Capital Budgeting
oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Investasi berarti pengeluaran dana saat ini dengan harapan memperoleh hasil
atau keuntungan di masa datang. Dilihat dari dimensi waktu. investasi dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Investasi jangka pendek (satu tahun atau kurang ), yaitu investasi pada aktiva lancar
(modal kerja) , seperti: kas, piutang, inventori, surat-surat berharga.
2. nvestasi jangka panjang ( lebih dari satu tahun), yaitu investasi pada asset riil,
seperti: tanah, bangunan, peralatan kantor, kendaraan , asset riil lainnya, dan
invesasti pada asset &nansial seperti : investasi pada saham dan obligasi.
Materi ini difokuskan pada investasi jangka panjang, khususnya asset riil ,
sehingga dalam penilaian investasi ini konsep nilai waktu uang menjadi penting untuk
diperhatikan. Dalam manajemen keuangan, investasi jangka panjang dikaitkan dengan
penganggaran modal atau capital budgeting. Pengertian modal atau capital mengacu
pada aktiva tetap yang dipergunakan dalam proses produksi atau aktivitas pokok
perusahaan. Perusahaan memutuskan untuk melakukan investasi saat ini dengan
harapan mendapat keuntungan di masa yang akan datang. Seperti misalnya investasi
pada perlengkapan sistem distribusi, bangunan, sarana produksi yang lebih baik,
penelitian dan pengembangan produk baru dan aktiva tetap lainnya. Berdasarkan tujuan
utama perusahaan, yaitu memaksimumkan kemakmuran pemilik (pemegang sahat“):
maka dalam menilai keputusan investasi jangka panjang juga harus mengacu pada
tujuan tersebut. Dengan kata lain, keputusan invastasi harus dinilai dalam hubungannya
dengan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih besar dari
yang disyaratkan oleh pemilik modal.
Beberapa informasi Yang diperlukan dalam analisis Capital budgeting adalah sebagai
berikut:
PEMBAHASAN
1. Alternatif Investasi
Secara umum investasi jangka panjang menyangkut salah satu dari klasifikasi berikut:
Tugas yang paling penting dalam penganggaran modal adalah estimasi aliran kas.
Estimasi atau proyeksi aliran kas melibatkan berbagai variabel, individu, dan berbagai
bagian atau departemen dalam perusahaan. Misalnya, proyeksi penjualan dan harga
diperoleh dari bagian pemasaran, proyeksi aliran kas keluar yang berkaitan dengan produk
baru disediakan oleh bagianproduksi, dan proyeksibiaya Operasi-diperoleh dari bagian
akuntansibiaya, produksi, pembelian'danbagian lain yang terkait. Peran manajer keuangan
adalah mengkoordinasikan informasi berbagai departemen dan mengendalikan proses
estimasi untuk meyakinkan bahwa bagian atau individu menggunakan meton secara
konsisten dan asumsi yang rasional.
Aliran kas sangat penting dalam analisis investasi, bukan laba yang dilaporkan
menurut catatan akuntansi, hal ini disebabkan karena:
a. Laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kan masuk bersih.
b. Para investor dan manajemen lebih tertarik mengetahui aliran kas bersih yang benar-
benar akan diterima.
Proyeksi atau menaksir aliran kas, di samping akurasi, juga penting diperhatikan
masalah relevansi.. Untuk estimasi aliran kas yang relevan, diperlukan perhatian atas
hal-hal penting berikut ini:
a. Estimasi aliran kas harus atas dasar setelah pajak, karena, yang menjadi hak dan dapat
dinikmati oleh pemilik perusahaan adalah aliran kas bersih setelah pajak.
b. Taksirlah aliran kas atas dasar incremental atau selisih Misalnya, untuk rencana
peluncuran produk baru mungkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk
lama. Dengan demikian perlu diperhatikan penurunan penjualan produk lama karena
peluncuran produk baru dalam menaksir aliran kas.
c. Pemisahan aliran kas karena keputusan investasi dan keputusan pendanaan
(pembelanjaan). Aliran kas karena keputusan pembelanjaan seperti, pembayaran
bunga, angsuran pokok pinjaman, dan pembayaran dividen tidak perlu diperhatikan.
Yang dianalisis dalam penilaian investasi adalah profitabilitas investasi.
Aliran kas permulaan (initial cashflow) atau juga diistilahkan capital outlays
juga disebut Investment : adalah merupakan aliran kas keluar perusahaan pada awal
suatu proyek, yang pada umumnya nilainya sebesar nilai proyek yang akan dibiayai.
Untuk menentukan aliran kas permulaan perlu diidentifikasi aliran kas yang
berhubungan dengan pengeluaran investasi. Ini berarti harus diketahui berapa besar
pengeluaran untuk tanah, pembuatan bangunan dengan perlengkapannya dan
sebagainya. Ditambah juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk biayabiaya
pendahuluan dan sebelum operasi, termasuk penyediaan modal kerja. Karena itulah
untuk proyek-proyek yang besar, aliran kas permulaan ini tidak hanya terjadi pada awal
periode, tetapi bisa beberapa kali; pada tahun 1, tahun 2 dan sebagainya.
Aliran kas operasional (opera tional cashflow) juga diistilahkan dengan aliran
kas masuk bersih atau Proceeds. Estimasi tentang besarnya aliran kas operasional
tahunan merupakan titik permulaan untuk penilaian profitabilitas usulan investasi.
Kebanyakan cara yang dipergunakan untuk menaksir aliran kas operasional tahunan
adalah dengan menyesuaikan taksiran rugi laba yang disusun berdasarkan prinsip-
prinsip akuntansi dan menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai
(penyusutan). Karena itu, dalam praktek cara yang sering dijumpai dalam menaksir
aliran kas operasional atau proceeds ini adalah menggunakan rumus :
Meskipun cara tersebut sering tepat, tetapi ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Penggunaan cara tersebut cukup tepat apabila pengakuan terhadap penghasilan dan
biaya menurut akuntansi tidak banyak berbeda dengan terjadinya penerimaan dan
pengeluaran kas. Kalau antara pengakuan penghasilan dan biaya cukup berbeda, maka
penggunaan cara itu akan memberikan hasil yang tidak tepat. Kalaupun bisa
menyesuaikan laporan akuntansi menjadi pola aliran kas karena persyaratannya
memenuhi, maka yang sering juga menjadi persoalan adalah kalau proyek tersebut
dibelanjai dengan (sebagian) pinjaman. Umumnya kalau proyek tersebut dibelanjai
dengan modal sendiri, penaksiran aliran kas operasionalnya tidak menjadi masalah.
Masalah sebenarnya timbul karena dicampurkannya keputusan pembelanjaan dengan
hasil investasi proyek tersebut.
1. Payback method
2. Net Present Value (NPV)
3. Internal rate of return (IRR)
4. Profitability Index (PI)
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat suatu investasi dapat kembali. Oleh
karena itu, satuan hasil metode ini adalah satuan waktu (bulan maupun tahun). Kalau
periode payback atau pengembalian investasi lebih kecil daripada yang disyaratkan, maka
usulan investasi atau proyek dapat diterima, namun bila sebaliknya, jika payback atau
pengembalian dari suatu investasi lebih lama daripada yang disyaratkan, maka usulan
investasi atau proyek tersebut akan ditolak.
Metode ini menghitung selisih present value (nilai sekarang) investasi dengan
present value kas masuk bersih (proceeds). Untuk menghitung present value tersebut perlu
ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang relevan. Net present value (NPV) yang
positip menunjukan bahwa PV procceds lebih besar dari PV investasi (initial cash flow).
Karena itu NPV yang positip berati investasi yang diharapkan akan meningkatkan
kekayaan pemodal atau pemilik. Karenanya investasi dinilai menguntungkan. Dengan
demikian decision rule nya adalah terima suatu usulan investasi yang diharapkan
memberikan NPV positip, dan tolak kalau memberikan NPV negatip.
𝐴1 𝐴2 𝐴𝑛
𝑁𝑃𝑉 = [ + +⋯ ] − 𝐼𝑜
(1 + 𝑟) (1 + 𝑟) (1 + 𝑟)
Dimana :
r = suku bunga
= umur investasi
Io = investasi awal
Rumus :
𝑝𝑣 𝑝𝑟𝑜𝑐𝑐𝑒𝑑𝑠
PI = 𝑃𝑉 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑛𝑝𝑣1
IRR = r1+𝑝𝑉1−𝑃𝑉2(r2-r1)
Dimana :
Suatu perusahaan transportasi akan membuka divisi baru, yaitu divisi taksi.
Divisi akan dimulai dengan 50 buah taksi,dan karena akan dipergunakan untuk usaha
taksi,mobil-mobil tersebut dapay dibeli dengan harga Rp 30 jut per unit. Ditaksir usia
ekonomis selama 4 tahun dengan per unit.Ditaksir usia ekonomis selama 4 tahun
dengan nilai sisa sebesar Rp 4 juta per unit.Untuk mempermudah analisis di pergunakan
metode penyusutangaris lurus.
Taksi tersebut akan dioperasikan selama 300 hari dalam setahun,setiap hari
pengemudi dikenakan setoran Rp.50.000. Berbagai biaya tunai seperti penggantian ban,
kopling,rem, penggantian oli, biaya perpanjangan STNK, dan sebagainya ditaksir
sebesar Rp 3.000.000 per unit taksi. Perusahaan dikenakan pajak 35%. Tingkat
keuntungan yang disyaratkan 16%.Berdasarkan informasi tersebut apakah pembukaan
divisi taksi ini layak ?
Jawab :
Biaya-biaya:
Operational cash flow per tahun = Rp 178,75 + Rp 325 juta = Rp 503,75 juta
Pada tahun ke 4 aliran kas masuk karena nilai sisa sebesar 50 x Rp 4 juta = Rp 200 juta
Dengan demikian aliran kas dari investasi tersebut diperkirakan sebagai berikut :
0 Rp 1.500 juta -
1 - Rp 503,75 juta
2 - Rp 503.75 juta
3 - Rp 503,75 juta
4 - Rp 503,75 juta
Rp 200 juta
Payback period
Karena pada tahun ke 3 kas masuk bersih Rp 503,75 juta,maka sisa sebesar Rp
492,50 diharapkan akan kembali dalam waktu : ( 492,50/503,75x 12 bulan = 11,73
bulan.
Dengan demikian periode payback investasi ini adalah 2 tahun 11,73 bulan.
Jadi NPV positip sebesar Rp 19,89 juta,maka investasi ini menguntungkan atau
dapat dilaksanakan.
PI = 1.519,89/1,500 = 1,0113
Karena PI>1 Investasi dapat diterima
PV = 503,75/(1+0,17)n + 200/(1+0,17)5
Karena IRR > dari tingkat keuntungan yang disyaratkan (16%) maka investasi diterima.
Bila menilai suatu usulan investasi menggunakan metode NPV dan PI hasilnya
akan selalu konsisten. Artinya kalau NPV menyimpulkan suatu usulan investasi
diterima (menguntungkan), maka PI juga menyimpulkan diterima, demikian
sebaliknya. Hal ini nampak jelas dengan mengamati mekanisme kedua metode tersebut.
Kalau PV penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang (PV proceeds) lebih besar
dari PV investasi maka NPV positif, berarti investasi diterima. Dengan demikian berarti
perbandingan PV proceeds dengan PV investasi (PI) akan lebih besar dari satu. PI lebih
besar dari satu berarti investasi diterima. Jadi bila menilai suatu usulan, NPV dan PI
memberikan keputusan yang sama.Tetapi bila dihadapkan pada pemilihan salah satu
atau beberapa usulan investasi dari berbagai alternatif, hasilnya bisa tidak konsisten.
Hal ini dapat dibuktikan dari contoh berikut ini. Misalkan ada dua usulan yaitu
proyek A dan proyek B dengan karakteristik sebagai berikut:
Bila dihadapkan pada pemilihan ini berarti anda memiliki dana Rp 800 juta,
sebab kalau tidak maka tidak bisa memilih usulan A. Kalau demikian usulan mana yang
akan dipilih? Kalau menggunakan metode PI maka ususlan B yang akan dipilih karena
PI nya lebih besar dari usulan A. Tetapi kalau menggunakan metode NPV maka akan
menguntungkan memilih usulan A karena NPV nya lebih besar dari usulan B.
Sebagaimana asumsi dari persoalan ini adalah anda memiliki dana Rp 800 juta
dan hanya ada dua kesempatan investasi tersebut. Berarti anda akan lebih diuntungkan
bila memilih usulan A, karena kekayaan riil anda akan bertambah Rp 64 juta. Bila
memilih usulan B, kekayaan riil anda hanya akan meningkat Rp 45 juta karena sisa
dana Rp 500 juta tidak dapat dimafaatkan.
Kalau metode NPV dan IRR digunakan untuk menilai suatu usulan investasi
yang sama, maka hasilnya umumnya akan sama, dalam arti bila NPV menyatakan
usulan diterima maka IRR juga menyatakan diterima, demikian pula sebaliknya.
Terkecuali, bila suatu usulan memiliki pola aliran kas yang tidak normal, kedua metode
tersebut bisa menghasilkan keputusan yang tidak sama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Wiagustini, Ni Luh Putu. (2014), Manajemen Keuangan. Bali : Udayana University Press,
Denpasar.