Anda di halaman 1dari 13

THANATOLOGI

DEFINISI
� Berasal dari kata thanatos : yang berhubungan dengan kematian, logos : ilmu
� Thanatologi : ilmu yang mempelajari tentang kematian dan peruahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

MATI
� Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital tanpa kemungkinan dihidupkan
lagi
� Ada beberapa istilah :

- Mati suri
- Mati somatic
- Mati seluler
- Mati serebral
- Mati batang otak
- Mati klinis

MATI SURI
( Apparent death/ Suspended animation )
� Adalah penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal yang reversibel
� Diketahui ternyata hidup lagi setelah dinyatakan mati
� Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat listrik atau
tersambar petir,dan tenggelam.

MATI SOMATIS
� Adalah keadaan dimana fungsi ketiga organ vital ( sistem saraf pusat, sistem
kardiovaskuler dan sistem pernafasan ) berhenti secara menetap (ireversibel)
� Pada klinis tidak ditemukan :
1.Sistem saraf

- Refleks-refleks fisiologis dan patologis


- Tonus otot ? sehingga terkesan tubuh saat
diangkat berat ( relaksasi primer )
2.Sistem pernafasan

- Tak tampak gerakan dada

- Tak teraba udara keluar masuk hidung

- Bulu / serat halus yang ditaruh di depan hidung tidak bergerak

- Tak terdengar suara aliran udara di depan hidung, di trakea, di dada


3. Sistem kardivaskuler

- EEG mendatar

- Nadi tidak teraba

- Iktus kordis negative

- Denyut jantung tidak terdengar

MATI SELULER
� Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis
� Kerusakan terjadi pada semua organela sel terakhir pada mitokondria
� Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda sehingga terjadinya
kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan

MATI SEREBRAL
� Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batng otak dan serebelum, kedua
sistem lain masih berfungsi dengan bantuan alat

MATI BATANG OTAK


� Kerusakan seluruh isi neuronal intracranial yang reversibel, termasuk batang otak dan
serebelum
� Tanda awal :

- Relaksasi primer
- Berhentinya pernafasan
- Berhentinya sirkulasi darah
- Kulit pucat
- Reflek kornea dan cahya (-)

� Tanda lanjut :
- Algor mortis ( penurunan suhu )
- Livor mortis ( lebam mayat )
- Rigor mortis ( kaku mayat )
- Dekomposisi (pembusukan )
- Maserasi
- Mumifiksai
- Saponifikasi

ALGOR MORTIS
� Adalah penurunan suhu mayat
� Suhu mayat dapat berubah karena ada beda suhu tubuh dengan suhu lingkungan
� Tubuh sudah tidak ada metabolisme
� Tidak ada sirkulasi yang meratakan suhu tubuh
� Dipengaruhi oleh : baju, usia,sakit sebelumnya, dan lingkungan
� Proses pemindahan panas melalui : konduksi, radiasi dan evaporasi

Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya penurunan suhu tubuh mayat :


� Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungan
� Suhu tubuh mayat saat mati
� Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
� Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
� Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
� Aktivitas sebelum meninggal
� Sebab kematian
� Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
� Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaaan tubuh yang terpapar.

Cara melakukan penilaian algor mortis:


� Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting
� Dahi dingin setelah 4 jam post mortem
� Badan dingin setelah 12 jam post mortem
� Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem
� Bila mayat mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran dan keadaan
airnya
� Berbagai skala waktu diajukan dengan rumus := 98,4 F - suhu rectal F 1,5 F

LIVOR MORTIS
(lebam mayat )
� Adalah warna yang muncul pada kulit orang yang sudah mati
� Patofisiologi : adanya gravitasi bumi sehingga darah menempati bagian tubuh terbawah,
intensitas dan luasnya berangsur-angsur bertambah sehingga akhirnaya menetap.
Membentuk warna merah ungu ( livide )
Livor mortis terjadi karena :
� Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar
� Kapiler sebagai bejana berhubungan
� Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun
� Pembuluh darah terjepit ole otot saat rigor mortis

Waktu terjadinya livor mortis :


� terjadi setelah mati somatis dan tampak 20-30 menit kemudian
� Dengan penekanan hilang ? < 6-10 jam
� ditekan tidak dapat hilang lagi ? n> 6 � 10 jam

Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian :
� Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
� Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
� Merah gelap menunjukkan asfiksia
� Biru menunjukkan keracunan nitrit
� Coklat menandakan keracunan aniline

5 macam interpretasi Livor mortis :


� Tanda pasti kematian
� Menaksir saat kematian
� Menaksir lamam kematian
� Menaksir penyebab kematian
� Posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati

Perbedaan livor mortis dan luka memar


Livor mortis Luka memar
lokasi Bagian tubuh terendah Sembarang tempat
pembengkakan Tidak ada Sering ada
Bila ditekan Hilang / Tidak
(tergantung waktu )
Tidak hilang
Incisi di tempat
bintik merah lalu
disiram air
Intravaskuler ( warna merah
darah akan segera hilang )
Ekstravaskuler
( warna merah darah
tidak hilang )
histologis epidermal subepidermal
RIGOR MORTIS
( kaku mayat )
� Patofisiologi rigor mortis :
� Terjadi bila cadangan glikogen habis sehingga aktin dan miosin menggumpal
� Dimulai dari otot kecil ke arah dalam dan menghilang juga dari otot kecil ( proteolisis )
� Bila otot dipaksa diregangkan maka otot akan robek
� Dapat disertai atau tidak disertai pemendekan serabut otot

Perubahan kekakuan pada mayat :


� Relaksasi primer : 2-3 jam setelah kematian
� Rigor mortis
� Relaksasi sekunder

Skala waktu rigor mortis :


� Kurang dari 2-4 jam post mortal belum terjadi rigor mortis
� Lebih dari 3-4 jam post mortal rigor mortis mulia tampak
� Rigor mortis maksimal 12 jam post mortal
� Rigor mortis dipertahankan selama12 jam

Rigor mortis menghilang 24-36 jam post mortal

Faktor yang mempengaruhi rigor mortis :


� Aktivitas pre mortal, mempercepat kaku
� Suhu tubuh tinggi, mempercepat kaku
� Bangun tubuh dengan otot athletis, memperlambat kaku
� Suhu lingkungan tinggi, mempercepat kaku

Kekakuan yang menyerupai rigor mortis :


� Cadaveric spasm merupakan kekakuan yang timbul pada saat kematian dan menetap sesudah
kematian akibat hilangnuya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang hebat sesat
sebelum mati
� Heat stiffening merupakan kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot
� Cold stiffening merupakan kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga
serabut otot memendek dan terjadi fleksi sendi.Misalnya pada mayat yang tersimpan dalam
ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.

DEKOMPOSISI (pembusukan )
� Degradasi jaringan terutama protein akibat kerja bakteri akan terbentuk gas H2S dan HCN
selain asam amino dan asam lemak dan akibat autolisis (pelunakan dan pencairan jaringan yang
terjadi dalam keadaan steril )
� Terjadi segera setelah kmatian seluler, baru tampak

�24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang
isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dengan dinding perut.
� Faktor yang mempengaruhi pembusukan : bakteri, udara, kelembaban,air, suhu optimum
(21-37 C)

� INTERPRETASI :
Lamanya kematian, tergantung pada derajat pembusukan.Lalat yang hinggap pada tubuh
yan membusuk pada 18 jam post mortal dan bertelur setelah 8 jam kemudian.

MASERASI
� Adalah perubahan yang terjadi pada mayat yang mati dalam kandungan yang mengandung
dekomposisi protein steril akibat proses autolisis

MUMIFIKASI
� proses dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang
selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
� Jaringan menjadi keras dan kering , warna gelap, keriput dan tidak membusuk
� Syarat terjadinya mumifikasi :suhu tinggi, kelembaban rendah,aliran udara tinggitubuh
dehidrasi dan waktu yang lama.

SAPONIFIKASI
� Terbentuk bahan berwarna keputihan , lunak atau berminyak berbau tengik.
� Hidrogenisasi asam lemka tak jenuh yang timbul akibat pemecahan lemak tubuh oleh bakteri
� Terbentuk pertama kali pada lemak superficial bentuk bercak, di pipi, di payudara, bokong
bagian tubuh atau ekstremitas.
� Manfaat : perkiraan saat kematian, perkiraan sebab kematian, posisi terakhir saat kematian.
TRAUMATOLOGI

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari
trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi organ.
Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antaralain kekuatan mekanik, aksi
suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti
seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.

Trauma Tumpul

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:

Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.

Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat
perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.

Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan
objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.

Abrasi

Laserasi

Kontusi/ruptur

Fraktur

Kompresi

Perdarahan

Abrasi

Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja
yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke
jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah
dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan
ketidakteraturan benda yang mengenainya.

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu
terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat
ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah
saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari),
beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi
dapat terjadi pada abrasi yang luas.

Kontusio Superfisial

Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang
singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat
menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan
kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang
ditimbulkannya.

Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut
bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart pasti untuk
menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga
karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka
akan semakin membuat luka memar menjadi gelap.

Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu
terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun
bergantung pada keahlian pemeriksa.

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam
sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok,
penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah
kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat
menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media
berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup,
kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.

Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan subkutan. Tekanan
yang mendadak menyebabkan pecahnya sel – sel lemak, cairan lemak kemudian memasuki
peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran darah dapat menyebabkan emboli lemak
pulmoner atau emboli pada organ lain termasuk otak. Pada mayat dengan kulit yang gelap
sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan darah pada jaringan
subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan.

Kontusio pada organ dan jaringan dalam

Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang
berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan
kelainan fungsi dan bahkan kematian.

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan
dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah
hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio
dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan
kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada daeran yang
bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama
jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat
pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung.

Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada
rongga tubuh.

Laserasi

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan
subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip
untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh
benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan
bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi
ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata
dari benda tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya
tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar
dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari
laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi
yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar
juga menunjukkan arah awal kekerasan.

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan
tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum
robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk
permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”.
Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut
tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada
pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah
yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta.
Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran
luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai.
Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.

Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau
memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.
Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu
tidak adanya perdarahan.

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya
robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas
kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka
maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada
sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian
maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut
sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan
bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau
sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu
pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.

Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat
terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi

Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat menyebabkan
memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada pukulan
selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.

Fraktur

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki sedikit
makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit
atau terbuka.

Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor
seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi
trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa
menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami
osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan.

Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada tidaknya
fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos.
Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.

Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat
menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan.
Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur
biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang
makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan, sebagian telah
sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan berdasarkan akumulasi
kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan.
Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang
sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya.

Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub
periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila
terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan
lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi
robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan
pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding
dengan fraktur yang dialaminya.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada
emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat
menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat
terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli
sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.

Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah
begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra
dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat
merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga
kematian.

Kompresi

Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal maupun sistemik
yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.

Perdarahan

Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan
1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume darah
dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan ½ volume darah dan
mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang
terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang
mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan
banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan,
seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin
intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka
yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah
sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari
arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.

Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi perlukaan pada
arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama.
Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan
darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak
memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki perdarahan
yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan
pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan
dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.

Cedera Kepala

Cedera Kepala pada Penutup Otak

Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut duramater, atau
sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan tengkorak
kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut ruang
epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensik.

Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat rapuh,
melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu
penting dalam bidang forensik.

Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut arakhnoid.
Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural.
Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada
ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.

Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural atau
ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai