Ilmu Kesehatan Jiwa
Ilmu Kesehatan Jiwa
STRES
Stres adalah gangguan keseimbangan akibat fisik maupun psikologi terhadap tuntutan. Hal-
hal yang menyebabkan stres disebut stresor
Psikologi klinis merupakan cabang dari ilmu psikologi. Klinis sebagai cara penanganan
terhadap gangguan dan psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu tingkah laku. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa psikologi klinis adalah ilmu yang mempelajari proses mental dan
penanganannya yang lebih kepada perilaku manusia itu sendiri dibandingkan dengan periku
hewan.
Secara umum, pengertian dari psikologi klinis adalah sub area dari ilmu psikologi yang
kegiatannya melakukan penelitian terhadap perilaku manusia dan penerapan hasil peneltian
tersebut dengan melakukan assessment (pengkuran psikologis), sehingga psikologi klinis
merupakan psikologi terapan yang dapat membantu manusia secara langsung.
Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan kajian pada
perilaku-perilaku yang abnormal. Psikologi abnormal merupakan cabang besar dari ilmu
psikologi yang telah ada dan telah dipelajari sejak dulu. Tetapi melihat pada aspek
pendefinisian dan sejarahnya, psikologi abnormal dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara
lain:
aliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi
badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan).
Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius.
Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang
mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi
lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.
Unexpectedness
Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi.
Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan
gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau
seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya
saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.
Violation of norms
Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku
tersebut terjadi.
Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan
dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.
Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma
masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual
merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.
Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal
sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas.
Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan
salah satu kajian dalam psikologi abnormal.
Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu.
Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang
mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang
sakit karena disuntik.
Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress
seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
Disability
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas
yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian
narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi
akademik, sosial atau pekerjaan.
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya
seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual
dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak
jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.
Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan.
Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku
normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas
adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.
A. PENDAHULUAN
Kehidupan manusia dewasa ini semakin sulit dan komplek. Kondisi tersebut diperparah
dengan bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern yang cenderung
sekuler. Hal tersebut menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan hidup
yang dialami. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas dan
kuantitas penyakit mental-emosional manusia
Kondisi diatas dapat menimbulkan gangguan jiwa dalam tingkat ringan amaupun berat yang
memerlukan penanganan di rumah sakit, baik itu di rumahs akit jiwa atau di unit pelayanan
keperawatan jiwa di rumah sakit umum dan unit pelayanan lainnya.
Pelayanan di rumah sakit tidak mungkin dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pelayanan
keperawatan. Pelayanan Keperawatan sangat diperlukan karena merupakan bagian integral
dari proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Untuk merawat klien/pasien
dengan baik seorang perawat harus mengetahui konsep dasar keperawatan dan juga harus
memahami serta mengaplikasikan proses keperawatan.
Sehubungan dengan pentingnya dimensi agama dalam kesehatan, maka pada tahun 1984,
WHO menambahkan dimensi agama sebagai salah satu pilar kesehatan. Sehingga menjadi 4
pilar kesehatan yaitu: 1) sehat sevara jasmani/fisik (biologis); 2) sehat secara kejiwaan
(psikologis/psikiatric); 3) sehat secara social dan 4) sehat secara spiritual (agama). Yang
digambarkan dalam sebuah skema (Hawari, 1992)
Agama/ Organo-
Spiritual biologic
ANAK
(MANUSIA)
Psiko- Sosial-
edukatif Budaya
d. Sosial-Budaya
Kepribadian manusia juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan social, dimana
manusia dibesarkan
Kesehatan jiwa : Kemampuan menyesuaikan diri dg diri sendiri, orang lain, masyarakat dan
lingkungan. Terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problema yang
biasa terjadi dan merasa bahagia dan mampu diri
Gangguan Jiwa: Sindroma atau pola perilaku atau psikologik seseorang yg secara klinis
cukup bermakna dan scr khas berkaitan dg suatu gejala “penderitaan” (distress) dan atau
hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi manusia
Bila dicermati secara seksama masing-masing butir kriteria sehat tersebut diatas bernuansa
pesan-pesan moral etik-religius.
1. Ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat,
bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa
2. Terdiri atas peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan pasien gangguan jiwa
dan masalah psikososial
3. Menjadi tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
4. Pemerintah dan masyarakat bertanggungjawab menciptakan kondisi kesehatan jiwa yang
optimal dan menjamin ketersediaan, aksesibilitas, mutu dan pemerataan upaya kesehatan jiwa
5. Pemerintah berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan jiwa keseluruhan,
termasuk akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
5. Keperawatan Jiwa
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini ditekankan dalam
Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang dilakukan dengan pengobatan
dan atau perawatan.
Pelayanan keperawatan yang diberikan adalah upaya mencapai derajad kesehatan semaksimal
mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan dalam bidang
promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan.
Penerapan asuhan keperawatan di rumah sakit jiwa memang sedikit berbeda dengan RSU.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik penderita yang dilayani
yaitu pasien di RSJ merupakan orang yang sedang mengalami gangguan jiwa. Proses
pengobatan gangguan jiwa memerlukan waktu yang lama, disamping itu asuhan keperawatan
yang dilakukan sangat menetukan keberhasilan pengobatan (Keliat, 1998)
Hasil evaluasi terhadap dokumentasi di 2 RSJ yang besar, ditemukan kurang dari 40%
pelaksanaan asuhan keperawatan belum memenuhi kriteria sesuai standar asuhan yang baik.
Kondisi ini tentunya tidak boleh memupuskan motivasi dalam merawat pasien dengan
gangguan jiwa (Keliat, 1998).
1. Mekanisme utama yang mendorong sistem social (Parson, 1951, dalam The Bride to
Profesional Nursing Practice, Cresia, 2001)
2. Set perilaku unik menggambarkan posisi yang merefleksikan domain personal, social
ayau okupasi
3. Pola perilaku tersebut dimanifestasikan ke dalam penampilan melaksanakan tugas dan
kewajiban
4. Pembentukan peran perawat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, individu perawat
dan interaksi perawat dengan yang terlibat dalam set peran tersebut
5. Peran professional unik karena dipengaruhi oleh kode etik yang membantu
memperlihatkan secara tajam perilaku professional dan sebagai kerangka dari harapan peran
tersebut.
Semua peran perawat tersebut dapat dilaksanakan dalam memberikan pelayanan keperawatan
jiwa, baik pada institusi sarana kesehatan RS, Puskesmas maupun praktik mandiri/swasta.
Untuk melaksanakan perasn tersebut dipersiapkan perawat yang memiliki kompetensi dan
kewenangan untuk melaksanakannya (registrasi, sertifikasi dan lisensi).
1. Solitude (nyepi)
ü Perlu waktu utk diri sendiri utk memahami apa yang terjadi waktu bersama orang lain
ü Bukan fisikal, sama dengan “time out”
ü Menghindari dituntut dan menuntut orang lain
3. Solitude (nyepi)
ü Perlu waktu utk diri sendiri utk memahami apa yang terjadi waktu bersama orang lain
ü Bukan fisikal, sama dengan “time out”
ü Menghindari dituntut dan menuntut orang lain
BUKU SUMBER:
Hawari, 2002. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi, FKUI Jakarta
Notosoedirdjo, M, 2005. Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. UMM Press,
Malang
Yosep, 2011. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama, Bandung
ditambah dengan:
Materi Konas Keperawatan Kesehatan Jiwa IV, Bandu