Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


A.1. Pengertian SADARI
SADARI adalah pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan
belajar melihat dan memeriksa payudaranya sendiri setiap bulan. Dengan
melakukan pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau
masalah lain sejak dini walupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif
untuk diobati (DEPKES RI, 2009). SADARI merupakan cara sederhana yang
dapat dilakukan saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat
menemukan benjolan pada lekukan halus payudara (Indah Risnawati, 2015).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pengembangan kepedulian
seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi
dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker
payudara. Tingkat sensitivitas SADARI ini adalah sekitar 20-30% (Nisman,
2011).

A.2. Tujuan SADARI


Menurut Nisman (2011) tujuan SADARI sangat perlu dilakukan dengan
bertujuan mengurangi kejadian kanker payudara sebagai berikut.
1. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk
mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini akan
memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara.
2. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan pada
stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.

A.3. Waktu Pemeriksaan SADARI


Sebaiknya SADARi dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari
ke-1 mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) oleh wanita

6
7

subur atau bagi yang telah menopouse pemeriksaan dilakukan dengan


memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap satu atau
tanggal lainnya (DEPKES RI, 2009).

A.4. Cara Melakukan SADARI


Menurut Yustiana Olifah dkk (2013), cara pemeriksaan payudara sendiri
adalah:
1.

Gambar 2.1 Melihat bentuk payudara di cermin


Pertama-tama, buka baju dan tanggalkan pakaian-bra Anda dan berdiri tegak di
depan cermin dengan kedua lengan lurus ke bawah. Perhatikan ada tidaknya
perubahan ukuran dan bentuk dari payudara Anda, seperti lekukan atau kerutan
dari kulit. Normal jika ukuran satu dengan yang lain tidak sama. Kemudian
perhatikan juga bentuk puting dan warna kulit. Rata-rata payudara berubah
tanpa kita sadari. Perubahan yang perlu diwaspadai adalah jika payudara
berkerut, cekung ke dalam, atau menonjol ke depan karena benjolan. Puting
yang berubah posisi di mana harusnya menonjol keluar, malah tertarik ke
dalam, dengan warna yang memerah, kasar, dan terasa sakit.

2.

Gambar 2.2
Memeriksa Payudara
dengan mengangkat
kedua tangan
8

Periksa payudara dengan tangan diangkat diatas kepala. Dengan maksud untuk
melihat retraksi kulit, perlekatan tumor terhadap otot atau fascia dibawahnya
atau kelainan pada kedua payudara. Kembali amati perubahan yang terjadi
pada payudara Anda, seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan,
perubahan bentuk puting atau permukaan kulit menjadi kasar.

3.

Gambar 2.3 Berdiri di depan cermin dengan tangan di samping

Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan di samping kanan dan kiri.
Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.

4.

Gambar 2.4 menegangkan otot dengan berkacak pinggang


Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang / tangan
menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla. Lalu
perhatikan apakah ada kelainan seperti di atas. Masih dengan posisi demikian,
bungkukkan badan dan tandai apakah ada perubahan yang mencurigakan
9

perubahan atau kelainan pada puting.

5.

Gambar 2.5 Pemeriksaan payudara dengan Vertical Strip


Melakukan penekanan pada payudara dengan teknik Vertical Strip.
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertikal, dari tulang selangka
dibagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua
payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk
mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk
merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra-line
dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra-
line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang
selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah
mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.

6.

Gambar 2.6 Pemeriksaan payudara dengan Cara Memutar


Melakukan penekanan pada payudara dengan cara memutar
Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah
10

sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah


sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan
sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat.
Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae. Tekanan payudara
memutar searah jarum jam dengan bidang datar dari jari-jari Anda yang
dirapatkan. Dimulai dari posisi jan 12.00 pada bagian puting susu.

7.

Gambar 2.7 Pemeriksaan Cairan di puting payudara


Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat
adanya cairan abnormal dari puting payudara.

8.

Gambar 2.8 Memeriksa Ketiak


Memeriksa Ketiak
Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda ke samping
dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau
tidak.
11

A.5. Stadium Pubertas Pada Perempuan


Stadium pubertas pada perempuan sebagai berikut (Widyastuti,2009):
Stadium Keterangan
Stadium I Hanya berupa benjolan pada puting dan sedikit
pembengkakan jejaringan di bawahnya, stadium ini terjadi
pada usia 10-12 tahun.
Stadium II Payudara mulai sedikit membesar disekitar puting dan
areola (daerah hitam disekitar puting) disertai dengan
perluasan areola.
Stadium III Areola, puting susu dan jejaring payudara tampak semakin
menonjol dan membesar, tetapi areola dan puting masih
belum tampak terpisah dari jejaring sekitarnya.
Stadium IV Stadium matang, papila menonjol, areola melebar jejaringan
payudara membesar dan menonjol mebentuk payudara
dewasa.
Tabel 2.1 Stadium pubertas pada perempuan

A.6. Hasil yang Terdapat Pada SADARI


Bila telah melakukan SADARI secara benar dan rutin maka kita pasti akan
mengenal bagian payudara sendiri dan mengenali perubahan yang terjadi
pada payudara sendiri. Oleh karena itu dibawah ini merupakan gambaran
dari payudara normal:
1. Tidak ada penambahan ukuran payudara dari biasanya.
2. Kedua payudara sama besar (simetris)
3. Puting tidak mengeluarkan cairan seperti darah atau susu.
4. Tidak ada benjolan pada kedua payudara
5. Tiak teraba pembesaran kelenjar getah bening pada lipatan ketiak atau
leher
6. Tidak ada pembengkakan pada lengan bagian atas.
12

A.7. Masalah yang Ditemukan Saat Keterlambatan Melakukan SADARI


Menurut Olfah dkk (2013), Setiati (2009), dan Nisman (2011) menyatakan
apabila Anda tidak melakukan skrining dan deteksi dini dengan
pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan 7-10 hari setelah awal
menstruasi, maka Anda akan mendapatkan temuan masalah kanker
payudara atau kelainan yang terjadi di payudara. Hal-hal berikut ini dapat
menandakan adanya kanker payudara:

1. Terdapat benjolan kecil pada jaringan disekeliling payudara biasanya


tanpa rasa sakit walaupun 25% kanker dihubungkan dengan suatu rasa
tidak nyaman.
2. Puting susu yang terlipat ke dalam.
3. Perubahan tekstur atau rasa seperti perubahan warna kulit dan terdapat
kerutan-kerutan pada kulit payudara.
4. Rasa tidak nyaman atau kesadaran rutin terhadap salah satu payudara.

5. Suatu perubahan pada puting susu atau pengeluaran cairan spontan dari
puting susu (jarang). Benjolan getah bening di bawah ketiak Anda.
6. Terjadi pembengkakan, benjolan yang keras, padat, tidak sakit, jika
ditekan tidak bergerak pada tempatnya, dan hanya teraba pada salah satu
payudara.
7. Terjadi perlukaan seperti keluar darah atau nanah dari puting susu
8. Timbul rasa nyeri.
9. Terjadi pembengkakan di daerah ketiak atau puting susu seperti gatal,
terasa bakar, dan tertarik ke dalam.
10. Terjadi perlukaan di daerah ketiak.

A.8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nisman (2011) dan Mulyani (2013) SADARI baru dilakukan oleh
sebagian kecil kaum wanita. Diperkirakan hanya 25-30% wanita yang melakukan
pemeriksaan payudara sendiri dengan baik dan teratur setiap bulannya. Umumnya
langkah ini dihindari karena menimbulkan bayangan menakutkan. Pertama, kita
13

harus menyadari bahwa upaya SADARI yang dilakukan adalah untuk melakukan
deteksi dini -sangat awal- sehingga kita punya harapan besar bahwa masalah yang
kita temui adalah masalah yang ringan, bisa diobati, dan penyembuhannya dapat
dilakukan dengan baik. Yang kedua adalah berusahalah untuk tenang jika
menemukan benjolan. Jangan berusaha memijat-mijat benjolan tersebut karena
pemijatan tidak akan membuat benjolan mengecil, sebaliknya justru dapat
membuat masalah menjadi lebih berat jika benjolan ini merupakan masalah atau
penyakit. Yang ketiga adalah segera konsultasikan dengan dokter yang tepat untuk
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Berikut beberapa pemeriksaan lebih lanjut
yang dapat dilakukan.
a. Mammografi
Mammografi merupakan proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan
sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Melalui pemeriksaan
Mammografi, angka kematian karena kanker payudara dapat diturunkan
sampai 30%. Metode mammografi, sinar X yang dipancarkan sangat kecil,
sehingga metode ini relatif mudah. Mammografi merupakan suatu tes yang
aman yang bertujuan untuk melihat adanya masalah pada payudara wanita.
 Mammogram diagnostik dilakukan ketika seorang wanita memiliki gejala
gejala kanker payudara atau terdapat benjolan di payudara dan mammogram
ini memakan waktu lebih lama karena gambar yang diambil juga lebih
banyak.
 Mammogram digital untuk mengambil gambaran elektronik payudara dan
menyimpannya langsung di komputer. Penelitian terbaru tidak
menunjukkan bahwa gambaran digital lebih baik dalam menemukan kanker
dibandingkan film Sinar X.
14

Gambar 2.9 Pemeriksaan Mammografi

b. Ultrasonografi
Ultrasonografi sangat berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik setelah
ditemukan kelainan pada mammograf. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan
pada kondisi klinis tertentu, misalnya pada wanita hamil yang
mengeluh ada benjolan di payudara sedangkan hasil mamograf nya tidak jelas
walaupun sudah diulang, dan untuk panduan saat biopsi jarum atau core biopsy
(Alnaimy, Khoumais. 2009).
Hasil pemeriksaan USG maupun mamograf dapat diklasif kasikan menurut
panduan The American College of Radiology (2003) yang dikenal sebagai
ACR-BIRADS, sebagai berikut:
Kategori 0: Harus dilakukan mamograf untuk menentukan diagnosis.
Kategori 1: Negatif atau tidak ditemukan lesi.
Kategori 2: Jinak. Biasanya kista simpleks. Ulang USG 1 tahun lagi.
Kategori 3: Kemungkinan jinak. Sering ditemukan pada FAM. Ulang USG 3-6
bulan.
Kategori 4: Curiga abnormal. Harus dibiopsi.
Kategori 5: Sangat curiga ganas. Dikelola sesuai panduan kanker payudara dini
Kategori 6: Kanker. Hasil biopsi memang benar keganasan payudara, dikelola
sebagai kanker payudara dini.
c. Biopsi
Suatu tes untuk mengambil sejumlah kecil jaringan dari benjolan dan daerah
sekitar benjolan. Jaringan tersebut dikirim ke laboratorium untuk dilakukan tes,
dicari adanya perubahan-perubahan yang menunjukkan adanya kanker.
Benjolan atau perubahan yang ditemukan pada payudara dapat bersifat jinak
(bukan kanker) atau ganas (kanker) dan jika kanker payudara dapat lebih dini
maka wanita kemungkinan bertahan dari penyakit ini lebih baik serta banyak
terapi untuk kanker payudara.
15

A.9. Diagnosis Benjolan pada Payudara

Berikut ini beberapa diagnosis banding untuk benjolan pada payudara.


1. Kista Payudara
Kista payudara sangat sering ditemukan pada praktek sehari-hari,
terbanyak pada usia 40 tahunan sampai peri-menopause. Besarnya berubah
sesuai dengan siklus haid. Secara etiopatogenesis, kista terbentuk akibat
obstruksi dan dilatasi duktus koligentes. Bila membesar dengan cepat,
umumnya disertai rasa nyeri. Seringkali diduga maligna apabila cairan di
dalamnya sangat banyak sehingga tekanannya tinggi dan teraba keras.
Pemeriksaan sonograf dapat dengan jelas menggambarkan apakah massa
ini kistik atau solid (Sklair-Levy, et. al 2008).

2. Mastitis
Pada minggu-minggu pertama laktasi, dapat terjadi infeksi payudara
oleh bakteri stafilokokus atau streptokokus yang masuk melalui puting susu
yang luka berupa fisura atau lewat muara duktus laktiferus. Mastitis ini
dapat berkembang menjadi abses yang nyeri ke kelenjar aksila. Tanda
klinis yang biasanya dapat ditemukan adalah benjolan pada payudara yang
merah dan nyeri.
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan puting dan jika ada
luka, cepat diobati. Stasis air susu akan membantu timbulnya infeksi maka
bila produksi susu berlebihan, sebaiknya dilakukan pengisapan air susu
dengan penghisapan khusus (De Jong, 2005).

3. Fibroadenoma Mammae (FAM)


Fibroadenoma mammae (FAM) sering ditemukan pada usia yang lebih
muda, antara 20-40 tahun, dengan usia median 30 tahun. Insidensinya tidak
diketahui pasti, sekitar 50% hasil biopsi payudara adalah FAM, berapapun
usianya. Pada perabaan massanya berbatas tegas, kenyal, dapat digoyang,
tidak nyeri. Kadang sulit dibedakan dengan kista payudara. FAM terjadi
16

akibat proliferasi abnormal jaringan periduktus ke dalam lobulus; dengan


demikian sering ditemukan di kuadran lateral atas karena di bagian ini
distribusi kelenjar paling banyak. Baik estrogen, progesteron, kehamilan,
maupun laktasi dapat merangsang pertumbuhan FAM.
Dahulu dilakukan biopsi ekstirpasi terhadap semua FAM. Kini, dengan
makin banyaknya data, ternyata pemeriksaan sonograf dapat
membedakannya secara akurat dari kanker payudara. Selain itu, USG juga
dapat digunakan untuk pemantauan berkala. Salah satu studi prospektif
pada 202 wanita berusia kurang dari 40 tahun membuktikan bahwa
pemeriksaan fisik, USG, dan biopsi jarum halus secara bersamaan dapat
mendiagnosis 90% kasus, sehingga tidak memerlukan tindakan bedah
(Sklair-Levy, et. al 2008).

4. Fibrokistik Mammae
Sering ditemukan pada usia antara 20-30 tahun. Secara pemeriksaan
fisik sulit dibedakan dengan FAM atau kista payudara. Walaupun
demikian, hampir selalu disertai nyeri. Sifat nyerinya cukup signifikan,
yakni: berfluktuasi sesuai siklus haid, bilateral, tidak terlokalisir, dan
menyebar ke bahu atau aksila bahkan dapat menyebar ke lengan. Nyeri
biasanya menetap dan bisa memburuk sampai menopause. Duapuluh
persen kasus mengalami resolusi spontan (Sklair-Levy, et. al 2008).

5. Papiloma Intraduktal
Papiloma intraduktal adalah benjolan jinak yang biasanya soliter (satu)
dan biasanya ditemukan pada kelenjar utama dekat puting pada lokasi
subareolar (sekitar puting). Papiloma intraduktal sering terjadi pada dekade
ke-4. Wanita tersebut dapat mengeluhkan keluarnya cairan berupa darah
dari salah satu payudara tanpa terabanya massa atau benjolan di payudara.
Penyebab tersering hal tersebut adalah papiloma intraduktal. Benjolan yang
ada tidak teraba karena biasanya berukuran < 5 mm. Mammografi
sebaiknya dilakukan untuk menyingkirkan keganasan karena biasanya
17

keganasan memiliki gejala keluarnya darah dari puting (Degnim, et al.


2007).

6. Ca Payudara
Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah
itu baru menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen
karsinoma payudara bersifat multisentris. Benjolan ganas yang kecil sukar
dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba
benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah
besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras.
Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke papiloma atau
karsinoma intaduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah ke kelainan
fibrokostik. Biasanya digunakan sistem staging untuk menentukan stadium
dari suatu Ca Payudara. Selain itu, untuk mengetahui grading kanker, dapat
dilakukan biopsi. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan
pada bagaimana bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan
dengan sel normal. Ini akan memberi petunjuk pada tim dokter seberapa
cepatnya sel kanker itu berkembang (Degnim, et al. 2007).

B. Remaja dan Pengetahuan


B.1. Remaja
WHO memberikan definisi tentang remaja lebih bersifat konseptual. Dalam
definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial
ekonomi. Maka, secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut (Ali,
2010).
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
18

Remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak


menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh
lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum
menunjukan tanda-tanda dewasa (Razak, 2006). Masa remaja adalah usia
dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak
tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah hak
(Hurlock, 2004). Remaja dilihat dari kematangan psikososial dan seksual
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu (Soetjiningsih, 2010):
a. Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (Middle Adolescence): umur 14-16 tahun.
c. Masa remaja lanjut (Late Adolescence): umur 17-20 tahun.

B.2. Cara Perawatan Payudara Normal


Cara perawatan payudara normal yaitu :
1. Lakukan perawatan dengan pemijatan pada payudara, sebab hal itu akan
menambah keindahan dan bentuk payudara.

2. Lakukan perawatan ekstra ketika berada di kamar mandi. Perawatan ekstra


mengurut payudara secara benar dengan membasahinya menggunakan air.
Hal ini penting karena pada waktu mandi dapat melihat secara jelas bentuk
payudara.

3. Senam Payudara bermanfaat untuk menjaga otot dada (pektoral) sebagai


penyangga, agar tetap kencang dan mencegah payudara turun atau kendur
sebelum waktunya. Manfaat aerobik seperti berjalan, joging atau naik
sepeda dapat membantu mendapatkan postur tubuh yang baik, sekaligus
memperbaiki penampilan payudara. Senam lainnya mendayung, berenang,
dan latihan aerobik yang menggunakaan alat-alat pemberat tangan serta
gerakan yoga. Senam ringan ini tidak menjamin perubahan bentuk dan
19

ukuran payudara. Namun dengan melakukan senam tersebut oto-otot dada


akan menguat, dan tampilan payudara akan lebih padat dan indah.

4. Pemilihan dan perawatan Bra yaitu mengenakan bra yang sesuai dengan
ukuran dan bentuk payudara. Jangan menggunakan bra yang terlalu besar
maupun terlalu kecil karena hal itu akan mempengaruhi perkembangan
payudara. Dalam mengenakan bra, pasti menjadi faktor penting adalah
kenyamanan dan ukuran yang tepat. Ada beberapa cara untuk menemukan
batas kenyamanan dan memilih bra secara tepat yaitu :
a) Size
Size atau ukuran yaitu sebelum menentukan pilihan, hal utama yang
harus dilakukan adalah pastikan dan ketauhi secara tepat tentang ukuran
payudara. Cara mengukurnya terbagi atas dua under brast dan over brust.
Under brast adalah ukuran lingkar badan yang akan menjadi ukuran bra.
Sedangkan over bust adalah ukuran cup ukuran cup yang sesuai dengan
payudara. Secara kasar dapat menaksir ukuran bra memnurut Elling bra
yang perlu diingat adalah hitungan secara matematis dimana perhitungan
tersebut belum tentu tepat. Ukur (LDA) Lingkar Dada Atas yaitu lingkar
dada yang melewati kedua puting. Untuk yang memiliki payudara lebih
besar dan turun, kedua payudara harus diangkat ke atas dengan
menggunakan kedua tangan, kemudian ukur LDA melewati kedua
puting. Ukur LDB (Lingkar Dada Bawah), yaitu lingkar dada tepat di
bawah lengkung payudara kita. Ukuran lingkar badan ditentukan oleh
LDB dengan pembulatan ke atas, misal 29 inch, maka ukuran lingkar
badan untuk Elling bra adalah 30. Sementara selisih dari LDA dan LDB
adalah ukuran kap pada Elling bra. Selisih 1 inch= kap A, selisih 2 inch=
kap B, selisih 3 inch= kap C dan seterusnya.
b) Kawat
Kawat yaitu salah satu cara menemukan bra yang mampu menyangga
payudara dengan tepat adalah memilih bra yang menggunakan kawat.
Sedangkan kawat bra yang baik harus dapat menyangga payudara dan
20

menaikkan posisi payudara. Jika ada kawat yang keluar dari cup bra
maka bra yang dikenakan tidak sesuai dengan ukuran payudara.
Sebenarnya posisi kawat yang benar adalah saat digunakan kawat harus
memberikan kenyamanan dan menarik payudara sehingga membentuk
belahan di tengah.
c) Cup
Cup adalah cup yang sesuai dengan ukuran over bust payudara. Jika
memilih payudara yang mungil maka bisa memilih bra dengan cup yang
kaku agar membentuk payudara dan menyamarkan bentuk aslinya.
Perawatan bra dapat dilakukan antara lain :
1) Rendam bra dengan air sabun
2) Cuci bra dengan sabun cuci cair, hindari menggunakan mesin cuci
karena dapat merusak bentuk bra.
3) Apabila menghendaki mencuci dengan mesin cuci, maka gunakan
mesin yang dapat di set hand wash. Setelah dicuci langsung di jemur,
hindari pengeringan menggunakan mesin apalagi diperas, biarkan air
menetes dari bra dengan sendirinya saat di gantung.
4. Menjaga berat badan agar tetap stabil karena bila selalu berubah drastis
akan menyebabkan melemahnya jaringan otot penyangga payudara, dan
juga hilangnya elastisitas pada kulit. Payudara akan mengendur dan
kulitnya nampak keriput. Pada dasarnya, payudara adalah bagian tubuh
yang sangat tergantung pada kondisi hormonal. Terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang berlemak tidak baik bagi payudara. Oleh
karena itu untuk memperoleh payudara yang sehat dan indah, sebaiknya
memulai hidup sehat. Dalam arti tidak mengkonsumsi makanan lemak
berlebihan. Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan. Kurangi
penggunaan bumbu penyedap, pewarna, pengawet dan perasa (Anggun,
2013).
21

B.3. Pengetahuan
B.2.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat
mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain
pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain.
Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2005).
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

B.2.2. Indikator Pengetahuan


Indikator–indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
(Wawan, 2010):
1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab
penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan ke mana
mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.
2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi
kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok,
minuman keras, narkotika dan psikotropika dan lain sebagainya.
3. Pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih,
cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan
penerangan, rumah yang sehat dan akibat polusi yang ditimbulkan polusi
bagi kesehatan.
B.2.3. Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal
(Notoadmodjo, 2003).
22

A. Faktor internal meliputi: pendidikan, persepsi, motivasi,


pengalaman.
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan
terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu
mempertinggi taraf intelegensi individu.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan sebagainya, setiap orang mempunyai
persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama.
3. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu
tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam
bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi
memerlukan rangsangan dari dalam individu maupundari luar. Motivasi
murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu
perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.
4. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga
merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera
manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan
kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang- ulang dapat
menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan
aspirasinya untuk masa yang akan datang mentukan perilaku masa kini.

B. Faktor eksternal yang mmempengaruhi pengetahuan antara lain


meliputi lingkungan, soosial ekonomi, kebudayaan dan informasi.
23

1. Lingkungan sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat


dan perilaku individu.
2. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu
hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
3. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunaan
sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup.
4. Informasi adalah penerangan, keteranngan, pemberitahuan yang dapat
menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2003). Kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat
pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100%.


2. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 -75%.
3. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40 -55%.
4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai <40% (Arikunto,
2006).

B.2.4. Tingkatan Pengetahuan


Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat
yang berbeda-beda, hal ini tercakup domain kognitif yang dibagi dalam enam
tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2005) :
1. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah
mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
“tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
24

kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi
harus dapat menjelaskan, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek
yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan lainnya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian
berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah
ada.
25

C. Penyuluhan
C.1. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu upaya atau usaha menyampaikan pesan kesehatan
kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka
diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan
dapat berpengaruh terhadap perilaku (Notoadmodjo, 2007; Depkes RI., 2009).
Penyuluhan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input)
dan keluaran (output). Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya
tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor tersebut, disamping faktor masukannya sendiri juga faktor metode,
faktor materi atau pesannya, penyidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-
alat bantu/alat peraga pendidikan yang dipakai. Tercapainya suatu hasil yang
optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis
(Notoadmodjo., 2007; Depkes RI., 2009).

C.2. Metode Penyuluhan


Beberapa metode pendidikan individual, kelompok, dan massa (public):
a. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode pendidikan dalam promosi kesehatan yang bersifat individual
digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya
membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu
hamil yang tertarik terhadap imunisasi karena baru saja memperoleh /
mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu
tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut segera minta
imunisasi, adalah dengan pendekatan secara perorangan. Pendekatan disini
tidak hanya berarti harus kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin
juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut. Pendekatan individual ini
digunakan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang
26

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut


(Notoadmodjo., 2007; Notoadmodjo., 2010).
b. Metode Pendidikan Kelompok
Pemilihan metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode yang
digunakan akan berbeda pada kelompok besar dengan kelompok kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
pendidikan (Notoadmodjo, 2007; Notoadmodjo, 2010; Depkes RI., 2008).
1. Kelompok besar
Kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah
dan seminar (Notoadmodjo., 2007).
Metode caramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah. Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi
yang akan diceramahkan (persiapan), misalnya mempelajari materi
dengan sistematika yang baik, mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran
dan sebagainya. Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah, untuk itu
penceramah harus dapat melakukan hal-hal seperti sikap dan penampilan
yang meyakinkan, suara hendaknya keras dan jelas, pandangan harus
tertuju ke seluruh peserta ceramah, dan sebagainya (Notoadmodjo., 2007;
Depkes RI., 2008).
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat
(Notoadmodjo., 2007; Depkes RI., 2008).
2. Kelompok kecil
Kelompok kecil adalah Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15
orang. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain
diskusi kelompok, curah pendapat (Brain storming), bola salju (Snow
27

balling), memainkan peran (Role play) dan permainan simulasi


(Simulation game) (Notoadmodjo., 2010)
Metode yang paling sering digunakan dalam kelompok kecil adalah
metode diskusi kelompok. Diskusi kelompok dipilih agar semua anggota
kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi. Untuk memulai
diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang
dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan yang
dibahas. Pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur jalannya
diskusi sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara dan tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta, agar diskusi berjalan
dengan baik (Notoadmodjo., 2010; Depkes RI., 2008).
c. Metode Pendidikan Massa
Metode pendidikan massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan ini
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka
pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Beberapa contoh
metode yang cocok untuk pendekatan massa seperti ceramah umum, pidato-
pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, melalui sinetron,
tulisan-tulisan di majalah atau koran, billboard, leaflet dan sebagainya
(Notoadmodjo., 2010; Depkes RI., 2008).

C.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan


Penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku melalui suatu kegiatan
pendidikan nonformal. Oleh karena itu selalu saja ada berbagai kendala dalam
pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan keadaan yang disebabkan oleh penyuluhan,
diantaranya sebagai berikut:
1. Keadaan pribadi sasaran
28

Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran adalah ada tidaknya
motivasi pribadi sasaran dalam melakukan suatu perubahan, adanya
ketakutan atau trauma dimasa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada
pihak lain karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagalan, kurang
siap untuk melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan,
keterampilan, dana, sarana dan pengalaman serta adanya perasaan puas
dengan kondisi yang dirasakan sekarang.
2. Keadaan lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang berpengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan
penyuluhan.
3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat
Kondisi sosial budaya dimasyarakat akan mempengaruhi efektivitas
penyuluhan karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku
yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan
diteruskan secara turun menurun, dan akan sangat sulit merubah perilaku
masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya
masyarakat.
4. Akivitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang penyuluhan
Peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan
menentukan efektivitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi
sebagai pembuat keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus
dilaksanakan oleh masyarakat. (Arikunto, S. 2006).

C.4. Materi/Pesan Penyuluhan


Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga
materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaat nya. Materi yang
disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah mengerti, tidak terlalu
sulit untuk di mengerti oleh sasaran. Dalam penyampaian materi sebaiknya
29

menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk


menarik perhatian sasaran (Machfoedz, Ircham. 2007).

C.5. Penyuluhan Kesehatan di Sekolah


Penyuluhan kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam
upaya peningkatan kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa (Notoadmodjo., 2010; Depkes RI., 2008):
a. Sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk membina
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral,
maupun intelektual.
b. Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif di
antara upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam
pengembangan perilaku hidup sehat, karena anak usia sekolah (6 tahun–18
tahun) mempunyai persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan
kelompok umur yang lain. Sekolah merupakan komunitas yang telah
terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha
kesehatan masyarakat. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat
peka untuk menerima perubahan atau pembaruan, karena kelompok anak
sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Pada
taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah
dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
termasuk kebiasaan hidup sehat.
Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan
sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya
(health promoting school). Program promosi kesehatan mencakup beberapa
usaha pokok, yakni menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (Healthful
school living) dan Pendidikan kesehatan (Health education). Lingkungan
sekolah yang sehat, mencakup 2 aspek, yakni sosial (non-fisik) dan fisik.
Aspek non-fisik yaitu lingkungan sosial yang menyangkut hubungan antara
komponen komunitas sekolah (murid, guru, pegawai sekolah dan orang tua
murid). Lingkungan mental-sosial yang sehat terjadi apabila hubungan yang
30

harmonis, dan kondusif di antara komponen masyarakat sekolah. Hubungan


yang harmonis ini akan menjamin terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan anak atau murid dengan baik, termasuk tumbuhnya perilaku
hidup sehat. (Notoadmodjo., 2010). Lingkungan fisik menyangkut bangunan
sekolah dan lingkungannya, pemeliharaan kebersihan perorangan dan
lingkungan dan keamanan umum sekolah dan lingkungannya.
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap
kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha-
usaha kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-tahap,
yaitu memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat,
menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat dan membentuk kebiasaan
hidup sehat.

D. Ceramah
D.1. Definisi
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang pembicara di
depan sekelompok pendengar, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah. Ceramah merupakan metode pertemuan yang paling
sederhana dan paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran dan
minat sasaran penyuluhan, dengan metode ini, penyuluh lebih banyak memegang
peran untuk menjelaskan dan menyampaikan materi penyuluhan (Wahid Iqbal.,
2007; Notoadmodjo., 2007; Depkes RI., 2008).

D.2. Teknik dalam Melaksanakan Metode Ceramah


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah
yaitu pesiapan dan pelaksanaan ceramah. Ceramah yang berhasil apabila
penceramah itu sendiri menguasai materi yang akan di ceramahkan. Penceramah
harus mempersiapkan diri dengan cara mempelajari materi dengan sistematika
yang baik lagi jika disusun dalam diagram atau skema, serta menyiapkan alat-alat
31

bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, sound system dan sebagainya.
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut
dapat menguasai sasaran ceramah. Penceramah dapat melakukan hal-hal agar
menguasai sasaran (dalam arti psikologi) yaitu sikap dan penampilan yang
meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup
keras dan jelas, pandangan harus tertuju pada seluruh peserta ceramah, berdiri di
depan (dipertengahan), tidak boleh duduk dan menggunakan alat bantu lain
semaksimal mungkin (Notoadmijo., 2007).
32

E. Kerangka Teori

SADARI

Penyuluhan

Pengetahuan
n

Teori SADARI:
1. Definisi Ceramah Informasi
2. Tujuan
3. Tata Cara

Gambar 2.10 Kerangka Teori


33

F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Variabel Bebas: Variabel Tergantung:


Penyuluhan Kesehatan Tingkat Pengetahuan
dengan Metode Ceramah

Variabel Perancu:
Informasi dan
pengalaman.

Gambar 2.11 Kerangka Konsep

Keterangan:
: Diteliti

: Tidak diteliti

G. Hipotesis
Penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah tentang SADARI efektif
meningkatkan pengetahuan siswi SMAN 1 Simpang Hilir mengenai
SADARI.

Anda mungkin juga menyukai