Anda di halaman 1dari 21

BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

OLEH

KELOMPOK 10:

1. Febronia Herlinda Lalus


NIM: 1701050045
2. Giasinta Ivonia Narut
NIM: 1701050037
3. Sofia Setia
NIM: 1701050030

KELAS :A
SEMESTER : III

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
A. BESARAN
Pengukuran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan suatu benda lain. Besaran adalah segala
sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dalam angka dan memikliki satuan.
Misalnya, ketika mengukur panjang meja mengguanakan mistar, berarti kita membandingkan
panjang meja dengan panjang mistar. Ketika kita mengukur massa dengan timbangan,berarti kita
sedang membandingkan massa benda dengan massa anak timbangan.
Hasil pengukuran kemudian dinyatakan dalam angka dan sesuatu yang meyertainya.
Apakah arti angka dan sesuatu yang menyertainya tersebut?. Angka dan sesuatu yang
menyertainya disebut satuan. Sedangkan sesuatu yang diukur disebut besaran.
Dalam ilmu fisika setiap besaran akan memiliki satuan-satuan tertentu. Berdasarkan
satuannya tersebut, besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan.

1. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu.
Besaran pokok adalah besaran yang berdiri sendiri dan satuannya tidk tergantung pada
satuan besaran yang lain. Satuan besaran-besaran itu telah ditentukan sebagai acuan dari
satuan besaran-besaran lain.
Dalam ilmu fisika dikenal ada tujuh besaran pokok. Ketujuh besaran pokok,
lambang dan satuannya dalam sistem Internasional (SI) dapat kalian lihat pada tabel 1.
Sistem Internasional adalah metode pemberian satuan yang berlaku secara internasional. Di
Indonesia, sistem SI ini sesuai dengan sistem MKS (meter, kilogram, sekon). Dalam sistem
SI, satuan-satuan besaran pokok telah dibuat suatu definisi standartnya sehingga secara
universal memiliki besar yang sama.
Tabel 1 Besaran pokok dan satuannya
No Besaran lambang Satuan
1 Panjang l Meter (m)
2 Massa m Kilogram (kg)
3 Waktu t Sekon (s)
4 Suhu T Kelvin (K)
5 Kuat Arus I Ampere (A)
6 Intensitas Cahaya J Candela (cd)
7 Jumlah Zat N Mole (mol)

Satuan standart dipilih yang dapat memenuhi persamaan umum dari sifat alam,
misalnya satuan suhu K ( kelvin), ternyata satuan ini dapat memenuhi perumusan sifat
umum gas. Sedangkan satuan suhu lain seperti derajat celcius, reamur dan fahrenheit harus
diubah ke kelvin terlebih dahulu.
2. Besaran turunan
Besaran turunann adalah besaran yang tersusun dari beberapa besaran pokok.
Perhatikan beberapa contoh besaran turunan berikut:
a. Kelajuan
Kelajuan merupakan besaran turunan. Besaran kelajuan (v) diturunkan dari besaran
pokok panjang dan waktu, yaitu jarak (s) dibagi waktu (t) yang dirumuskan:
𝑠
𝑣=
𝑡
b. Massa jenis
Massa jenis (ρ) diturunkan dari besaran massa (m) dibagi volume (V). Volume sendiri
diturunkan dari besaran panjang. Dengan demikian, massa jenis (ρ) dapat dirumuskan:
𝑚
𝜌=
𝑉
c. Gaya
Gaya (F) diturnkan dari besaran massa (m) dikalikan percepatan (a). Percepatan
diturunkan dari besaran kecepatan (v) dan waktu (t), sedangkan besaran kecepatan
diturunkan dari besaran panjang (l) dan waktu (t). Untuk mencari gaya, kita dapat
menggunakan persamaan:
𝐹 = 𝑚𝑎
d. Muatan listrik
Muatan listrik (Q) diturunkan dari besaran kuat arus listrik (I) dikalikan dengan waktu
(t)
𝑄 = 𝐼𝑡
e. Molaritas zat
Molaritas zat (M) diturunkan ari besaran banyak molzat (N) dibagi volume (V), besaran
volume diturunkan dari besaran panjang.
𝑁
𝑀=
𝑉
Tabel 2 beberapa besaran turunan
B. SATUAN
Satuan adalah suatu pembanding dalam pengukuran atau membandingkan besaran
dengan yang lain yang dipakai oleh patokan. Satuan merupakan salah satu komponen yang
menjadi standar dari suatu besaran. Adanya berbagai macam satuan untuk besaran yang sama
akan menimbulkan kesulitan.
Perlu kalian ingat, baik besaran pokok maupun besaran turunan selalu disertai dengan
satuan. Setiap besaran mempunyai satuan tertentu yang berbeda dengan satuan untuk besaran
lain. Satuan-satuan pada besaran pokok yang telah dipelajari merupakan satuan yang digunakan
secara internasional, yang kita sebut Sistem Satuan Internasional, disingkat SI.
Di sekitar kita, masih sering dijumpai orang yang mengukur panjang benda dengan
dengan satuan jengkal atau depa. Bahkan, untuk menyatakan panjang di Inggris dan Amerika
masih digunakan satuan kaki (feet).
Hasil pengukuran menggunakan satuan depa, jengkal dan kaki berbeda-beda antara
setiap orang. Dengan alasan itulah maka depa, jengkal, dan feet tidak bisa dijadikan standar
pengukurang panjang.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sejak taun 1960 telah digunakan Sistem Satuan
Internasional yang disingkat SI, yang dalam bahasa inngris disebut International System of Unit
atau dalam bahasa Prancis le System International d’unites. sistem ini merupakan hasil dari
kesepakatan CGPM (Conference General des Poids et Measure) di Paris, Prancis.
Sistem Internasional (SI) Dibagi menjadi dua sistem, yaitu sistem MKS dan CGS.
1) Sisten MKS (meter, kilogram, sekon) yaitu cara menyatakan besaran dengan
memakai satuan meter, kilogram, dan sekon.
2) Sistem CGS (centi, gram, sekon) yaitu cara menyatakan besaran dengan memakai
satuan centimeter, gram, dan sekon.
1. Satuan Panjang
Dalam satuan internasional, standar satuan panjang dalah meter. Berdasarkan
sejarahnya, satu meter didefinisikan sebagai sepersepuluh juta kali jarak khatulistiwa dengan
kutub utara sepanjang meridian yang melewati paris. Namun, jarak ini selalu berubah dengan
adanya pemampatan yang diakibatkan oleh gerak rotasi bumi. Kemudian, dibuatlah meter
standar yang terbuat dari campuran platina-iridium yang tersimpan di Sevres dekat Paris.
Perkembangan selanjutnya, para ahli juga menilai meter standar tersebut kurang teliti,
mudah berubag dan sulit didapatkan. Untuk itu, diperlukan meter standar dengan nilai yang
tetap. Pada tahun 1960 ditetapkan satu meter standar sebagai berikut.
1 meter standar = panjang gelombang yang dihasilkan oleh gas Kripton berwarna merah
jingga untuk bergetar 1.650.763,73 kali.
2. Satuan Massa
Satuan untuk massa adalah gram. Standar satuan massa adalah sebuah silinder platina
iridium yang disimpan di Lembaga Berat dan Ukuran Internasional, dan sebagai perjanjian
internasional disebut sebagai massa sebesar 1 kilogram. Standar sekunder dikirimkan ke
laboratorium standar di pelbagai negara yang massanya telah ditentukan dengan
menggunakan teknik neraca berlengan sama.
Dalam skala stomik, kita memiliki standar massa kedua. Standar massa ini adalah
massa atom C12 yang diberikan harga tepat sebesar 12 satuan massa atom terpadu (unified
atomic mass unit)disingkat u dengan 1 u = 1,6677 x 10-27 kg.
3. Satuan waktu
Satuan untuk waktu adalah sekon. Pada tahun 1967 digunakan standar waktu yang
diukur berdasarkan getaran atom cesium-133. Standar waktu yang didasarkan pada getaran
atom cesium ini diterima sebagai standar internasional oleh Konferensi Umum mengenai
Berat dan Ukuran ketiga kelas.
1sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan atom cesium-133 untuk bergetar
sebanyak 9.192.631.770 kali.
4. Satuan Suhu
Suhu atau temperatur menyatakan derajat atau tingkatan panas suatu benda.
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu benda. Satuan suhu dinyatakan dengan
derajat, baik derajat Celcius (oC), Fahrenheit (oF), Reamur (oR), dan Kelvin (K), tergantung
pada jenis termometer yang digunakan. Dalam fisika, satuan suhu yang sering dipakai adalah
Kelvin (K).
5. Satuan Kuat Arus Listrik
Kuat arus listrik menyatakan jumlah muatan listrik yang melwati suatu penghantar
(konduktor) setiap satuan waktu. Satuan kuat arus listrik adalah ampere. Kuat arus listrik
dikatakan 1 ampere jika muatan sebesar 1 coloumb mengalir dalam kawat konduktor setiap
sekon.
Berdasarkan Hukum Ohm, 1 ampere adalah besar kuat arus listrik yang mengalir pada
kawat konduktor dengan hambatan 1 ohm dan beda potensial 1 volt. Sesmentara itu,
berdasarkan terjadinya gaya Korentz, 1 ampere adalah kuat arus listrik pada dua kawat
sejajar yang berjarak 1 m dan menyebabkan gaya Lorentz sebesar 2 x 10-7N, dan kedua arus
searah.
6. Satuan Banyak mol Zat
Molekul zat merupakan bagian terkecil dari suaty zat yang masih memiliki sifat zat
tersebut. Satuan untuk banyak molekul zat adalah mol (mole). 1 mol menyatakan jumlah
partikel dalam suatu zat yang sama jumlahnya dengan banyak partikel dalam 12 gram atom
C-12 (karbon-12). Jumlah partikel/atom dalam 12 gram atom C-12 adalah 6,02 X
1023partikel. Jumlah partikel atau atom ini disebut tetapan Avogadro dan dinyatakan dengan
huruf L.
7. Satuan Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah banyaknya fluks cahaya yang menembus bidang setiap
satuan sudut ruang. Satuan intensitas cahaya adalah kandela. Jika benda hitam seluas 1 m2
pada suhu titik lebur platina (1.773oC) memancarkan cahaya tegak lurus bidang, intensitas
cahaya yang terjadi sebesar 6 x 105 kandela. Kandela menyatakan energi cahaya per waktu
(daya) setiap satu astuan sudut ruang.

C. DIMENSI
Satuan suatu besaran yang telah ditetapkan dalam sistem satuan internasional merupakan
ciri khas dari suatu besaran. Tiap-tiap besaran mempunyai satuan yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Selain satuan, ciri khas besaran pokok dan besaran turunan lainnya adalah dimensi.
Dimensi adalah cara suatu besaran tersusun atas besaran-besaran pokok. Dimensi dalam fisika
ditulis dengan huruf-huruf tertentu di dalam tanda kurung siku.

Volume sebuah balok adalah hasil kali panjang, lebar, dan tingginya. Panjang lebar dan
tinggi adalah besaran yang identik, yaitu ketiganya memiliki dimensi panjang. Oleh karena itu,
dimensi volume adalah panjang. Jadi dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu
tersusun dari besaran-besaran pokok.
Dimensi dari setiap besaran pokok dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3 Dimensi Besaran Pokok


BESARAN POKOK
Nama Satuan SI Lambang Dimensi

Panjang Meter M [L]

Massa Kilogram Kg [M]


Waktu Sekon S [T]
Suhu Kelvin K [Ө]
kuat arus listrik Ampere A [I]
Intensitas
Candela Cd [J]
Cahaya
jumlah zat Mol Mol [N]

Apakah manfaat analisis dimensi? Ada tiga manfaat analisis dimensi dalam fisika:
a) Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisika setara atau tidak
b) Dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar
c) Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisika jika kesebandingan
besaran fisika tersebut terhadap besaran-besaran fisika lainnya diketahui

D. NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING

Dalam fisika, sering dijumpai bilangan yang sangat kecil atau sangat besar. Misalnya
massa elektron yang sangat kecil dan massa Jupiter yang 11,2 kali lipat massa Bumi. Sebagai
contoh, massa elektron kira-kira 0,00000000000000000000000911 kg dan massa planet Jupiter
669.800.000.000.000.000.000.000.000.000 kg. Kita tentunya merasa kesulitan jika harus
menuliskan massa elektron dan planet Jupiter tersebut. Ada satu cara mudah untuk menuliskan
bilangan tersebut, yaitu dengan notasi ilmiah.
1. Notasi Ilmiah
Kita akan kesulitan jika harus menuliskan bilangan yang sangat besar, maupun
bilangan yang sangat kecil. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, kita memerlukan suatu cara
untuk menyederhanakan bilangan-bilangan tersebut. Salah satu cara untuk menyederhanakan
bilangan tersebut adalah dengan notasi ilmiah. Notasi ilmiah adalah suatau cara menuliskan
suatau bilangan dalam bentuk sebagai berikut.
a,...x10n
Keterangan:
a = bilangan asli dari 1 sampai 9 (bilangan genap)
n = pangkat, dengan n bilangan bulat (orde)
berdasrkan notasi tersebut, massa elektron dapat ditulis 9,11 x 10-31 kg, sedangkan
massa Jupiter adalah 6,698 x 1029 kg.
Untuk mencari a dan n, kita dapat mengikuti cara sebagai berikut.
a. Untuk bilangan ≥ 10, diberi tanda koma desimal di akhir bilangan, kemudian pindahkan
tanda koma desimal ke kiri sampai tertinggal 1 angka (a,...). hitunglah angka yang
terlewati saat memindahkan tanda koma desimal. Jumlah angka yang terlewati
merupakan pangkat (n) dan bernilai positif (+).
b. Untuk bilangan ≤ 1, pindahkan tanda koma desimal ke kanan sampai satu angka yang
bukan nol. Hitunglah angka yang terlewati saat memindahkan tanda koma tersebut.
Jumlah angka yang terlewati merupakan pangkat (n), dan bernilai negatif(-).
2. Angka Penting
Angka penting adalah angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri atas
angka pasti dan angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang
digunakan. Hasil pengukuran yang telah Anda lakukan dengan menggunakan alat ukur adalah
nilai data hasil pengukuran. Nilai ini berupa angka-angka dan termasuk angka penting.
Jadi, definisi dari angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran,
termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Angka-angka penting ini terdiri atas
angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur
yang digunakan. Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka penting.
Namun, tidak semua angka hasil pengukuran merupakan angka penting. Berikut ini
merupakan aturan penulisan nilai dari hasil pengukuran.
a. Aturan Angka penting
1) Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 12,55 memepunyai 4 angka penting.
2) Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 4050,04 mempunyai 6 angka penting.
3) Angka nol disebelah kanan angka bukan nol tanpa tanda desimal adalah bukan
angka penting, kecuali diberi tanda khusus (garis bawah/atas).
Contoh: 502.000 mempunyai 3 angka penting
502.000 mempunya 4 angka penting
502.0 mpunya 5 angka penting.
4) Angka noldi sebelah kanan tanda desimal, dan di sebelah kiri angka bukan nol
adalah bukan angka penting.
Contoh: 0,0034 mempunyai 2 angka penting.
5) Semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol
adalah angka penting.
Contoh: 12,00 mempunyai 4 angka penting
0,004200 mempunyai 4 angka penting
b. Operasi angka penting
Untuk menyelesaikan operasi bilangan yang melibatkan angka penting,
diterapkan beberapa aturan yang sedikit berbeda dengan operasi bilangan biasanya.
Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus tahu prinsip pembulatan angka terlebih
dahulu.
1) Pembulatan angka
Aturan dalam pembulatan angka penting adalah sebagai berikut.
a) Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5 dihilangkan.
Contoh: 456,67 dibulatkan menjaadi 456,7
456,64 dibulatkan menjadi 6
b) Apabila tepat angka 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka
ganjil, dan dihilangkan jika sebelumnya angka genap.
Contoh: 456,65 dibulatkan menjadi 456,6
456, 55 dibulatkan menjadi 456,6
2) Penjumlahan dan pengrangan angka penting
Operasi penjumlahan dan pengurangan angka penting mmengikuti aturan:
Penulisan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan mengikuti jumlah angka
taksiran yang paling sedikit dan pembulatan dilakukan sekali saja.
3) Perkalian dan pembagian Angka Penting
Operasi perkalian dan pembagiang mengikuti aturan sebagai berikut.
Jumlah angka penting pada hasil akhir harus mengikuti jumlah angka penting
yang paling sedikit.
E. PENGUKURAN
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat
ukur yang digunakan sebagai satuan.
1. Instrumen Pengukuran

Instumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran.


Hasil akhir dari proses pengukuran sangat tergantung pada kemampuan alat ukur yang
digunakan. Kemampuan alat ukur dapat diketahui dari berbagai kriteria yang ditetapkan,
diantaranya adalah
 accuracy, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati hasil
sebenarnya.
 Presisi, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama pengukuran
yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.
 Sensitivitas, adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaraan yang akan
 Kesalahan ( error ), adalah penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang sebenarnya
Idealnya sebuah alat ukur memiliki accuracy, presisi dan sensitivitas yang baik
sehingga tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akurat.
2. Pengukuran Besaran Panjang, Massa, dan Waktu
1) Alat Ukur Panjang dan Ketelitiannya
a. Mistar
Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran,
yaitu skala utama dan skala terkecil. Satuan untuk skala utama adalah sentimeter (cm)
dan satuan untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skala terkecil pada mistar
memiliki nilai 1 milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara skala
utama terdapat 10 bagian skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai
1
1/10 cm = 0,1 cm atau 1 mm. Nilai ketidakpastiannya (Δx) adalah × 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎
2

𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 atau 0,5 mm atau 0,05 cm.

Gambar Mistar ukur

Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah
mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang
diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek yang diukur
tersebut. Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur. Untuk
pengukuran dengan menggunakan mistar atau penggaris, kita harus membaca skala
pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas tanda yang akan dibaca. Posisi
yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan paralaks
b. Jangka Sorong
Pernahkah Anda melihat atau menggunakan alat ukur yang memiliki skala
nonius? Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapat menggunakan alat
ukur ini untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu benda
yang akan diukur.

Gambar Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skala utama,
skala nonius, rahang pengatur garis tengah dalam, rahang pengatur garis tengah luar,
dan pengukur kedalaman. Rahang pengatur garis tengah dalam dapat digunakan untuk
mengukur diameter bagian dalam sebuah benda. Adapun rahang pengatur garis
tengah bagian luar dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian luar sebuah
benda.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, sedangkan 10 skala nonius
memiliki panjang 0,9 cm. Beda satu skala nonius dengan satu skala utama adalah 0,1
cm-0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Jadi, skala terkecil jangka sorong adalah 0,01 cm
atau 0,1 mm. Ketelitian jangka sorong adalah setengah dari skala terkecilnya. Jadi,
ketelitian jangka sorong adalah 1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm.
Dengan ketelitian 0,1 mm, jangka sorong dapat anda gunakan untuk
mengukur diameter kelereng atau tebal keping logam dengan lebih teliti.
Gambar hasil pengukuran dengan Jangka sorong
Untuk menggunakan jangka sorong perlu diperhatikan langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Periksa kedudukan skala nol dengan cara menutup rapat rahang tetap rahang
sorong (geser), lalu lihatlah skala nol pada skala utama dan nonius. Jika garis
pada angka nol skala nonius dan skala utama membentuk garis lurus, berarti
jangka sorong tepat digunakan untuk pengukuran
2) Letakkan posisi benda pada tempat ukur yang sesuai
3) Untuk mencegah skala berubah-ubah pada saat pembacaan, kuncilah skala
jangka sorong dengan memutar tombol di bagian atas jangka sorong.
4) Bacalah angka yang tertera pada skala utama, yaitu satu angka di belakang koma.
Kemudian lanjutkan membaca skala nonius dengan mencari garis angka yang
segaris antara skala utama dan skala nonius yaitu dua angka di belakang koma.

c. Mikrometer sekrup

Gambar 1. 3 Mikrometer Sekrup

Bagian-bagian dari mikrometer sekrup dapat anda lihat pada Gambar 1.3 di
atas. Mikrometer ini dapat digunakan untuk mengukur ketebalan benda-benda yang
tipis seperti kertas dan rambut. Hal ini sesuai dengan sifat mikrometer memiliki
ketelitian lebih besar dari jangka sorong. Mikrometer memiliki ketelitian hingga 0,01
mm. Ketelitian ini dirancang dari rahang putar yang memuat 50 skala. Hasil
pengukurannya juga memiliki angka pasti dan angka taksiran seperti jangka sorong.
Rumusnya sebagai berikut.
x = (x0 + Δx . 0,01)mm
dengan : x = hasil pengukuran
x0 = skala utama sebelum batas rahang putar
Δx = skala nonius yang segaris dengan garis tengah skala utama
Langkah-langkah menggunakan mikrometer sekrup hampir sama dengan
langkah-langkah penggunaaan jangka sorong, yaitu sebagai berikut:
1) Periksa kedudukan skala nol dengan cara menutup rapat rahang ukur tetap dan
rahang ukur gerak dan lihatlah posisi nol pada skala tetap dan skala putar. Jika
garis pada angka nol skala putar dan garis pada skala tetap membentuk garis
lurus, berarti mikrometer sekrup tidak mengalami kesalahan nol dan siap
untuk melakukan pengukuran.
2) Letakkan rangka mikrometer sekrup pada telapak tangan kanan dan jepit
dengan jari kelingking, jari manis, dan jari tengah. Bukalah rahang ukur gerak
dengan memutar silinder putar, lalu letakkan benda pada rahang ukur tetap
dengan dipegangi tangan kiri. Putarlah silinder putar dengan menggunakan
telunjuk dan ibu jari tangan kanan. Jangan memutar rangka dengan memegang
silinder putar.
3) Bacalah angka yang tertera pada skala tetap, yaitu satu angka di belakang
koma, kemudian dilanjutkan membaca skala putar dengan mancari garis angka
skala putar yang segaris dengan skala tetap (dua angka di belakang koma).
2) Alat Ukur Massa
Kalian tentu sudah tidak asing lagi dengan pengukur massa. Setiap saat kalian perlu
menimbang massa kalian untuk data tertentu. Alat pengukur itu dengan nama neraca. Namun
beberapa neraca yang digunakan sering dinamakan timbangan.

Gambar 1.4 (a) Neraca Pegas, (b) Neraca Ohauss

Pada Gambar 1.4 diperlihatkan berbagai jenis neraca ; neraca badan neraca pegas,
neraca O’hauss dan neraca analitis. Neraca badan memiliki skala terkecil 1 kg, neraca pegas 1
gr, neraca O’hauss 0,1 gr sedangkan neraca analitis hingga 1mg. Neraca yang sering
digunakan di laboratorium adalah neraca O’hauss. Hasil pengukuran dengan neraca sesuai
dengan jumlah pembanding yang digunakan.
3) Alat Ukur Waktu dan Ketelitiannya
Dalam setiap aktivitas, kita selalu menggunakan batasan waktu. Contohnya proses
belajar mengajar fisika, waktunya 90 menit. Istirahat sekolah 30 menit. Batasan-batasan waktu
ini biasanya digunakan jam biasa. Bagaimana jika batasan waktunya singkat (dalam detik)
seperti mengukur periode ayunan? Untuk kejadian ini dapat digunakan pengukur waktu yang
dapat dikendalikan yaitu stop watch.
Gambar 1. 5 Stopwacth

Ada beberapa jenis stopwatch, ada yang manual dan ada yang digital. Hasil
pembacaan stopwatch digital dapat langsung terbaca nilainya. Untuk stopwatch yang
menggunakan jarum, maka pembacanya sesuai dengan jarum. Pada stopwacth analog seperti
pada Gambar 1.5, jarak antara dua gores panjang yang ada angkanya 2s. Jarak itu dibagi 20.
Dengan demikian, skala terkecilnya adalah 2/20 s = 0,1 sekon. Ketelitian stopwacth tersebut
adalah 1/2 skala terkecil = 1/2 x 0,1 s = 0,05 sekon.
Langkah – langkah pengukuran waktu menggunakan stop watch :
 Tekan tombol reset kemudian lepaskan, sehingga jarum penunjuk ada pada posisi nol.
 Tekan dan lepaskan tombol start pada saat pengukuran waktu tepat dimulai.
 Tekan dan lepaskan tombol stop pada saat pengkuran waktu tepat selesai.
 Baca skala dengan cara menjumlahkan bacaan pada jarum penunjuk besar (dalam satuan
menit ) ditambah bacaan jarum penunjuk kecil (dalam sekon)
3. Kesalahan dalam Pengukuran
Dalam pengukuran besaran fisis menggunakan alat ukur atau instrumen, kita tidak
mungkin mrndapat nilai benar. Namun, selalu mempunyai ketidakpastian yang disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dapat digolongkan
menjadi kesalahan umum, kesalahan sistematis, dan kesalahan acak. Berikut akan dibahas
macam-macam kesalahan tersebut.
a. Kesalahn umum
Kesalahan yang dilakukan oleh seseorang ketika mengukur termasuk dalam
kesalahan umum. Kesalahan umum yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pengamat.
Kesalahan ini dapat disebabkan karena pengamat kurang terampil dalam mengguanakan
instrumen, posisi mata saat membaca skala yang tidak benar, dan kekeliruan dalam
membaca skala.
b. Kesalaha sistematis
Kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur atau instrumen disebut kesalahan
sistematis. Kesalahan sistematis dapat terjadi karena:
1) Kesalahan titik nol yang telah bergeser dari titik yang sebenarnya.
2) Kesalahan kalibrasi yaitu kesalahan yang terjadi akibat adanya penyesuaian
pembubuhan nilai pada garis skala pada saat pembuatan alat.
3) Kesalahan alat lainnya. Misalnya, melemahnya pegas yang digunakan pada neraca
pegas sehingga dapat memengaruhi gerak jarum penunjuk.
c. Kesalahan acak
Selain kesalahan pengamat dan alat ukur, kondisi lingkungan yang tidak menentu
bisa menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi-fluktuasi kecil pada saat
pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron). Fluktuasi (naik turun) kecil ini
bisa disebabkan oleh adanya gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan baterai, dan
kebisingan (noise)elekronik yang bersifat acak dan sukar dikendaliikan.
4. Ketidakpastian Pengukuran
Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran menyebabkan hasil pengukuran tidak bisa
dipastikan sempurna. Dengan kata lain, terdapat suatu ketidakpastian dalam pengukuran. Dalam
penyusunan laporan hasil praktikum fisika, hasil pengukuran yang dilakukan sebagai:
𝑥 = 𝑥0 ± ∆𝑥
Keterangan: x = hasil pengamatan
X0 = pendekatan terhadap nilai benar
Δx = nilai ketidakpastian
Arti dari penulisan tersebut adalah hasil pengukuran (x) yang benar ada di antara x-Δx
dan x+Δx. Penentuan x0 dan Δx tergantung pada pengukuran tunggal atau pengukuran ganda
atau berulang.
a. Ketidakpastian dalam Pengukuran Tunggal
Jika mengukur panjang meja dengan sebuah penggaris, kita mungkin akan
mengukurnya satu kali saja. Pengkukuran yang dilakukan ini disebut pengukuran tunggal.
Dalam pengukuran tunggal, pengganti nilai benar (x0) adalah nilai pengukuran itu sendiri.
Apabila kita perhatiakn, setiap alat ukur atau instrumen mempunya skala yang
berdekatan yang disebut skala kecil. Nilai ketidakpastian (Δx) pada pengukuran tunggal
diperhitungkan dari skala terkecil alat ukur yang dipakai. Nilai dari ketidakpastian pada
pengukuran tunggal adalah setengah skala terkecil pada alat ukur.
1
∆𝑥 = × 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
b. Ketidakpastian dalam Pengukuran Berulang
Dalam praktikum fisika, terkadang pengukuran besaran tidak cukup jika hanya
dilakukan satu kali. Ada kalanya kita mengukur besaran secara berulang-ulang. Ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai terbaik dari pengukran tersebut. Pengukuran berulang
adalah pengukuran yang dilakukan beberapa kali atau berulang-ulang.
Dalam pengukuran berulang, pengganti nilai benar dalah nilai rata-rata dari hasil
pengukuran. Jika suatu besaran fisis diukur sebanyak N kali, maka nilai rata-rata
pengukuran tersebut dicaridengan rumus sebagai berikut.
∑ 𝑥𝑖
𝑥̅ =
𝑁
Keterangan: 𝑥̅ = nilai rata-rata
Ʃxi = jumlah keseluruhan hasil pengukuran
N = Jumlah pengukuran
Nilai ketidakpastian dalam pengukuran berulang dinyatakan sebagai simpangan
baku, yang dapat dicari dengan rumus:

1 √𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )2
𝑠𝑦 =
𝑁 𝑁−1
Keterangan: sy = Simpangan baku
Dengan adanya ketidakpastian dalam pengukuran, maka tingkat ketelitian hasil
pengukuran dapat dilihat dari ketidakpastian relatif. Ketidakpastian relatif diperoleh dari
hasil bagi antara nilai ketidakpastian (Δx) dengan nilai benar dikalikan dengan seratus
persen.
∆𝑥
𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝑥
Ketidakpastian relatif dapat digunakan untuk mengetahui tingkat ketelitian
pengukuran.semakin kecil nilai ketidakpastian relatif maka semakin tinggi ketelitian
pengukuran.
EVALUASI

1. Kelajuan suara di udara adalah 340 m/s. Berapa kelajuan suara bila dinyatakan dalamkm/jam?
Penyelesaian:
1 km = 103 m
1 jam = 1600 s
𝑚
𝑣 = 340 𝑠
340 𝑚 1 𝑘𝑚 3600 𝑠
= × 3 ×
1𝑠 10 𝑚 1 𝑗𝑎𝑚

360
= 340 × 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
103
= 1224 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
2. Jelaskan yang dimaksud dengan besaran pokok dan besaran turunan!
Penyelesaian:
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya ditetapkan terlebih dahuu dan besaran pokok ini
tidak tergantung pada satuan-satuan besaran lain.
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
3. Apa yang dimaksud dengan satuan?
Penyelesaian:
Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran
mempunyai satuannya masing-masing, ttidak mungkin dalam dua besaran yang berbeda
mempunyai satuan yang sama. Apabila ada dua besaran berbeda kemudian mempunyai satuan
sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah sama.
4. Jika hasil pengukuran yang dihasilkan dengan mistar adalah 4,35 cm, maka penulisan laporan
hasil pengukuran yang benar adalah...
Penyelesaian:
Hasil pengukuran suatuu besaran dilaporkan sebagai:
x = x0 ±Δx
Dengan: x0 = hasil pengukuran yang terbaca
Δx = ketidakpastian alat ukur
Jika menggunakan mistar, maka ketidakpastiannya adalah 0,05cm. Dengan demikian, penulisan
laporan hasil pengukuran yang benar adalah: (4,35 ±0,05)cm
5. Suatu benda berbentuk bola kecil diukur diameternya menggunakan mikrometer skrup seperti
pada gambar dibawah ini.
Bacalah skala yang tepat dari pengukuran diameter benda tersebut adalah...
Penyelesaian:
Pada mikrometer skrup ada dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Panjang benda yang
diukur merupakan jumlah dari skala utama dan skala nonius.
𝑥 = 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎 + 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑛𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠
Untuk membaca skala pada mikrometer srup perhatikan garis yang berhimpit pada skala nonius
dan garis mendatar pada skala utama.

Dari gambar diatas jelas terlihat bahwa skala nonius dan garis skala utama berhimpit pada 0,31
mm (31 x0,01) sedangkan skala utama menunjukkan 7 mm. Dengan demikian panjang diameter
benda yang diukur adalah:
d = skala utama + skala nonius
d = 7,00 mm + 0,31 mm
d = 7,31 mm
6. Sebuah benda diukur dengan jangka sorong. Jika skala pada pengukuran ditunjukkan pada
gambar dibawah ini, maka panjang benda tersebut adalah...

Penyelesaian:
Pada jangka sorong terdapat skala utama dan skala nonius. Perhatikan garis yang
berhimpit pada skala utama dan skala nonius.
Tentukan skala utama dan skala noniusnya:
Sakala utama = 5,6 cm
Skala nonius = 6 x 0,01 = 0,06 cm
Dengan demikian, panjang benda adalah:
Panjang benda = skala utama + skala nonius
= 5,6 cm + 0,06 cm
= 5,66 cm
DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, Marthen.2008.Seribu Pena Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.


Kanginan, Marthen.2013.Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Erlangga.
Mariani, Widi.2007.Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Tropika.
Soejoto dan Sustini, E.1993. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Dirjen Dikti Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai