Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang harus diobati oleh eorang dokter adalah Gagal
Jantung. Keadaan tersebut dapat terjadi akibat dari semua kondisi jantung yang
menyebabkan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah. Biasanya
penyebabnya adalah penurunan kontraktilitas miokardium akibat kurangnya aliran
darah coroner. Namun demikian, kegagalan dapat pula disebabkan oleh kerusakan
katup jantung, tekanan eksternal di sekitar jantung, defisiensi vitamin B, penyakit
otot jantung primer, atau segala kelainan lain yang dapat membuat pemompan
jantung menjadi kurang efektif.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama
yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung
mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern
ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju
maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup
misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga,
kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak
mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat,
yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan
yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko
untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep medis Gagal Jantung?
2. Apa saja konsep keperawatan Gagal Jantung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis Gagal Jantung
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan Gagal Jantung

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Istilah gagal jantung secara sederhana berarti kegagalan jantng untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
(Guyton & Hall, 2008)

Gagal jantung adalah ketidakmampuan mempertahankan curah jantung


yang adekuat untuk kebutuhan metabolik jaringan meskipun aliran balik vena
normal. Curah jantung juga turun dibawah normal jika aliran balik vena
menurun, seperti yang terjadi pada syok tipe nonkardiogenik.
(Clive R. Taylor, 2006)

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah


dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung
termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah
jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk
aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot
jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan
keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolic (misalnya ;demam,
koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000).

2. Etiologi
Penyebab gagal jantung mencakup apapun yang menyebabkan
peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu sehingga volume diastolic
akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi panjang optimumnya.
Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri yang memulai siklus
kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Akibat buruk dari
menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume darah di ventrikel

2
Penyebab gagal jantung yang terdapat di jantung antara lain :
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan :
a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic
overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga
menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic
dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-
mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung,
tetapi bila beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka
curah jantung justru akan menurun kembali.
d. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang
berlebihan (demand overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja
jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi
keadaan gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
e. Gangguan pengisian (hambatan input).
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke
dalam ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan
menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah
jantung menurun.
f. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
g. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam

3
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
h. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
i. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
j. Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade
perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
k. Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
Semua situasi diatas dapat menyebabkan gagal jantung kiri atau kanan.
Penyebab yang spesifik untuk gagal jantung kanan antara lain:
 Gagal jantung kiri
 Hipertensi paru
 PPOM
Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah
jantung dalam menghadapi beban :
a. Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergik akibat
bertambahnya usia. Etiologi belum diketahui pasti. Akibatnya adalah
denyut jantung menurun dan kontraktilitas terbatas saat menghadapi
beban.
b. Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena
bertambahnya jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia
arteri sedang dan besar. Akibatnya tahanan pembuluh darah (impedance)
meningkat,yaitu afterload meningkat karena itu sering terjadi hipertensi
sistolik terisolasi.
c. Selain itu terjadi kekakuan pada jantung sehingga compliance jantung
berkurang. Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial
4
meningkat, hipertrofi miosit kompensatoris karena banyak sel yang
apoptosis (mati) dan relaksasi miosit terlambat karena gangguan
pembebasan ion non-kalsium.
d. Metabolisme energi di mitokondria berubah pada usia lanjut.
Keempat faktor ini pada usia lanjut akan mengubah struktur, fungsi,
fisiologi bersama-sama menurunkan cadangan kardiovaskular dan
meningkatkan terjadinya gagal jantung pada usia lanjut.
(Manurung, 2007; Price & Anderson, 2006)
3. Patofisiologi
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada
jantung maupun sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh
karena penekanan kontraktilitas atau overload yang sangat meningkat, maka
volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan
meningkat.Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik,
menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung
lama, terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa
baik, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama / kronik akan
dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi plumoner dan sirkulasi sistemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi
cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik. Penurunan kardiak output
terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan
perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas system saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena: perubahan yang terakhir ini
mengakibatkan peningkatan volume darah sentral, yang selanjutnya
meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac
output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu takikardi
akibat peningkatan kontrktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia
pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya. Dan
peningkatan preload dapat memperburuk kongesti plumoner, aktivasi sistem
saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer, adaptasi ini di
rancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika

5
aktivasi ini sangat meningkat maka malah akan menurunkan aliran darah ke
ginjal dan jaringan.
(Manurung, 2007; Marilynn, 2006).
4. Manifestasi Klinis
Gagal jantung kiri : badan melemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak
nafas, batuk, anoreksia, keringat dingin, takikardi, paroksimal nokturnal
dispnea, ronchi basah paru bagian basal, bunyi jantung III.
Gagal jantung kanan : edema tumit dan tungkai bawah, hati membesar, nyeri
tekan, pembesaran vena jungularis, gangguan gastrointestinal, BB bertambah,
penambahan cairan badan, edema kaki, perut membuncit. Pada gagal jantung
kongestif adalah gejala kedua-duanya.
(Brunner, 2008).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi atrial.
b. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .
c. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
e. Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
f. Enzim hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
g. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik.

6
h. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akut menjadi kronis.
i. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
j. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik
BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
k. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung.
(Dongoes, 2000)
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
 diuretik: untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
 penghambat ace (ace inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi beban kerja jantung
 penyekat beta (beta blockers): untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
 digoksin: memperkuat denyut dan daya pompa jantung
 terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer
dan penurunan konsumsi oksigen miokard.
 digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
kekuatan kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. saat curah jantung
meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi
dan ekskresi dan volume intravascular menurun.
 Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja
beta 1 adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi
miokardium (efek inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung
(efek kronotropik positif).
 Sedati: Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan
mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.

7
b. Non Farmakologi
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan sasaran :
 Untuk menurunkan kerja jantung.
 Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard.
 Untuk menurunkan retensi garam dan air.
Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan
jantung dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume
intra vaskuler melalui induksi diuresis berbaring.
Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur,
atau mengurangi edema.
Revaskularisasi koroner
Transplantasi jantung
Kardoimioplasti
(Dongoes, 2000)
7. Komplikasi
a. Edema pulmoner akut
b. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diit berlebih.
c. Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
d. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renin
angiotensin-aldosteron.
e. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
(Smeltzer, 2002)

8
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
 Nama :
 No. RM :
 Umur :
 Jenis Kelamin :
 Alamat :
 Agama :
 Pekerjaan :
 Riwayat kesehatan terdahulu :
 Riwayat kesehatan sekarang :
b. Riwayat kesehatan terdahulu:
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami nyeri abdomen ketika haid,
sebelumnya haidnya lancer dan siklusnya teratur yaitu 28 hari.
c. Riwayat penyakit saat ini:
Klien mengeluh nyeri hebat pada abdomen ketika haid, klien juga
mengatakan haidnya hanya berlangsung selama 3 hari, darah yang keluar
sedikit dan sudah 3 bulan terakhir haidnya tidak normal.
d. Kesadaran
 Kompos Mentis
Sadar penuh, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
 Apatis
Keadaan kesadaran yang segan untukberhubungan dengan kehidupan
sekitarnya,sikapnya acuh tak acuh
 Somnolen
Keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan
rasa nyeri, akan tetapi jatuh tidur lagi.
 Delirium
Keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak, berteriak- teriak
dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.

9
 Sopor/Semi koma
Keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan
dengan rangsang nyeri.
 Koma
Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan
dengan rangsang apapun.
e. Pemeriksaan fisik (Head to Toe )
 Kepala
- Inspeksi apakah ada massa pada kepala pasien, kebersihan kulit
kepala, ketombe, kutu, dan warna rambut.
- Bentuk kepala : mesosephal (normal)
- Palpasi apakah ada massa yang terdapat besar atau kecil.
 leher
- Inspeksi leher, lihat apakah ada pembesaran
- Palpasi jika ada pembesaran kelenjar tiroid, seberapa luas dan
seberapa besar
 Mata
- Inspeksi:
Perhatikan kesimetrisan kedua mata dan alis serta
persebarannya
Konjungtiva anemis
Normal pupil mata 3-7 mm
Normal kornea tidak berwarna ( bening ) dan bertepi rata
Sclera icterus
- Palpasi
Kaji kekenyalan bola mata
Kaji jika terdapat massa
 Hidung
- Inspeksi
Perhatikan kesimetrisan lubang hidung kiri dan kanan
Letak hidung terletak di tengah wajah
Adanya produksi secret (jika ada), perhatikan warna,
produksi, dan bau secret

10
Periksa apakah tampak perforasi, massa, secret, sumbatan,
deviasi, pendarahan, atau adanya polip di bagian dalam
hidung
- Palpasi
Palpasi pada sinus-sinus hidung dengan menggunakanujung
ketiga jari tengah. Normalnya klien tidak mengeluh nyeri atau
teraba panas saat palpasi
 Telinga
- Inspeksi
Lihat kesimetrisan kedua daun telinga
Lihat adanya serumen, normalnya telinga mempunyai
serumen tapi tidak terlalu banyak
- Palpasi
Palpasi telinga pada daerah tragus, normalnya tidak akan
terasa nyeri
Jika nyeri, kemungkinan ada infeksi di dalam saluran telinga
- Tes ketajaman pendengaran
Tes berbisik
Tes weber
Tes rinne
 Mulut
- Inspeksi:
Berdiri agak jauh dari klien, cium aroma nafasnya, normalnya
tercium segar
Bau nafas abnormal:
 Bau aseton (seperti buah)
 Bau amoniak
 Bau ganggren ( seperti bau busuk)
 Bau foetor hepatic
Lihat lipatan nasolabial, normalnya terletak di tengah
Bibir terletak tepat ditengah wajah, warna bibir merah muda,
lembab, tidak tampak kering ( pecah-pecah), tidak tampak
sianosis.

11
Normal gusi berwarna merah muda
Posisi lidah tepat ada di tengah
Posisi uvula tepat ditengah, normalnya berwarna merah muda
 Dada (toraks)
- Paru-paru (pulmo)
Inspeksi:
Lihat gerakan dinding dada, bandingkan kesimetrisan gerakan
dinding dada kiri dan kanan saat pernafasan berlangsung
Lihat adanya bekas luka, bekas operasi, atau adanya lesi.
perhatikan bentuk dinding dada klien, bentuk-bentuk dinding
dada:
 dada Barel (barrel chest)
 dada corong (funnel chest)
 dada burung (pigeon chest)
 dada normal (normal chest)

perhatikan adanya bentuk kelainan tulang belakang:


 scoliosis (tulang belakang berlekuk)
 kifosis ( bungkuk)
 lordosis (dada lebih maju kedepan)
Palpasi
Rasakan adanya massa dan krepitasi
Minta pasien mengatakan” tujuh puluh tujuh” atau “Sembilan
puluh Sembilan”, prinsip pemeriksaan:
 Getaran suara akan merambat melalui udara yang ada
dalam paru-paru( vibrasi)
 Saat bicara, getaran akan terasa dari luar dinding dada.
Perkusi
Lakukan perkusi pada seluruh lapang paru pada ruang
interkostanya (ruang diantara 2 kosta/ ICS)
Hasil perkusi normal pada paru adalah resonan
Pada area jantung akan menghasilkan bunyi pekak ( ICS 3-5,
sebelah kiri sternum)
Auskultasi
12
Anjurkan pasien untuk bernafas normal. Setelah beberapa
saat, letakkan stetoskop pada ICS 2 kanan, minta klien untuk
bernafas panjang
Suara nafas normal:
 Vesikuler: suara ini terdengar halus dan lembut
 Bronkovesikuler: suara ini dapat didengarkan pada ICS
1dan 2 kiri dan kanan
 Bronkial: suaranya terdengar keras dan kasar
Suara nafas tambahan pada paru-paru:
 Krekels
 Ronki
 Mengi (wheezing)
 Pleural friction rub
 Stridor
- Jantung
Inspeksi
Denyutan jantung (saat kontraksi ventrikel) atau iktus kordis
dapat dilihat dipermukaan dinding dada pada ICS 5
midklavikular garis sinistra
Palpasi
Palpasi iktus kordis pada ICS 5 midklavikular garis sinistra
Rasakan iktus kordisnya, hitung denyutan jantung yang
teraba selama 1 menit penuh
Tinggi iktus kordis norma tidak lebih dari 1 cm
Perkusi
 Jika hasil perkusi terdengar pekak lebih dari batas
tersebut, dikatakan kardiomegali ( pembesaran jantung)
Auskultasi
Bunyi jantung I ( S1)
 Katup mitralis terletas di ICS 5, dipotongkan dengan
midklavikular garis distra
 Katup aorta terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
Bunyi jantung II (S2)
 Katup pulmonal terletak di ICS 2 sternal garis sinistra
13
 Katup trikuspidalis terletak di ICS 4 atau 5 sternal garis
sinistra
Bunyi jantung III ( S3) / gallop ( adanya bunyi bernada
rendah yang terdengar setelah S2)
Bunyi jantung IV (S4)/ murmur: bunyi jantung berfrekuensi
rendah yang bisa didengarkan sebelum S1
 Abdomen
- Inspeksi
Perhatikan bentuk abdomen klien
Perhatikan alastisitas kulit abdomen
Inspeksi umbilicus, normalnya tidak menonjol
- Auskultasi
Dilakukan pada keempat kuadran abdomen
Bising usus normalnya terdengar 5-30 x/i
Jika peristaltic usus terdengar lebih dari nilai normal,
kemungkinan klien sedang mengalami diare
- Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan region abdomen
Jika perkusi terdengar timpani, berarti perkusi dilakukan
diatas organ yang berisi udara
Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat
- Palpasi
Berdiri disamping kanan klien
Kaji jika terdapat massa pada bdomen
 Ekstremitas bawah
- Inspeksi
Lihat apakah ada edema pada kaki
Kaji kaki dan tumit
- Palpasi
Kaji seberapa besar edemanya jika ada
Kaji jika terdapat lesi pada kaki
- Perkusi
Lakukan reflex patella

14
f. Pemeriksaan penunjang
 B-USG: deteksi kondisi rahim, ovarium, dan panggul.
 Sitologi: untuk pemeriksaan fungsi ovarium serta menghilangkan lesi
ganas.
 Biopsy: untuk menentukan jenis penyakit, lebih sering digunakan
untuk mendiagnosis tumor.
 Penentuan endokrin: dapat digunakan untuk mengukur
gonadotropin hipofisis, prolaktin, ovarium, tiroid, dan hormon
adrenal. Secara klinis untuk memahami fungsi ovarium dapat
menggunakan cara pap smear vagina, mucus serviks, suhu tubuh
basal, dan biopsi endometrium.
 X-Ray: pemeriksaan uterin lipiodol dapat digunakan untuk
memahami kondisi rongga rahim, apakah terdapat fibroid mukosa
atau polip. Juga untuk memahami apakah terdapat tumor hipofisis.
 Laparoskopi dan histeroskopi: untuk mendeteksi lesi uterine serta
panggul.
 Pemeriksaan fungsi hati, ginjal, serta aliran darah. Lakukan
pemeriksaan kromosom bila diperlukan.

(Kumala, 2005)

No Diagnosa Hasil Intervensi


1. Kesiapan meningkatkan Setelah dilakukan  Identifikasi keinginan
kesejahteraan spiritual tindakan keperawatan pasien terhadap ekspresi
berhubungan dengan 2x24 jam, pasien keagamaan (misalnya,
perubahan status dapat berespon menyalakan lilin,
kesehatan terhadap aktivitas berpuasa, upacara
(10,2,00068) sehari-hari dengan penyunatan, praktek
Batasan karakteristik: karakteristik Tidak terkait makanan)
 Menyatakan terganggu pada skala  Dukung penggunaan dan
keinginan 5 partisipasi dalam ritual
meningkatkan cinta Berkaitan dengan keagamaan yang bisa
 Menyatakan indikator: dilakukan atau praktik
keinginan  Kualitas ritual yang tidak

15
meningkatkan keyakinan mengganggu kesehatan.
filosofi hidup yang  Kualitas harapan  Perlakukan individu
memuaskan  Arti dari tujuan dengan rasa hormat dan
 Menyatakan hidup bermartabat.
keinginan  Perasaan  Rujuk pada penasehat
meningkatkan kedamaian keagamaan sesuai pilihan
koping  Kemampuan pasien
 Menyatakan memaafkan  Dukung kehadiran dalam
keinginan  Kemampuan acara ritual, dengan cara
meningkatkan mencintai yang tepat.
harapan
2. Konflik pengambilan Setelah dilakukan  Tentukan apakah
keputusan berhubungan tindakan keperawatan terdapat perbedaan
dengan kurang 2x24 jam, pasien antara pandangan pasien
pengalaman dalam dapat berespon dan pandangan penyedia
membuat keputusan terhadap aktivitas perawatan kesehatan
(10,3,00083) sehari-hari dengan mengenai kondisi pasien
Batasan karakteristik: karakteristik Tidak  Berikan informasi sesuai
 Berfokus pada diri terganggu pada skala permintaan pasien
sendiri 5  Jadilah sebagai
 Bimbang mengenai Berkaitan dengan penghubung antara
pilihannya indikator: pasien dan keluarga
 Distress ketika  Komunikasi jelas  Bantu pasien
mengambil sesuai usia mengidentifikasi
keputusan  Pemahaman keuntungan dan kerugian
 Ketidakpastian tentang makna dari setiap alternative
tentang pilihan situasi pilihan
 Menunda membuat  Memproses  Fasilitasi pengambilan
keputusan informasi keputusan kolaborasi
 Tanda fisik  Pengambilan
ketegangan keputusan yang
tepat

16
3. Harga diri rendah Setelah dilakukan  Bantu pasien dalam
situasional berhubungan tindakan keperawatan mengidentifikasi tujuan
dengan gangguan fungsi 2x24 jam, pasien jangka pendek dan
(6,2,00120) dapat berespon jangka panjang
Batasan karakteristik: terhadap aktivitas  Bantu pasien
 Meremehkan sehari-hari dengan menyelesaikan masalah
kemampuan karakteristik dengan cara yang
menghadapi situasi dilakukan secara konstruktif
 Perilaku tidak asertif konsisten pada skala  Sediakan informasi
 Perilaku tidak 5 actual mengenai
selaras dengan nilai Berkaitan dengan diagnosis, penanganan
 Tanpa tujuan indikator: dan prognosis
 Tantangan situasi  Beradaptasi  Gunakan pendekatan
terhadap harga diri terhadap yang tenang dan
 Tidak berdaya keterbatasan memberikan jaminan
 Ungkapan negative secara fungsional  Dukung keterlibatan
tentang diri  Mengidentifikasi keluarga, dengan cara
cara-cara untuk yang tepat
berdaptasi
dengan
perubahan hidup
 Mengidentifikasi
cara-cara untuk
meningkatkan
rasa kendali diri
NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017
Edisi 10
Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi
Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung
mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal
dan sitemik. Penyebab dari gagal jantung adalah disritmia, malfungsi katup,
abnormalitas otot jantung, ruptur miokard. Dari beberpa penyebab diatas akan
menyebabkan beban kerja janung meningkat lalu otomatis akan menyebabkan
terjadinya gangguan dalam tubuh, seperti gagal popa jantung kanan dan kiri dan
akan menimbulkan masalah-masalah keperawatan. Manifestasi klinis pada gagal
jantung terdapat dua bagian yang pertama pada gagal pompa jantung kiri (Dispnu,
batuk, kegelisahan dan kecemasan, mudah lelah), yang kedua gagal pompa
jantung kanan (Kongestif jaringan perifer dan visceral, edema ekstrimitas bawah
(edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan,
hepatomegali.
B. Saran
Diharapkan materi ini dapat menjadi pedoman dan pertimbangan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang gagal jantung dan bagaimana cara
penanganannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 2008, EGC,
Jakarta.

Clive R. Taylor, 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 2. EGC

Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.

Guyton & Hall, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11. EGC

Kumala. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan.

NANDA International, Diagnosis Keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017


Edisi 10
Nursing Intervension Classification (NIC) 2013, Edisi 6
Nursing Outcomes Classification (NOC) 2013, Edisi 5
Smeltzer & Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.EGC, Jakarta

http://kepacitan.files.wordpress.com/2011/06/askep-gagal-jantung.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai