3. Apa makna klinis kondisi An. F sekarang dengan pemberian ASI selama 6 bulan
tanpa susu formula?
Kartu menuju sehat adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS,
gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat
sebelum masalahnya lebih berat.
BAGIAN I
BAGIAN II
BAGIAN III
BAGIAN IV
BAGIAN V
Berikut adalah kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks.
Berikut adalah contoh penilaian status gizi untuk anak berusia 22 bulan, sesuai
skenario An. F
Untuk tabel diatas dpat dilihat bahwa, pada anak usia 22 bulan seharusnya berat
badan ideal adalag 11.8 (hijau). Pada An. F diketahui bahwa berat badannya adalah
4.8 kg. Berdarsarkan table diatas, maka Z- score nya adalah < - 3 SD yang berarti
bahwa An. F mengalami gizi buruk, sangat pendek, dan sangat kurus.
Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal.
Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik
jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau
IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi
lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997).
Kurva diatas merupakan contoh kurva CDC untuk mengukur tinggi badan terhadap
umur dan berat badan terhadap umur pada anak perempuan yang berumur 0 – 24
bulan. Kurva CDC digunakan sebagai referensi pertembuhan yang
menggambarkan pertumbuhan anak pada tempat dan waktu tertentu. Pada bagian
horizontal kurva diatas merupakan indeks umur ( 0 – 24 bulan ) dan pada bagian
vertical merupankan indeks tinggi ( 35 – 100 cm ) dan berat ( 1 – 18 kg ). Pada
lembaran kurva tersebut terdapat 9 kurva yang masing – masing mewakili indeks
tinggi badan terhadap umur dan berat badan terhadap umur.
7. Apakah ada hubungan tidak diberikan susu formula dengan kejadian malnutrisi?
Tidak ada hubungannya tidak diberikan susu formula dengan keluhan an.F
ASI ekslusif selama 6 bulan sangat direkomendasikan oleh para dokter anak untuk
diberikan pada bayi yang baru lahir. Selanujutnya ASiI diberikan selama 24 bulan
dengan di damping makanan tambahan. Sejatinya didalam ASI terkandung semua
kebaikan yang dibutuhkan oleh si bayi untuk bertumbuh secara optimal. Selain
memenuhi kebutuhan nutrisi, ASI juga mensuplai system kekebalan tubuh yang
akan pemproteksi bayi dari serangan sumber penyakit dari luar. Asi juga
memenuhi kebutuhan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral, jadi hanya
dengan mendapatkan ASI ekslusif dan tanpa asupan tambahan seperti susu
formula, bayi akan tumbuh secara optimal.
Tapi pada kasus khusus, ada kalanya dokter anak merekomendasikan untuk
memberikan asupan tambahan berupa susu formula pada bayi yang baru lahir. Hal
ini biasanya berkaitan dengan kondisi khusus bayi atau keterbatasan ibu secara
medis untuk memberikan ASI . Kondisi yang membuat bayi harus menerima
asupan tambahan susu formula yaitu:
1. Kondisi fisik dan kesehatan bayi yang membuat bayi harus mendapatkan asupan
nutrisi lebih banyak dari kondisi normal, misalnya bayi dengan berat badan
dibawah 1,5 kilogram, bayi yang lahir prematur (kurang dari 8 bulan usia
kehamilan), serta bayi yang terlahir dengan kondisi kesehatan yang buruk.
Penyebab terjadinya gizi buruk ini adalah kurangnya asupan (intake) karbohidrat
dan protein. Adanya penurunan intake karbohidrat dapat menyebabkan anak
menjadi kehilangan berat badan, letargi, kulit menjadi keriput dan longgar. Hal ini
dikarenakan terjadinya pemecahan lemak menjadi asam lemak bebas yang
digunakan sebagai sumber energi cadangan, sehingga dapat memberikan gambaran
kulit yang keriput karena lemak dibawah kulit telah banyak digunakan dan lama-
kelamaan dapat menjadi habis. Sedangkan kurangnya asupan protein dapat
menyebabkan berkurangnya kadar asam amino serum yang nantinya akan
digunakan dalam sintesis protein untuk pembentukan sel-sel baru. Dalam hal ini
akan terlihat sebagai atrofi otot, rambut yang kemerahan karena kegagalan sintesis
protein hidroksiprolin yang berfungsi sebagai penyambung dan pemberi rangka
luar rambut, penurunan hidroksiprolin juga dapat berakibat pada penurunan kadar
kolagen sehingga rambut dapat lebih mudah dicabut. Disamping itu, defisiensi
protein juga dapat menyebabkan hipoalbuminemia yang dapat menyebabkan
permeabilitas vaskuler menjadi meningkat karena adanya penurunan tekanan
osmotik, sehingga cairan plasma dapat keluar ke jaringan sekitarnya. Hal ini akan
tampak sebagai edem yang muncul di berbagai bagian tubuh.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah
mana yang sesuai untuk setiap fase.
Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-
Kwashiorkor.
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan
Catatan :
Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita penyakit
infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi tidak menjadi
lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi komplikasi rujuk ke Rumah
Sakit Umum.
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang
dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan
metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut
segera rujuk ke rumah sakit
6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan
faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma
basal saja.
Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan
dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat
mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
Energi : 100 kkal/kg/hari
Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu
lemah berikan dengan sendok/pipet
Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan
jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½
dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik (
dibutuhkan ketrampilan petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam
dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat :
- Jumlah yang diberikan dan sisanya
- Banyaknya muntah
- Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
- Berat badan (harian)
- selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema ,
mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :
Kematian
Kematian merupakan efek jangka panjang dari KEP berat. Pada umumnya
penderita KEP berat menderita penyakit infeksi. Daya tahan tubuh penderita KEP
berat akan semakin menurun jika disertai dengan infeksi, sehingga perjalanan
penyakit infeksi juga semakin memberat akibat nya dapat membuat kematian
Pencegahan dari KEP pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang
dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata yang
dapat dilakukan untuk pencegahan KEP adalah :
Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan
menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu).
Mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi
pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan pendamping
ASI.
Memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi supaya
tidak menurunkan status gizi.
Merehabilitasi anak yang menderita KEP pada fase awal/BGM.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana.
Meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan segala
sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-lain).