BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat beton.
2.3.1. Aspal
Aspal adalah sejenis mineral yang banyak digunakan untuk konstruksi jalan,
khusus perkerasan lentur. Aspal merupakan material organic (hydrocarbon) yang
komplek yang dapat diperoleh langsung dari alam atau dengan proses tertentu
(artifisial). Umumnya aspal terbagi atas bentuk cair, semi padat, dan padat pada
suhu ruang (25°C). Aspal juga material yang larut dalam karbon disulfide (CS2)
tetapi di Inggris menggunakan trichlorothene (CCl3) sebagai pelarut. Biasanya
aspal dijelaskan sebagai material yang lengket, bersifat viscoelastis pada suhu
kamar, dan berwarna cokelat gelap sampai hitam. Aspal adalah material penting
dalam perkerasan lentur karena dapat merekatkan (bersifat sebagai perekat),
mengisi rongga (filler), dan memiliki sifat kedap air (waterproof). Penggunaan
aspal sebagai material perkerasan cukup luas, mulai dari lapis permukaan, lapis
pondasi, lapis aus, maupun lapis penutup. Konstruksi jalan yang dibangun dengan
aspal dapat digunakan untuk segala jenis lalu lintas, seperti lalu lintas ringan,
sedang, berat, bahkan untuk perkerasan landasan pacu. Adapun klasifikasi aspal
menurut AASHTO pada tabel 2.3 adalah sebagai berikut:
12
1. Aspal Alam
Aspal alam ditemukan di Pulau Buton (Sulawesi Tenggara – Indonesia),
Perancis, Swiss dan Amerika Latin. Menurut sifat kekerasannya aspal
alam dapat dibagi, secara berurutan sebagai Batuan (Rock Asphalt),
Plastis (Trinidad Lake Asphalt = TLA), Cair (Bermuda Lake Asphalt =
BLA). Sedangkan menurut tingkat kemurniannya dapat diurutkan
sebagai Murni dan hampir murni (Bermuda Lake Asphalt), tercampur
dengan mineral (Rock Asphalt Pulau Buton, Perancis dan Swiss).
Sampai saat ini penggunaan aspal ala mini kurang berkembang karena
umumnya aspal ini tidak mempunyai mutu yang tetap dan seragam
sehingga perlu perhatian khusus.
13
2. Aspal Buatan
Jenis aspal ini dibuat dari minyak bumi sehingga dikenal sebagai aspal
minyak. Karena aspal jenis ini keras pada suhu kamar maka sering di
sebut sebagai aspal keras. Dan karena aspal ini harus dipanaskan terlebih
dahulu sebelum digunakan maka sering juga disebut sebagai aspal panas.
Bahan baku minyak bumi yang baik untuk pembuatan aspal adalah
minyak bumi yang banyak mengandung asphaltene dan hanya sedikit
mengandung parafin. Untuk bahan aspal paraffin kurang disukai karena
mengakibatkan aspal bersifat getas, mudah terbakar dan memiliki daya
lekat yang buruk dengan agregat. Akan tetapi sifat parafin sangat baik
untuk bahan bakar minyak
3. Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal keras yang diencerkan dengan 10 – 20% kerosin,
white spirit, atau gas oil untuk mencapai viskositas tertentu dan
memenuhi fraksi destilasi tertentu. Viskositas ini dibutuhkan agar aspal
tersebut dapat menutupi agregat dalam waktu yang singkat dan akan
meningkat terus sampai pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan.
Viskositas untuk pekerjaan penyampuran adalah kira – kira 200 CSt dan
utnuk pekerjaan pemadatan adalah 20.000 CSt.
4. Aspal Emulsi
Untuk beberapa jenis pekerjaan pembuatan jalan dibutuhkan aspal cair
bahkan lebih cair dari pada aspal cair. Aspal emulsi adalah aspal yang
lebih cair dari pada aspal cair dan mempunyai sifat dapat menembus pori
– pori halum dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa
oleh karena sifat pelarut yang membawa aspal dalam emulsi mempunyai
daya tarik terhadap batuan yang lebih baik dari pada pelarut dalam aspal
cair, terutama apabila batuan tersebut agak lembab.
14
2.3.2. Agregat
Menurut Sukirman, 1999, agregat merupakan komponen utama dari lapisan
perkerasan jalan yaitu mengandung 90 – 95% agregat berdasarkan presentase berat
atau 75 – 85% agregat berdasarkan presentase volume. Agregat juga sebagai bahan
keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran, yang berupa butiran atau
pecahan, yang termasuk didalamnya antara lain: pasir, kerikil, agregat pecah, abu
(debu) agregat. Berdasarkan ukuran ayakan, agregat dibedakan menjadi dua macam
antara lain:
1. Agregat Kasar
Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang
bersih, kering, kuat, awet, dan bebas dari bahan lain yang mengganggu.
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran terkecil yang tertahan di
atas saringan no. 8 (2,38 mm) atau partikel yang lebih besar 4,75 mm.
Menurut Spesifikasi Umum Divisi 6, agregat kasar dalam campuran
harus memenuhi ketentuan yang diberikan pada tabel 2.4 sebagai
berikut:
Tabel 2.4. Ketentuan Agregat Kasar
2. Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir alam atau pasir buatan atau pasir terak
atau gabungan dari bahan – bahan tersebut. Agregat halus harus bersih,
kering, kuat, bebas dari gumpalan – gumpalan lempung dan bahan –
bahan lain yang mengganggu serta terdiri dari butir – butir yang bersudut
tajam dan mempunyai permukaan yang kasar. Agregat halus untuk
perencanaan adalah agregat yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm). Menurut
Spesifikasi Umum Divisi 6, agregat harus dalam campuran harus
memenuhi ketentuan yang diberikan pada tabel 2.5 sebagai berikut:
Gradasi agregat merupakan salah satu sifat yang sangat menentukan kinerja
perkerasan jalan. Setiap jenis perkerasan jalan mempunyai gradasi agregat tertentu
yang dapat dilihat di dalam spesifikasi aterial perkerasan jalan (Sukirman, 2003).
Berdasarkan spesifikasi pada Revisi 03-1737-1989 gradasi agregat gabungan untuk
campuran aspal harus berada didalam batas – batas titik control (control point) yang
ditunjukkan pada tabel 2.4 berikut ini:
16
antara 0,910 – 0,940 g/cm3 dan tidak reaktif pada temperature kamar, kecuali oleh
oksidator kuat dan beberapa jenis pelarut yang dapat menyebabkan kerusakan.
Adapun karakteristik LDPE ditunjukkan oleh tabel 2.7 sebagai berikut:
Tabel 2.7. Karakteristik Low Density Polyethylene (LDPE)
Sifat Fisik dan Mekanik LDPE
Berat Jenis (g/cm3) 0,91 – 0,94
Titik leleh (°C) 105 – 115
Kekerasan 44 – 48
Kapasitas Panas 1,916
Regangan (%) 150 – 600
Sumber: Kumpulan Karya Tulis Ilmiah, 2013
Menurut Scheirs dan Kaminsky, 2006, persentase jumlah limbah plastik
LDPE merupakan yang tertinggi diantara jenis plastik lainnya. Ini disebabkan
karena LDPE sering digunakan oleh masyarakat terutama sebagai wadah
pembungkus sementara seperti kantong plastik makanan, namun segera dibuang
setelah digunakan meskipun plastik tersebut masih dapat digunakan. Oleh karena
itu, untuk mengurangi volume sampah plastik khususnya LDPE perlu dilakukan
upaya seperti pendauran ulang limbah plastik atau digunakannya limbah plastik
untuk dijadikan sebagai campuran bahan lain salah satunya yaitu untuk campuran
aspal. Berdasarkan persentase jumlah plastik LDPE yang tinggi, menyebabkan
mudahnya plastik jenis ini ditemukan di lapangan maka dari itulah penelitian ini
menggunakan bahan plastik jenis LDPE sebagai campuran aspal beton lapi aus
(AC-WC) sebagai upaya untuk mengurangi jumlah plastik LDPE di lapangan.
Selain itu juga karena titik leleh plastik LDPE yang tidak terlalu tinggi dapat
memudahkan dalam proses penelitian.
Gambar 2.2. Komposisi Limbah Plastik pada Municipal Solid Waste
Distribusi butir - butir agregat dengan ukuran tertentu yang dimiliki oleh
suatu campuran menentukan jenis gradasi agregat. Gradasi agregat dapat
dikelompokkan menjadi agregat bergradasi baik atau agregat bergradasi buruk.
1. Agregat bergradasi baik
Agregat bergradasi baik adalah agregat yang ukuran butirannya
terdistribusi merata dalam satu rentan ukuran butir. Agregat bergradasi
baik juga disebut pula agregat bergradasi rapat.
2. Agregat bergradasi buruk
19
dan baru serta lalu lintas ringan sampai sedang. Campuran ini termasuk jenis
konstruksi segregasi, yaitu proses pencampuran dilakukan pada saat
penghamparan.
2.5.8. LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet, HRS
Campuran ini menggunakan agregat bergradasi timpang, aspal dan ditambah
filler yang dicampur pada suhu tertentu, tergantung nilai penetrasi aspal yang
digunakan dan dipadatkan pada suhu minimal 140°C. Tebal padat antara 2,5 cm
atau 3 cm. Bersifat kedap air, sangat kenyal, awet dan dianggap tidak memiliki nilai
struktrual.
2.6.1. Stabilitas
Stabilitas berhubungan erat dengan kekuatan campuran, dan dapat
didefinisikan sebagai kekuatan campuran tersebut menahan deformasi akibat beban
26
lalu lintas. Stabilitas dapat diperoleh melalui tahanan fiksi antar agregat, agregat
yang saling mengunci (interlocking), dan daya kohesi dari aspal. Untuk
meningkatkan stabilitas dapat diperoleh dengan cara menggunakan agregat yang
bersudut dan bertekstur kasar, menggunakan agregat bergradasi rapat (dense
graded), menggunakan aspal yang cukup untuk menyelimuti partikel agregat, dan
juga menggunakan aspal berpenetrasi rendah. Yang perlu diperhatikan disini ialah
bahwa memaksimumkan nilai stabilitas akan menyebabkan penurunan kinerja
campuran lainnya. Pengukuran stabilitas dapat dilakukan dengan pengujian skala
laboratorium yang dinamakan Marshall Test.
2.6.2. Fleksibilitas
Fleksibilitas campuran beraspal didefinisikan sebagai kemampuan
campuran tersebut menahan lendutan (defleksi) dan momen tanpa timbul retak.
Untuk memaksimalkan fleksibilitas, harus digunakan agregat dengan gradasi
terbuka (open graded), karena itu harus ada kompromi dengan stabilitas campuran,
dimana campuran yang menggunakan agregat bergradasi terbuka kurang stabil
dibandingkan campuran yang menggunakan agregat bergradasi rapat. Di lapangan,
hal ini dapat dikompensasikan dengan memberikan lapisan perkerasan yang lebih
tebal, tetapi semakin tebal campuran akan menurunkan fleksibilitas. Daktilitas aspal
juga memiliki peran dalam menentukan derajat fleksibilitas dari suatu campuran
beraspal. Oleh sebab itu, penggunaan agregat bergradasi terbuka dengan rongga
yang besar akan menurunkan durabilitas (keawetan) suatu campuran, sehingga
aspal akan lebih cepat kehilangan sifat daktilitasnya. Hal yang demikian
menyebabkan perlu pertimbangan lebih lanjut sebelum memutuskan untuk
memaksimalkan fleksibilitas.
Secara sederhana, fleksibilitas suatu campuran beraspal dapat dinilai dengan
menggunakan rasio antara stabilitas Marshall dan kelelehan (flow), yang dikenal
dengan nama Marshall Quotient. Semakin besar rasio Marshall Quotient tersebut
menyatakan campuran semakin kaku sedangkan semakin rendah Marshall Quotient
menyatakan campuran semakin fleksibel.
27
2.6.3. Durabilitas
Berkaitan dengan sifat keawetan suatu campuran. Durabilitas suatu
campuran beraspal didefinisikan sebagai ketahanan campuran tersebut terhadap
beban lalu lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan
perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat
ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat (memiliki sedikit rongga)
dan kedap air, yang dapat diperoleh dengan menggunakan agregat bergradasi rapat
(dense graded) dan aspal yang cukup banyak sehingga dapat menyelimuti agregat
dengan baik.
Menurut Sukirman (2003) faktor yang mempengaruhi durabilitas adalah:
1. Selimut aspal atau film aspal
Selimut yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal beton yang
berdurabilitas tinggi.
2. Nilai VIM
Nilai VIM yang besar dapat memperkecil durabilitas, karena udara
masuk ke dalam selimut aspal, sehingga aspa mudah beroksidasi dengan
udara yang menyebabkan perkerasan menjadi getas.
2.6.4. Workabilitas
Campuran harus mudah untuk dikerjakan, yaitu proses pengangkutan dari
Mixing Plant, penghamparan dan pemadatan. Untuk mencapai kondisi ini perlu
diatur viskositas campuran, suhu pencampuran dan metoda pemadatan.
2.6.5. Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi
material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan teknis
yang ditetapkan. Penambahan bahan aditif dalam campuran perlu dipertimbangkan
karena dalam banyak kasus cara seperti ini kurang ekonomis. Cara lain yang
dilakukan adalah dengan melakukan variasi campuran dengan pemanfaatan
material setempat secara maksimal.
28
Menurut Sukirman (2003) seluruh sifat campuran beton tidak akan mungkin
terpenuhi sekaligus dalam satu campuran. Sifat – sifat beton aspal mana yang
dominan lebih diinginkan akan menentukan jenis beton aspal yang dipilih. Hal ini
perlu diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani
lalu lintas ringan seperti mobil penumpang sepantasnya lebih memilih jenis beton
aspal yang mempunyai sifat durabilitas dan fleksibilitas yang tinggi daripada
memilih beton aspal dengan stabilitas tinggi.
Keterangan:
Gsb : Berat jenis bulk agregat campuran
P1, P2, …, Pn : Presentase berat masing – masing fraksi terhadap berat
total agregat campuran
G1, G2, …, Gn : Berat jenis bulk dari masing – masing fraksi agregat
campuran
30
Keterangan:
Gse : Berat jenis efektif
Gmm : Berat jenis maksimum campuran (metode AASHTO T
209-1990)
Pmm : Persen berat total campuran (=100%)
Pb : Kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum
campuran yang diuji dengan metode AASHTO T 209-
1990
Gb : Berat jenis aspal
𝐺 = ………………………………………………………….(2.3)
Keterangan:
Gmm : Berat jenis maksimum campuran
Pmm : Persen berat total campuran (=100)
Ps : Persen agregat terhadap total campuran
Gse : Berat jenis efektif
31
Keterangan:
VMA : Void in the Mineral Aggregate
Gmb : Berat jenis bulk dari campuran
Gsb : Berat jenis bulk total agregat dalam gr/cc
Keterangan:
VIM : Void in the Mix
Gmb : Berat jenis bulk dari campuran
Gmm : Berat jenis teoritis maksimal dari campuran padat tanpa
rongga udara
Keterangan:
VFA : Void Filled with Asphalt (Rongga udara yang terisi
aspal)
VMA : Void in the Mineral Aggregate (Rongga udara antar
mineral agregat)
VIM : Void in the mix (Persen rongga dalam campuran)
Sedangkan untuk nilai flow (kelelehan) ditunjukkan pada angka pada jarum
dial flow, satuan pada dialnya sudah sesuai dengan satuan mm (millimeter),
sehingga tidak diperlukan lagi konversi angka dan kalibrasi jarum dial flow.
MQ = ……………………………………………………………….(2.7)
Keterangan:
S : Nilai Stabilitas Marshall (kg)
F : Nilai flow Marshall (mm)