Eptm Ucik
Eptm Ucik
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) juga dikenal sebagai penyakit kronis merupakan salah
satu masalah kesehatan Dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian
dalam Dunia kesehatan karena penyakit ini merupakan salah satu dari penyebab kematian
(Jansje, Ticoalu & Samodra, 2012). Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular mengemukakan bahwa yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah;
Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan
stroke), Diabetes Mellitus (DM) serta kanker.
WHO saat ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 peningkatan terbesar kematian
PTM akan terjadi di Afrika. Sejauh ini PTM merupakan penyebab utama kematian di Dunia,
mewakili 63 % dari semua kematian tahunan. Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh lebih
dari 36 juta orang setiap tahun, sekitar 80 % dari semua kematian PTM terjadi di Negara
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2013). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
[Riskesdas] (2013), menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi 2 dari hasil wawancara (apakah
pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) terjadi peningkatan dari
7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke pada saat wawancara
(berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan gejala) juga
meningkat dari 8,3 per 1000 (2007) menjadi 12,1 per 1000 (2013). Sejak tahun 2010, penyebab
terbesar kesakitan dan kematian adalah penyakit tidak menular yaitu tekanan darah tinggi, stroke,
kanker, jantung koroner dan diabetes melitus.
Berdasarkan data diatas terlihat dominasi penyakit tidak menular yaitu stroke, jantung,
jantung koroner, kanker, hipertensi, dan diabetes mellitus. Perubahan fenomena ini akibat
perilaku dalam menjalankan pola hidup yang kurang sehat yang berdamak pada munculnya
penyakit tidak menular yang juga memicu kematian. Oleh karena itu kesadaran masyarakat harus
terus di tingkatkan dalam perilaku pola hidup sehat, karena pencegahan jauh lebih baik
disbanding melakukan pengobatan ketika sudah terjangkit penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi, gejala, etiologi, factor resiko, upaya preventif dan upaya kuratif dari penyakit
Jantung Koroner.
2. Definisi, gejala, etiologi, factor resiko, upaya preventif dan kuratif dari penyakit Stroke.
3. Definisi, gejala, etiologi, factor resiko, upaya preventif dan upaya kuratif dari penyakit
Hipertensi.
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi, gejala, penyebab, factor fisiologi, upaya preventif dan upaya kuratif
dari penyakit Jantung Koroner.
2. Mengetahui definisi, gejala, penyebab, factor fisiologi, upaya preventif dan kuratif dari
penyakit Stroke.
3. Mengetahui definisi, gejala, penyebab, factor fisiologi, upaya preventif dan upaya kuratif
dari penyakit Hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistolik Diastolik
< 130 < 85 Normal
131 -159 86 – 99 Hipertensi ringan
160 – 179 100 – 109 Hipertensi sedang
180 – 209 110 – 119 Hipertensi berat
Hipertensi sangat
> 210 > 120
berat
Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda-beda, sehingga gejala
stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Gejala atau
tanda stroke bervariasi pada setiap orang, namun umumnya muncul secara tiba-tiba. Ada
3 gejala utama stroke yang mudah untuk diingat, yaitu:
1. Face (wajah). Wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu
tersenyum karena mulut atau mata terkulai.
2. Arms (lengan). Orang dengan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah satu
lengannya karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu
sisi dengan lengan tersebut juga mengalami kelemahan.
3. Speech (cara bicara). Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara
sama sekali meskipun penderita terlihat sadar.
Selain itu, ada beberapa gejala dan tanda stroke lain yang mungkin muncul, antara lain:
Faktor keturunan. Jika anggota keluarga pernah mengalami stroke, maka risiko
terkena stroke juga semakin tinggi.
Usia. Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan orang yang lebih muda.
f. Upaya preventif Stroke
Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu,
kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:
Menjaga pola makan.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah
kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya
stroke. Jenis makanan yang rendah lemak dan tinggi serat sangat disarankan untuk
kesehatan. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi garam yang baik adalah
sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari. Makanan yang disarankan adalah
makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi
tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti
dada ayam tanpa kulit.
Olahraga secara teratur.
Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih
efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta
tekanan darah pada tingkat yang sehat. Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan
melakukan aktivitas aerobik setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi dalam beberapa
hari, ditambah dengan latihan kekuatan otot setidaknya dua kali seminggu. Yang
termasuk aktivitas aerobik antara lain jalan cepat atau bersepeda. Sementara yang
termasuk latihan kekuatan, antara lain angkat beban, yoga, ataupun push-up dan sit-up
Namun bagi mereka yang baru sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya
mustahil dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan pertama setelah stroke.
Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi mengalami kemajuan.
g. Upaya kuratif penyakit stroke
Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada
jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang
menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan perdarahan di dalam
atau di sekitar otak (stroke hemoragik).
Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk
menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
Penyuntikkan rtPA.
Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator) melalui infus dilakukan
untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat menerima
pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah pasien merupakan kandidat yang tepat
untuk diberikan rtPA.
Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet,
seperti aspirin.
Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja dengan cara mengubah komposisi
faktor pembekuan dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita
stroke dengan gangguan irama jantung.
Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak
diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan
stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga digunakan
untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko
terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat enzim
pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha- dan beta-
blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium channel blocker).
Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin,
untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk menghambat enzim penghasil
kolesterol di dalam organ hati.
Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah berulangnya
stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini,
tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter dengan sebuah
pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang terdapat di setiap sisi
leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam
mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya aman
dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya, terutama penyakit jantung.
Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan dengan
teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang dimasukkan melalui
pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter
ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri karotis, balon
digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu disangga dengan ring atau
stent.
Pengobatan stroke hemoragik.
Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan
pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke
hemoragik, antara lain:
Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat
antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau
obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan operasi.
Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila memungkinkan
memperbaiki pembuluh darah yang pecah
Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan untuk
mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga dapat
mencegah stroke. Dokter akan memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau obat
antikoagulan, obat kolesterol, serta obat antihipertensi, tergantung dari faktor risiko yang
dimiliki pasien. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis
diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
1.3 Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah iu sendiri adalah
kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pebuluh darah(arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu kewaktu, dipengaruhi oleh aktifitas
apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mililimeter
merkuri(mmHG). Anga 140mmHG mengacu pada bacaan diastolic, ketika jantung dalam
keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
b. Gejala Hipertensi(tekanan darah tinggi)
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukan ciri apapun atau hanya mengalami gejala
ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:
1. Sakit kepala parah
2. Pusing
3. Penglihatan buram
4. Mual
5. Telinga berdengung
6. Kebingungan
7. Detak jantung tidak teratur
8. Kelelahan
9. Nyeri dada
10. Sulit bernapas
11. Ada darah dalam urin
12. Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga.
c. Etiologi
Hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui (essensial, idiopatik, atau primer)
atau berkaitan dengan penyakit lain(sekunder).(Dorlan,1998).
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu :
1. Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhi nya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis,system reninangiotensin,efek dalam ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca
ekstrseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko eperti obesitas, alcohol,
merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifikny dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular
renal, hiperaldosteronisme promer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan(mansjoer A dkk,2001).
d. Patofisiologi
Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik dan /atau diastolic yang tidk normal.Batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti.
Nilai yang dapat dan diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin(sistolik 140-
160mmHg ;diastolic 90-95mmHg). Tekanan darah dipengengaruhi oleh curah jantung
tekanan perifer dan tekanan atrium kanan.
Didalam tubuh terdapat system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskuler
melalui system saraf termasuk system control yang beraksi segera.Kestabilan tekanan
darah jangka panjang dipertahankan oleh system yang menggatur jumlah cairan tubuh
yang melibtkan berbagai organ terutama ginjal.
Berbagai factor seperti factor genetic yang menimbulkan perubahan pada ginjal
dan membrane sel,aktivitas saraf simpatis dan system rennin-angiotensin yang
mempenggaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolism kalium dalam
ginjal, serta obesitas dan factor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan
darah. Strees dengan peninggian saraf simpatis menyebabkan kontruksi fungsional dan
hipertensi structural.
e. Factor resiko
1. Konsumsi garam yang berlebihan
2. Merokok
3. Kurang berolahraga
4. Stress
5. Tekanan darah yang tidak teratur
6. Beratbbadan yang tidak ideal.
f. Upaya preventif
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi
dengan cara :
Memeriksa tekanan darah secara teratur.
Menjaga berat badan ideal.
Mengurangi konsumsi garam.
Jangan merokok.
Berolahraga secara teratur.
Mengurangi stress.
Menghindari makanan berlemak
Pencegahan Primer :
Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
Kurangi konsumsi alkohol.
Konsumsi minyak ikan.
Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium
juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
Pola makanam yamg sehat.
Mengurangi garam dan natrium di diet anda.
Fisik aktif.
Mengurangi Akohol intake.
Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
Pengontrolan darah secara rutin.
Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.
g. Pengobatan Hipertensi
Kesimpulan
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor
risiko alami, utama dan tidak langsung, Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti
merokok sedini mungkin, berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat dan gizi
seimbang, menghindari stress yang berlebihan, menghindari pola hidup tidak sehat, mengurangi
konsumsi alkohol, menjaga tekanan darah, mengontrol gula darah dan menurunkan berat badan
dan pemberian obat-obatan.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang
akibat penyumbatan(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Factor
resiko penyakit strke yg aling umum yaitu, hipertensi, diabetes, obesitas keturunan, dll. Stroke
dapat di cegah dan di obati apabila diketahui secara dini.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan
menekan darah pada dinding rongga dimana darah itu berada. Berdasarkan penyebab hipertensi
di bagi menjadi dua golonagan yaitu : hipertensi essensial dan sekunder.hipertensi dapat dicegah
dan diobati.
DAFTAR PUSTAKA
Soeharto, Iman. 2001. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Yahya, Fauzi. 2009. Menaklukan Pembunuh NO 1 Mencegah dan Mengatasi PJK dengan Cepat
dan Tepat. Bandung : Mizan.
Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta :Gramedia
Pustaka Utama.
Rosyani, A. Y. 2012. Makalah penyakit jantung koroner, (http://afryluryanti.blogspot.co.id/
2012/03/makalah-penyakit-jantung-koroner.html), diakses pada 25 Oktober 2015.
Jakarta : Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru,Gramedia
Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
HIPERTENSI. 2006
Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krause’s Food, Nutrition, & Diet
OLEH
NAMA KELOMPOK:
1. FRANSISKA U. ADININGSI
2. JENI M. TUSSI
3. YORID ABIHUD PATOLA
4. MARIA HILDABURGA WUA
5. ANJELINA METKONO
6. ASRY TAFUI
7. EMANUEL DAPPA
8. FISTA
KUPANG
2019