Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang
Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan janin. Dampaknnya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang
hamil juga mempengaruhi angka kematian prenatal, keadaan kesehatan neonatal, dan
pertumbuhan bayi setelah lahir. Selama kehamilan kebutuhan nutrisi harian wanita meningkat
hingga lebih dari dua kali lipat, seperti contohnya kebutuhan asam folat yang meningkat
hingga 400 ug/hari, dimana pada keadaan normal hannya 180 ug/hari. Usia kehamilan yang
terus bertambah, makan bertambah pula kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil, khususnya
ketika usia kehamilan memasuki trimester kedua. Pada saat trimester kedua, janin tumbuh
dengan sangat pesat, khususnya mengenai pertumbuhan otak dan susunan syarafnya.
Indikator kecukupan gizi juga terlihat pada kenaikan berat badan yang cukup selama
kehamilan. Kenaikan berat badan tersebut bervariasi dari bulan ke bulan sesuai dengan fase
kehamilan.
Sistem hormon pada kehamilan manusia melibatkan perubahan baik endokrin maupun
metabolik yang terjadi antara ibu dan janin. Pengaturan neuro endokrin di dalam plasenta,
pada janin dan ibu sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan janin dan
perkembangannya. Adaptasi ibu hamil terhadap perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan secara langsung menggambarkan perkembangan plasenta dan janin.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan muda.
Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual dan 44% mengalami
muntah Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam
hari. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum, pengaruh Fisiologi kenaikan hormon
ini belum diketahui secara jelas. Mual sering pula dihubungkan dengan perubahan dalam
indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan serta faktor psikologis. Mual dan muntah
menyebabkan asupan nutrisi pada ibu hamil kurang sehingga berat badan menurun, turgor
kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri. Hal ini juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga membutuhkan perawatan atau penangan
pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami anatomi dan fisiologi sistem reproduksi dan hormonal Ibu Hamil
2. Memahami definisi Hiperemesis Gravidarum;
3. Mengetahui penyebab dari Hiperemesis Gravidarum;
4. Mengetahui tanda dan gejala Hiperemesis Gravidarum;
5. Mengetahui proses terjadinya dari Hiperemesis Gravidarum;
6. Mengetahui komplikasi dari Hiperemesis Gravidarum;
7. Mengetahui pemeriksaan diagnosis Hiperemesis Gravidarum;
8. Mengetahui pencegahan Hiperemesis Gravidarum;
9. Bagaimana pengobatan Hiperemesis Gravidarum;
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum.

1.3ImplikasiKeperawatan
Masa kehamilan adalah saat yang sangat penting untuk wanita dalam menjaga
kesehatannya, perlunya perhatian baik fisik, psikologis serta lingkungan yang mendukung.
Hal ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang sehat. Perawat harus
mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada ibu hamil. Asuhan
keperawatan yang diberikan pada wanita hamil meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan,
intervensi dan evaluasi. Selain itu diperlukan pula pencegahan primer, sekunder serta tersier
baik sebagai deteksi dini atau pencegahan untuk mepertahankan kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya.
Tindakan perawat ketika menemui wanita hamil dengan tanda gejala yang
mengindikasikan adanya gangguan, khususnya Hiperemesis Gravidarum dapat segera
dilakukan pengkajian. Data pengkajian akan dilakukan analisis sehingga akan memnemukan
atau memutuskan masalah keperawatan yang terjadi pada wanita hamil.
Diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan dapat memberikan atau menentukan
perencanaan asuhan keeraean yang akan dilakukan pada wanita hamil tersebut. Dari adanya
perencanaan asuhan keperawtan, tindakan keperawatan dapat dijalankan secara tepat dan
masalah pasien dapat teratasi sebagian maupun teratasi sepenuhnya.
BAB 2

. TINJAUAN TEORI

2.1 Fisiologi Kehamilan


kehamilan adalah proses pembuahan sel telur (ovum) oleh spermatozoa yang terjadi
dalam saluran ovarium (tuba falopid). Jaringan yang dibentuk dari pembuahan meliputi zygot
yang terbetuk dari menyatuna sel telur dan spermatozoa, yang terjadi setelah dua minggu
pertama sejak terjadinya pembuahan. Embryo terbentuk dari zygot yang menempel didinding
uterus sehingga setelah minggu kedelapan membentuk janin (sampai sebelum lahir). Jaringan
pendukung untuk menjaga kelangsungan janin yaitu plasenta, chorion, amnion dan yolk sac.
a. Sistem Reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi saat masa kehamilan merupakan hal yang fisiologis karena
hal ini dipengaruhi adanya janin. Berikut ini merupakan perubahan fisiologi sistem
reproduksi pada masa kehamilan;
1. Suplai darah ke organ reproduksi meningkat yang dikarenakan adanyya peningkatan
hormon steroid seksual suplai darah dibutuhkan untuk dialirkan pada janin.
2. Perubahn serviks diketahui setelah periode tidak terjadi menstruasi serviks akan menjadi
lebih lunak akibat meningkatnnya suplai darah. Kanalis servikalis dipenuhi oleh mukus yang
kental disebut operkulum. Selama kehamilan operkulum menghambat masuknya bakteri ke
uterus, yang mengalir selama persalinan yang disebut boody show, yang menandakanbahwa
kanalis terbuka utuk jalan keluarnnya bayi. Selama masa kehamilan konsistensi
serviksberubah yaitu teraba seperti ujung daun telinga dan pada keadaan term teraba sepert
bibir.
3. Perubahan yang sangat jelas pada anatomi maternal adalah pembesaran uterus untuk
menyimpan janin yang sedang tumbuh. Pemvesaran uterus masa masa kehamilan disebakan
oleh estrogen yang merangsang serabut otot. Tumbuh membesar secara primer maupun
sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intraterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, progenterone berperan untuk keelastisitasan uterus.
4. Perubahan fisiologis pada vagina juga terjadi dikarenakan peningkatan vaskularisasi pada
vagina yang menyebabkan tanda chadwick`s yaitu corak yang berwarna keunguan. Terjadi
peningkatan senstifitas akibat meningkatnnya kongesti vaskular organ vagina pelvik serta
jaringan otot mengalami hipertropi.
5. Ovarium dan tuba falopii, ovulasi berhenti selam kehamilan, pematangan folikel baru
ditangguhkan dan hannya satu korpus luteum yang ditemukan dalam ovarium. Tuba valopii
mengalami hipertropi dan epitel mukosa menjadi gepeng.
b. Payudara

Adanya rasa senruhan dan nyeri tekan pada payudara yang secara bertahap mengalami
pembesaran karena peningkatan pertumbuhan jaringan alviolar dan suplai dara. Selain itu
puting susu juga lebih menonjol dan keras. Area puting mengalami pigmentasi dan kelenjar
montgomery keluar.
c. Sistem endokrin
Ada banyak perubahan pada sistem endokrin pada ibu hamil, yaitu sebagai berikut;
1. ovarium dan plasenta
ovarium merupakan sumber estrogen dan progesteron pada ibu hamil. Hormon ini
diahasilkan segera setelahplasenta terbentuk dengan baik. Plasenta juga membentuk steroid
dan 3 jenis hormon lainnya yaitu; human clorionic gonadotropine (hCG), human placental
lactogen (hPL), serta human clorionic thyrotropin (hCT), ketiga hormon ini sangan
mempengaruhi masa kehamilan wanita.
2. kelenjar tiroid
selam masa kehamilan hormon membesar namun jumlah hormon yang dihasilkan tetap sama
yaitu tiroksin.ukurannya meningkat karena pertumbuhan sel-sel acinar dan meningkatnnya
metbolik rate yang disebabkan oksigen yang digunakan ibu hamil lebih banyak.
3. kelenjr paratiroid
selam akehamilan ukurannya meningkat dikarenakan kebutuhan kalium janin lebih besar.
Hormon ini sangat penting untuk mempertahankan kecukupan kalium dalam darah sehingga
metabolisme tulang dan otot tidak terganggu.
4. kelenjar pituitari
kelenjar pituitari mengalami pembesaran dan menghasilakan hormon tropic, tetapi dengan
jumlah yang berbeda. FSH ditekan oleh Chorionic gonadotropin (hCG) yang dihasilakan
dalam plasenta. Hormon pertumbuhan berkurang dan hormon melanotropik meningkat yang
akan menyebabkan pigmentasi pada putting susu, wajah, dan abdomen. Pembentuka
prolaksin juga akan merangsang kontraksi ott uterusdalam prose persalinan.
5. kelenjar adrenal
selam masa kehamilan kortikal membentuk kortin. Kortin berfinggsi mengatur ion kalium
dan natrium dalam aliran darah.
2.2 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidarum yang berlebihan sehingga menimbulkan
gejala klinis serta mengganggu kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini sudah terdapat gejala
klinis yang memerlukan perawatan, seperti muntah berlebihan yang menyebabkan terjadinya
dehidrasi, berat badan menurun.
2.3 Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi
minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada sekitar
10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Di masa kini, hiperemesis
gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas
yang signifikan.
Dalam situasi wanita sebagai pekerja, mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50%
wanita hamil yang bekerja. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan Depresi.
2.4 Etiologi
Penyebab dari Hiperemesis gravidarum tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga terdapat
beberapa faktor, yaitu:
1. Kehamilan pertama
2. Peningkatan hormonal pada kehamilan, terutama pada kehamilan ganda
3. Usia di bawah 24 tahun
4. Perubahan metabolic dalam kehamilan
5. Alergi
6. Faktor psikososial
7. Riwayat mual muntah
8. Obesitas
9. Factor psikologis, stess dan cemas
10. Diit tinggi lemak
11. Perubahan saluran cerna yang terdesak pada saat kehamilan

2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum terbagi dalam
beberapa kategori menurut tingkat dari penyakit tersebut, yaitu:
1. Tingkat I:
a. Muntah berlebihan
b. Dehidrasi ringan
c. Nyeri pada epigastrium
d. Nadi meningkat
e. Berat badan menurun
f. KU lemah
g. Nyeri ulu hati
h. Lidah kering
i. Mata cekung
2. Tingkat II:
a. Dehidrasi sedang
b. Turgor kulit menurun
c. Tampak ikterus
d. Nadi meningkat, temperature naik, tekanan darah menurun
e. Oliguria
f. Obstipasi
3. Tingkat III
a. Keadaan umum sangat rendah
b. Kesadaran somnolen hingga koma
c. Ikterus makin nyata
d. Muntah disertai darah
e. Diplopia
f. Perubahan mental

2.6 Patofisiologi
Pada awal kehamilan, sinsitio trofoblas akan menghasilkan human corionic gonadotropin
hormone ( HcG) –> HCG bertugas mempertahankan korpus luteum untuk menghasilkan
progesteron dan estrogen sampai plasenta terbentuk pada usia kehamilan 10-16 minggu –
>estrogen yang tinggi akan merangsang pusat muntah di medula oblongata sehingga terjadi
emisis pada awal kehamilan. Proses ini merupakan hal yang fisiologis terjadi pada ibu hamil.
Dalam perjalanan waktu, kadar HCG akan menurun dan rangsangan mual muntah pun hilang
yaitu pada 16 minggu usia kehamilan. Namun pada beberapa kasus kehamilan seperti hamil
mola hidatidosa, gameli atau kembar, hormon HCG dihasilkan lebih tinggi dan lebih lama
sehingga terjadi rangsangan mual muntah yang hebat yang disebut dengan hiperemesis
gravidarum. Disamping itu HCG juga bisa disebabkan karena kelainan saluran cerna pada ibu
hamil seperti ulkus peptikum dan penyebab lain diluar kehamilan.
Etiologi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum diketahui, namun
terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya hiperemesis gravidarum. Faktor
sosial, psikologis dan organobiologik, yang berupa perubahan kadar hormon-hormon selama
kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum. Disfungsi pada
traktus gastrointestinal yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi
salah satu penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar
progesteron memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi otot-otot
polos di lambung (disritmia gaster). Selain progesteron, peningkatan kadar hormon human
chorionic gonadotropin (HCG) dan estrogen serta penurunan kadar thyrotropin-stimulating
hormone (TSH), terutama pada awal kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya
hiperemesis gravidarum walaupun mekanismenya belum diketahui. Pada studi lain ditemukan
adanya hubungan antara infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum. Sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum yang diteliti
pada studi tersebut menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif

2.7 Komplikasi dan Prognosis


Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan Dehidrasi pada
penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan
kehilangan cairan karena muntah.
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi ke dalam
tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu
habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Dampak keadaan ini
terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin
adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu. Frekuensi muntah yang terlalu
sering dapat menyebabkan terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal.
Hiperemesis gravidarum juga dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa,
meliputi:
1. Rupture esophagus
2. Perdarahan retina
3. Kerusakan ginjal
4. Kematian janin
5. Prognosis
6. Denagn penangan yang baik prognosis hiperemisis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini dapat membatasisi diri namun pada tngkatan yang berat penyakit ini daat
mengancam jiwa ibu dan janin.

2.8 Pengobatan
Pengobatan yang baik pada emesis gravidarum dapat mencegah hiperemesis
gravidarum.Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis
gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum.Konsep
pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Isolasi dan pengobatan psikologis. Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat
menenangkan ibu hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas
dapat memberi komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan
dengan kehamilan.
2. Pemberian cairan pengganti. Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat
sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa
5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi
sebagai sumber energi sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak menjadi protein
menuju ke arah pemecahan glukosa. Cairan tersebut dapat ditambah vitamin C, B kompleks,
atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme. Selama pemberian cairan harus
memerhatikan keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan
darah, suhu, dan pernapasan. Lancarnya pengeluaran urine memberi petunjuk bahwa keadaan
ibu hamil berangsur-angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan
darah, urine, dan bila memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah
berkurang dan kesadaran membaik, ibu hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi.
3. Pemberian obat. Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi
dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat
menyebabkan kelainan kongenital atau cacat bawaan bayi). Komponen (susunan obat) yang
dapat diberikan adalah:
a. sedatif ringan (fenobarbital [Luminal] 30 mg, Valium);
b. anti-alergi (antihistamin, Dramamine, Avomin);
c. obat antimual/anti-muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stemetil, Avopreg);
d. vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C.
4. Menghentikan kehamilan. Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum yang
tidak berhasil justru mengakibatkan terjadinya kemunduran dan keadaan semakinmenurun
sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan pengguguran kandungan.
Keadaan yang memerlukan pertimbangan pengguguran kandungan adalah:
a. gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa
ensefalopati Wernicke);
b. gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan);
c. gangguan faal (hati [ikterus], ginjal [anuria], jantung dan pembuluh darah nadi meningkat,
tekanan darah menurun

Dengan memerhatikan keadaan tersebut, pengguguran kandungan dapat dipertimbangkan


pada hiperemesis gravidarum. Sedangkan pemberian terapi farmakologis dan non
farmakologis adalah sebagai berikut.
1. Terapi farmakologi
jika pasien sudah didiagnosa Hiperemesis Gravidarum maka tindakan pertama adalah
perbaiki status dehidrasinya. Cairan yang dipilih adalah RL kemudian beri antiemetik oral
atau suppositoria. Anti emetik yang aman untuk ibu hamil : prometazin, klopromazin,
ondansetron. Jika mual muntah menetap atau obat dimuntahkan maka indikasi rawat.Infus
RL + tiamin (vitamin B1), antiemetik injeksi seperti metoklorpamid atau infus RL +
Glukosa+vitamin B1, antiemetik injeksi –> jika kondisi mual muntah remisi maka diperlukan
pemberian terapi nutrisi enteral yaitu melalui nasojejuno tube, biasanya dengan jalan
pemberian nutrisi enteral maka HEG teratasi. Namun pada beberapa wanita memerlukan
terapi parenteral ( TPN)Jika dengan TTL diatas kondisi HEG tidak teratasi maka pikirkan
penyebab lain diluar kehamilan seperti tukak lambung, kolesistitis dan
sebagainya.Berdasarkan buku Obstetri williams dalam beberapa penelitian dikatakan
penggunaan kortokosteroid seperti metylprednison lebih efektif dibandingkan antiemetik
metoklorpamid, dimana dengan metylprednison angka rekurensi lebih rendah. Namun
penggunan kortikosteroid lebih dari 10 minggu pada trimester 1 bisa menyebabkan defek
kongenital.Infus RL bertujuan untuk menggantikan cairan elektrolit yang hilang.Pemberian
vitamin B1 bertujuan untuk mencegah komplikasi HEG yaitu ensefalopati Wernicke. Muntah
yang belebihan akan menyebabkan tubuh kehilangan HCL dan elektrolit terutama kalium
sehingga pada saat akut tubuh dalam kondisi alkalosis dan hipokalemi –> tubuh akan
melakukan kompensasi dengan mengeluarkan ion H+ intra sel untuk mengatasi kondisi
alkalosis, disamping itu glukoneogenesis akan terjadi dimana hasil sampingnya adalah asam
laktat dan benda keton sehingga pada orang HEG benda keton (+) dan terjadi kondisi
asidosis. Muntah yang berlebihan mengakibatkan penyerapan zat makanan terganggu,
termasuk penyerapan vitamin, sehingga bisa terjadi defisiensi vitamin, jika terjadi defisiensi
vitamin B1 maka akan terjadi ensefalopati wernicke. Ensefalopati wernicke merupakan
penyakit neuritis perifer akibat kekurangan vitamin B1.Vitamin B1 berfungsi untuk
menghasilkan energi bagi otak dengan membantu oksidasi glukosa sehingga dihasilkanenergi
untuk sel otak.Dalam penatalaksanaa ada juga dokter yang memberikan glukosa bersamaan
dengan vitamin B1.jangan memberikan infus dextrose tanpa dibarengi dengan vitamin B1.
Infus dextrose 5 % saja akan mengakibatkan hiperosmolaritas sehingga cairan intra sel akan
ditarik ke ekstra sel akibatnya terjadi dehidrasi sel otak.Pasien dipulangkan kalau seandainya
keadaan umum membaik dan ada penurunan kadar benda keton.untuk rawat jalan ( biasanya
untuk kasus emesis) : Bit B1, primperan atau ondansetron, ranitidin, luminal
2. Terapi Non Farmakologi
a. Dukungan psikologi terutama dari suami dan keluarga
b. Acupressure pada lokasi 3 jari diatas siku. Dari penelitian ternyata dengan penekanan
dilokasi 3 jari di atas siku pada ibu hamil bisa mengurangi rasa mual muntah, namun pada
penelitian berikutnya disimpulkan tidak ada keuntungan acutpressure dalam mengurangi rasa
mual muntah.
c. Menggunakan rempah jahe, dari hasil penelitian mampu mengurangi rasa mual muntah
pada ibu hamil.
Ada berbagai terapi alternatif lain yang sangat efektif. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe)
adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik.Bahan aktifnya,
disebut gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur
Cytotoxin associated gene(Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi.Ekstrak jahe ini sangat
direkomendasikan oleh ACOG.Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, 4
kali sehari.The Systematic Cochrane Reviewmendukung penggunaan stimulasi akupunktur
P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik.Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual.
National Evidence-based Clinical (NICE) GuidelinesOktober 2003 merekomendasikan jahe,
akupunktur P6 dan antihistamin untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan,
dengan evidence level I. Juga telah ditunjukkan bahwa terapi stimulasi saraf tingkat rendah
pada aspek volar pergelangan tangan dapat menurunkan mual dan muntah serta merangsang
kenaikan berat badan.Hanya ada sedikit bukti kalau kortikosteroid efektif.Dalam dua RCT
kecil, didapatkan bahwa tidak ada kegunaan dari metilprednisolon ataupun placebo, tapi
kelompok steroid lebih sedikit yang mengalami readmission.Antagonis serotonin kadang-
kadang digunakan oleh beberapa klinisi untuk pasien tidak hamil yang mengalami mual
berat.
Pada sebuah penelitian, ondansentron ternyata tidak lebih baik daripada prometazin sehingga
penggunaannya terbatas. Dengan muntah yang persisten, kita harus mencari adanya penyebab
lain seperti gastroenteritis, kolesistitis, pankreatits, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis,
dan perlemakan hati dalam kehamilan.Hampir semua wanita hamil akan memberikan respon
yang baik dengan penatalaksanaan yang telah disebutkan di atas. Bila masih ada muntah
berkepanjangan, maka pemberian nutrisi enteral harus dipikirkan.Vaisman dkk.(2004) telah
menunjukkan keberhasilan pemberian makan nasojejunal selama 4-21 hari pada 11 wanita
hamil dengan mual dan muntah refrakter.Pada sedikit sekali perempuan, nutrisi parenteral
mungkin diperlukan.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang diperlukan yaitu:
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

BAB 3. PATHWAY

kelemahan tubuh
kesadaran
otot lemah
perfusi
jaringan otak
metabolisme
intrasel
aliran darah ke
cemas pada kehamilan jaringan

cairan ekstraseluler hemokon-


dan plasma sentrasi

pengeluaran nutrisi dehidrasi

intake nutrisi kehilangan cairan berlebihan

hyperemesis gravidarum

komplikasi tekanan gaster


emisis gravidarum pengosongan lambung

factor alergi factor predisposisi estrogen

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas Klien
Nama :
Umur : 20 – 40 tahun
Pendidikan : umumnya rendah
Pekerjaan : bekerja dan tidak bekerja
Tgl masuk :
Tgl pengkajian :
Diagnose medis : hiperemesis gravidarum
Alamat : berada di daerah kurang baik sanitasi

Identias Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Pendidikan : pendidikan rendah
Pekerjaan : bekerja/tidak bekerja
Alamat : berada di daerah kurang baik sanitasi
Hubungan dengan klien: umumnya suami
2. Riwayat Kesehatan
a. keluhan utama
umumnya keluhan yang sering dirasakan adalah mual dan muntah
b. riwayat kesehatan sekarang:
keluhan mual muntah
c. riwayat kesehatan dahulu :
HG pada kehamilan sebelumnya, pada primigravida: 60-80%, sedangkan multigravida: 40-
60%
d. riwayat kesehatan keluarga :
adanya penyakit jantung, DM,
e. riwayat ginekologi :
1) riwayat menstruasi
a) menarke :
b) siklus :
c) lamanya :
d) banyaknya :
e) warna :
f) bau/karakteristik :
g) disminore :
2) riwayat perkawinan
a) istri
usia perkawinan :
pernikahan :
Usia pernikahan :
b) suami
usia perkawinan :
pernikahan :
Usia pernikahan :
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
Lemah, umumnya compos mentis, tetapi dapat juga apatis
b. Tanda-tanda vital :
N: > 100 x/menit
TD: systole 20 x/menit
S: > 37,2 oC
c. Data aspek biologis
A. System neurologis
1. Fungsi serebral
• Kesadaran : kompos mentis hingga apatis
• Orientasi : umumnya baik
• Memori : umumnya baik
• Bicara : umumnya baik, terkadang jarang berbicara karena rangsangan mual
2. Fungsi saraf cranial
• Penciuman : umumnya baik tetapi rangsangan bau dapat merangsang mual
• Penglihatan : umumnya baik
• Reflek pupil : umumnya baik
• Gerakan bola mata: umumnya baik
• Kesimetrisan wajah : simetris, tidak ada kelainan
• Pengecapan : umumnya baik, tetapi rangsangan pengecapan dapat meningkatkan mual
• Mengunyah : umumnya baik, tidak ada kelainan
• Menelan : umumnya tidak ada gangguan menelan, hanya saja rangsangan mual membuat
kesulitan menelan
3. Fungsi motorik
• Keseimbangan dan koordinasi : umumnya baik hingga tidak dapat berdiri/berjalan akibat
kelemahan
• Kekuatan otot : umumnya dapat menentang gravitasi jika dalam kondisi baik, jika terdapat
kelemahan, klien kurang bisa menentang gravitasi
• Tonus otot : umumnya mampu memfleksikan otot dan menahan tahanan dari pemeriksa,
kecuali jika pasien dalam keadaan lemah
4. Fungsi sensorik
Uji rangsangan suhu pada ekstrimitas umumnya baik
B. System pernafasan
a. Hidung
Simetris +/+, kebersihan +/+, fungsi penciuman +/+
b. Dada
Simetris +/+
c. Pola pernafasan
RR >20 x/menit, irama regular hingga irregular
d. Paru
Suara nafas vesikuler +/+, kelainan -/-
C. System kardiovaskuler
Bunyi jatung normal, edema (-), TD systole 100 x/menit, keluhan lain (-)
D. System gastrointestinal
• Mulut : mukosa pucat, bibir kering, lidak kering, aroma nafas aseton, gigi kurang bersih,
pengecapan baik, anoreksia, hipersekresi saliva
• Abdomen: bentuk datar, simetris (+), asites (-), kebersihan (+), massa (-), pembesaran hepar
(-), nyeri (+) epigastrium
E. Integument
Distribusi rambut rata, warna hitam, kebersihan (+), kuku bersih dan pendek, warna kulit
sawo matang, akral dingin dan pucat, turgor menurun, kelembaban menurun
F. Endokrin
Pembesaran tiroid (-)
G. System penglihatan
Simetris +/+, sclera putih hingga ikterik, konjungtiva merah muda hingga pucat, kotoran -/-,
fungsi penglihatan +/+, cekung +/+
H. Pendengaran
Simetris +/+, serumen -/-, edema -/-, fungsi pendengaran +/+
d. Data aspek psikologis
Umumnya klien cemas akibat kurang pengetahuan mengenai kondisinya
e. Data aspek social
Interaksi dengan keluarga dan sosial umumnya baik, tetapi interaksi saat kondisi tersebut
sedikit berkurang
f. Data aspek spiritual
Kurangnya keagamaan akibat kecemasan dapat mempengaruhi keadaan mual
1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Subyektif
1) Pekerjaan

2) Aktivitas/hobi kebiasaan
3) Aktivitas kesenangan
4) Pembatasan karena kehamilan/kondisi
5) Kebutuhan fisik terhadap
a. Pemberi kerja
b. Rumah
6) Tidur:
a. Jumlah jam
b. Tidur siang
c. Alat bantu
d. Insomnia
e. Alasan

Obyektif
1) Respon aktivitas (observasi):
a. Kardiovaskuler
b. saluran pernafasan
2) Status mental

3) Pengkajian neuromuskuler:
a. Massa/tonus otot:
b. Postur
c. Tremor

d. Rentang pergerakan sendi


e. Kekuatan
f. Deformitas
g. Lain-lain
Tuntutan kerja dan kehilangan pekerjaan dapat mempengaruhi hiperemesis

Ada

< 6 jam/hari
Kadang-kadang
Tidak ada
Ada

Kurang baik, penurunan TD systole 100 x/menit


Peningkatan RR > 20 x/menit

Umumnya apatis, jika kondisi berat dan berkepanjangan dapat terjadi aberasi mental

Baik

Baik
Umumnya terdapat tremor karena nutrisi kurang sehingga dapat mengakibatkan hipoglikemi
Baik

Lemah
Tidak ada kelainan

2. SIRKULASI
Subyektif
1) Riwayat:
a. Peningkatan TD
b. Masalah jantung
c. Demam reumatik
d. Edema pergelangan kaki/kaki
e. Flebitis
f. Penyembuhan lambat
2) Ekstrimitas:
a. Kebas
b. Kesemutan
3) Batuk/hemoptisis
4) Perubahan frekuensi/jumlah urin

Obyektif
1) TD (Ka-Ki)
a. Berdiri
b. Duduk
c. Berbaring
2) Nadi perifer
a. Radialis
b. Dorsalis pedis
c. Distensi vena jugularis
3) Bunyi jantung
a. Kecepatan
b. Irama
c. Kualitas
d. Rub/murmur
4) Bunyi nafas

5) Ekstrimitas
a. Suhu
b. Warna
c. Pengisian kapiler
d. Tanda homan
e. Varises
f. Kuku (abnormalitas)
6) Warna/sianosis
a. Seluruhnya
b. Membrane mukosa
c. Bibir
d. Dasar kuku
e. Konjungtiva
f. Sklera
g. Diaphoresis

90/70 mmHg – 100/80 mmHg

Gravidarum I >100 x/menit


Gravidarum II 37,2 o C
Pucat karena anemia maupun penurunan TD
CRT < 2 detik

Umunya tidak ada


Umunya tidak ada
Pucat

Umumnya tidak ada


Umumnya pucat

Umumnya pucat
Tidak ada sianosis
Pucat
Tidak ada sianosis
Umumnya ada ikterik
Ada
3. INTEGRITAS EGO
Subyektif
1) Perencanaan kehamilan

2) Perasaan klien/ayah tentang kehamilan

3) Status hubungan

4) Melaporkan faktor stress:


a. Masalah keuangan
b. Gaya hidup
c. Perubahan terakhir
5) Cara mengatasi stress
6) Religius (praktik)
7) Faktor budaya

8) Perasaan tentang:
a. Ketidakberdayaan
b. Keputusasaan
c. ketidakmampuan
9) Masalah emosi
10) Riwayat masalah emosi

Obyektif
1) Status emosional
2) Respon psikologis yang teramati
Umumnya ada, tetapi pengaruh kehamilan tidak dikehendaki juga mempengaruhi HG
Ayah yang kurang mendukung, adanya stress yang mempengararuhi psikologis ibu juga
dapat berperan dalam terjadinya HG
Umumnya menikah,idak jelas, tetapi status perkawinan yang tidak jelas dan konflik rumah
tangga juga memiliki peranan dalam HG

Umumnya ada

Kurang sehat dan bersih


Ada

Koping yang digunakan kurang efektif


Praktik keagamaan umumnya rendah
Konflik akibat perbedaan budaya mempengaruhi status emosional yang dapat memperberat
kondisi HG

Kadang-kadang

Kadang-kadang
Ada
Ada
Ada

Kurang baik
Kurang baik

4. ELIMINASI
Subyektif
1) Pola usus
a. Kebiasaan/pola
b. Penggunaan laksatif
c. Karakteristik feses
d. Defekasi terakhir
e. Perdarahan
f. Hemorrhoid
g. Diare
h. Konstipasi
2) Pola berkemih
a. Kebiasaan/pola
b. Inkontinensia
c. Dorongan
d. Frekuensi
e. Retensi
f. Karakter urin
g. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan berkemih
h. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
i. Penggunaan diuretic

Obyektif
1) Palpasi abdomen
a. Lunak/keras
b. Massa
c. Ukuran/lingkar
d. Bising usus
e. Hemorrhoid
2) Palpasi kandung kemih
3) Berkemih berlebihan
4) Urinalisis
5) Albuminuria
6) Glikosuria
7) Darah samar
8) Feses samar

Tidak rutin
Kadang-kadang

Keras dan kering, warna coklat gelap

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kuning pekat dan bau menyengat, oliguria
Terdapat rasa nyeri

Umumnya teraba lunak


Tidak ada
Tergantung umur gestasi
Umumnya normal
Tidak ada
Tidak teraba nyeri, teraba lunak
Tidak ada
Peningkatan konsentrasi urin
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
5. MAKANAN/CAIRAN
Subyektif
1) Diet kebiasaan
a. Jenis
b. Jumlah makan
c. Intake terakhir
d. Pola diet
e. Anoreksia
f. Mual/muntah
g. Panas perut/salah cerna
h. Penyebab
i. Alergi/intoleransi makanan
2) Masalah mengunyah/menelan
a. Gigi geligi
3) Rata-rata berat badan
a. Sebelum hamil
b. Saat ini
c. Pola
d. Penambahan/penurunan
4) Penggunaan diuretik

Obyektif
1) Karakteristik badan saat ini
a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Bentuk tubuh
d. Turgor kulit
e. Kelembaban membrane mukosa
2) Hernia/massa
3) Edema
a. Umum
b. Dependen
c. Periorbital
d. Sacral
e. Digital
f. Distensi JVP
4) Pembesaran tiroid
5) Keadaan mulut
a. Bau mulut
b. Kondisi gigi/gusi
c. Penampilan lidah
d. Membrane mukosa
6) Bising usus
7) Bunyi nafas
8) Skrining diabetic (GGT)
9) Pemeriksaan tiroid
10) Hb/Ht (anemia)

Tidak ada
Kurang dari 2 kali per hari
3 kg

Tidak ada

Penurunan > 3 kg

Buruk
Buruk (kering)

Tidak ada

Bau aseton
Kotor, oral hygiene buruk

Lidah kering dan kotor

Kering

Umumnya normal
Umumnya tidak ada masalah
Kadang positif
Negatif
Positif anemia
6. HIGIENE
Subyektif
1) ADL
a. Makan
b. Mandi
c. Berpakaian
d. Toileting
e. Kontinen
f. Berpindah
2) Alat prosthesis yang diperlukan
a. Diberikan oleh

Obyektif
1) Penampilan umum
2) Cara berpakian
3) Kebiasaan
4) Bau badan
5) Kondisi kulit kepala
6) Adanya kutu
Umumnya tidak ada masalah, kecuali juka KU berat, pemenuhan kebutuhan ADL dapat
bergantung secara penuh

bersih
rapi

tercium aseton
bersih
tidak ada
7. NEUROSENSORI
Subyektif
1) Serangan pingsan/pusing
2) Sakit kepala:
a. Lokasi
b. Frekuensi
c. Kesemutn/kebas/kelemahan
3) Stroke (efek residu)
4) Kejang
a. Aura
b. Cara pengontrolan
5) Mata
a. Kehilangan penglihatan
b. Pemeriksaan terakhir
c. Glaucoma
d. katarak
6) Telinga
a. Kehilangan pendengaran
b. Pemeriksaan terakhir
7) Epiktasis
8) Indra penciuman

Obyektif
1) Status mental

2) Penglihatan
a. Kacamata
b. Lensa kontak
3) Pendengaran:
a. Alat bantu dengar
4) Pola/kerusakan bicara
Ada

Sering
Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada kelainan

Kurang baik, keadaan umumnya apatis, terkadang dapat pula terjadi somnolen hingga koma
8. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Subyektif
1) Lokasi
2) Intensitas
3) Frekuensi
4) Kualitas
5) Durasi
6) Faktor pencetus
7) Cara hilang
8) Gejala yang berhubungan

Obyektif
1) Wajah meringis
2) Area yang dipengaruhi
3) Respon emosional
4) Fokus menyempit
Epigastrik, faring
Sering
Sering
Tajam
Seiring dengan lamanya hiperemesis
Muntah

Muntah

Ada
Epigastrik
Kurang baik
Ada
9. PERNAFASAN
Subyektif
1) Dispnea
2) Batuk/sputum
3) Riwayat:
a. Bronchitis
b. Asma
c. TB
d. Emfisema
e. Pneumonia berulang
4) Perokok
a. Jumlah
b. Lamanya
5) Penggunaan alat bantu pernafasan
6) oksigen

Obyektif
1) pernafasan
a. frekuensi
b. kedalaman
c. kualitas
d. bunyi nafas
e. karakteristik sputum
f. hasil sinar x dada
Tidak ada
Tidak ada
Umumnya tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

>20 x/menit
Dangkal
Lemah
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada kelainan

10. KEAMANAN
Subyektif
1) alergi/sensitivitas
a. reaksi
2) perubahan dari system imun
a. penyebab
3) riwayat PMS/infeksi ginekologis
a. jenis
b. tanggal
c. perilaku resiko tinggi
d. tes
4) transfuse darah
a. jumlah
b. tanggal
c. reaksi
d. gambaran
5) penyakit masa anak-anak
6) riwayat imunisasi
7) pemajanan terhadap cacar
a. infeksi virus terakhir
b. sinar x/radiasi
c. binatang peliharaan di rumah
8) masalah obstetric sebelumnya
a. HKK
b. Ginjal
c. Hemoragi
d. Jantung
e. Diabetes
f. Infeksi/ISK
g. ABO/sensitivitas Rh
h. Bedah uterus
i. Anemia
9) lama waktu sejak kehamilan terakhir
a. jenis kelahiran sebelumnya
10) riwayat cedera kecelakaan
a. fraktur/dislokasi
b. penyiksaan fisik
c. arthritis/sendi tidak stabil
d. masalah punggung
11) perubahan tahi lalat
12) Pembesaran kelenjar
13) Kerusakan penglihatan
14) pendengaran
15) prostese
16) perlengkapan ambulasi

Obyektif
1) suhu
a. diaphoresis
b. intergritas kulit
c. jaringan parut
d. ruam
e. ekimosis
f. kulit/lesi vagina
2) kekuatan umum
a. kekuatan
b. tonus otot
c. cara berjalan
d. rentang gerak
e. parestesia/paralisis
f. perkiraan gestasi
3) janin
a. frekuensi jantung
b. lokasi
c. metoda auskultasi
d. berat badan dasar
e. perkiraan gestasi
f. gerakan
g. ballotemen
4) hasil tes janin
5) AFT
6) Hasil kultur
a. Servikal/rectal
b. Tes system imun
c. Golongan darah
d. Maternal
e. Paternal
f. Skrining
g. Serologi
h. Sifilis
i. Sel sabit
j. Rubella
k. Hepatitis
l. HIV
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
TT, BCG DPT, polio, campak
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Ada
Menurun
Kemungkinan ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Lemah
Lemah
Perlu bantuan
Normal
Tidak ada

Negative

11. SEKSUALITAS
Subyektif
1) Masalah seksual
a. Menarke
b. Lama siklus
c. Durasi
2) Hari pertama periode menstruasi terakhir
3) Jumlah
4) Perdarahan/kram sejak PMA
5) Rabas pervagina
6) Keyakinan klien kapan terjadi konsepsi
7) Perkiraan tanggal kelahiran
8) Praktik pemeriksaan payudara sendiri
9) Papsmear terakhir
a. Hasil
10) Metode konsepsi terbaru
11) Riwayat obstetric
a. Gravida
b. Para
c. Term
d. Preterm
e. Aborsi
f. Hidup
g. Kelahiran multiple
12) Riwayat kelahiran
a. Tahun
b. Tempat
c. Lama gestasi
d. Lama persalinan
e. Tipe kelahiran
f. Lahir (hidup atau mati)
g. Berat badan
h. Skor apgar
13) Komplikasi (ibu/janin)

Obyektif
1) Pelvis
a. Vulva
b. Perineum
c. Vagina
d. Serviks
e. Uterus
f. Adneksa
g. Konjugasi diagonal
h. Diameter transversal
i. Outlet (cm)
j. Bentuk sacrum
k. Arkus
l. Koksigius
m. Takik SS
n. Kolumna vertebralis iskial
o. Keadekuatan inlet
p. Tengah
q. Outlet
2) Prognosis persalinan
3) Pemeriksaan payudara
4) Pemeriksaan putting
5) Tes kehamilan
6) Tes serologi (tanggal)
Tidak ada gangguan

Tidak ada masalah

Tidak ada kelainan

12. INTERAKSI SOSIAL


Subyektif
1) Status hubungan

2) Tahun dalam berhubungan


3) Tinggal dengan
4) Peran dalam struktur keluarga
5) Keluarga besar
6) Orang pendukung lain
7) Frekuensi kontak social
8) Masalah/stress
9) Perilaku koping
10) Rencana untuk periode intra/pascanatal

Obyektif
1) Komunikasi verbal/non verbal dengan orang terdekat/keluarga
2) Pola interaksi keluarga (perilaku)
Umumnya menikah, tetapi ada pula yang mengalami keretakan
Umumnya tinggal bersama suami
Umumnya sebagai ibu dan pencari nafkah

Keluarga atau teman dekat


Ada
Kurang adaptif

Ada

13. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Subyektif
1) Bahasa dominan
2) Terpelajar
3) Keterbatasan kognitif
4) Tingkat pendidikan ibu/ayah
5) Pekerjaan
6) Latar belakang etnik/budaya
7) Keyakinan kesehatan
8) Faktor resiko keluarga:
a. Diabetes
b. TB
c. Hipertensi
d. Epilepsy
e. Penyakit jantung
f. Strike
g. Penyakit ginjal
h. Kanker
i. Kelainan darah
j. Penyakit mental
k. Maslaah genetic
l. Kelahiran sesaria
m. Kelahiran multiple
9) Obat yang diresepkan
a. Obat
b. Dosis
c. Waktu
d. Penggunaan teratur
e. Tujuan
10) Obat yang tidak diresepkan
a. Obat bebas
b. Obat jalanan
c. Penggunaan alcohol
d. Tembakau
11) Keluhan/gejala penyerta dari kehamilan
12) Efek pada gaya hidup
13) Adaptasi yang dibuat
14) Penyakit relevan/perawatan di RS/pembedahan
15) Harapan dari kehamilan/perawatan
16) Pemeriksaan fisik terakhir (tanggal dan dokter)
17) Jenis persalinan
18) Anastesi
19) Rencana pemberian makan bayi
20) Kelas pendidikan/sumber pendidikan

Umumnya tidak
Tidak ada
Rendah

Tetap dan tidak tetap


Ada

Ada
Ada

Mual dan muntah, pusing dan badan lemah

Perubahan perawatan diri

14. PERTIMBANGAN RENCANA PULANG


1) Tanggal informasi diambil
2) Tanggal perkiraan pulang
3) Ketersediaan layanan maternitas
4) Ketersediaan sumber:
a. Orang
b. Finnsial
5) Adaptasi terhadap kebutuhan/bantuan yang diinginkan

4.2 Diagnosa Keperawatan


No. Problem Etiologi
1. Deficit volume cairan Kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Faktor psikologis
3. Intoleran aktivitas Kelemahan umum
4. Gangguan rasa nyaman kehamilan
5. Kurang pengetahuan Kurang pajanan informasi

4.3 Perencanaan Keperawatan


No. Diagnosa keperawatan NOC NIC Rasional
1. Deficit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif Tujuan:
Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan dengan keseimbangan cairan,
keseimbangan elektrolit dana sam basa, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi yang adekuat:
asupan makanan dan cairan.

Kriteria Hasil:
Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan tercapai dalam rentang 4 (ringan), dibuktikan
dengan indicator gangguan sebagai berikut.
• Frekuensi dan irama nadi dalam batas normal
• Frekuensi dan irama nafas dalam batas normal
• Kewaspadan mental dan orientasi kognitif baik
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Serum pH dan urin dalam batas normal 1. Pantau status hidrasi

2. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan

3. Kaji berat badan dan catat perkembangannya


4. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran

5. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus


6. Berikan, dengan melakukan kolaborasi bersama dokter, secara tepat ketentuan penggantian
nasogastrik berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan
7. Berikan terapi IV, sesuai anjuran

8. Tingkatkan asupan oral, sesuai keinginan 1. Observasi status hidrasi yang akurat menjadi
dasar dalam intervensi keperawatan
2. Observasi hasil lab untuk status elektrolit yang akurat menjadi dasar dalam ketepatan
intervensi keperawatan
3. Mengevaluasi kemajuan rencana tindakan
4. Untuk mengetahuin keseimbangan keadaan status hidrasi dan cairan elektrolit tubuh
5. Membantu pasien memenuhi status hodrasi dan sekaligus mengobservasi keadaan klien
6. Melalui nasogastrik dapat membantu mempermudah pemberian asupan cairan pasien

7. Terapi IV membantu memberikan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit pasien secara


cepat
8. Peningkatan asupan oral dapat membantu mencegah pengeringan mukosa dan peningkatan
asam lambung
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis Tujuan:
Ketidakseimbangan nutrisi akan teratasi, dibuktikan dengan status gizi baik, ststatus nutrisi
yang adekuat: asupan makanan dan cairan, dan status gizi yang adekuat: nilai gizi

Kriteria Hasil:
Menunjukkan status gizi: asupan makanan, cairan, dan zat gizi dalam rentang 4 (kuat),
ditandai dengan indicator berikut.
• Makanan oral dalam rentang kuat
• Asupan cairan oral dalam rentang kuat 1. Kaji makanan kesukaan klien

2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

4. Timbang pasien pada interval yang tepat

5. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
6. Instruksikan pasien, untuk menarik nafas dalam, perlahan, dan menelan secara sadar untuk
mengurangi mual/muntah
7. Tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat, jumlah kalori dan
jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
8. Berikan, dengan melakukan kolaborasi bersama dokter, secara tepat, obat antiemetic dan
analgetik sebelum makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan 1. Makanan kesukaan
dapat meningkatkan nafsu makan
2. Mengetahui kemampuan klien makan dapat menjadi penentu dalam rencana tindakan
3. Pantauan nutrisi dapat menjadi evaluasi dalam perkembangan kebutuhan nutrisi klien
4. Memperlihatkan kemajuan klien dalam p;emenuhan nutrisi
5. Informasi nutrisi dapat meningkatkan pemenuhan nutrisi klien

6. Nafas dalam dan latihan menelan dapat mengurangi mual

7. Diet yang tepat dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien

8. Obat-obatan dapat membantu mengurangi mual sehingga pemenuhan nutrisi menjadi


adekuat
3. Intoleran aktivitas Tujuan:
Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan daya tahan,
penghematan energy, dan perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)

Kriteria Hasil:
Menunjukkan penghematan energy dalam rentang 4 (kuat), ditandai dengan indicator sebagai
berikut.
Menyadari keterbatasan energy
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas 1. Pantau respon kardiorespirasi terhadap
aktivitas

2. Pantau asupan nutrisi untuk keadekuatan sumber energy

3. Ajarkan kepada pasien dan orang-orang penting bagi pasien tentang teknik perawatan diri
yang akan meminimalkan konsumsi oksigen
4. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan

5. Bantu pasien untuk mengidentifiksikan aktivitas


6. Bantu dengan aktivitas fisik teratur

7. Rencanakan aktivitas pasien pada periode paling banyak energy


8. Bantu pasien untuk memantau diri dengan membuat dan menggunakan dokumen tertulis
tentang catatan asupan kalori dan energy sesuai kebutuhan 1. Pemantauan respon
kardiorespirasi untuk mengevaluasi pengeluaran energy terhadap aktivitas fisik
2. Asupan nutrisi adekuat membantu membentuk dan meningkatkan sumber energy
3. Membantu dalam memenuhi kebutihan perawatan diri pasien tanpa menimbulkan
kelelahan

4. Pengaturan aktivitas dengan memmbentuk jadwal diharapkan mampu mengurangi dampak


kelelahan dan meningkatkan penghematan energy
5. Meningkatkan partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas sesuai jadwal
6. Aktivitas fisik teratur mengurangi dampak akibat kurangnya kegiatan fisik
7. Periode paling banyak energy dapat membantu memenuhi kegiatn harian pasien tanpa
menimbulkan kelelahan berarti
8. Memantau diri sendiri secara mandiri dapat meningkatkan asupan energy melalui diet yang
terencana

4.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditentukan.

4.5 Evaluasi
No. Diagnosa keperawatan Evaluasi
1. Deficit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif S:
Pasien menyatakan muntah berkurang

O:
Frekuensi muntah menurun
Turgor kulit baik
Membrane mukosa lembab
Oliguri (-)
Bau aseton (-)

A:
Rencana tindakan berhasil sebagian
P:
Tindakan dilanjutkan
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis S:
Pasien menyatakan bisa makan

O:
Muntah berkurang
Mual berkurang
Makan habis 1 porsi

A:
Rencana tindakan berhasil sebagian

P:
Tindakan dilanjutkan
3. Intolerasi aktivitas b.d kelemahan umum S:
Pasien menyatakan sudah tidak terlalu lelah untuk melakukan aktivitas perawatan diri

O:
Kelelahan (-)
Diaphoresis (-)
Mampu melakukan aktivitas sesuai jadwal

A:
Rencana tindakan berhasil sebagian

P:
Tindakan dilanjutkan

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidarum yang berlebihan sehingga menimbulkan
gejala klinis serta mengganggu kehidupan sehari-hari yang sering terjadi pada sebagian
wanita hamil trimester pertama. Hal ini dapat dipengaruhi faktor internal ataupun faktor
eksternal yang meliputi fisik, psikologis atau sosial (dukungan lingkungan sekitar). Kondisi
ini perlu diperhatikan karena menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin yang
berdampak pada berat badan lahir, angka kematian prenatal, keadaan kesehatan neonatal, dan
pertumbuhan serta perkembangan bayi setelah lahir. Diperlukan asuhan keperawatan yang
tepat pada wanita hamil dengan kondisi hiperemesis gravidarum yang meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi atas tindakan keperawatan yanggtelah
dilakukan.
5.2 Saran
Kondisi hiperemesis gravidarum sering kali dianggap wajar dimasyarakat yang dikarenakan
proses kehamilan. Dibutuhkan skrening dini oleh tenaga kesehatan pada wanita wanita hamil
yang mengalami tanda awal seerti mual dan muntah. Dapat pula dilakukan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan pada masyarakat sehinga kondisi ini tidak diremehkan dan perlu
adannya penanganan sehingga tidak berlanjut dan mengakibatkan gangguan-gangguan yang
tidak diingikan pada wanita hamil. Sebagai perawat dituntut mampu memberikan asuhan
keperawatan secara optimal pada pasien dan dapat mempertahankan kondisi kesehatannya
Ibu Hamil dan janin.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. Chrisdiono. 2003. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidannan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta EGC
Mastupa Klinik Umum Baiturrahman Garut. http://www.scribd.com/doc/49196675/Askep-
Hiperemesis-Gravidarum [8 Februari 2012].
Rasyid, Duel. Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Ruang
Smith, Kelly, dan Martha. 2010. NANDA Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Digna Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai