Anda di halaman 1dari 19

Tugas makalah :

SISTEM ENDOKRIN

“ ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HATI (HEPATIS) ”

OLEH KELOMPOK VIII

HEBRIANTI : P201601063

RISNI : P201601085

SRI HANDAYANI :P201601061

JUMARIA :P201601101

IKKE AYUNITA PRATIWI :P201601310

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah
ini di susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Endokrin.Dalam makalah ini
kami membahas tentang”Asuhan Keperawatan Penyakit Sirosis Hepar.”

Dalam menyusun makalah ini jauh dari sempurna,untuk itu penulis membuka diri
untuk menerima berbagai saran masukan dan kritikan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

H ALAMAN JUDUL………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..

DAFTAR
ISI……………………………………….………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………

A.Latar Belakang……………………………………………………………..…….

B.Rumusan Masalah…………………………………………………………..……

C.Tujuan Penulisan…………………………………………………………...…….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...…

A. Defenisi …………………………………………………........................……

B. Etiologi……………………………………………………………………….

C. Manifestasi Klinis…………………………………………………………….

D. Komplikasi……………………………………………………………………

E. Patofisiologi ……………………………………………….............................

F. Pemeriksaan penunjang (Sutiadi,2003)……………………………………....

G. Penatalaksanaan (Sutiadi,2003)………………………………………….........

H. Masalah yang lazim muncul (Nanda 2015)……………………………………..

I.Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis……………………………………………

J.Discharge Planning………………………………………………………………..

K. Path way / Penyimpangan KDM………………………………………………

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...

A.Kesimpulan………………………………………………………………………

B.Saran……………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Penyakit sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar setelah penyakit


kardiovaskuler dan kanker (Lesman , 2004). Diseluruh dunia sirosis hepatis mepapati
urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat
penyakit ini. Sirosis hepatis merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawat dalam. Gejala klinis dari sirosis hepatis sangat berfariasi, mulai dari tanpa gejala
sampai dengan gejala yang sangat jelas . Apbila diperhatikan, laporan dinegara maju ,
maka kasus sirosis hepatis yang datang berobat kedokter hanya kira-kira 30% dari
seluruh populasi penyakit ini dan lebih dari 30% lainnya ditemukan secara kebetulan
ketika berobat, sisanya ditemukan saat otopsi (Studi , 2003 ) .

Menurut organisasi kesehatan dunia ( WHO ) ,Pada tahun 2006 sekitar 170 juta
umat manusia terinfeksi sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3% dari seluruh
populasi manusia didunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis hepatis bertambah 3-4
juta orang .

Angka prevelensi penyakit sirosis hepatis di Indonesia , secara pasti belum


diketahui . prefelensi penyakit hepatis pada tahun 2007 diIndonesia berkisar antara 1-2
,4% . Dari rata-rata prefelensi (1,7%) ,diperkirakan lebih dari 7 juta penduduk Indonesia
mengidap sirosis hepatis (Anonim ,2008)

B.Tujuan umum dan Khusus

1 . Tujuan umum

Dapat melaksanakan asuhan keperawatan dapa pasien sirosis hepatis secara


komprehensif.

1 . Tujuan khususs

a . Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan sirosis hepatis

b . Dapat merumuskan analisa datapada pasien sirosis hepatis

c . Dapat memprioritaskan masalah keperawatan pada pasien sirosis hepatis

d . Dapat merencanakan tindakan keperawatan pada pasien sirosis hepatis

e . Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien sirosis hepatis


f . Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien sirosis hepatis

C . Manfaat Penulisan

1 . Bagi penulis

Dapat melaksanakan dan memperdalam keterampilan asuhan keperawatan


padapasien dengan kasus sirosis hepatis .

2 . Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat sebagai pengetahuandan masukandalam pengembangan


ilmu keperawatan dimasa yang akan datang pada penyakit sirosis hepatis .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir


fibrosis hepatic yang berlangsung progesif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
hepar dan pembentukan nodulus regenerative.(Sudoyo Aru,dkk 2009). Penyakit hati
kronis ini dicirikan dengan destorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodul-nodul regenarasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur
normal. (Sylvia A.price,2006).

Sirosis hepatis (sirosis hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak di ketahui
penyebabnya dengan pasti.sirosis hepatis(sirosis hati)adalah penyakit hati menahun yang
difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat di sertai nodul.dimulai dari
proses peradangan ,jaringat ikat dan usaha regenerasi nodul.

Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahunpada hati,diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,degenerasi dan regenerasi sel-
sel hati,sehingga timbul kekacauandalam susunan parenkhim hati.(Arief Mansjoer,1999).

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis yang menyebabkan destruksisel dan


fibrosis(jaringan paru),jaringan hepatic.(Sandra M.Nettina,2001)

Sirosis hepatis adalah stadium akhir dari penyakit hati,yang menahun dimanasecra
anatomis didapatkan proses fibrosisdengan pembentukan nodul regenerasi dan
nekrosis.(Smeltzer dan Bare,2001).

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis yang menyebabkan destruksi sel dan
fibrosis(jaringan parut)dan jaringan hepatik.

B. Etiologi

Ada 3 tipe sirosis hepatis:

1. Sirosis Laennec (disebut juga sirosis alkoholik, portal, dan sirosis gizi), dimana
jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis
kronis

2. Sirosis Pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis Biliaris, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar
saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

C. Manifestasi Klinis

1. Keluhan pasien:

-pruritis

-Urin berwarna gelap

-Ukuran lingkar pinggang meningkat

-Turunnya selera makan dan turunnya berat badan

-Ikterus (kuning pada kulit dan mata) muncul belakangan

2. Tanda klasik:

-Telapak tangan merah

-Pelebaran pembuluh darah

-Ginekomastia bukan tanda yang spesifik

-Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas

-Ensefelopati hepatitis dengan hepatitis fulminan akut dapat terjadi dalam waktu
singkat dan pasien akan merasa mengantuk, delirium,kejang, dan koma dalam waktu 24
jam

-Onset enselopati hepatitis dengan gagal hati kronik dengan lambat dan lemah
(Yuliana elin,2009)

D. Komplikasi

1. Perdarahan gastro intestinal


2. Hipertensi portal menimbulkan esophagus dimana suatu saat akan pecah
sehingga timbul perdarahan
3. Koma hepatikurn
4. Ulkus peptikum
5. Karsinoma hepatos selular
6. Infeksi
7. Hepatic encepalopati
8. Hepatorenal syndrome
9. Hepato pulmonary syndrome
10. Hyperplenis
11. Edema dan ascites

E. Patofisiologi

Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian. Kejadian tersebut
dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau perlukaan
hati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alcohol aktif. Hal ini kemudian
membuat hati merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk estra selular matris
yang mengandung kolagen, bliko protein, dan proteoglikans dimana sel yang berperan
dalam proses pembentukan ini adalah sel stellata. Pada cedera yang akut sel stelata
membentuk kembali ekstra selular matriks ini dimana akan memacu timbulnya jarungan
parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati sehingga ditemukan
pembekakan pada hati.

Peningkatan deposisi kolagen pada perisi nusoidal dan berkurangnya ukuran dari
fenestra endotel hepatic menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel kapiler)
dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolage mengalami kontraksi yang cukup
besar untuk menekan daerah perisinusoidal. Adanya kapilarisasi dan kontrak tilitas sel
stelata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena dihati sehingga
mengganggu proses aliran darah kesel hati dan pada akhirnya sel hati mati. Kemaian
hepatocites dalam jumlah yang besar akan menyebabkan banyaknya fungsi hati yang
rusak sehingga memenyembabkan gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati akan dapat
menyembabkan hipertensi portal yang merupakan keadaan utama penyebab terjadinya
manifestasi klinis.

Mekanisme primer penyebab hipertensi potal adalah peningkatan resistensi


terhadap aliran darah melalui hati. Selai itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteria
spalanikuis. Kombinasi kedua factor ini yaitu menurunya aliran keluar melalui vena
hepatica dan meningkatnya aliran masuk bersama-sama yang menghasilkan beban
berlebihan pada sistem portal. Pembebnan sistem portal ini merangsang timbulnya aliran
koleteral guna menghindari obstruksi hepatic ( varises).

Hepertensi portal ini mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga


perfusi ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga
aldosteron juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit
terutama natrium. Dengan peningkatan aldosteron maka terjadi retensi natrium yang pada
akhirnya menyebabkan retensi cairan dan lama kelamaan menyebabkan asites dan juga
edema.

Penjelasan diatas menunjukan bahwa sirosis hepatis merupakan penyakit hati


menahun yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul dimana terjadi
pembengkakan hati. Etiologi sirosis hepatis ada yang diketahui penyebabnya, missal
dikarenakan alkohol, hepatitis virus, malnutrisi, hemokromatis, penyakit Wilson dan juga
ada yang tidak diketahui penyebabnya yang disebut dengan sirosis kripto genik.
Patofisiologi sirosis hepatis sen dirindengan dimulai dengan proses peredangan, lalu
nekrosis hati yang meluas yang pada akhirnya menyebabkan pembentukan jaringan ikta
yang di sertai nodul.

F. Pemeriksaan penunjang (Sutiadi,2003)

1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:

-Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi jaringan
hepar)

-Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein)

-Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin)

-PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)

2. Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tak dapat menyimpulkan

3. Scan CT, atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan
aliran darah hepatik

4. Elektrolik serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan


oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume cairan
ekstraseluler sekunder terhadap asites)

5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP


(hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan
metabolisme nutrien)

6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria

7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)

8. Endoskopi retrograd kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus).

9. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi

10. Biopsi hepar & Ultrasonograf


G. Penatalaksanaan (Sutiadi,2003)

Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa:

1. Simtomatis

2. Supportif, yaitu antara lain:

a. Istirahat yang cukup

b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya: cukup kalori , protein
1gr/kgBB /hari dan vitamin

c. Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus
Hepatitis C dapat dicoba dengan interferon.

3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:

a. Asites

b. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)

Adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai keadaan sebagai berikut:

-Dicurigai sebagai sirosis tingkat B dan C dengan asites

-Gambaran klinis mungkin tidak ada dan leukosit tetap normal

-Protein asites biasanya <1 g/dl

-Biasanya monomicrobial dan bakteri Gram-Negative

-Mulai pemberian antibiotic jika asites >250 mm polymorphs

-50% mengalami kematian dan 69% sembuh dalam 1 tahun

Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Genarasi 3 (Cefotaime), secara


parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral . Mengingat akan rekuennya tinggi
maka untuk Prifilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3 minggu.

c. Hepatorenal syndrome

Adapun criteria diagnostic dapat dilihat sebagai berikut:

-Major: penyakit hati kronis dengan asites, glomerular fitration rate yang rendah,
serum creatin > 1,5 mg/dl, Creatine clearance (24 hour) < 4,0 ml/minute, tidak ada syok,
infeksi berat, kehilangan cairan dan obat-obatan Nephrotoxic, Proteinuria, < 500mg/hari,
tidak ada peningkatan ekspansi volume plasma.

-Minor: volume urin < 1 liter/hari, sodium urin < 10 mmol/liter, osmolaritas urin >
osmolaritas plasma, kensentrasi sodium serum < 13 mmol/liter.

Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian diuretik yang berlebihan,


penegenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan
infeksi. Penanganan secara kenservatif dapat dilakukan berupa: Retriksi cairan, garam,
potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang Nefrotoxic. Manitol tidak
bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asidosis intraseluler. Diuretik dengan dosis yang
tinggi juga tidak bermanfaat, dapat menceuskan perdarahan dan syok. Pilihan terbaik
adalah transplantasi hati yang di ikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal.

d. Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus

Kasus ini merupakan kasus emergensi. Prinsip penanganannya:

-Pasien diistirahatkan dan dipuasakan

-Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi

-Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya
yaitu: untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, dan
evaluasi perdarahan.

-Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, Antifibrinolitik, Vitamin K,


Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin.

-Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan


perdarahan misalnya pemasangan Ballon Tamponade dan tindakan skleroterapi/ ligasi
atau Qesophageal Transection.

e. Ensefalophaty hepatic

Suatu syndrome neuropsikiatri yang di dapatkan pada penderita penyakit hati menahun,
mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan
koma. Faktor pencetus antara lain: infeksi, perdarahan gastrointestinal, obat-obat yang
hepatotoxic. Prinsip penanganan ada 3 sasaran:

-Mengenali dan mengobati factor pencetus

-Intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-toxin yang
berasal dari usus dengan jalan: Diet rendah protein, pemberian antibiotic (neomisin),
pemberian lactulose /lactikol.
-Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter: Secara langsung
(Bromocriptin, Flumazemil) dan tak langsung (pemberian AARS).

H. Masalah yang lazim muncul (Nanda 2015)

1. Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan ekspansi bar


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anorexia.
3. Kelebihan volume cairan b.d hipertensi portal sekunder terhadap sirosis hepatis
4. Nyeri akut
5. Kerusakan integritas kulit b.d imobilitas sekunder terhadap kelemahan
6. Gangguan citra tubuh b.d perubahan peran fungsi
7. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
8. Ketidakmampuan koping keluarga
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
10. + Resiko perdarahan
11. Resiko gangguan fungsi hati

I.Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis

Gejajala terjadi akibat morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang
terjadi dari pada etiologinya. Gejala disebabkan oleh satu / lebih macam gagal, yaitu:

a. Kegagalan parenkim hati

b.Hipertensi portal

c. Enchelopalophaty

d. Ascites

Keluhan subyektif :

a.Tidak ada nafsu makan , mual , perut terasa tidak enak , cepat lelah.

b. Keluhan awal : Kembung

c. Tahap lanjut : Icterus dan air seni gelap

Keluhan Obyektif :

a. Hati – Kadang terasa keras / tumpul

b. Limpa – Pembesaran pada limpa


c. Perut – Sirkulasi kolateral pada dinding perut dan asites.

d. Manifestasi ekstra perut :

- Spider nervi pada bagian atas

- Eritema Palmaris

- Ginekomasti dan atropi testis

- Haemoroid

- Mimisan

J.Discharge Planning

1. Istrahat ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus,asites dan demam

2. Diet rendah protein.bila ada asites diberikan diet rendah garam II,dan bila proses tidak
aktif,diperlukan diet tinggi ptotein.

3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik

4. Memperbaiki keadaan gizi,bila perludengan pemberian asam amino essensial berantai


cabang dan glukosa

5. Roboansia.Vitamin B kompleks. Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung


alcohol.

K. Path way / Penyimpangan KDM

Nyeri
Peradangan sel hati akut

Nekrosis hati

Pembentukan jaringan parut


Atropi hati dan parenkim rusak

Srikulasi darah berkurang

Gangguan aliran darah portan tekanan balik pada sistem porta

Hipertensi porta

Gangguan sekreasi ADH Kadar protein plasma menurun

Na dan air tertahan Garam dan air tertahan di ginjal

Peningkatan dan aliran limfah di hati


Kelbehihan
volume cairan Hepatomegali

Menghancurkan sel darah

Gangguan factor pembekuan

Kelemahan fisik

Intoleransi
aktivitas
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Fokus Pengkajian

a.Keluhan Utama : Lemas, cemas, mual, muntah, terjadi pembengkakan di kaki,


tangan, asites

b. Riwayat penyakit sekarang : berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab


terjadinya penyakit, serta upaya yang telah di lakukan oleh untuk mengatasinya.

c. Riwayat kesehatan dahulu: adanya riwayat penyakit sirosis hepatis, atau penyakit-
penyakit lain yang ada kaitanya dengan penyakit hati misalnya hepatitis.

d. Riwayat kesehatan keluarga: riwayat adanya factor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, missal riwayat dari keluarga alcholi, memiliki riwayat terkena sakit kuning.
Dan sebagainya.

e. Riwayat pisikososial meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi


yang dialami penderita yang sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.

f. Kaji terhadapat mani festasi sirosis hepatis : ikterus ( penguningan ), asites , edema
di ektrimitas, hipertensi portal, hepatomegali.

g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diaknostik, dan


tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

B. Diangnosa Keperawatan

1. Kelebihan folume cairan berhubungan dengan ganggua mekanisme regulai

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilitas

C. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & criteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Kelebihan volume -Fluit balance - Pertahankan catatan
cairan berhubungan - Elektrolitand acid base intake dan output yang
dengan gangguan balance setelah di lakukan akurat.
mekanisme regulasi. tindakan keperawatan - Pasang urin kateter jika
diharapkan masalah diperlukan.
kelebuhan volume cairan -Monitor hasil hb yang
dapat berkurang / hilang sesuai dgn retensi cairan.
dengan criteria hasil : -Monitor fitalsik
- Terbebas dari edema, - Monitor indikasi retensi/
efusi, anas skara. kelebihan cairan.
- Bunyi nafas bersih, - Kaji lokasi dan luas
dyspeneu/ortopneu edema.
- Terbebas dari kelelahan, - Monitor masukan
kecemasan atau makanan / cairan
kebingungan. -Monitor status nutrisi
2 Nyeri akut berhubungan -Pain level -Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen cedera - Pain control secara komprehensif
biologis -Comfor level setelah termaksud lokasi,
dilakukan tindakan karteristik, durasi,
keperawatan diharapkan frekuensi, kualita dan
masalah nyeri akut factor presipitasi
berkurang atau hilang - Opserfasi reaksi non
dengan criteria hasil : ferbal dari ketidak
- Mampu mengotrol nyei nyamanan
- Melaporkan bahwa -Gunakan komunikasi
nyeri berkurang dengan terapepeutik untuk
menggunakan mana mengetahui pengelaman
jemen nyeri nyeri pasien
- Mampu mengenali -Kontrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi nyeri
- Menyatakan nyaman seperti suhu, ruangan,
setelah nyei berkurang pencahyaa, dan kebisingan,
-Kurangi factor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
interfensi
- Ajakan teknik non
farmakologi
- Evaluasi control nyeri
-Aktifiti tolerance -
3. Intoleransi aktifitas -Selcare : ADLs setelah - Kolaborasi dengan tenaga
berhubungan dengan dilakukan tindakna rehabilitas medic dalam
imobilitas keperawatan di harapkan merencanakan program
masalha ntpleransi yang tepat
aktifitas dapat berkurang - Bantu pasien untuk
atau hilang dengan criteria mengidentifikasi aktifitas
hasil: yang mampu dilakukan
- Berpartisipasi dalam - Bantu untuk memilih
aktivitas fisik tampa aktifitas konsisten yang
disertai peningkatan sesuai dengan kemampuan
tekanan darah, nadi, dan fisik , psikologi dan social
RR - Bantu untuk mendapatkan
-Mampu melakukan alat bantuan seperti kursi
aktifitas seharu-hari ( roda
ADLs) secara mandiri - Bantu pasien untuk
-Tanda-tanda fital normal. membuat jadwal latihan
-Mmanpu berpida dengan diwaktu luang
atau tampa bantua alat - Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktifitas
- Motifasi keluarga untuk
dapat membantu memenuhi
setiap kebutuhan yang
diperlukan pasien.

BAB III

PENUTUP

A . KESIMPULAN

Salah satu penyebab sirosis hepatisadalah infeksi virus hepatitis B . Virus ini
dapat masuk ke dalam tubuh melalui penggunaan jarum yang tidak sterilyang dipakai
bersama-sama orang lain . Kebiasaan bekerja di malam harri tanpamenghiraukan
kebutuhan untuk istrahat dan tidur juga merupakan salah satuperilaku yang dapat
memperberat kerja hati . Kebiasaanseperti ini banyak terjadi di masyarakat perkotaan .

Pembatasan asupan protein tidak lagidirekomendsikanpada pasien sirosis hepatis


karena hanya akan mengakibatkanperburukan keadaanmalnutrisiyang akhirnyadapat
meningkatkan mortalitas . Konsesus European Society for Clinical Nutrition and
Metabolism (2006 ) merekomendasikanpemberian kalori 35 – 40 kalori / KgBB / hari dan
protein sebesar 1,2 – 1,5 /KgBB /hari

Pemberian AARC dalam bentuk putih telur pada Bp. L dapat meningkatkan nilai
albumin, mencegah malnutrisi, dan mencegah terjadinya ensefalopati hepatikum.

B . SARAN

Saran yang dapat penulis berikan sebagai masukan dalam penatalaksanaan pasien
sirosis hepatis, yaitu :

1. saran untuk perawat atau tenaga kesehatan pada pasien sirosis hepatis perlu melakukan
pengkajian secara komprehensif mulai anamnesa dan pemeriksaan fisik, pengkajian tidak
hanya pada aspek biologis tetapi juga pada masalah psikologis.

2. perawat dalam menentukan diagnose keperawatan pasien, prioritas dapat di pilih untuk
masalah yang paling mengganggu pasien dan mengakibatkan timbulnya masalah lain jika
tidak di atasi.

3. perawat dalam mengatasi masalah keperawatan seharusnya tidak hanya melakukan


kolaborasi tapi juga lebih banyak untuk melakukan interferensi mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (1996 ).Textbook of Medical-Surgical Nursing.8th


ed.Philadephia.Lippincott-Raven Publishers

Doenges,E Marilynn . 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC

Price , Sylvia A dan Wilson , Lorraine M. (2002). Pathophysiology : Clinical Concepts of


Disease Process. 6th Ed. Mosby

Anda mungkin juga menyukai