MKLH Gagal Skep GGL Jntung 1
MKLH Gagal Skep GGL Jntung 1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah pleno yang berjudul “Asuhan keperawatan pada klien gagal jantung”
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi salah satu kewajiban salah
satu kewajiban bagi kami sebagai mahasiswa Ilmu Keperawatan pada Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi khususnya dalam mata kuliah Blok
Kardiovaskuler semester II tahun 2012, yang dibimbing oleh bapak Ns. M.
Afdholsyah, S.Kep selaku koordinator Blok Kardiovaskuler.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya khususnya kepada Ibu Ns. Siska Widyastuti, S.Kep selaku dosesn
pembimbing dalam penyusunan makalah ini dan Bapak Ns. M. Afdholsyah, S.Kep
selaku koordinator Blok Kardiovaskuler dan para dosesn tutorial yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan baik mengenai materi, metode maupun cara penulisanya. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca makalah ini akan kami
terima dengan senang hati dan ikhlas demi untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi kami dalam membuat karya tulis pada masa yang akan datang secara
lebih sempurna.
Akhirnya, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Amin
Jambi, Februari 2012
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri dari jaringan fibrosa, otot
jantung dan jantung konduksi listrik. Jantung mempunyai fungsi utama untuk
memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan dengan baik bila kemampuan otot
jantung untuk memompakan cukup baik, serta irama pemompaan yang baik. Bila
ditemukan kenormalan pada salah satu diatas maka akan mempengaruhi efisiensi
pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompaan (Ethel,
2004).
Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) apabila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan komplikasi serius seperti syok kardiogenik, episode tromboemboli,
efusi perikardium dan tamponade perikardium. Meskipun berbagai macam penyakit
jantung seperti gangguan katup telah menurun akibat teknologi penatalaksanaan yang
canggih, namun Congestive Heart Failure CHF masih tetap merupakan ancaman
kesehatan yang dapat menimbulkan kematian (Brunner dan Suddarth, 2002).
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peran dalam
melakukan asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Congestive Heart Failure atau
gagal jantung yang meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dalam upaya promotif perawat berperan dengan memberikan pendidikan kesehatan
meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit sehingga dapat
mencegah bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif, perawat memberi
pendidikan kesehatan mengenai cara–cara pencegahan agar klien tidak terkena
penyakit dengan membiasakan pola hidup sehat. Peran perawat dalam upaya kuratif
yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon klien
terhadap penyakit yang diderita, seperti: memberikan klien istirahat fisik dan
psikologis, mengelola pemberian terapi Oksigen. Sedangkan peran perawat dalam
upaya rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang sudah
terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Gagal Jantung.
2. Tujuan Khusus
1. Institusi
Dapat menjadi referensi tambahan untuk PSIK STIKES HI pada khususnya dan
semua pembaca pada umumnya.
2. Mahasiswa
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang
yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga
jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya (Ethel, 2003:
228).
2. Pelapis
Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada
diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium
terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam. Rongga
perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal (Ethel, 2003:
228-229).
3. Dinding Jantung
a. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas
jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi utnuk
memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri
besar.
A. Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial,
ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum interventrikular. Dinding
atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena yang membawa darah kembali
ke jantung.
1. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah
dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
a) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung
oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
b) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri.
2. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium
kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis
yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
a) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati jarak
yang pendek ke paru-paru.
b) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal
dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel kiri
melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
c) Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang
menonjol dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel,
2003: 229).
B. Katup Jantung
1. Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
2. Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
3. Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular jantung
sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (Ethel, 2003: 229-230).
1. Sirkuit pulmonar adalah jalur untuk menuju dan meninggalkan paru-paru. Sisi
kanan jantung menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkannya ke
paru-paru untuk dioksigenasi. Darah yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri
jantung.
2. Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan bagian tubuh. Sisi kiri
jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru dan mengalirkannya ke seluruh
tubuh. Atrium kiri katup bikuspid Ventrikel kiri katup semilunar trunkus aorta regia
dan organ tubuh (otot, ginjal, otak) (Ethel, 2003: 230-231).
D. Sirkulasi Koroner
1. Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup
semilunar aorta
a. cabang utama dari arteri koroner kiri ;
2) Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan dan ventrikel
kanan.
B. Fisiologi Jantung
a. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar
impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.
b. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus
yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava
superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu
jantung.
2. Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole)
jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung
mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh
utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah
yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
a. Selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-
sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
1) atrium secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena (vena cava
superior dan inferior, vena pulmonar).
2) darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka.
3) Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk
menerima darah yang masuk.
1) Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir
darah yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml.
2) Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan
volume sistole akhir (50 ml).
e. Diastole ventricular
3. Bunyi jantung
b. Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung
saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi
jantung diperkuat melalui mikrofon.
c. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang
berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup
seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup
yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
4. Frekuensi jantung
a. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit,
dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus
jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik.
b. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal dari
reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.
2. Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika
tekanan darah menurun, akan terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung
untuk mempertahankan tekanan darah.
1. Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua saraf kutan,
seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional
dari sistem saraf pusat.
6. Curah Jantung
a. Definisi
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit.
Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih
5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.
2) Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output dengan input-
nya berdasarkan alasan berikut:
c) Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang tersimpan dalam
limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali ke jantung saat curah jantung turun.
b) Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat hemoragi dan volume
darah rendah) mengakibatkan pengurangan aliran balik vena dan curah jantung.
b) Ion.
Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial
mempengaruhi frekuensi dan curah jantungnya.
d) Penyakit kardiovaskular.
Beberapa contoh kelainan jantung, yang membuat kerja pompa jantung kurang efektif
dan curah jantung berkurang, meliputi:
4. Penyakit katup jantung akan mengurangi curah darah jantung terutama saat
melakukan aktivitas (Ethel, 2003: 236-237).
Denyut arteri adalah gelombang tekanan yang merambat 6 samapai 9 m per detik,
sekitar 15 kali lebih cepat dari darah.
Denyut dapat dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak dekat permukaan
kulit dan dibantali dengan sesuatu yang keras. Arteri yang biasa teraba adalah arteri
radial pada pergelangan tangan.
Dua bunyi jantung sebanding dengan satu denyut arteri. Frekuensi denyut
memberikan informasi mengenai kerja pembuluh darah, dan sirkulasi (Ethel, 2003:
240).
8. Denyut atrium
Darah yang terdorong ke aorta selama sistolik tidak saja mendorong darah di dalam
pembuluh ke depan tetapi juga menimbulkan gelombang tekanan yang menjalar di
sepanjang arteri. Gelombang tekanan mengembangkan dinding arteri sewaktu
gelombang tersebut menjalar, dan pengembangan ini teraba sebagai denyut.
Kecepatan gelombang nejalar, yang independen dari dan jauh lebih besar daripada
kecepatan aliran darah, adalah sekitar 4m/dtk di aorta, 8m/dtk di arteri besar, dan
16m/dtk di arteri kecil pada dewasa muda. Oleh karena itu, denyut teraba di arteri
radialis di pergelangan tangan sekitar 0,1 detik setelah puncak ejeksi sistolik ke dalam
aorta. Seiring dengan pertambahan usia, arteri menjadi kaku, dan gelombang denyut
bergerak lebih cepat.
Kekuatan denyut ditentukan oleh tekanan denyut dan hanya sedikit hubungannya
dengan tekanan rata-rata. Pada syok, denyut melemah (“thready”). Denyut kuat
apabila isi sekuncup besar, misalnya selama kerja fisik atau setelah pemberian
histamin. Apabila tekanan denyut tinggi, gelombang denyut mungkin cukup besar
untuk dapat diraba atau bahkan didengar oleh individu yang bersangkutan (palpasi,
“deg-degan”). Apabila katup aorta inkompeten (insufisiensi aorta), denyut sangat
kuat, dan gaya ejeksi sistolik mungkin cukup untuk menyebabkan kepala
mengangguk setiap kali jantung berdenyut.
Denyut pada insfusiensi aorta disebut denyut collapsing, Corrigan, atau palu-air
(water-kammer). Palu-air adalah sebuah tabung kaca yang terisi air separuh dan
merupakan mainan popular pada abad ke-19. Apabila mainan tersebut dipegang dan
kemudian dibalik, akan terdengar suara ketukan yang singkat dan keras.
Takik dikrotik, suatu osolasi kecil pada fase menurun gelombang denyut yang
disebabkan oleh getaran saat katup aorta menutup, tampak apabila gelombang
gelombang tekanan direkam tetapi tidak teraba di pergelangan tangan. Juga terdapat
takik dikrotik pada kurva tekanan arteri pulmonalis yang ditimbulkan oleh penutupan
katup pulmonaris (Ganong, 2002:542-545).
C. Defenisi
Gagal jantung adalah : Keadaan patofisiologis dimana jantung tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Arif Mansjoer, dkk : 1999).
Gagal jantung adalah suatu keadaan fatofisiologis adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal (Arif Mansjoer, dkk : 1999).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Barbara C. Long,
1996).
Beban tekanan berlebihan yang dihadapi ventrikel pada waktu kontraksi (sistolik)
dalam batas tertentu dapat ditanggulangi oleh kemampuan kontraktilitas miokard
ventrikel. Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (sistolik
overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan
curah ventrikel atau isi sekuncup.
Beban isian ke dalam ventrikel yang berlebihan atau beban isian berlebihan pada
waktu diastolik dalam batas tertentu masih dapat ditampung oleh ventrikel (preload
yang meningkat).
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan
menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam ventrikel meninggi.
Bila beban kebutuhan metabolik tersebut tetap meningkat melebihi kemampuan daya
kerja jantung maka akan terjadi kegagalan jantung walaupun curah jantung sudah
cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi. Kegagalan ini
disebut output failure.
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel
atau pada aliran balik vena (venous return) akan menyebabkan pengeluaran output
ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
E. Klasifikasi Gagal Jantung Menurut Kellip
Ciri-cirinya :
a) Adanya bunyi S3
d) Distritmia
b) Ansietas
4. Syok kardiogenik
d) Sianosis
F. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien DC tergantung pada bagian jantung yang dikenai, bila
Dekompensasi kiri lebih banyak mengarah kepada sesak nafas karena bendungan
paru, belum terjadi edema pada kaki sebagaimana pada DC kanan. Tetapi pada DC
kanan sesak nafas mulai hilang, gejala lebih berat pada edema kaki dan asites.
Khusus untuk DC kongestif terjadi gejala yang komplit yaitu sesak nafas diiringi
dengan edema pada tungkai, asites, gejala-gejala saluran cerna dll. Semua gejala dan
tanda-tanda gagal jantung adalah akibat-akibat mekanisme :
b) Mekanisme kompensasi yang terjadi dengan segala prosesnya. Apakah hal ini
hanya berupa sesak nafas waktu bekerja dan takikardia, sampai adanya edema dan
hepatomegali akibat terjadinya retensi Na (+) dan cairan karena aldosteron yang
meningkat.
c) Emboli paru
f) Stress emosional
3. Pada kegagalan jantung kiri dan kanan didapatkan dua gejala tersebut di atas.
1. Gelisah 8. Peningkatan TD
7. Hemoptisis.
2. Asites
5. Diaforesis
6. Peningkatan BB
9. Anoreksia.
G. Patofisiologis
Bila jantung dihadapkan pada beban yang berlebihan (melampaui batas normal),
maka jantung dengan mekanisme yang pada dasarnya adalah pendaya gunaan daya
kerja cadangan jantung secara instrinsik akan berusaha untuk meningkatkan
kemampuan kerjanya dalam mempertahankan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan sirkulasi (Sylvia, 1999).
Dalam upaya kompensasi ini berlaku prinsip dari “Frank Starling” yaitu makin besar
pengisian ventrikel diakhir diastolik yang berarti menambah peregangan otot jantung,
makin besar pula isi sekuncup sampai batas tertentu, dan bila batas peregangan
tersebut dilampaui, maka isi sekuncup akan menurun kembali (Sylvia, 1999).
Bila dengan semua kompensasi di atas belum juga terpenuhi maka jatuh pada
keadaan yang disebut dengan gagal jantung atau decompensasi kordis (Sylvia, 1999).
Oleh karena jantung secara fungsional dibedakan dalam jantung kiri dan jantung
kanan, maka dapat dibedakan pula dekompensasi jantung kiri dan dekompensasi
jantung kanan. Disamping itu ada pula dekompensasi jantung kiri dan kanan
bersama-sama ( kongesti ).
“Rasa sesak nafas atau dispnoe, ortopnoe, oleh karena kongesti paru menyebar ke
seluruh paru, rasa pusing kepala oleh karna iskemia pada otak, otot-otot terasa lemah
karena kekurangan darah, oliguria karena jatuh darah ke ginjal berkurang, selera
makan kurang, karena iskemic lambung dan usus dan lain - lain”.
“Akibat usaha ini terjadi hipertensi dalam arteria pulmonalis dan lambat laun terjadi
hipertropi ventrikel kanan untuk mengkompensasi gangguan peredaran darah dalam
sirkulasi paru yang pada akhirnya daya kompensasi habis dan terjadi decompensasi
kanan”.
“Iskemik di hilir jantung kanan, berarti kongesti dalam atrium kanan serta vena cava
superior dan vena cava inferior serta cabang-cabangnya”
Meringankan perasaan sesak nafas karena kongesti paru tidak bertambah dengan
cepat namun akibatnya sistol atrium kanan lebih kuat selanjutnya menyebabkan
tekanan dalam vena cava juga meningkat.”
Vena jugularis tampak terisi penuh yang menandakan tekanan vena sentral
meningkat. Kongesti pada vena cava superior menyebabkan edema pada kaki,
kemudian menjalar ke atas sehingga hepar terasa nyeri pada palpasi teraba
pembebngkakan (hepatomegali) dan vena jugularis tampak lebih tinggi (hepato-
jugular reflux)”
Bila kongesti menjalar ke vena porta, akan terjadi pembesaran limpa dan asites,
sehingga bila dilihat sepintas diagnosa DC kanan dengan Seroshis hepatis dapat
bertukar. Yang pasti pada decomp kanan terjadi kongesti dalam vena cava superior
dan inferior sampai pada sirosis terjadi pada vena parta dan vena cava inferior.
H. Komplikasi
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG :
3. Skan Jantung :
4. Kateterisasi jantung :
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi. Juga mengkaji patensi
arteri koroner. Zat kontras disuntikan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran
abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
5. Rontgen dada :
6. Enzim Hepar :
7. Elektrolit :
8. Oksimetri nadi:
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut memperburuk PPOM atau
GJK kronis.
9. AGD :
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan sistesis
protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
12. HSD :
J. Penatalaksanaan
b. Diuretik
d. Dobutamin
e. Diet
Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah garam, jumlah kalori sesuai
kebutuhan. Pasien dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.
f. Pengobatan penunjnang lainnya
1. Oksigen
2. Penenang
3. Untuk mengurangi sesak nafas bayi dibaringkan dengan kepala lebih tinggi 20-
30 derajat.
5. Memperbaiki anemia
Pada gagal jantung karena anemia berat yagn pertama diberikan ialah
transfusi darah.
6. Antibiotika
7. Rotating torniquet
Pada edema paru yang akut dapat dilaukan pemasangan turniket pada salah satu
anggota gerak secara berptuarbergantian untuk meringankan gejala.
8. Vena seksi
Jarang dilakukan, hanya bila perlu saja.
1. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Insomnia.
Sirkulasi
Integritas Ego
Eliminasi
Diare/konstipasi
Makanan/ cairan
Mual/muntah.
Penggunaan diuretic
Neosensori
Nyeri/kenyamanan
Pernafasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas.
Keamanan
Kulit lecet.
d. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler alveolus.
f. Kecemasan b/d kesulitan nafas dan kegelisahan akibat oksigensi yang tidak
adekuat
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anneksia, mual dan
muntah
i. Perubahan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatna produksi sekret, sekret
tertahan, sikresi kental, peningkatan energi dan kelemahan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
7. Meningkatkan laju
aliran urin dan
menghambat reabsorbsi
Na, K pada tubulus
ginjal.
TINJAUAN KASUS
Tn. S Usia 50 tahun, agama Islam, suku bangsa Jawa, pekerjaan guru, alamat JLN.
Pangeran Diponegoro No.22 Jambi, Masuk RS 4/10/2011, Ruang/kelas Jantung/kelas
utama. Tn. S mengatakan nafas terasa sesak, sejak 2 hari sebelum masuk RS, dan
nyeri dada sejak 1 minggu sebelumnya. Klien mengatakan pusing, mual, muntah,
keringat banyak. Klien mengatakan mudah lelah tetapi bila berjalan dan sering
berkeringat. Klien juga mengatakan napasnya sesak jika beraktivitas. Klien merasa
sesak napas dengan durasi sekitar 2 menit. Klien tidak pernah dirawat di RS. Dan saat
dirawat di RS didapat diagnosa CHF/DECOMPENSASI CORDIS.
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Klien
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Pekerjaan : Guru
2) Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 45 Tahun
Jernis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
c. Data Medik
Diagnosa Medik
Klien masuk rumah sakit dengan alasan nafas terasa sesak, sejak 2 hari sebelum
masuk RS, dan nyeri dada sejak 1 minggu sebelumnya.
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 4 oktober 2011. Dengan keluhan napas terasa
sesak sejak 2 hari sebelumnya. Klien mengatakan napasnya semakin sesak jika beraktivitas.
Klien merasa sesak napas dengan durasi sekitar 2 menit. RR: 28X/menit, TD: 90/70 mmHg,
N: 64X/menit.
GENOGRAM : (3 GENERASI)
h. Kebiasaan Sehari-hari.
1. Nutrisi – cairan
10) Keluhan makan dan minum : Klien mengatakan nafsu makan menurun
2. Eliminasi
3) Bau : Khas
4) Konsistensi : Lembek
4) Bau : Khas
5) Konsistensi : Padat
i. Data Psikologis
b) Koping : Baik
c) Stresor : Negatif
j. Data Sosial
k. Data spiritual.
l. Pemeriksaan fisik
· Kesadaran
1. Kualitatif : Komposmentis
: Respon bicara :5
: Respon membuka mata: 4
m. Antropometri.
c) TB : 160cm
d) BB : 78kg
f) IMT
:
Berat IMT (kg/cm/100)2 Resiko penyakit
Underweight <18,5 Redah
o. Mata / penglihatan
b) Alis : Tipis
c) Bulu mata
1. warna : Hitam
2. kondis/distribusi : Merata
3. posisi : Normal
e) Sclera : Alba
f) Pupil
1. Bentuk : Bulat
3. Warna : Gelap
h) Konjungtiva : Anemis
2. Kejernihan : Jernih
p. Hidung / penciuman
1. Struktur luar
a) Bentuk : Normal
b) Kesimetrisan : Simetris
2. Struktur dalam.
1. Struktur luar
a) Warna : Coklat
c) Cerumen : Ada
5. Keseimbangan : Normal
r. Mulut/pengecapan
1. Bibir
a) Warna : Pucat
b) Kesemetrisan : Simetris
c) Kelembaban : Kering
3. Gigi
a) Kebersihan : Kotor
b) Kelengkapan : Lengkap
s. Leher
t. Dada/Thorax
1) Pulmonal
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, pergerakan dinding dada kiri dan kanan sama
c. Perkusi : Sonor
2) Kardiovaskuler
c. Perkusi : Redup
d. Auskultrasi : S1: Lup, S2: Dup & tidak terdapat bunyi tambahan.
u. Abdomen
3. Perkusi : Tymphani
v. Sistem integumen
2. Testur : Fleksibel
3. Turgor : Baik
4. Kelembaban : Lembab
w. Sistem Muskuloskeletal
x. Pemeriksaan Diagnostik
· Laboratorium
- Klien mengatakan
nafasnya sesak jika sering
beraktifitas.
- Nadi 64x/menit.
RR : 28 x/menit
DO :
- TTV :
N : 64 x/menit
T : 90/70 mmhg
P : 28 x/menit
- Klien mengatakan
nafasnya sesak bila
beraktifitas.
DO :
- Klien berkeringat
- Klien pucat
- TD : 90/70 mmhg
- N : 64 x/menit
- RR :28 x/menit
- S : 37 0C
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
- Haluaran urine
adekuat
- Irama jantung
(N)
- Bunyi jantung
normal.
8. Periksa nyeri tekan 8. Menurunkan statis vena
menurunnya nadi pedal dan dapat menurunkan insiden
pembengkakankamera nan trombu/pembekuan (embolus)
lokal atau pucat pada
ekstremitas.
T : 90/70 mmhg
- Klien pucat
- TD : 90/70
mmhg
- N : 64 x/menit
- RR :28 x/menit
S : 37 0C
E. Catatan Keperawatan Pada Tn. S
Diagnosa
No. Hari/TGL Implementasi Paraf
Keperawatan
4. Pantau TD
H: TD dapat diketahui
5. Pantau/hitung keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran setiap hari.
Diagnosa
No. Hari/TGL SOAP Paraf
Keperawatan
- N : 64 x/menit
- P : 24 x/menit
- TTV :
N : 64 x/menit
TD : 100/70 mmhg
RR : 24 x/menit
O:
- TD : 100/70 mmhg
- N : 64 x/menit
- RR :24 x/menit
- S : 37 0C
KELOMPOK : II
SEMESTER : II A
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gagal jantung adalah : Keadaan patofisiologis dimana jantung tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
c. Intoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
4. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi klien tiap hari sesuai
dengan permasalahan yang dianggap.
B. Saran
1. Institusi
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk PSIK STIKES HI pada
khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
2. Mahasiswa
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang kelainan pada
sistem kardiovaskuler yaitu Gagal Jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
(Diakses tanggal 24 Februari 2012).
Arif Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: FKUI
Posting Komentar