Anda di halaman 1dari 30

MERAWAT LUKA INFUS

A. Definisi
Merawat infus adalah suatu proes melakukan perawatan di area pemasangan infus.

B. Indikasi
Perawatan infus diindikasikan tiap 48–96 jam, atau ketika kondisi kassa infus
basah, terdapat rembesan darah, atau rusaknya kassa yang melindungi area
penusukan.

C. Kontraindikasi
Tidak ada.

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
1. Sarung tangan bersih
2. Kapas alkohol
3. Kasa steril
4. Plester
5. Gunting

Prosedur Tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Pasang sarung bersih
8. Lepaskan plester dan kassa yang melekat pada lokasi penusukan
9. Observasi adanya pembengkakan
10. Bersihkan dengan cairan desinfektan area penusukan
11. Pasang kassa di area penusukan
12. Tutup kembali dan fiksasi kembali di atas kassa
13. Pasang label atau tanda kapan dilakukan perawatan infus
FASE TERMINASI
14. Merapikan klien dan alat
15. Lepaskan sarung tangan
16. Mencuci tangan
17. Mengevaluasi respon klien
18. Mengucapkan salam
19. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien

E. Komplikasi
Tidak ada.
F. Hal yang harus diperhatikan
waktu perawatan infus yang terakhir kalinya, daerah lokasi penusukan infus,
adanya keluhan nyeri di daerah penusukan, adanya alergi plester atau desinfektan,
dan kepatenan infus dan jumlah tetesan infus.
MEMBERIKAN OBAT ORAL

A. Definisi
Pemberian obat oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.

B. Indikasi
- Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat
- Pada pasien yng tidak mengalami gangguan pencernaan

C. Kontraindikasi
- Pada klien yang memilikigangguan fungsi gastrointestinal
- Motilitas menurun misalnya setelah anestesigeneral
- Pasca operasi sistim gastrointestinal

D. Prinsip kerja
Persiapan Alat dan Bahan :
a) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
b) Obat dan tempatnya.
c) Air minum dalam tempatnya.
Prosedur Kerja :
a) Cuci tangan.
b) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu,
dan tepat tempat.
d) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
- Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul
jangan dilepaskan pembungkusnya.
- Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman.
- Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
- Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap
obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
- Cuci tangan.

E. Komplikasi
Pada klien yang tidak sadar sepenuhnya, tidak dapat menelan atau meletakan obat
dibawah lidah dapat menimbulkan rasa tidak enak dan dapat merusak lintasan
gastrointestinal, perubahan warna pada gigi.

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat,
dan efek samping obat.
2. Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat
3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya.
5. Bila pasien tidak kooperatif, pemberian obat oral dapat melibatkan keluarga
MEMONITOR TETESAN INFUS

A. Definisi
Memonitor tetesan infus adalah tindakan pemantauan terhadap tetesan cairan infus.

B. Indikasi
Memonitor terkesan infus diindikasikan kepada klien yang membutuhkan rehidrasi
cairan, misalnya klien luka bakar, syok, diare, dehidrasi

C. Kontraindikasi
Tidak ada

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
- Kertas
- Pensil
- Jam dengan jarum detik
Prosedur tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Membaca program dokter dan memastikan larutan/cairan yang diberikan tepat
8. Mencaritahu kalibrasi dalam terkesan per mililiter dari set infus
9. Menghitung terkesan infus
10. Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik dril
11. selama 1 menit dengan jam
12. Atur klem pengatur untuk menaikan atau menurunkan terkesan infus
13. Periksa kecepatan setiap jam
FASE TERMINASI
14. Mengevaluasi hasil/respon klien
15. Mengakhiri kegiatan/memberi salam
16. Mencuci tangan
17. Mendokumentasikan hasil

E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Kebutuhan keseimbangan cairan pasien
2. Kelancaran tetesan infus
MEMBERIKAN OKSIGEN NASAL KANUL

A. Definisi
Pemberian oksigen adalah pemberian oksigen melalui hidung dengan menggunakan
kanule nasal. Kanule nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen kontinu dengan aliran 1-6 L/mnt.

B. Indikasi
Klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (memperbaiki terjadinya
hipoksemia dan menurunkan stimulus yang dapat meningkatkan kardiak output)

C. Kontraindikasi
1. Jalan nafas yang tersumbat, baik akibat trauma hidung atau akibat inflamasi
2. Pada pasien tanpa hipoksia

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan :
1. Tabung Oksigen
2. Humidifier dengan air steril di dalamnya
3. Kanule nasal
4. Pita/Plaster jika untuk memastikan kanule ditempatnya
5. Kain kasa untuk melapisi selang di atas tulang pipi

Prosedur tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Menjaga privasi
8. Mengatur posisi yang nyaman (semi fowler atau semi fowler)
9. Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga
10. Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan
11. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab/humidifier
12. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa
13. Memasang kanula/outlet pada hidung klien
14. Meletakkan kanule di atas wajah klien dengan kanule/outlet masuk hidung dan
selang mengelilingi kepala atau menyelipkannya pada daun telinga. Beberapa
model mempunyai pengikat dibawah dagu.
15. Jika kanule tidak pada tempatnya, plester pada sisi wajah, selipkan kasa di
bawah selang pada tulang pipi untuk mencegah iritasi
16. Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.
17. Menganjurkan klien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup
18. Mengkaji respon langsung klien terhadap oksigen, seperti warna pernafasan
ketidaknyamanan dan sebagainya. Memberi dorongan/support ketika
diputuskan pemakaian kanule.
FASE TERMINASI
19. Merapikan klien dan alat
20. Mencuci tangan
21. Mengevaluasi respon klien
22. Mengucapkan salam
23. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian, aliran
kecepatan oksigen, rute pemberian, dan respons klien

E. Komplikasi
Komplikasi pada mukosa : rasa tidak nyaman akibat keringnya mukosa hidung
Iritasi kulit : iritasi pada kulit yang bersentuhan pada nasal kanul
Hiperoksia dan Hiperkapina : terjadi pada pengunaan yang tidak sesuai indikasi

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Pastikan indikasi tindakan terpenuhi
2. Pastikan tidak ada obstruksi jalan nafas pada hidung
3. Pastikan terdapat instruksi yang jelas di rekam medis terkait dosis aliran
oksigen yang diberikan
MEMBANTU PASIEN BAK

A. Definisi
Membantu pasien BAK yaitu membantu pasien buang air kecil menggunakan
urinal yang diterapkan pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di
kamar mandi.

B. Indikasi
1. Dilakukan pada pasien yang tidak mampu ke toilet.
2. Pada pasien yang bedrest total.
3. Pada klien selesai operasi agar luka bekas operasi tidak infeksi karena terlalu
banyak bergerak

C. Kontraindikasi
1. Pasien yang mampu ke toilet atau bisa BAB secara mandiri.
2. Pasien dengan fraktur vertebra dan femur

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
1. Urinal
2. Pengalas
3. Tisu
4. Botol berisi air hangat

Prosedur tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Menjaga privasi klien
8. Memakai sarung tangan
9. Memasang pelak dibawah bokong klien
10. Melepaskan pakaian bawah klien
11. Mengatur isi pasien (dosa rekumben), tergantung kenyamanan klien
12. Memasang urinal di bawah gluteal/pinggul atau di antara kedua paha
13. Menganjurkan klien untuk berkemih
14. Menyiram genitalia (penis) klien dengan air hangat
15. Mengeringkan genitalia dengan tisu
16. Memasang kembali pakaian bawah klien
FASE TERMINASI
17. Merapikan klien dan alat
18. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
19. Memberi salam
20. Mencuci tangan
21. Mendokumentasikan hasil kegiatan
E. Komplikasi
Tidak ada.

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Bila tidak dapat di tolong oleh seorang perawat, misalnya pasien gemuk, maka
di perlukan lebih dari satu orang perawat dan caranya adalah sebagai berikut :
a. Bila dua orang perawat. Perawat berdiri di sebelah kanan dan kiri
pasien,satu orang perawat tangan dan mengangkat dengan dua perawat
yang lainmembantu sambil menyorongkan pispot.
b. Bila tiga orang perawat, dua orang berdiri di sebelah kanan kanan
pasiendan satu lagi berdiri di sebehah pasien (sebaliknya) dua orang
perawat
2. Mengangkat pasien dan satu orang menyorongkan pispot sambil membantu
dan mengangkat bokong pasien.
3. Menggunakan pispot yang bersih dan kering.
4. Menggunakan sarung tangan sekali pakai dan cuci tangan anda segerasebelum
dan sesudah melaksanakan prosedur untuk mencegah penularanpenyakit ke
orang lain dan juga ke diri anda sendiri.
5. Memberi privasi pada pasien. Cobalah untuk membuat pasien senyaman
mungkin selama prosedur tindakan.
6. Sebaiknya memberikan pispot jangan waktu makan, berkunjung atau menerima
tamu kunjungan (visite) Dokter.
MEMASANG DIAPERS/POPOK

A. Definisi
Pemasangan diapers/popok dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami
penurunan kesadaran atau yang tidak bisa buang air besar di toilet.

B. Indikasi
Pada pasien yang mengalami kesulitan menahan buang air kecil atau besar karena
kondisi kesehatan tertentu.

C. Kontraindikasi
Tidak ada

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
1. Popok/Diapers
2. Pengalas
3. Tisu Basah/Waslap
4. Air bersih dalam tempatnya (botol)
5. Sarung tangan
6. Tempat sampah/kantong kresek

Prosedur Tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Menjaga privasi klien, Memakai sarung tangan
8. Memasang pelak dibawah bokong klien, lalu melepaskan pakaian bawah
klien
9. Melepaskan rekatan diapers pada ke dua sisi, kemudian menekan bagian
ujung dipaer depan klien ke bawah hingga ke bawah genitalia. Sementara
sisi samping diapers yang terjauh dengan perawat digulung ke bawah
hingga bagian samping bokong
10. Membantu pasien mengubah posisi menjadi posisi sim (membelakangi
perawat)
11. Melepaskan popok/diapers dengan menekan dari daerah punggung hingga
ujung genitalia, usahakan semua kotoran masuk dalam diapers dan tidak
terjatuh
12. Masukan diapers ke dalam tempat sampah/kantong kresek
13. Bersihkan area bokong dengan tisu dan bila perlu dengan air hingga bersih
14. Setelah bersih, memasang popok/diapers yang baru dengan
melekatkan bagian sisi yang membelakangi pasien serta memasukkan
diantara lipatan paha sisi depan diapers
15. Membantu pasien kembali ke posisi berbaring (posisi supinasi)
16. Merapikan sisi diapers yang berada pada sisi terjauh dengan perawat,
kemudian rapikan seluruh posisi diapers dan rekatkan diapers
17. Melepaskan sarung tangan
FASE TERMINASI
18. Merapikan klien dan alat
19. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
20. Memberi salam
21. Mencuci tangan
22. Mendokumentasikan hasil kegiatan

E. Komplikasi
Iritasi kulit yag dikarenakan pemakaian popok yang terlalu lama

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Lamanya penggunaan popok
2. Gunakan popok dewasa sesuai anjuran agar terhindar dari ruam popok
MENGUKUR SUHU

A. Definisi
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari
tubuh, yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.

B. Indikasi
1. Pada pasien baru
2. Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
3. Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
4. Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi

C. Kontraindikasi
1. Pengukuran Suhu Oral
a. Klien tidak kooperatif
b. Bayi atau toodler
c. Tidak sadar
d. Dalam keadaan menggigil
e. Oang yang biasa bernafas dengan mulut
f. Pembedahan pada mulut
g. Pasien tidak bisa menutup mulut
2. Pengukuran Suhu Rektal
a. Diare
b. Pembedahan rectal
c. Clotting disorders
d. Hemorrhoids
3. Pengukuran Suhu Aksial
a. Diare
b. Pembedahan aksial
c. Clotting disorders
d. Hemorrhoids

D. Prinsip kerja
1. Pemeriksaan Suhu Oral
a. Jelaskan prosedur pada klien.
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi klien.
e. Tentukan letak bawah lidah.
f. Turunkan suhu termometer dibawah 340C – 350C.
g. Letakkan termometer di bawah lidah sejajar dengan gusi.
h. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 menit.
i. Angkat termaometer dan baca hasilnya.
j. Catat hasil.
k. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
l. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
m. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2. Pemeriksaan Suhu rektal
a. Jelaskan prosedur pada klien.
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi klien.
e. Tentukan termometer dan atur pada nilai nol lalu oleskan vaselin jelly
f. Letakkan telapak tangan pada pada sisi glutea klien dan masukkan
termometer ke dalam rektal jangan sampai berubah tempatnya dan ukur
suhu.
g. Setelah 3-5 menit angkat termaometer dan baca hasilnya.
h. Catat hasil.
i. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
j. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
k. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3. Pemeriksaan suhu aksila
a. Jelaskan prosedur pada klien.
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi klien.
e. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan
tisu.
f. Letkkan termometer pada daerah aksila dan lengan klien fleksi diatas dada.
g. Setelah 3-10 menit angkat termometer dan baca hasilnya.
h. Catat hasil.
i. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.
j. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih, dan
keringkan.
k. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Keakuratan termometer
2. Ketepatan lokasi pengukuran suhu
MEMBERIKAN MAKANAN PER ORAL

A. Definisi
Pemberian nutrisi per oral adalah suatu proses pemenuhan makanan dan minuman
melalui mulut klien.

B. Indikasi
Adapun indikasi pemberian nutrisi per oral yakni klien yang tidak mampu makan
secara mandiri yang disebabkan karena sakit atau trauma tubuh.

C. Kontraindikasi
Tidak dapat diberikan pada pasien koma, CA nasofaring, CA mandibularis

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
1. Piring berisi makanan
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas minum yang berisi air hangat seta tutupnya
5. Sedotan
6. Tissu dalam tempatnya
7. Serbet
8. Baki untuk tempat membawa makanan

Prosedur tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kemampuan klien dalam pemenuhan nutrisi peroral
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien/keluarga untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Membawa makanan dengan menggunakan baki
8. Menjaga privasi klien
9. Mendekatkan alat-alat yang akan digunakan
10. Meminta klien berpartisipasi dalam tindakan (mengatur posisi)
11. Memberikan penghargaan klien atas kerjasamanya
12. Membentangkan Serbek di bawa dagu klien
13. Duduk dengan posisi yang memudahkan pekerjaan
14. Menawari minum kepada klien
15. Menyuapkan makanan sedikit-demi dengan menggunakan sendok atau garpu
16. Memperhatikan apakan makanan sudah ditelan habis klien
17. Setelah memberikan makanan klien diberikan minum
18. Membersihkan mulut klien dan sekitanya dengan tissue
FASE TERMINASI
19. Merapikan klien dan alat
20. Mengevaluasi respon klien
21. Minta terima kasih pada klien atas kerjasamanya
22. Mengucapkan salam
23. Mencuci tangan
24. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien

E. Komplikasi
Tidak ada.

F. Hal yang harus diperhatikan


Fungsi gastrointestinal, dan tipe diet yang dapat ditoleransi oleh klien, kemampuan
klien menelan, nafsu makan klien, toleransi terhadap makanan, jenis makanan yang
disukai dan yang tidak disukai, serta adanya alergi makanan.
MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI

A. Definisi
Yaitu memindahkan klien yang tidak dapat/tidak boleh berjalan sendiri dari tempat
tidur ke kursi roda

B. Indikasi
1. Klien yang tidak dapat berjalan sendiri
2. Klien tidak sadar

C. Kontraindikasi
Tidak ada

D. Prinsip kerja
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Kursi roda didorong ke sisi tempat tidur dan roda dibelakangnya dikunci
agar tidak terbalik
8. Berdiri menghadap klien dengan kedua kaki merenggang
9. Anjurkan klien untuk meletakan kedua tangan di bahu anda
10. Kedua tangan perawat menopang bahu klien pada sisi yang lemah/sakit dan
klien dianjurkan bertumpu pada sisi yang kuat
11. Perawat membantu klien untuk turun dari tempat tidur, berdiri tegak dan
berjalan menuju kursi roda
12. Anjurkan klien untuk bersandar pada kursi roda dan letakkan kaki klien
diatas sandaran kaki
13. Observasi keadaan umum klien
14. Begitu pula sebaliknya jika memindahkan klien dari korsi roda ke tempat
tidur
FASE TERMINASI
15. Merapikan klien
16. Mengevaluasi respon klien
17. Mengucapkan salam
18. Mencuci tangan

E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Hidari tindakan yang menimbulkan perasaan lelah bagi pasien
MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE TEMPAT TIDUR LAIN

A. Definisi
Yaitu memindahkan klien yang tidak dapat/tidak boleh berjalan sendiri dari tempat
tidur ke brankard / kursi roda atau sebaliknya
B. Indikasi
1. Klien yang tidak dapat berjalan sendiri
2. Klien tidak sadar
C. Kontraindikasi
Tidak ada
D. Prinsip kerja
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Klien diangkat sekurang-kurangnya 3 orang perawat (sesuai kebutuhan)
8. Ketiga perawat berdiri pada sisi kanan klien dengan urutan sbb:
a. Perawat I ( paling tinggi) berdiri di bagian kepala
b. Perawat II berdiri di bagian pinggang
c. Perawat III berdiri di bagian kaki
9. Lengan kiri perawat I dibawah kepala dan pangkal lengan klien di lengan kanan
di bawah punggung klien (bila klien gemuk, lengan kanan perawat melalui
badan klien ke bawah pinggang , sehingga berpegangan dengan tangan kiri
perawat II)
10. Lengan kiri perawat II di bawah pinggang klien, lengan kanan dibawah bokong
klien
11. Kedua lengan perawat III mengangkut seluruh tungkai klien
12. Setelah siap salah seorang perawat memberi aba-aba, kemudian bersama-
sama mengangkat klien dari tempat tidur menuju brangkard.
13. Setelah Klien berada diatas brankard, posisi diatur, perhatikan keadaan umum
klien , selimut dipasang.
14. Begitu pula sebaliknya jika memindahkan klien dari brankard ke tempat tidur
FASE TERMINASI
15. Merapikan klien
16. Mengevaluasi respon klien
17. Mengucapkan salam
18. Mencuci tangan

E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


a. Perhatikan keadaan umum pasien
b. Hidari tindakan yang menimbulkan perasaan lelah bagi pasien
MELEPAS INFUS

A. Definisi
Melepaskan infus adalah suatu proses melepaskan set infus (abocath, botol infus,
selang infus) dari pembuluh darah vena. Menghentikan atau melepas infuse
dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang
baru.

B. Indikasi
Melepaskan infus diindikasikan pada klien yang tidak membutuhkan terapi
intravena lagi, mengalami flebitis, inflamasi atau tromboflebitis.

C. Kontraindikasi
Tidak ada

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
1. Sarung tangan bersih
2. Kapas alkohol
3. Plester
4. Perlak dan pengalas
5. Bengkok
6. Kassa steril

Posedur Tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Memasang perlak dan pengalas
8. Pasang sarung bersih
9. Menutup klem infuse
10. Membuka plester pada daerah tusukan sambil memegang jarum
11. Tarik perlahan-lahan abocath infuse
12. Tekan area penusukan dengan kapas alkohol selama 2-3 menit
13. Menutup daerah bebas tusukan dengan kasa steril dan diplester
14. Selang infus dan botol caiaran dibuang pada kantong/tempat sampah
FASE TERMINASI
15. Merapikan klien dan alat
16. Lepaskan sarung tangan
17. Mengevaluasi hasil/respon klien
18. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19. Mengakhiri kegiatan/memberi salam
20. Mencuci tangan
21. Mendokumentasikan hasil
E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


Adapun yang perlu dikaji adalah: daerah lokasi penutusukan infus: tanda-tanda
infeksi, adanya infiltrasi (rembesan cairan infus), rembesan darah, kebersihan dan
kelembaban. Kaji adanya keluhan nyeri di daerah penusukan rasa panas, kaji
apakan masih terdapat tanda dan gejala kekurangan nutrisi dan cairan.
MEMBERSIHKAN LINGKUNGAN PASIEN

A. Definisi
Kebersihan lingkungan klien adalah keberkahan area sekitar klien berada, baik itu
di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Kebersihan yang dimaksud di sini yaitu
yang berada disekitar klien atau yang ditempati klien, seperti tempat tidur klien.

B. Indikasi
Kondisi lingkungan pasien yang kotor dan tidak rapi

C. Kontraindikasi
Tidak ada

D. Prinsip kerja
1. Cara Menyiapkan Tempat Tidur
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Pasang laken dengan garis lipatan tepat di tengah kasur/tempat tidur
c. Atur sisi kedua samping laken atau tempat tidur dengan sudur 900, kemudian
masukkan ke bawah kasur. Jika laken tidak sesuai ukurannya maka
masukkanlah bagian kepala lebih banyak dari pada bagian kaki.
d. Pasang pelak, kemudian stik laken di tengah tempat tidur, masukkan kedua
ujungnya di bawah kasur
e. Lipat selimut menjadi empat secara terbalik, lalu pasang di bagian bawah.
Masukkan ujung selimut ke bawah kasur
f. Pasang sarung bantal, letakan dengan rapi di bagian atas tempat tidur
g. Cuci tangan

2. Cara Merapikan Tempat Tidur dengan Klien di Atasnya


Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Rapikan tempat tidur sebelah kanan dengan cara sebagai berikut :
1) Miringkan klien ke kiri
2) Gulung stik laken hingga batas punggung klien
3) Bersihkan dan rapikan laken
4) Pasang kembali dengan rapih stik laken
c. Rapikan tempat tidur sebelah kiri dengan cara sebagai berikut :
• Miringkan klien ke kanan
• Rapikan dengan cara yang sama seperti sebelah kanan
d. Susun bantal dan baringkan klien pada posisi yang tepat
e. Pasang selimut
f. Cuci tangan

3. Cara Mengganti Alat Tenun dengan Klien di Atasnya


Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
c. Tutup sampiran
d. Mengenakan sarung tangan bersih
e. Pindahkan barang-barang/perlengkapan milik klien dari atas tempat tidur jika
ada
f. Bantu klien memiringkan tubuh (menjauhi perawat)
g. Gulung laken, pelak, dan stik laken ke arah punggung klien
dengan bagian kotor berada dalam gulungan
h. Pasang alat tenun bersih setengah bagian dengan sisanya
tergulung di belakang punggung klien
i. Bantu klien untuk membalik posisi ke hadapan perawat dengan
melewati gulungan alat tenun tersebut (melewati gulungan
linen bersih)
j. Angkat semua gulungan kotor, lalu letakan dalam ember atau tempat linen kotor
k. Buka gulungan alat tenun yang bersih dan rapikan (masukan
sisa-sisa linen pada sisi tempat tidur ke bawah kasur)
l. Kembalikan klien ke posisi yang nyaman
m. Pasang selimut bersih
n. Lepaskan bantal dengan hati-hati sambil menyangga kepala klien
o. Lepaskan sarung bantal yang kotor dan ganti dengan yang bersih
p. Susun bantal dan bantu klien tidur dengan posisi yang nyaman
q. Rapikan peralatan dan cuci tangan

E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


1. Menggunakan prinsip asepsis dengan menjaga alat tenun lama agar jauh dari
badan perawat ( tidak menempel pada seragam)
2. Jangan mengibaskan alat tenun lama, karena hal ini dapat menyebarkan
mikroorganisme lewat udara
3. Linen (alat tenun) lama jangan diletakan dilantai untuk menjegah penyebaran
infeksi
4. Ketika mengganti alat tenun, gunakan prinsip body mechanics
5. Jaga privasi, kenyamanan dan keamanan dari klien
MENCUCI TANGAN ASEPTIC ANTISEPTIC

A. Definisi
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004).
Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi

B. Indikasi
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan
3. Setelah terpapar cairan dari pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak denga lingkungan pasien

C. Kontraindikasi
Tidak ada

D. Prinsip kerja
Prosedur Cuci Tangan Bersih (Aseptik)
Peralatan dan Perlengkapan :
1. Air mengalir
2. Handuk bersih atau tisu
3. Sabun
Prosedur Kerja :
1. Basuh tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
3. Gosok kedua telapak tangan dengan cara memutar tangan kanan diatas tangan
kiri berlawanan dengan arah jarum jam
4. Gosok punggung tangan dan sela jari tangan bagian luar dengan berlawanan
arah bergantian
5. Gosok sela-sela jari bagian dalam bergantian
6. Gosok punggung jari dengan gerakan setengah memutar olak balik
7. Gosok ibu jari dan sela jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian bawah
dengan gerakan melingkar bergatian
8. Bersihkan sela kuku/ujung jari dengan cara gosokkan ujung jari dengan
memutar di telapak tangan dengan bergantian
9. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
10. Bilas kedua tangan dengan air
11. Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering
12. Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran sebelum dibuang pada tempat
sampah

Prosedur Cuci Tangan Steril (Antiseptik)


Peralatan dan Perlengkapan :
1. Sabun
2. Wastafel/air mengalir
3. Handuk steril
4. Sikat lembut
5. Spon
6. Bahan antiseptik

Prosedur Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Melepas cincin, gelang dan jam tangan
3. Basahi kedua tangan dengan air mengalir sampai siku. Gunakan sabun dari
siku kearah lengan bawah, dan tangan satunya
4. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut ke arah luar,
kemudian bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular dengan spon.
Lakukan hal yang sama pada tangan satunya.
5. Bilas tangan secara bergantian dengan air mengalir, setelah bersih tahan kedua
tangan mengarah keatas sebatas siku
6. Gosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah dengan
antiseptik minimal selama 2 menit
7. Bilas kembali setiap tangan dengan air mengalir secara bergantian
8. Tegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh
permukaan atau benda apapun
9. Keringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-anginkan. Seka
tangan dimulai dari ujung jari sampai siku. Untuk tangan yang berbeda
gunakan sisi handuk yang berbeda

E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


Tidak ada
MEMBERIKAN OBAT PARENTERAL ( INTRA VENA )

A. Definisi
Yaitu obat disuntikan melaui vena. Pemberian obat lewat intravena bisa dilakukan
secara langsung lewat vena, lewat selang intravena maupun lewat wadah cairan
intravena, tergantung pada kebutuhan mediasi dari klien. Pemberian obat melalui
wadah cairan intravena dilakukan dengan infus IV. Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan jika obat yang dierikan berjumlah cukup besar dan membutuhkan waktu
yang lama untuk menginjeksikannya.

B. Indikasi
Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.

C. Kontraindikasi
Tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.

D. Prinsip kerja
Alat dan bahan
 Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
 Obat dalam tempatnya.
 Spuit sesuai dengan jenis ukuran
 Kapas alcohol dalam tempatnya.
 Cairan pelarut (aquades).
 Bak injeksi.
 Bengkok.
 Perlak dan alasnya.
 Karen pembendung.
Prosedur kerja
1. cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian pada
daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke ataskan.
4. Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila obat
dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades steril.
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi.
6. Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang
akan dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung daerah
yang akan dilakukan penyuntikan dan lakukan penekanan.
9. Ambil spuit yang berisi obat.
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke
pembuluh darah.
11. Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan
langsung semprotkan hingga habis.
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan lakukan
masase pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang telah
digunakan di masukkan ke dalam bengkok.
13. Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14. Cuci tangan.

E. Komplikasi
Tidak ada.

F. Hal yang harus diperhatikan


1. injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat
ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
2. Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4. Obat yang baik dan benar.
5. Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat
dan benar.
6. Dosis yang diberikan harus tepat.
7. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi tidak langsung harus tepat dan
benar.
MEMBERIKAN OBAT TOPICAL (TETES)

A. Definisi
Obat tetes merupakan obat yang diberikan dengan cara diteteskan pada daerah
lokasi yang akan diberikan. Pemberian obat tetes biasanya dilakukan pada mata,
hidung dan telinga.

B. Indikasi
Obat Tetes Mata
1. Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan
oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis
berenang.
2. Antiseptik dan antiinfeksi.
3. Radang atau alergi mata.

C. Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada
penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali
dalam pegawasan dan nasehat dokter.

D. Prinsip kerja
Pemberian obat tetes mata :
Alat dan bahan :
1. Obat yang dibutuhkan
2. Pipet
3. Bengkok
4. Kapas
5. Sarung tangan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Atur posisi klien sehingga kepala klien menengadah dengan posisi perawat di
samping klien
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut
mata ke arah hidung. Jika terlalu kotor basuh dengan air hangat
6. Buka kelopak mata bagian bawah dengan jari telunjuk kiri
7. Teteskan obat mata pada permukaan konjungtifa kelopak mata bagian bawah.
Anjurkan klien untuk menutup mata secara perlahan. Jika obat mata
berbentuk salep, pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata. Pijat
tube sehingga obat keluar, kemudian berikan obat di kelopak mata bawah dari
kamus dalam ke kamus luar. Anjurkan klien untuk menutup dan mengejapkan
kelopak mata.
8. Bersihkan sisa obat dengan kapas basah
9. Bereskan alat, lepas sarung tangan, dan kembalikan peralatan ke tempatnya
10. Cuci tangan, catat nama obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian

E. Komplikasi
Tidak ada
F. Hal yang harus diperhatikan
1. Kaji pengetahuan klien atau pemberian perawatan tentang tindakan dan tujuan
medikasi.
2. Perhatikan kemampuan klien dalam menggunakan obat secara mandiri
3. Waspada terhadap penggunaan obat terlalu banyak karena suatu lapisan pada
kulit mempengaruhi penyerapan obat.
4. Pastikan bahwa klien atau pemberi perawatan tahu tanda reaksi lokal agens
topikal.
5. Tekankan perlunya mencuci tangan secara menyeluruh setelah mengoleskan
agens topikal.
MENGGANTI CAIRAN INFUS

A. Definisi
Mengganti cairan infus adalah suatu proses mengganti cairan infus yang lama dan
sudah habis atau terdapat pergantian jenis cairan infus. Mengganti botol infuse
dilakukan jika cairan sudah berada di leher botol dan tetesan masih berjalan.

B. Indikasi
Mengganti cairaninfus efektif pada klien yang masih membutuhkan terapi
intravena.

C. Kontraindikasi
Pada klien yang overload cairan, pada klien yang sudah terpenuhi status nutrisi dan
cairan sehingga tidak diperlukan lagi pemasukan parenteral, dan bila klien sudah
meninggal.

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
1. Cairan infus sesuai order dokter
2. Label untuk mencatat tanggal penggantian

Prosedur Tindakan
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7. Menyiapkan cairan infuse yang baru sesuai dengan macam infus
8. Buka plastik pelapis cairan infuse
9. Buka segel cairan infus atau tutup botol cairan infus
10. Klem aliran infus agar cairan tidak mengalir
11. Cabut ujung selang infus dari cairan infus yang lama
12. Dengan gerakan yang cepat sambungkan ujung selang infus dengan cairan
infus yang baru tanpa menyentuh area yang steril
13. Gantung kembali cairan pada tiang (standar),
14. Cek adanya udara di sepanjang selang
15. Yakinkan ruang udara terisi dengan baik (1/3-1/2 bagian dengan isi cairan
infus)
16. Atur kembali tetesan infuse
FASE TERMINASI
17. Merapikan klien dan alat
18. Mengevaluasi hasil/respon klien
19. Mengakhiri kegiatan/memberi salam
20. Mencuci tangan
21. Mendokumentasikan hasil
E. Komplikasi
Tidak ada

F. Hal yang harus diperhatikan


Catatan kolaborasi dokter, informasi dari buku referensi obat atau ahli farmasi
tentang komposisi, tujuan pemberian, efek samping cairan infus, serta pengetahuan
klien tentang kebutuhan terapi cairan infus.
MENGGANTI PAKAIAN PASIEN

A. Definisi
Mengganti pakaian klien yaitu merupakan tindakan mengganti pakaian kotor klien
dengan pakaian yang bersih.

B. Indikasi
1. Bila pakaian pasien yang telah kotor.
2. Bila pakaian pasien yang basah.

C. Kontraindikasi
Tidak ada

D. Prinsip kerja
Alat dan Bahan
1. Pakaian bersih

Prosedur Tindakan
1. FASE PRAINTERAKSI
2. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
5. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
6. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
7. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
8. Menjaga privasi (menutup sampiran)
9. Mengenakan sarung tangan bersih
10. Membuka pakaian klien yang kotor dengan melepas salah satu lengan baju
11. Memiringkan klien ke arah lengan yang belum terlepas
12. Menggulung baju yang kotor hingga bawah punggung klien
13. Memasukkan salah satu lengan baju ke tangan klien dan gulung sisi yang lain
hingga punggung klien
14. Miringkan klien ke arah sebaliknya (arah lengan yang telah terpasang pakaian
bersih)
15. Lepaskan dan angkat pakaian yang kotor, lalu letakan di tempat linen kotor
16. Masukkan sisi lengan pakaian yang bersih
17. Mengembalikan klien ke posisi yang nyaman
18. Merapikan pakaian klien
FASE TERMINASI
19. Merapikan klien dan alat
20. Mengevaluasi respon klien
21. Mengucapkan salam
22. Mencuci tangan

E. Komplikasi
Tidak ada
F. Hal yang harus diperhatikan
1. Hindari tindakan yang menimbulkan rasa malu pada pasien dan tetap menjaga
kesopanan.
2. Perhatikan keadaan umum pasien dan kelainan pada badannya misalnya luka
dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai