Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa
(tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis
tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri
khususnya tumbuhan berkasiat obat. Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional
umumnya hanya didasarkan atas pengalaman atau warisan tanpa mengetahui
kandungan kimianya secara detail. Tumbuhan tersebut jika ditelaah lebih lanjut
mempunyai kandungan kimia aktif biologis (Triharso, 2006).
Menurut Syamsuni (2006), farmasi merupakan ilmu yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standarisasi atau pembakuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusi penggunaanya yang aman. Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara
yang dapat digunakan untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam
suatu bahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam titrasi
itu sendiri ada bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah satunya adalah
asidimetri dan alkalimetri (Underwood, 1999).
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama
dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidimetri dan Alkalimetri ini
melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang
berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam
bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah
dengan suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya
ion hydrogen dan ion hydroksida untuk membentuk air (Basset, 1994).
Asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari, karena titrasi asam basa sangat
berguna dalam dunia industri. Titrasi asam basa berguna dalam bidang kefarmasian

1
terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat yang memerlukan sebuah
analisis tersendiri.
Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip
asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk
menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar
yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan
adalah titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi asam cuka dan asam sitrat dengan
menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan penambahan indikator
penolftalen.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar asam
sitrat dan asam askorbat dengan menggunakan prinsip asidimetri dan alkalimetri.
1.2.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami cara menentukan kadar asam dengan metode
titrasi asam-basa menggunakan larutan baku basa yang sudah diketahui
konsentrasinya.
1.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan pada praktikum kali ini yaitu berdasarkan hasil akhir
dari titrasi menggunakan reaksi netralisasi atau reaksi asidi alkalimetri dimana terjadi
reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal
dari basa sehingga menghasilkan larutan yang bersifat netral.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DasarTeori
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi (Underwood, 1999).
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan
melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena
pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam
cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan
asam.
Titrasi dilakukan dengan cara volume zat penitrasi (titran) yang digunakan
untuk bereaksi dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui,
maka konsentrasi/kadar zat lain dapat dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen
dan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi
diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu
bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran (Haryadi, 1990).

3
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya
reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol. Untuk mengetahui titik
ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang
menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log [X-] atau –log [Ag+] atau E (volt)
terhadap volum (Haryadi, 1990).
Indikator dalam asidi-alkalimetri adalah asam organik lemah atau basa
organik lemah yang warna molekulnya berbeda dengan warna ionnya. Dalam titrasi
Sangat sulit untuk menentukan berakhirnya titrasi pada titik ekuivalen, karena
indikator tidak hanya mengalami perubahan warna pada titik ekivalen saja, tetapi
juga pada daerah yang disebut trayek perubahan warna. Perubahan indikator menjadi
penting karena harus mengalami perubahan warna pada titik ekivalen, dan tidak
boleh mengalami perubahan warna di luar titik ekivalen (Haryadi, 1990).
Untuk titran asam kuat-basa kuat maka titik ekivalennya terjadi pada pH 7,
harus dipilih indikator yang mempunyai trayek perubahan pH dengan pH 7 termasuk
di dalamnya. Begitu juga untuk titrasi asam kuat-basa lemah, titik ekivalen terjadi
pada pH yang lebih kecil dari 7 dan untuk titrasi asam lemah-bas kuat pHdiatas 7.
Untuk standardisasi NaOH kira-kira 0,1 M jika larutan mengandung karbonat harus
digunakan jingga metil atau biru bromfenol dalam menstandarkan asam klorida yang
normalitasnya diketahui. Sedangkan dengan hidroksida bebas karbonat dapat
digunakan fenoftalein atau biru timol.
Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen akan sama dengan mol
ekuivalen basa. Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas dan
volume, maka rumus diatas dapat diperoleh sebagai berikut.
N x V asam = N x V
Sedangkan untuk penentuan persen kadar suatu larutan dapat ditentukan
dengan rumus :
ml Titran ×N Titran ×BE
% Kadar= ×100%
ml Sampel ×1000

4
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM,1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46 g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar
dengan memberikan nyala api biru yang tidak berasap.
Kelaruran : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P, dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari api
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
2.3.1 Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
2.3.2 Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : natrium Hidroksida

5
Rumus Molekul : NaOH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 40,00 g/mol


Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,
kering, kertas, rapuh dan menunjukan susunan hablur;
putih, mudah meleleh basa, sangat alkalis dan korosif.
Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.3.3 Metil Merah (Dirjen POM, 1979)
NamaResmi : TROPOELIN/HELIATIN
Nama Lain : Metil Merah
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 327,33 g/mol


Pemerian : Serbuk jingga kekuningan
Kelarutan : Mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air
dingin, sangat sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Larutan indikator asam basa.
2.3 Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan baku NaOH
a. Timbang dengan teliti NaOH
b. Larutkan dengan air bebas CO2
c. Aduk sampai homogen

6
2. Pembakuan NaOH dengan Kalium Biftalat
a. Timbang Kalium Biftalat
b. Keringkan kalium biftalat pada oven
c. Larutkan kalium biftalat dengan air bebas CO₂
d. Ambil larutan kalium biftalat masukkan kedalam erlenmeyer
e. Tetes indikator fenolftalein 3 tetes
f. Titrasi dengan larutan baku NaOH
3. Penetapan kadar Asam Sitrat
a. Timbang asam sitrat 0.3 g
b. Larutkan asam sitrat ke dalam air bebas CO₂ 100 mL
c. Ambil 20 mL larutan asam sitrat masukan kedalam erlenmeyer
d. Tetes indikator fenolftalein 3 tetes
e. Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 07 Maret 2019 tepatnya pukul 10.00
WITA. Adapun tempat dilaksanakannya praktikum adalah Laboratorium Kimia
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Batang Pengaduk
2. Buret
3. Corong
4. Gelas kimia
5. Gelas ukur
6. Klem
7. Penangas air
8. Pipet tetes
9. Statif
3.2.2. Bahan
1. Air bebas CO2
2. Aquadest
3. Asam askorbat
4. Indikator metil
5. NaOH
3.3 Cara Kerja
a. Pembuatan larutan baku NaOH
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dibersihkan alat dengan alkohol
3) Ditimbang dengan teliti NaOH sebanyak 0,4 gram
4) Dilarutkan NaOH dengan air bebas CO2 di dalam gelas kimia
5) Diaduk sampai homogen

8
b. Penetapan Kadar Asam Sitrat
1) Dimasukkan larutan NaOH yang telah dilarutkan dengan air bebas CO2 ke
dalam buret
2) Diambil asam askorbat sebanyak 20 ml menggunakan gelas ukur
3) Diukur air bebas CO2 sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur
4) Diambil 20 ml larutan asam askorbat yang telah diukur dan masukkan ke
dalam erlenmeyer
5) Dilarutkan asam askorbat ke dalam air bebas CO2 100 ml
6) Ditetesi indikator metilred sebanyak 3 tetes ke dalam campuran asam
askorbat dan air bebas CO2
7) Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N

9
BAB IV
PERHITUNGAN DAN REAKSI
4.1. Perhitungan
Perhitungan penetapan kadar Asam Askorbat

ml Titran ×N Titran ×BE


% Kadar= ×100%
ml Sampel ×1000
1,5 ml ×0,1 ×40
% Kadar= ×100%
20×1000
6
= ×100% = 0,03 %
20.000
4.2. Reaksi
3NaOH + C6H8O7 Na3C6H5O7 + 3H2O

10
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Larutan Asam Askorbat 5.1.2 Larutan Asam Askorbat Setelah

Dititrasi

Gambar 5.1.1 Gambar 5.1.2


Larutan Asam Askorbat sebelum Larutan Asam Askorbat Setelah di
di titrasi titrasi

5.2 Pembahasan
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan
alat dengan menggunakan alkohol karena alkohol larut dalam air. Fungsi alkohol
yaitu untuk membersihkan alat. Alkohol yang mempunyai atom karbon kurang dari
lima larut dalam air, kelarutan ini disebabkan oleh adanya kemiripan struktur antara
alkohol dan air (Sunarya, 2007).
Setelah itu pembuatan larutan baku NaOH dengan menimbang NaOH
sebanyak 0,4 gram karena untuk mencapai standarisasi dari larutan baku tesebut dan
dilarutkan dengan 100 ml air bebas CO2. NaOH dilarutkan dalam air bebas CO₂
karena apabila terdapat senyawa NaCO₃ yang akan membentuk endapan dan akan
mempengaruhi konsentrasi dari NaOH sehingga dapat mengurangi konsentrasi dari
NaOH. Kemudian aduk hingga homogen (Putri, 2016).

11
Pada percobaan kedua untuk penentuan kadar asam askorbat langkah pertama
yang dilakukan yaitu masukkan larutan NaOH yang telah dilarutkan dengan air
bebas CO2 ke dalam buret, kemudian ambil asam askorbat sebanyak 20 ml
menggunakan gelas ukur dan di masukkan ke dalam erlenmeyer bersama air bebas
CO2 yang telah di ukur sebanyak 100 ml selanjutnya aduk hingga homogen
menggunakan batang pengaduk setelah itu tetes indikator metil red sebanyak 3 tetes
ke dalam campuran asam askorbat dan air bebas CO2 kemudian larutan berubah
menjadi merah mudah. Karena metil merah rata-rata masuk dalam kondisi titrasi
yaitu basa dan akan memberikan warna dalam kondisi basa atau tanda visual titik
akhir dari titrasi (Mulyawati, 2014).
Pada percobaan kedua untuk penetapan kadar asam langkah pertama yang
dilakukan yaitu Percobaan yang dilakukan adalah titrasi asam askorbat (C6H8O6).
Dimana pada percobaan ini digunakan larutan asam sitrat yang dibuat dengan cara
melarutkan 20 mL asam sitrat kedalam 100 mL air bebas CO2. Setelah larut dan
homogen, kemudain masukan sebanyak 20 mL kedalam erlenmeyer dan
ditambahkan dengan dengan indikator metil red sebanyak 3 tetes, kemudian dititrasi
dengan larutan NaOH. Indikator ini dipilih karena ada asam lemah dan basa kuat
yang digunakan dalam proses titrasi (Ahmad, 2012).
Pada larutan asam indikator ini tidak berwarna, sedangkan pada larutan basa
akan memberikan warna merah pada larutan basa. Adapun tujuan dari penambahan
indikator adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi yaitu berupa perubahan warna
maupun endapan (Djibran, 2012).
Perubahan yang terjadi pada larutan asam askorbat setelah dititrasi dengan
larutan NaOH adalah perubahan warna larutan yang semula berwarna bening
berubah menjadi warna merah muda. Perubahan warna ini terjadi akibat penambahan
titran natrium hidroksida (NaOH) pada sampel yang membuat larutan mengalami
perubahan warna menjadi merah mudah. Jumlah NaOH yang terpakai pada
percobaan adalah 1,5 mL sebanyak 27 tetes NaOH (Restu, 2012).
Dalam percobaan ini terdapat kemungkinan kesalahan yang akan dihadapi
yaitu kurang tepatnya dalam menimbang NaOH sebanyak 0,4 g, kurang tepatnya

12
mengukur air bebas CO₂ sebanyak 100 ml dan mengukur asam askorbat sebanyak 20
ml yang akan mempengaruhi hasil yang ingin dicapai.

13
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan
kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Dalam
alkalimetri kita menggunakan larutan standar yaitu Asam Askorbat untuk
menentukan konsentrasinya. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa yaitu NaOH untuk
menentukan kadar dari Asam Askorbat.

6.1 Saran Saran


6.1.1 Jurusan
Pihak jurusan sebaiknya mempersiapkan mahasiswa agar mempunyai
kemampuan akademik, sehingga mahasiswa yang bersangkutan mampu melakukan
praktikum dibagian apapun.
6.1.2 Laboratorium
Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih
diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan
maksimal tanpa ada kekurangan.
6.1.3 Asisten
Diharapkan agar kerjasama antara asisten dengan praktikan lebih ditingkatkan
dengan banyak memberi wawasan tentang Praktikum Kimia Analisis (Identifikasi
Anion dan Kation) ini.
6.1.4 Praktikan
Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai
Identifikasi Anion dan kation ini, praktikan diharapkan dapat tepat waktu dalam
proses pelaksanaan praktikum.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Beni.2012.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : CV Pustaka Setia

Basset, J, et al.1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Jakarta : EGC

Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Djibran, R.2012.Titrasi Asam Basa.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Haryadi, W. 1990. Ilmu kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

Haryadi, W. 1986. Ilmu kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons

Mulyawati, N.2014.Kimia Analitik.Jakarta : Universitas Indonesia

Putri.2016.Aktivitas Antioksidan Pada Minyak Biji Kelor dengan Metode Sokletasi


Menggunakan Pelarut N-Heksan, Metanol, dan Etanol.Jurnal Teknotan.Vol.
10 (2) : 16-21

Restu, Agusti. 2012.Kimia Analisis : Titrasi Asam Basa.Jakarta : Universitas


Indonesia

Rubinson, Judith dan Kanneth A. 1998. Contemporary in Analytical Chemistry.


Tornto: John Wiley & Sons.

Sunarya.2007.Kimia Umum.Bandung : Grafisindo


Triharso.2006.Kimia Analisis.Jakarta : Universitas Gadjah Mada Press

15

Anda mungkin juga menyukai