Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 1
UJI SENSITIVITAS BAKTERI TERHADAP
ANTIBIOTIKA

DISUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK 9 (KELAS E)

 WHILMA MELLYA VIRGUSTIN (2016210248) *


 AGUSTINUS WASKITO (2017212233)
 HERLA PURWASI (2017212239)

TANGGAL PRAKTIKUM : 08 NOVEMBER 2017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penemuan antibiotik diinisiasi oleh Paul Ehrlich yang pertama kali menemukan
apa yang disebut “magic bullet’, yang dirancang untuk menangani infeksi mikroba. Pada
tahun 1910, Ehrlich menemukan antibiotika pertama, Salvarsan, yang digunakan untuk
melawan syphilis. Ehrlich kemudian diikuti oleh Alexander Fleming yang secara tidak
sengaja menemukan penicillin pada tahun 1928. Sejak saat itu antibiotika ramai
digunakan klinisi untuk menangani berbagai penyakit infeksi (Ardiansyah, 2009).
Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau sintesis yang
memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses biokimiawi didalam
suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri. Definisi lain tentang antibiotik adalah
substansi yang mampu menghambat pertumbuhan serta reproduksi bakteri dan fungi.
Penggunaan antibiotik dikhususkan untuk mengobati penyakit infeksi atau sebagai aat
seleksi terhadap bakteri yang sudah berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika
Infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di
rumah sakit dan menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan
keperawatan. Infeksi nosokomial terjadi lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit.
Menurut penelitian, bakteri patogen penyebab infeksi nosokomial yang paling umum
adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter
spp, dan Klebsiella pneumonia

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM


1.2.1 Untuk melakukan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotika untuk mengetahui
batas kepekaan atau sensitivitas suatu bakteri (peka, setengah peka, atau
resisten) terhadap suatu antibiotika yang dinyatakan sebagai konsentrasi
hambat minimum (KHM) suatu antibiotika.

1.3. PERUMUSAN MASALAH

1.3.1 Apa yang dimaksud uji sensitivitas ?


1.3.2 Apa yang dimaksud antibiotik ?
1.3.3 Mengapa antibiotik harus memiliki sifat toksisitas selektif ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas anti bakteri. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan
anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Pada umumnya metode
yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan
cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui
dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas
bakteri terhadap bahan anti bakteri (Gaman, 2002).

Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau sintesis


yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses biokimiawi
didalam suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri.Penggunaan antibiotik
dikhususkan untuk mengobati penyakit infeksi atau sebagai aat seleksi terhadap bakteri
yang sudah berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika (Prapti, 2012).

Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi.


Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik
yang dihasilkan mikroba.Antibiotik yang digunakan untuk membasni mikroba penyebab
infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus
bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif
tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel
bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi
(Ganiswarna, 1995).

Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat


dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel
mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin,
dan vankomisin. Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida,
kloramfenikol, linkomisin dan tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis
asam nukleat sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan
golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien. Dan yang kelima yaitu
antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini
ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna, 1995).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. ALAT DAN BAHAN

3.1.1 ALAT :
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Cawan petri
 Jarum Ose bulat
 Kertas cakram
 Pinset
 OHP Pen
 Mikro pipet

3.1.2 BAHAN :

 Larutan pengenceran antiibiotika (Tetrasiklin HCL 100 µg/ml)


 Suspensi biakan Staphylococcus aureus
 Suspensi biakan Klebsiella pneumoniae
 Media kaldu pepton
 Media agar bersuhu ± 480C
 Antibiotik Oksitetrasiklin
 Antibiotik Streptomycin

3.2. CARA KERJA :

3.2.1. CARA PENIPISAN SERI KALDU PEPTON


 Menyiapkan penipisan biakan bakteri 1 : 1000
o Disiapkan 4 tabung steril dan iberi lebbel 1-4
o Dimasukkan 2,7 ml kaldu pepton pada tabung No. 1 dan 2
o Dimasukkan 9 ml kalu pepton pada tabung No.3 dan 4
o Dimasukkan 0,3 ml biakan Staphylococcus aureus pada tabung
No. 1 dan homogenkan
o Diambil 0,3 ml dari tabung No.1 dan masukkan ke dalam tabung
No.2
o Diambil 1 ml dari tabung No. 2 dan masukkan masing – masing
kedalam tabung No. 3 dan 4

 Disiapkan 10 tabung dan beri lebel 1-10


 Dimasukkan 0,5 ml kaldu pepton ke dalam tabung No. 2-10
 Dimasukkan Terasiklin HCl 0,5 ml kedalam tabung No.1 dan 2 dengan
konsentrasi 100 µg/ml. Homogenkan
 Dipipet 0,5 ml dari tabung No. 2 dan masukkan kedalam tabung No. 3.
Lakukan hal tersebut sampai pemipetan tabung No.9 an dimasukkan
kedalam tabung No.10
 Dimasukkan penipisan bakteri 1 : 1000 sebanyak 1,5 ml kedalam tabung
No. 1-10 dan homogenkan
 Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 350-370C selama 18-24 jam

3.2.2. CARA DIFUSI AGAR


 Dipipet 0,1 ml biakan Staphylococcus aureus kedalam cawan petri,
dituang agar cair bersuhu ± 480C, homogenkan
 Diambil kertas cakram menggunakan pinset dan jenuhkan dengan cairan
antibiotika
 Diinkubasikan dalam inkubator bersuhu 370C selama 18-24 jam
 Diamati perubahan yang terjadi

3.2.3. CARA PENIPISAN SERI AGAR LEMPENG


 Dibuat seri pengenceran antibiotika sampai dengan 10 konsentrasi dengan
perbedaan konsentrasi 1 : 2
 Disiapkan 10 cawan petri dan beri label sesuai konsentrasi
 Dimasukkan 1 ml larutan pengenceran antibiotika ke dalam cawan petri
dan tambahkan 15 – 20 ml meia agar cair, homogenkan.
 Dibagi cawan petri menjadi beberapa bagian sesuai jumlah bakteri yang
akan diuji
 Diinokulasikan bakteri menggunakan sengkelit ke dalam cawan dan
inokulasikan selama 18-24 jam pada suhu 370C
 Diamati hasil percobaan dan dilihat pada pengenceran antibiotika
BAB 1V
HASIL PEMBAHASAN

4.1. TABEL PENGAMATAN

4.1.1. CARA DILUSI (PENGENCERAN SERI KALDU PEPTON)


Nama antibiotika : Oksitetrasiklin

Bakteri uji : Staphylococcus aureus

No.Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dosis
antibiotika 100 50 25 12,5 6,25 3,125 1,5625 0,7813 0,3906 0,1953
(µg/ml)
Pertumbuhan - - - + + + + + + +
bakteri

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas, maka konsentrasi hambat


minimum (KHM) antibiotika Oositetrasiklin terhaap bakteri Staphylococcus aureus
adalah 25 µg/ml.

Berdasarkan nilai KHM yang diperoleh, maka bakteri Staphylococcus aureus


bersifat resistant terhadap antibiotika Oksitetrasiklin.

4.1.2. CARA DIFUSI AGAR


Gambar No Dosis antibiotika
Tabung R (10 µg/ml) M (30 µg/ml) T (60 µg/ml)

1 DDH = 0 7,2+8,6 10,6+10,8


DDH = 2 DDH = 2
= 7,9 mm = 10,7 mm

2 DDH = 0 8,65+10,8 11,5+9.8


DDH = DDH =
2 2
= 9,725 mm = 10,65 mm

3 DDH = 0 7,95+6,6 10,85+10,6


DDH = 2 DDH = 2
= 7,725 mm = 10,725 mm
Keterangan :

Nama antibiotika : Oksitetrasiklin

Bakteri uji : Staphylococcus aureus

Berdasarkan hasil percobaan tersebut diatas, maka bakteri Staphylococcus


aureus bersifat setengah peka terhadap antibiotika Oksitetrasiklin.

4.1.3. CARA PENIPISAN SERI AGAR LEMPENG


Nama antibiotika : Streptomycin

Bakteri uji : Klebsiella pneumoniae

BAB V
PEMBAHASAN

5.1. PEMBAHASAN

4.1.1. WHILMA MELLYA VIRGUSTIN (2016210248)


 Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya daerah atau zona bening
di sekitar kertas cakram steril pada difusi agar
 Setiap pengenceran yang berbeda konsentrasi pipet harus diganti untuk
mencegah ketidakakuratan data
 Ketika meletakkan kertas cakram pada media agar harus sekali
penempelan dan tidak boleh digeser, agar daerah bening yang terbentuk
akan bulat, sehingga bisa dihitung diameternya

4.1.2. AGUSTINUS WASKITO (2017212233)


 Alat-alat seperti erlenmeyer, cawan petri, labu ukur,batang pengaduk,
pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi (alat-alat yang terbuat dari kaca), alat
tersebut dibungkus dengan kertas terlebih dahulu untuk mencegah
terjadinya keretakan dan kontaminasi pada saat di keluarkan dari dalam
oven.
 Untuk mencegah kontaminasi, praktikum dilakukan di dekat lampu
spiritus dengan jarak 20-30 cm agar sesuatu diudara yang dapat
mencemarkan tidak dapat masuk ke dalam tabung atau cawan yang berisi
mikroorganisme.
 Sterilisasi digunakan untuk membebaskan alat atau bahan dari mikroba.
 Sebelum dimasukkan kedalam autoklaf alat-alat yang memiliki mulut
diberi kapas berlemak dan kain kasa agar-agar dapat benar-benar steril
dari mikroba.

4.1.3. HERLA PURWASI (2017212239)


 Dalam pemilihan cara sterilisasi ada 3 hal yang harus di pertimbangkan,
yaitu stabilitas, efektifitas, dan waktu.
 Meja yang dilakukan untuk praktikum, serta tangan praktikan harus
dibersihkan menggunakan alkohol untuk mencegah pencemaran atau
kontaminasi.
 Teknik aseptis adalah teknik yang dapat memperkecil cemaran atau
kontaminasi dengan mengunakan untuk bahan obat yang tidak dapat di
sterilkan dengan cara pemanasan atau dengan cara penyaringan.
 Dalam penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba
seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan :

 Sterilisasi adalah cara yang digunakan untuk membebaskan mikroba.


 Cara atau metode yang digunakan dalam sterilisasi adalah cara mekanik, fisik dan
kimia.
 Sterilisasi dapat dilakukan dengan udara panas atau uap air dengan temperatur
suhu 1210C.
 Teknik aseptis adalah teknik yang dapat memperkecil cemaran atau kontaminasi.
 Alat –alat harus dibungkus dengan kertas agar tidak terkontaminasi pada saat
keluar dari oven.

6.2. SARAN
Dalam praktikum mikrobiologi sebelum melakukan praktikum diharapkan untuk
menyeterilkan alat – alat dan diri kita masing – masing agar media atau bahan yang diuji
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme.

BAB VII
DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN

7.1. DAFTAR PUSTAKA


Gamman. 2002. Uji Sensitivitas. Jakarta : EGC

Pratiwi, T Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
7.2. LAMPIRAN
Autoklaf Cawan petri dan alat lainnya
dibungkus kertas sebelum disterilisasi

Anda mungkin juga menyukai