Pembimbing
Dr. M. Winardi S. Lesmana, Sp.An
Disusun oleh :
Hendric Hariansyah
17360176
0
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat waktu. Paper ini
untuk melengkapi tugas persyaratan kepaniteraan klinik stase (KKS) Anestesi di
RSU Haji Medan, selain itu paper ini juga bertujuan supaya pembaca dapat
mengetahui dan memahami secara jelas mengenai Penanganan Gawat Darurat
Eklampsia.
Hendric Hariansyah
DAFTAR ISI
Halaman
1
KATA PENGANTAR ........................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
BAB I
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 3
BAB II
2.1 Definisi Eklampsia ........................................................................... 5
2.2 Diagnosis dan Gambaran Klinik Eklampsia .................................... 6
2.3 Etiologi dan Patofisiologi Kejang Eklamptik.................................... 8
2.4 Tatalaksana Terapi Eklampsia........................................................... 9
2.5 Tatalaksana Terapi Preeklampsia Berat............................................. 11
2.6 Penanganan Pre eklampsia berat dan eklampsia.............................. 19
BAB III
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22
Daftar Pustaka......................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi (Anggana &
eklampsia, sementara di negara maju lebih sering disebabkan oleh komplikasi dari
penyebab utama kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 (Roeshadi, 2014).
sulfat (antikonvulsan), dan fasilitas yang diperlukan untuk persalinan (Anggana &
dan mengatasi kejang pada eklampsia. Kejang yang tidak ditangani dengan
antikonvulsan secara tepat menjadi masalah utama pada kasus kematian akibat
3
perawatan klinis juga menjadi masalah serius yang menyebabkan perdarahan
pemilihan antihipertensi yang efektif serta aman digunakan pada masa kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba-
tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa
grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis. Istilah eklampsia
berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata-kata tersebut dipergunakan
terakhir dan semakin meningkat saat mendekati kelahiran. Pada kasus yang
jarang, eklampsia terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Sekitar
75% kejang eklampsia terjadi sebelum melahirkan, 50% saat 48 jam pertama
setelah melahirkan, tetapi kejang juga dapat timbul setelah 6 minggu postpartum.
Sesuai dengan batasan dari National Institutes of Health (NIH) Working Group on
dengan proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Saat ini edema pada wanita hamil dianggap sebagai hal yang biasa dan
mmHg. Proteinuria adalah adanya protein dalam urin dalam jumlah =300 mg/dl
dalam urin tampung 24 jam atau = 30 mg/dl dari urin acak tengah yang tidak
5
2.2 Diagnosis dan Gambaran Klinik Eklampsia
dibagi menjdai ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila ada satu atau
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau
lebih
kualitatif
kejang, adalah sakit kepala yang berat dan menetap, perubahan mental sementara,
hanya sekitar 50% penderita yang mengalami gejala ini. Prosentase gejala
sebelum timbulnya kejang eklampsia adaah sakit kepala yang berat dan menetap
dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat
6
kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh,
fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang
akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada
kelopak mata, otot-otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami
kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini
terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit
oleh karena kejang otot-otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai satu
menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin lemah dan
beberapa detik penderita seperti meninggal karena henti napas, namun kemudian
Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan
kejang-kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang
Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi
Namun, pada kasus-kasus yang berat, keadaan koma belangsung lama, bahkan
kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan
7
Frekuensi pernapasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan
dapat mencapai 50 kali per menit. Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai
asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat ditemukan
sianosis. Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal
tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat
(Cunningham, 2006).
Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal
beberapa hari sampai dua minggu setelah persalinan apabila keadaan hipertensi
menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler
eklamptik dapat disebabkan oleh hipoksia karena vasokonstriksi lokal otak, dan
fokus perdarahan di korteks otak. Kejang juga sebagai manifestasi tekanan pada
pusat motorik di daerah lobus frontalis. Beberapa mekanisme yang diduga sebagai
a) Edema serebral
b) Perdarahan serebral
c) Infark serebral
d) Vasospasme serebral
8
e) Pertukaran ion antara intra dan ekstra seluler
mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada
waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat. Tatalaksana eklampsia dilakukan
kegagalan jantung. Nursing care sangat penting pada penderita yang mengalami
kejang dan koma, meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar
(Manuaba, 2007).
berat. Sikap terhadap kehamilan adalah semua kehamilan dengan eklampsia harus
tindakan obstetrik pada pasien preeklampsia dan eklampsia dapat dilihat pada
Gambar 1.
9
Gambar 1. Protokol Tindakan Obstetrik pada Preeklampsia dan Eklampsia
Keterangan:
TD: tekanan darah, IG: indeks gestosis, HPL: human placental lactogen; CTG: cardiotocography;
IUGR:intrauterine growth restriction
2.5 Tatalaksana Terapi Preeklampsia Berat
bayi sehat. Tatalaksana preeklampsia berat dibagi menjadi perawatan aktif dan
10
perawatan konservatif ditinjau dari usia kehamilan dan perkembangan gejala-
1) Hospitalisasi
Pasien segera dibawa ke rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan berbaring
miring ke satu sisi (kiri). Monitoring tekanan darah dan tanda-tanda vital lainnya
2) Manajemen diet
Pasien dianjurkan untuk diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan
garam.
3) Manajemen cairan
Pasien diberikan infus dekstrosa 5% yang setiap 1 liternya diselingi dengan infus
4) Pemberian antikonvulsan
diberikan pada pasien preeklampsia berat terutama jika terdapat tanda atau gejala
11
a) Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b) Proteinuria > 2+
c) Gangguan visus
e) Muntah-muntah
f) Sindrom HELLP
dapat diberikan secara intravena atau intramuskular dengan efektifitas yang sama.
Dosis magnesium sulfat untuk terapi preeklampsia dan eklampsia dapat dilihat
12
Tabel II. Dosis Magnesium Sulfat untuk Preeklampsia Berat dan Eklampsia
Keterangan:
*: jika pemberian secara intravena tidak memungkinkan, loading dose cukup
diberikan secara intramuskular
5) Pemberian antihipertensi
antihipertensi dan target TD pada pengobatan wanita hamil sangat bervariasi pada
tinggi daripada yang ditetapkan Joint National Committee (JNC) untuk terapi non
Canada pada TD > 160/110 mmHg dan obat dapat digunakan hingga TD 130/90
150/100 mmHg dengan target tekanan darah diastolik 80 – 100 mmHg (NICE,
tanpa target terapi yang jelas. Terdapat konsensus bahwa TD 160/110 mmHg
13
perdarahan intraserebral dan pengobatan dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas maternal.
plasebo atau tanpa terapi. Alasan yang rasional untuk memberikan terapi pada
terutama jika terdapat nyeri kepala yang parah atau kondisi komorbid seperti
Target terapi pada wanita hamil ditekankan hingga tekanan darah diastolik
(TDD) mencapai 90 mmHg karena TDD < 90 mmHg dapat mengurangi perfusi
lahan sampai < 160/110 mmHg selama beberapa jam. Hal yang perlu diperhatikan
yang agresif dapat menyebabkan penurunan aliran darah plasenta dan gawat janin.
deplesi volume intravaskular dan risiko hipotensi (Podymow dan August, 2008).
Pemilihan antihipertensi, dosis, dan rute pemberian obat pada preeklampsia dan
dalam memberikan obat tertentu, harga obat, dan ketersediaan jenis obat.
14
Metildopa merupakan antihipertensi yang lebih disukai karena keamanan
a) Metildopa
b) Nifedipin
kalsium ke dalam sel otot polos arteri. Nifedipin yang diberikan pada wanita
hamil tidak menyebabkan penurunan aliran darah dalam rahim . Nifedipin aman
digunakan bersama magnesium sulfat tanpa peningkatan efek samping yang serius
c) Hidralazin
d) Labetalol
15
Labetalol adalah beta bloker non selektif yang bermanfaat karena tidak
menunjukkan insidensi hipotensi maternal dan efek samping lain yang lebih
6) Pemberian diuretik
hanya boleh dilakukan jika terbukti adanya edema paru. Pasien dapat diberikan
7) Pemberian antasida
8) Pemberian kortikosteroid
paru janin.
b. Perawatan aktif
16
dalam tahap persalinan) atau belum. Indikasi dilakukan perawatan aktif antara
lain:
epigastrium.
jam terapi medisinal atau tidak ada perbaikan setelah 24 jam terapi medisinal.
c. Perawatan konservatif
Indikasi perawatan konservatif adalah bila kehamilan preterm < 37 minggu tanpa
disertai tanda dan gejala impending eclampsia dengan keadaan janin baik. Terapi
dan kehamilan harus diterminasi bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan. Pasien
dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan bila selama tiga hari
Tabel II. Rekomendasi Pemberian Antihipertensi untuk Pasien Preeklampsia Berat dan
Eklampsia Selama Kehamilan
17
Keterangan:
TD: tekanan darah; TDS: tekanan darah sistolik; TDD: tekanan darah diastolik; MAP: mean
arterial pressure; po:peroral; iv: intravena; im: intramuskular; tablet PA: tablet pelepasan
intermediet; tablet SR: tablet pelepasan lambat; bid: 2 kali sehari; tid: 3 kali sehari; qid: 4 kali
sehari
18
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan
harus berlangsung dalam 6-12 jam setelah timbunya kejang pada eklampsia.
A. Penanganan kejang
B. Penanganan umum
1 Jika tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi,
19
C. Anti Konvulsan
1 MgSO4
a. Dosis awal :
cc IV dan 15 cc drip)
selama 2 menit
b. Dosis pemeliharaan
kejang berakhir
20
3). Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
e. Antidotum
2 Diazepam
b. Pemberian intravena
c. Dosis awal
d. Dosis pemeliharaan:
jarum.
2). Jika konvulsi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg/ jam tergantung
D. Persalinan
21
1 Periksa serviks, jika matang lakukan pecah ketuban dan induksi dengan
2 Jika persalinan tidak bisa diharapkan dalam 12 jam lakukan seksio sesarea
3 Jika DJJ < 100 atau > 180 X/ menit lakukan sectio sesarea
4 Jika servik belum matang dan janin hidup lakukan sectio sesaria
5 Jika janin mati atau terlalu kecil usahakan lahir pervaginam dengan
(Greenberg, 2007).
kejang
3 Pantau urin
BAB III
PENUTUP
22
3.1 Kesimpulan
mengalami penurunan setiap tahun. Penyebab kematian ibu yang utama adalah
merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu di seluruh dunia,
maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05%-0,1%. Distribusi menurut golongan
umur paling banyak pada usia >35 tahun dan banyak faktor yang mempengaruhi
Perawatan eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilasi fungsi
vital, yang harus selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi
dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada
pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu
krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yan tepat dan dengan cara yang
tepat.
Daftar Pustaka
23
Anggana, Arinda. 2010. Pengaruh Preeklamsia Berat pada Kehamilan Terhadap
Keluaran Maternal dan Perinatal di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun
2010. Semarang : UNDIP.
Cunningham, F. G., 2006. Obstetric William. Edisi 21. Jakarta : EGC, pp :422-40;
624 – 73;825-50
Duff, P., Edwards,. 2004. Obstetric and Gynecology. Boston : Mc Graw Hill Co.,
pp :51
Roeshadi, H.R., 2014. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian
Ibu pada Penderita Pre-eklampsia dan Eklampsia: USU.
24