TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Sprain ankle merupakan salah satu cidera akut yang sering di alami para atlet.
Ankle joint rentan mengalami cidera karena kurang mampu melawan kekuatan
medial,lateral,tekanan dan rotasi. Pada kasus sprain ankle tidak sama seperti cidera
lainnya yang disebabkan oleh tekanan tingkat rendah yang berulang-ulang dalam jangka
waktu lama.
Cidera akut ini ditimbulkan oleh karena adanya penekanan dan melakukan
gerakan membelok secara tiba-tiba. Sprain ankle tidak hanya terjadi pada bagian sisi
pergelangan kaki tetapi biasanya dapat juga merusak bagian luar (lateral) ligament. Hal
ini terjadi pada saat kaki melakukan gerakan memutar pada tungkai kaki, meregangkan
pergelangan pada titik dimana akan dapat merobek.
Cedera sprain ankle dapat terjadi karena overstretch pada ligamen complex lateral
ankle dengan posisi inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba terjadi saat kaki tidak
menumpu sempurna pada lantai/ tanah, di mana umumnya terjadi pada permukaan lantai/
tanah yang tidak rata. Sedangkan ligamen pada lateral ankle antara lain: ligamen
talofibular anterior yang berfungsi untuk menahan gerakan ke arah plantar fleksi.
Ligamen talofibular posterior yang berfungsi untuk menahan gerakan ke arah inversi.
Ligamen calcaneocuboideum yang berfungsi untuk menahan gerakan ke arah plantar
fleksi. Ligamen talocalcaneus yang berfungsi untuk menahan gerakan ke arah inversi dan
ligamen calcaneofibular yang berfungsi untuk menahan gerakan ke arah inversi.
Menurut Calatayud (2014), sprain ankle terjadi karena adanya cedera berlebihan
(overstreching dan hypermobility) atau trauma inversi dan plantar fleksi yang tiba - tiba,
ketika sedang berolahraga, aktivitas fisik, saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai/
tanah yang tidak rata sehingga hal ini akan menyebabkan telapak kaki dalam posisi
inversi, menyebabkan struktur ligamen yang akan teregang melampaui panjang fisiologis
dan fungsional normal, terjadinya penguluran dan kerobekan pada ligamen kompleks
lateral, hal tersebut akan mengakibatkan nyeri pada saat berkontraksi, adanya nyeri
tersebut menyebabkan immobilisasi sehingga terjadi penurunan kekuatan otot dan
kerterbatasan gerak.
Menurut Ali Satia Graha (2009:12), cedera ligament pada sendi ankle itu sendiri
dapat dikelompokkan berdasarkan berat ringannya tingkat cedera yang terjadi, yaitu:
Sprain ankle iasanya disebakan karena gerakan medadak pada sisi lateral atau
medial. Cidea yang sering kali ditemukan biasanya karena gerakan mendadak pada posisi
inverse yaitu kaki berbelok atau membengkok ke dalam dan juga sebaliknya yang
mengakibakan tekananpada kaki terbalik. Jika kekuatan/beban tesebut cukup besar,
pembengkokan dari pergelangan kaki terjadi sampai medial malleolus kehilangan
stabilitasnya da menciptakan titik tumpu untuk mengembalian posisi pergeangan kaki.
Ketika serabut otot ligament eversi tidak cukup kuat untuk menahan atau
melawan kekuatan inverse maka akan terjadi robekan pada ligament calcanae fibular.
Pada posisi inversi dengan tekanan kuat pada calcaneus sangant besar beresiko untuk
terkena cidera sprain ankle bagian lateral. Sebaliknya pada posisi pronasi dengan
penekanan berlebihan dari sisi medial (eversi) secara longitudinal lebih memungkinkan
ntuk terjadi sprain ankle.akan tetapi biasanya cidera sprain ankle dengan posisi eversi
lebih jaang terjadi di bandinkan dengan posisiinversi.
Mekansme yang biasa terjadi yaitu pada olahragawan yang tiba-tiba menapakkan
kakinya di lapangan dengan permukaan yang tidak rata atau berlubang sehingga
menyebakan kaki tergerak eksternal dengan paksa atau penekanan pada kaki secara tiba-
tiba sehingga menyebabkan robeknya ligament anterior tibiofibular, ligamentum
interosseus dan ligamentum deltoid. Robeknya ligament tersebut mengakibatkan talus
bererak ke arah lateral dan juga degenerasi pada persendian yang menyebabkan adanya
celah abnormal antara medial malleolus dan talus. Gerakan inversi secara tiba-tiba dapat
meyebakan berbagai cidera seperti fraktur pada kaki bagian bawah, perputaran yang tidak
diinginkan pada ligament bagian lateral dan juga dapat menebabkan bagian tulang
menjadi avulse dari mallelus. Satu situasi yang khusus adalah ketika lateral malleolus
teravulsi oleh tulag cacaneo fibula, dan talus melawan mallelus medial sehigga
mengakibatkan fraktur berulang (bimalleolar fraktur).
d. Pemeriksaan
Foot and ankle disability dapat diketahui dengan pengukuran prosedur tetap
pemeriksaan fisioterapi pada ankle and foot, dan untuk mengukur intensitas disabilitas
dengan FADI (Foot/Ankle Disability index). FADI merupakan kuesioner yang berisi
aktivitas pasien yang terdiri dari 26 item yang terdiri dari 4 intensitas nyeri dan 24
aktivitas sehari – hari.
Tes spesifik