Anda di halaman 1dari 2

Diskusi

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dan residif, mempunyai dasar
genetik, dengan karakteristik gangguan pertumbuhan dan diferensiasi epidermis. Psoriasis dapat
timbul pada semua usia, terutama 15-30 tahun. Sampai saat ini pengobatan hanya menghilangkan
gejala sementara (remisi), sehingga psoriasis sering disebut sebagai penyakit seumur hidup.
Penyakit ini tidak membahayakan jiwa walaupun dapat mempengaruhi atau mengganggu
pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kualitas hidup pasien. Bila tidak diobati dengan benar
penyakit dapat mengalami komplikasi dan komorbiditas. Pada pasien ini didiagnosis psoriasis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada hasil anamnesis didapatkan
keluhan gatal seluruh tubuh sejak kurang lebih 3 bulan SMRS. pasien juga mengaku terdapat
bercak kemerahan pada seluruh tubuh sejak 2 tahun yang lalu. sebelumnya terdapat terdapat sisik
berwarna putih diatas bercak kemerahan sejak 4 tahun SMRS. Riwayat alergi obat, makanan,
suhu dan debu disangkal. Pada riwayat keluarga diakui ayah pasien pernah mengalami hal yang
serupa. (Widati S, et all. Panduan praktis klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di
Indonesia. PP Perdoski: Jakarta. 2017.)
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini dapat didiagnosis dengan
Psoriasis, karena adanya peradangan kulit yang kronik dan residif, kemudian adanya faktor
genetik dari ayah pasien. pasien didiagnosis psoriasis vulgaris generalisata berdasarkan hasil dari
status dermatologi pada regio capitis, abdominalis, keempat ekstremitas adanya patch eritema
multiple berdistribusi sebagian diskret dengan disertai permukaan skuama kasar dan papula-
papula dan ekskoriasi multiple.
Psoriasis dapat terjadi karena faktor genetic, imunologik dan berbagai faktor pencetus
lainnya. Faktor genetic berperan bila orang tuanya menderita psoriasis, risikonya mencapai 34
sampai 39 %. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe psoriasis tipe 1 dengan awitan dini
bersifat familial, psoriasis tipe 2 dengan awitan lambat bersifat non- familial. Hal lain yang
menyokong adanya faktor genetic ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Faktor
imunologik juga berperan. Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari
tiga jenis sel, yakni sel limfosit T, sel penyaji antigen atau keratinosit. Keratinosit psoriasis
membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang, umumnya penuh dengan
sebukan limfosit T pada dermis yang pertama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan
limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh
limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel
Langerhans juga berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis
diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans.
Pada psoriasis pembentukan epidermis lebih cepat, hanya 3 – 4 hari, sedangkan pada kulit
normal lamanya 27 hari.. Berbagai faktor pencetus pada psoriasis diantaranya stress psikik,
infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolic, obat, alkohol dan merokok. Obat yang
umumnya dapat menyebabkan residif ialah beta adrenergic blocking agents, lithium dan
penghentian mendadak kortikosteroid. (Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin edisi ke tujuh. FKUI : Jakarta. 2018.) (Gudjonson, J. E. and Elder, J. T. Psoriasis in
Fitzpatrick. Dermatology in general medicine; 7th ed. PP. 192 – 193. McGraw-Hill company:
New York. 2008.)

Pasien ini mendapat terapi berupa: Methotrexat 5mg, dimana diketahui obat ini
merupakan golongan imunosupresif. Sesuai dengan teori Nickoloff yang berkesimpulan bahwa
psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih dari 90 % kasus dapat mengalami remisi setelah
diobati dengan imunosupresif. (Nickoloff, B. J. Pathogenesis and Immunointervention strategis
for psoriasis. Molecular Med. Today 512 – 513: 1998.) Terdapat beberapa pilihan pengobatan
sistemik yang merupakan lini pertama pada pengobatan psoriasis, yaitu MTX, siklosporin dan
asitretin. Terapi kombinasi dapat dipertimbangkan pada PPG kasus yang berat atau yang tidak
menunjukkan perbaikan setelah terapi tunggal. (Jensen P, Skov L, Zachariae C. Systemic
combination treatment for psoriasis: a review. Acta Derm Venereol. 2010; 90(4):341–9.) Terapi
kombinasi juga diharapkan mampu meningkatkan efektivitas terapi dan mengurangi efek
samping yang dapat ditimbulkan obat-obat monoterapi dalam jangka waktu yang lama. (Operacz
MC, Przytocka AS. The possibilities and principles of methotrexate treatment of psoriasis-the
updated knowledge. Postep Derm Alergol. 2014;31(6):392–400). Salah satu kombinasi yang
dapat digunakan adalah kombinasi MTX dan siklosporin. Penelitian yang dilakukan oleh
Mohanan dkk. terhadap 18 pasien dengan psoriasis, 14 pasien telah mendapatkan terapi
kombinasi selama kurang dari tiga bulan, dan empat pasien mendapatkan terapi kombinasi MTX
dan siklosporin selama lebih dari tiga bulan Dari keseluruhan 18 pasien tersebut didapatkan hasil
yang cukup baik tanpa efek samping yang ireversibel. Mohanan S, Ramassamy S,
Chandrashekar L, Thappa DM. A retrospective analysis of combination methotrexate–
cyclosporine therapy in moderate–severe psoriasis. J Dermatolog Treat. 2014;25(1):50–3.

Metotreksat adalah obat derivat aminopterin analog asam folat yang memiliki efek
antiinflamasi, antiproliferasi, dan imunosupresi. Pemberian MTX dapat secara oral,
intramuskular, subkutan, dan juga intravena. MTX dapat diberikan terhadap semua jenis
psoriasis. Mekanisme kerja MTX adalah menghambat enzim dehidrofolat reduktase dalam
proses pembentukan purin dan pirimidin. Enzim dihidrofolat reduktase berguna untuk mengubah
asam dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat dan juga menghambat enzim timidilate sintetase
yang akan menyebabkan pengurangan jumlah timidilat dan folat yang merupakan komponen
purin dan pirimidin yang dibutuhkan saat proses sintesis deoxyribonucleic acid (DNA). Sintesis
DNA yang dihambat akan menyebabkan apoptosis dari sel T yang telah teraktivasi serta
menghambat kemotaksis neutrofil. (Operacz MC, Przytocka AS. The possibilities and principles
of methotrexate treatment of psoriasis-the updated knowledge. Postep Derm Alergol.
2014;31(6):392–400.), (Dogra S, Mahajan R Systemic methotrexate therapy for psoriasis: past,
present and future. Clin Exp Dermatol. 2013;38(6):573– 88.)
Kloderma lotion, Betamethasone merupakan golongan kortikosteroid untuk mengurangi
peradangan, terutama peradangan kronis dikulit akibat psoriasis. Acid salicyl adalah obat
golongan keratolitik yang dapat meningkatkan kelembaban kulit dan mempermudah proses
pengelupasan kulit, dan juga diberikan antihistamin seperti cetirizine untuk mengurangi keluhan
gatal pada pasien. (Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ke
tujuh. FKUI : Jakarta. 2018.)
Selain itu, pasien juga diberikan edukasi tentang penyakitnya juga cara perawatan kulit yang
luka seperti menghindari menyentuh atau menggaruk lesi yang dapat menimbulkan infeksi
sekunder, sering memperhatikan kebersihan badan, serta menghindari faktor pencetus seperti
stress atau lelah dan meminum obat serta kontrol ke dokter secara teratur. Untuk prognosisnya,
meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, namun bersifat kronis dan residif.

Anda mungkin juga menyukai