENDAP (NTU)
NOMOR D3 = 0.75 - 1.00 mm
ml mg/l ml mg/l PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS
D4 = 1.00 - 1.50 mm
1 2,3 23 2,3 23 D2 D1 + + 3,35 3,91 6,74 6,72 24 24
D5 = 1.50 - 2.25 mm
2 2,6 26 2,6 26 D3 D2 ++ + 3,07 2,58 6,73 6,66 24 24
D6 = 2.25 - 3.00 mm
3 2,9 29 2,9 29 D4 D3 +++ ++ 1,99 2,97 6,72 6,54 24 24 67,2 2
D7 = 3.00 - 4.50 mm
4 3,2 32 3,2 32 D4 D3 +++ ++ 1,73 2,35 6,66 6,58 24 24 73,2 4 D8 = 4.50 - 6.60 mm
5 3,5 35 3,5 35 D4 D4 +++ +++ 2,82 2,18 6,59 6,54 24 24 D9 = 6.60 - 10.00 mm
6 3,8 38 3,8 38 D3 D3 +++ ++ 1,64 1,75 6,5 6,5 24 24
BAKU 32 6,71 24 71,7 17

TANGGAL : 18 April 2017 AIR BAKU : Campuran


KONSENTRASI (%) CATATAN CATATAN
JAM SAMPLING : 08.00 VOL SAMPEL : 1.000 ml
JAM TEST : 08.30 pH : 6,67 PAC LIQUID TAWAS KECEPATAN MENGENDAP
PELAKSANA : Haykal WARNA : Sedikit Keruh +++ CEPAT + LAMBAT
1% 1% FLOK DIAMETER:
TURBIDITY : 27,2 NTU ++ SEDANG - TIDAK MENGENDAP
KECEPATAN TURBIDITY D1 = 0.30 - 0.50 mm
SAMPEL PAC LIQUID TAWAS UKURAN FLOK pH SUHU (°C) TDS (mg/l) TSS (mg/l) D2 = 0.50 - 0.75 mm
MENGENDAP (NTU)
NOMOR D3 = 0.75 - 1.00 mm
ml mg/l ml mg/l PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS PAC TAWAS
D4 = 1.00 - 1.50 mm
1 2 20 2 20 D2 D1 ++ + 6,16 11,2 6,66 6,62 25 25
D5 = 1.50 - 2.25 mm
2 2,3 23 2,3 23 D2 D2 ++ + 3,8 7,36 6,65 6,45 25 25
D6 = 2.25 - 3.00 mm
3 2,6 26 2,6 26 D3 D2 ++ ++ 2,09 4,16 6,46 6,42 25 25 67,7 1
D7 = 3.00 - 4.50 mm
4 2,9 29 2,9 29 D4 D3 +++ ++ 1,96 3,85 6,58 6,39 25 25 72,2 3 D8 = 4.50 - 6.60 mm
5 3,2 32 3,2 32 D4 D4 +++ +++ 2 3,36 6,72 6,15 25 25 D9 = 6.60 - 10.00 mm
6 3,5 35 3,5 35 D3 D3 +++ ++ 2,54 3,54 6,7 5,98 25 25
BAKU 32 6,71 25 66,3 32

24
25

Lampiran 4 Persyaratan Kualitas Air Minum

Kadar
No Jenis Parameter Satuan
Maksimum
1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter
mikrobiologi
per 100 ml
1) E. Coli 0
sampel
2) Total Bakteri per 100 ml
0
Koliform sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg / liter 0.01
2) Florida mg / liter 1.5
3) Total Kromium mg / liter 0.05
4) Kadmiun mg / liter 0.003
5) Nitrit (sebagai NO2) mg / liter 3
6) Nitrat (sebagai NO3) mg / liter 50
7) Sianida mg / liter 0.07
8) Selium mg / liter 0.01
2. Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan
kesehatan
a. Parameter fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU Tidak berwarna
3) Total zat terlarut
mg / liter 500
(TDS)
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak Berasa
O
6) Suhu C Suhu Udara ± 3
b. Parameter kimia
1) Aluminium mg / liter 0.2
2) Besi mg / liter 0.3
3) Kesadahan mg / liter 500
4) Khlorida mg / liter 250
5) Mangan mg / liter 0.4
6) pH mg / liter 6.5 - 8.5
7) Seng mg / liter 3
8) Sulfat mg / liter 250
9) Tembaga mg / liter 2
10) Amoniak mg / liter 1.5
Sumber: Kemenkes 2010.
26

Lampiran 5 Baku Mutu Kelas Air


KELAS
PARAMETER SATUAN
I II III IV
Fisika

Suhu °C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5

Residu Terlarut mg/l 1000 1000 1000 2000


Residu
mg/l 50 50 400 400
Tersuspensi
Kimia Anorganik
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0
Total Fosfat (P) mg/l 0.2 0.2 1 5
NO3 sebagai N mg/l 10 10 20 20
NH3-N mg/l 0.5 (-) (-) (-)
Arsen mg/l 0.05 1 1 1
Kobalt mg/l 0.2 0.2 0.2 0.2
Barium mg/l 1 (-) (-) (-)
Boron mg/l 1 1 1 1
Selenium mg/l 0.01 0.05 0.05 0.05
Kadmium mg/l 0.01 0.01 0.01 0.01
Khrom (VI) mg/l 0.05 0.05 0.05 0.05
Sumber: PP 2001.
27

Lampiran 6 Contoh perhitungan

𝑛 sebelum−𝑛 sesudah Contoh perhitungan effisiensi


η= x 100%
𝑛 sebelum penggunaan dosis optimum PAC
32 −2,09 dengan menggunakan persamaan (1).
η= x 100%
32

η = 93,47 %

𝑊1 −𝑊0 Contoh perhitungan TSS (total


TSS = x 1000 suspended solid) tanggal 10 April
𝑉
2017 dengan menggunakan persamaan
0.0777 −0.0773 (2) berdasarkan SNI 06-6989.3-2004.
TSS = x 1000
100

TSS = 4 mg/l

b = n(Σxy) – (Σx) (Σy) Contoh perhitungan persamaan regresi


n(Σx²) – (Σx)² linier hubungan antara kekeruhan air
b = 6(10776,8) – (289,2) (195) baku dan dosis optimum koagulan
6(17976,9) – (289,2)² menggunakan persamaan (3), (4), dan
b = 0,341 (5).
a = (y rata-rata) - (x rata-rata)
b
a = 32,5 – 48,2
0,341
a = 16,052
y = a + bx
y = 16,052 + 0,341x
𝑄𝑥𝐷 Contoh perhitungan biaya Rp/m3 PAC
𝑥=
106 tanggal 10 April 2017 dengan
menggunakan persamaan (6), (7), dan
6.480.000 𝑥 45
𝑥= (8)
106

𝑥 = 291,6 kg/jam

Pemakaian dosis PAC : 219,6 kg/jam


x Rp 12.000 = Rp. 3.499.200/jam
Pemakaian dosis PAC :
3
3.499.200/6.480 = Rp. 420/m
28

Lampiran 7 Dokumentasi penelitian

Proses jar test.

Pengukuran kekeruhan dengan


menggunakan turbiditymeter.

Pengukuran pH dengan pH meter.

Pengujian TSS (total suspended


solid).
29

Lampiran 8 Data iklim harian Kota Bandung (April 2017)

Stasiun Geofosika Bandung (Jabar)


WMO ID : 96783
Suhu Suhu Suhu Kelembab Curah Lama Kecepatan Arah Angin Kecepatan Arah Angin Saat
Tanggal Minimum Maksimum Rata-rata an Rata- Hujan Penyinaran Angin Rata- Terbanyak Angin Terbesar Kecepatan
(°C) (°C) (°C) rata (%) (mm) (jam) rata (knot) (deg) (knot) Maksimum (deg)
01/04/2017 22,2 27,8 24 83 8888 9999 1 N 3 270
02/04/2017 21,2 28,8 23,7 82 9999 0,7 1 SE 2 270
03/04/2017 20 28,2 23 82 30,4 4,5 2 SW 5 120
04/04/2017 20,4 30 23 83 3,5 0,2 1 N 3 60
05/04/2017 20,6 29,8 23,8 82 10,6 3,6 2 N 5 240
06/04/2017 20,3 28,2 22,9 84 6,5 5,5 2 W 3 270
07/04/2017 20,6 28,8 24 78 1,5 5,4 2 W 5 270
08/04/2017 9999 9999 24,2 77 9,4 2,6 2 SW 5 240
09/04/2017 22 30,4 25 70 9999 3,2 2 SW 4 240
10/04/2017 20,8 29 23,9 82 3,2 4,8 1 NE 3 240
11/04/2017 21,1 29,4 23,8 85 0,6 4,5 2 W 4 270
12/04/2017 20,6 9999 23,7 83 11,3 3,9 2 E 4 60
13/04/2017 21,2 29,8 24,6 77 4 2,8 2 NE 3 120
14/04/2017 21,2 28,6 24,7 83 3,3 9999 1 E 3 240
15/04/2017 22 30 24,4 82 18,4 2,8 2 SW 4 240
16/04/2017 19,8 29,6 23,7 79 1,4 6,9 2 SW 4 270
17/04/2017 20,2 29,8 24,5 77 9999 7,1 2 SW 3 270
18/04/2017 20,9 29,6 24,3 80 8888 6,1 1 N 3 240
19/04/2017 20,3 29,3 22,9 84 9,6 4,8 2 E 8 30

29
30

Lampiran 8 Data Iklim Harian Kota Bandung (April 2017) (Lanjutan)

Suhu Suhu Suhu Kelembab Curah Lama Kecepatan Arah Angin Kecepatan Arah Angin Saat
Minimum Maksimum Rata-rata an Rata- Hujan Penyinaran Angin Rata- Terbanyak Angin Terbesar Kecepatan
Tanggal (°C) (°C) (°C) rata (%) (mm) (jam) rata (knot) (deg) (knot) Maksimum (deg)
20/04/2017 19,2 28,8 23,4 80 26,5 4,7 2 N 3 40
21/04/2017 20 30,6 24,1 80 9999 7,1 1 N 5 360
22/04/2017 20,2 28,6 23,5 84 19,6 9999 2 W 5 250
23/04/2017 20,5 30,6 24,1 79 2,2 4,7 1 N 4 310
24/04/2017 21,2 29,6 24,1 79 8888 4,2 2 N 5 110
25/04/2017 20,6 28,6 23,6 80 9999 9999 2 SW 5 240
26/04/2017 20,8 25,8 22,2 91 2,4 6 1 N 2 290
27/04/2017 20,5 29,2 23,2 85 14,2 0,3 2 N 5 300
28/04/2017 20,4 28,4 23,4 84 8,6 4,7 1 N 3 270
29/04/2017 9999 29,4 22,1 82 8 3 1 N 4 330
30/04/2017 19,2 27,4 22,5 84 1,2 5 1 N 2 60
Keterangan :
*8888 : Data tidak terukur, *9999 : Tidak ada data
Sumber : bmkg.go.id (11 Juli 2017)

30
31

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 02 Februari 1996
dari pasangan Bapak Mudjahidin Saleh dan Ibu Delvi Elvanis.
Penulis adalah putra kelima dari enam bersaudara. Penulis
memulai pendidikan dasar pada tahun 2001 di SDN
Kridhawinaya II Bandung dan lulus pada tahun 2007.
Kemudian pada tahun 2010 menyelesaikan pendidikan
menengah pertama di SMPN 4 Bandung. Pendidikan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2013 di SMAN 19
Bandung dan pada tahun yang sama diterima di Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian sebagai staff Departemen Olahraga
periode 2014-2015 dan sebagai Ketua Departemen Olahraga pada tahun 2015-
2016. Penulis juga aktif pada berbagai acara kepanitiaan lingkup Departemen dan
Fakultas. Penulis menjadi Ketua Pelaksana Olimpiade Olahraga Fakultas yaitu
Reds Cup pada tahun 2015.
Pada bulan Juni–Agustus 2016, penulis melaksanakan praktik lapangan dan
menyusun laporan dengan topik “Mempelajari Proses Pengolahan Air Minum di
IPAM Dago Pakar”. Pada tahun 2017, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan
judul “Perbandingan Kebutuhan Koagulan Al2(SO4)3 dan PAC untuk Pengolahan
Air Bersih di Water Treatment Plant PDAM Kota Bandung” di bawah bimbingan
Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si.

Anda mungkin juga menyukai