Reynaldi Rumagit
16061137
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO 2018
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
A. PENGERTIAN
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan
sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal.
Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan
dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi
kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan
kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi
gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan
orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat
melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif
pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan
terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada
seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu
tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam
mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus
diprioritaskan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak
berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
B. FISIOLOGI AKTIVITAS DAN LATIHAN (MUSKULOSKELETAL
DAN METABOLISME ENERGI)
Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka
diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan
metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem otot
dan sistem rangka.
Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel tubuh
manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari
katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energy
dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhi maka
glukosa akan melalui katabolisme aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel
melalui 4 proses : glikolisis, dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam
sitrat, dan transport elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida , dan uap air.
Jika oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energy akan dilakukan secara
anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi ATP
dari metabolism anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolism aerobic, yaitu
sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP).Karena oksigen amat penting
bagi konservasi energy tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat
dengan kerja sistem kardiovaskuler, respirasi, dan hematologi untuk penyediaan
oksigen dan pembuangan karbondioksida dan uap air.Beberapa kondisi seperti
anemia, syok hipovolemik, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan
dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia.
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang
melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai alat
gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi bentuk
tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-tendon otot
melekat pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang. Tulang
merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik dan anorganik.Tulang
secara histologist dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon)
dan jaringan tulang rawan (kartilago).Yang membedakan osteon dan kartilago
adalah bahwa kartilago lebih elastic dan lebih tahan terhadap adanya tekanan
sehingga cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih eras tapi
mudah patah.Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu : kartilago hialin,
kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan membentuk
bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama menyusun bagian
persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk melindungi dari friksi jika terjadi
pergerakan.Kartilago fibrosa terutama menyusun bagian diskus intervertebralis,
sedangkan kartilago elastic menyusun daun telinga.Matriks organik terdiri atas sel-
sel tulang osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan
pada sistem haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran yang didalamnya terdapat
pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.Matriks anorganik
tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium dan phospat. Matrisk
anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan pada tulang, sehingga
kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan fosfor dalam jaringan tulang
akan menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain
yang mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin terutama hormone
kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D.
Hormon kalsitonin dan paratirohormon bekerja saling berlawanan dan
bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin atau
disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar tiroid dan
bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan
meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik jaringan tulang,
menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang, menghambat
reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi kalisum dari saluran
cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid dan bekerja
dengan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan meningkatkan
absorpsi kalsium dalam saluran cerna, dan meningkatkan resorbsi kalsium dari
tulang melalui jalur aktivasi osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium pada
ginjal.
Vitamin D sangat penting sebagai kofaktor dalam proses absorpsi kalsium
dalam saluran cerna. proses aktivasi vitamin D dijaringan kulit. Vitamin D adalah
vitamin larut lemak yang memiliki struktur molekul steroid. Vitamin ini dibentuk
di kulit dari precursor kolesterol (7,8-dehydrocholesterol) atau precursor Vitamin
D3. Pajanan ultraviolet dari sinar matahari terhadap epidermis kulit akan
menyebabkan transformasi 7,8-dehydrocholesterol ke vitamin D3 (cholecalciferol).
Vitamin D3 yang terbentuk dikulit selanjutnya akan dimetabolisme di hepar
menjadi 25-hydroxyvitamin D (calcidiol) dan di ginjal menjadi bentuk hormone
aktif yaitu 1,25-(OH)2D (calcitriol). Reaksi ini terjadi pada paparan radiasi
ultraviolet dengan panjang gelombang 290-300 nm atau disebut UVB.Vitamin D
yang terbentuk berperan penting dalam berbagai fungsi fisiologis tubuh yang salah
satunya untuk membantu penyerapan kalsium di intestinal. Adanya gangguan
dalam membentuk vitamin D ataupun kondisi defisiensi vitamin D akan
mengganggu proses mineralisasi tulang sehingga pada akhirnya berdampak pada
sistem pergerakan tubuh.
Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak aktif.Hal
ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik
mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanikitu,
terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungankontraksi
otot. Otot pengisi atau otot yangmenempel pada sebagian besar tulangkita
(=skeletal) tampak bergaris-garisatau berlurik-lurik jika dilihat melalui mikroskop.
Otot tersebut terdiri daribanyak kumpulan (bundel) serabutparalel panjang dengan
diameterpenampang 20-100μm yang disebutserat otot. Panjang serat otot ini
mampumencapai panjang otot itu sendiri dan merupakan sel-sel berinti
jamak(=multinucleated cells). Serat ototsendiri tersusun dari
kumpulankumpulanparalel seribu myofibril yang berdiameter 1-2μm
danmemanjang sepanjang sebuahserat otot. Dalam tiap-tiap myofibril, tersusun
oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dar 4 jenis :aktin, myosin, tropomin,
dan tropomiosin. Mekanisme kontraksi otot memerlukan peran aktivitas dari
keempat tipe protein. Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses
pergeseran aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin
berperan sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser
di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi
pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin dan myosin harus hlang dan hal ini
memerlukan peran aktomiosin.Aktivitas aktomiosin ini dpengaruhi oleh adanya ion
kalisum dan neurottansmitter asetilkolin. Adanya kekurangan kalsium dalam tubuh
akan berdampak pada gangguan kontraksi otot. Begitu juga adanya gangguan
trasnmiss kolinergik pada pertatan neuromuscular akan berdampak pada gangguan
kontraksi otot.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS
DAN LATIHAN
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara lain :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status nutrisi
4. Budaya
5. Penyakit terutama yang menyerang Sistema nervosa, sistema
musculoskeletal
6. Penyakit kardsiovaskuler dan pulmonary
7. Kondisi psikologis
D. DAMPAK IMOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada
berbagai sistem tubuh antara lain :
Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan
oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan
kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis kolagen
diperlukan rangsangan pergerakan
Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena
berkurangnya lapisan aktin dan myosin pada myofibril.
Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga
menyebabkan absopsi cairan berlebihan pada intestinum.
Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan
sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen),
keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.
Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung
Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest yang
laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium, potassium, zinc,
phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan
sekresi antidiuretik hormone selama bedrest
Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan dengan
demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan kadar
kalsium darah.
E. NILAI-NILAI NORMAL
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan peralatan
Tingkat 4
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
Elis J.R, Nowlis E.A. 1985.Nursing a Human Needs Approach. Third Edition.
Houghton Mefflin Company. Boston.
Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.
Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11. Jakarta :
EGC