Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) juga dikenal sebagai penyakit kronis merupakan salah
satu masalah kesehatan Dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian
dalam Dunia kesehatan karena penyakit ini merupakan salah satu dari penyebab kematian
(Jansje, Ticoalu & Samodra, 2012). Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular mengemukakan bahwa yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah;
Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan
stroke), Diabetes Mellitus (DM) serta kanker.

WHO saat ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 peningkatan terbesar kematian
PTM akan terjadi di Afrika. Sejauh ini PTM merupakan penyebab utama kematian di Dunia,
mewakili 63 % dari semua kematian tahunan. Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh lebih
dari 36 juta orang setiap tahun, sekitar 80 % dari semua kematian PTM terjadi di Negara
berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2013). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
[Riskesdas] (2013), menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi 2 dari hasil wawancara (apakah
pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan minum obat hipertensi) terjadi peningkatan dari
7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke pada saat wawancara
(berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan gejala) juga
meningkat dari 8,3 per 1000 (2007) menjadi 12,1 per 1000 (2013). Sejak tahun 2010, penyebab
terbesar kesakitan dan kematian adalah penyakit tidak menular yaitu tekanan darah tinggi, stroke,
kanker, jantung koroner dan diabetes melitus.

Berdasarkan data diatas terlihat dominasi penyakit tidak menular yaitu stroke, jantung,
jantung koroner, kanker, hipertensi, dan diabetes mellitus. Perubahan fenomena ini akibat
perilaku dalam menjalankan pola hidup yang kurang sehat yang berdamak pada munculnya
penyakit tidak menular yang juga memicu kematian. Oleh karena itu kesadaran masyarakat harus
terus di tingkatkan dalam perilaku pola hidup sehat, karena pencegahan jauh lebih baik
disbanding melakukan pengobatan ketika sudah terjangkit penyakit.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi, gejala, etiologi, factor resiko, upaya preventif dan upaya kuratif dari penyakit
Jantung Koroner.
2. Definisi, gejala, etiologi, factor resiko, upaya preventif dan kuratif dari penyakit Stroke.
3. Definisi, gejala, etiologi, factor resiko, upaya preventif dan upaya kuratif dari penyakit
Hipertensi.
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi, gejala, penyebab, factor fisiologi, upaya preventif dan upaya kuratif
dari penyakit Jantung Koroner.
2. Mengetahui definisi, gejala, penyebab, factor fisiologi, upaya preventif dan kuratif dari
penyakit Stroke.
3. Mengetahui definisi, gejala, penyebab, factor fisiologi, upaya preventif dan upaya kuratif
dari penyakit Hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Jantung Koroner


a. Definisi dan Etiologi
 Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot. Letak jantung di dalam rongga dada
sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah pertengahan rongga
dada di atas diafragma,dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan
kosta VI dua jari di bawah papilla mammae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan
jantung yang disebut iktus kordis. Ukuran kurang lebih sebesar genggaman tangan
kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
 Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbutan
ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke
aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung. Sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana
terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan
gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor seperti denyut
jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel
yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan
dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara
lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh
artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan,
kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya.
 Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,
jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit
jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi
iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa
lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan
densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein).
LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa
hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan
risiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan.
 Aterosklerosis
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria
paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan
fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah. Bila
lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan
membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka
penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi
kemampuannya untuk melebar. Dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga
akan membahayakan miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi.
Aterosklerosis pada arteri besar dan kecil ditandai dengan penimbunan endapan
lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika
intima (lapisan sel endothel) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos).
Terhalang atau tersumbatnya pembuluh arteri dapat disebabkan oleh pengendapan
kalsium, kolesterol lemak dan lain-lain substansi, yang dikenal sebagai plak. Dalam
periode tersebut deposit ini tertimbun secara perlahan-lahan yang akhirnya diameter
di arteri koroner yang masih dapat dilalui darah makin lama semakin sempit, sampai
pembuluh tersebut tidak dapat dilewati darah sesuai dengan kebutuhan otot jantung.
Terhalangnya aliran darah seperti di atas disebut sebagai fixed blockage13. Plak
sering timbul pada tempat-tempat dimana terjadi turbulensi maksimum seperti pada
percabangan, daerah dengan tekanan tinggi, daerah yang pernah terkena trauma
dimana terjadi deskuamasi endothel yang menyebabkan adesi trombosit.
b. Faktor-faktor risiko Penyakit Jantung Koroner
Faktor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan
risiko timbulnya penyakit yang bersangkutan. Namun hal itu tidak bersifat absolut.
Artinya bila seseorang memiliki salah satu faktor saja atau kombinasi dari beberapa jenis
faktor risiko, tidak berarti bahwa secara otomatis ia mengidap penyakit jantung koroner.
Tetapi ia memiliki kemungkinan lebih besar terkena penyakit daripada yang tidak
memiliki faktor risiko
Faktor Risiko Alami
 Genetik
Riwayat keluarga yang positif terhadap PJK (saudara atau orang tua yang menderita
penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan timbulnya aterosklerosis prematur.
Pentingnya pengaruh genetic dan lingkungan masih belum diketahui. Tetapi, riwayat
keluarga dapat juga mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya
gaya hidup yang menimbulkan stress atau obesitas.
 Jenis Kelamin
Wanita lebih kebal pada penyakit jantung koroner daripada pria. Hal ini disebabkan
karena wanita memiliki hormon estrogen yang mampu melebarkan pembuluh darah
sehingga potensi terjadi penyempitan lebih kecil. Namun pada wanita yang telah
mengalami menopause, memilki risiko yang sama besar dengan pria
 Usia
Risiko PJK meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang terjadi
sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin
hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor pemicu.
Pada masa tua terjadi degeneratif fungsi jantung dan pembuluh darah.
 Ras
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap PJK daripada orang kulit putih.
Faktor Risiko Utama
 Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum
terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative.
Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek. Dari segi ilmu kimia, kolesterol
merupakan senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk
bermacam-macam fungsi kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati
(liver). Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan
kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan
kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari
kita memasukkan kolesterol lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan
makanan yang mengandung lemak yang kaya akan koelsterol dalam jumlah yang
berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena hidangan yang lezat umumnya
mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka, yaitu kadar kolesterol darah
meningkat sampai di atas angka normal yang diinginkan.
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh
darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal
sebagaiatherosclerosis. Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan
pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak
cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan
dapat menjurus ke serangan jantung. Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative
terhadap kesehatan. Karena alasan tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang
abnormal menjadi factor risiko utama PJK.
 Hipertensi
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga
menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktormiokard).
Serta tekanan darah yang tinggi menimbulkan trauma langsung terhadap dinding
pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis
koroner (factor koroner).

Sistolik Diastolik
< 130 < 85 Normal
131 -159 86 – 99 Hipertensi ringan
160 – 179 100 – 109 Hipertensi sedang
180 – 209 110 – 119 Hipertensi berat
Hipertensi sangat
> 210 > 120
berat

Tabel Kriteria Tekanan Darah Dewasa


 Merokok
Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung pada dinding
arteri, karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin menyebabkan
mobilisasi katekolamin yang menimbulkan reaksitrombosit, glikoprotein tembakau
dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri.
Faktor Risiko Tidak Langsung
 Diabetes Mellitus
Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik
terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah
(glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya
pengendapanatherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung
mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak
terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikan kadar
kolesterol.
 Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan > 21 % pada
perempuan. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol.
Risiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Obesitas
mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti diabetes mellitus, hipertensi,
yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Obesitas dalam arti kurangnya
tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan akan
tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak
 Aktivitas Fisik
Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya 2 kali lebih besar ditemukannya PJK daripada
masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor risiko PJK
lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes dan
prediabetes, dan obesitas. Sangat penting sekali untuk anak-anak dan dewasa untuk
melakukan aktifitas fisik sebagai rutinitas sehari-hari. Salah satu alasan mengapa
orang Amerika tidak cukup aktif dikarenakan mereka hanya menghabiskan waktu di
depan TV dan mengerjakan pekerjaannya di depan computer. Beberapa spesialis
menyarankan anak umur 2 tahun dan yang lebih tua sebaiknya tidak menghabiskan
waktu dengan menonton TV atau memakai computer lebih dari 2 jam. Aktif secara
fisik adalah salah satu hal terpenting yang dapat menjaga kesehatan jantung.
 Stress
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat
“diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga,
amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi yang
paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai kegelisahaan,
kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau
sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres
dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit
lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan depresi. Tidak semua simtom
tersebut hadir bersama – sama. Stres dapat memicu pengeluaran
hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi dapat berakibat mempercepat
kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.
 Diet dan Nutrisi
Diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko PJK. Misalnya, makanan yang tinggi
lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol yang akan meningkatkan kolesterol LDL.
Dengan demikian, maka harus membatasi makanan tersebut Lemak jenuh ditemukan
di beberapa daging, produk susu, coklat, makanan yang dipanggang, dan makanan
goreng dan makanan yang diproses. Lemak trans ditemukan di beberapa makanan
yang digoreng dan diproses. Kolesterol ditemukan pada telur, daging, produk
susu, makanan yang dipanggang, dan beberapa jenis kerang. Hal ini juga penting
untuk membatasi makanan yang tinggi natrium (garam) dan tambahan gula. Diet
tinggi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Tambahan gula akan
memberi kalori tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan mineral. Hal ini dapat
menyebabkan berat badan meningkat, yang meningkatkan risiko PJK. Tambahan gula
banyak ditemukan di makanan penutup, buah-buahan kalengan yang dikemas dalam
sirup, minuman buah, dan minuman soda non diet.
 Alkohol
Alkohol dapat mengurangi risiko PJK. Namun, mengkonsumsi terlalu banyak alkohol
akan menjadi suatu risiko. Ketika diambil secara berlebihan, alkohol merugikan
jantung dan organ lainnya. Hal ini secara langsung dapat menyebabkan kerusakan
otot jantung dan detak jantung yang irreguler dari jantung. Alkohol dapat
menyebabkan obesitas, trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker.41
Alkohol akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga akan menambah kalori yang
dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Ada banyak alasan untuk tetap konsumsi
alkohol dalam batas yang wajar. Pria dianjurkan untuk minum tidak lebih dari 28 unit
seminggu dan perempuan tidak lebih dari 21 unit . Unit didefinisikan sebagai suatu
jenis alkohol (misalnya, bir, wine, dll).
c. Upaya preventif penyakit Jantung coroner
Walaupun penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang mematikan namun
penyakit ini dapat dicegah, Berikut beberapa tips cara mencegah penyakit jantung
koroner:
1. Berhenti merokok sedini mungkin
2. Berolahraga secara teratur
3. Konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang
4. Hindari stress yang berlebihan
5. Hindari pola hidup tidak sehat
6. Kurangi konsumsi alcohol
7. Menjaga tekanan darah
8. Kontrol gula darah
9. Menurunkan berat badan.
d. Upaya Kuratif penyakit jantung coroner
Upaya kuratif jantng coroner melalui Pemberian obat-obatan berupa:
1. Resin
Obat golongan resin ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus halus dan
mengeluarkannya melalui tinja sehingga sirkulasi enterohepatik obat ini menurun.
Akibatnya, terjadi peningkatan fungsi reseptor LDL dan peningkatan bersihan LDL
plasma.
2. Niasin
Berfungsi enurunkan produksi VLDL yang merupakan prekursor LDL. Dengan dosis
besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL atau koleserol baik dalam
darah untuk mencegah serangan jantung.
3. Statin
Bekerja dengan menghambat pembentukan kolesterol di hati dan eningkatkan
pembuangan.

4. Derivat asam fibrat


Golongan asam fibrat diindikasikan untuk hiperlipoproteinemia tipe IIa, Iib, III, IV dan
V. Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid plasma, sehingga produksi
VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun.
5. Ezetimibe
Ezetimibe dapat menurunkan total kolesterol dan LDL juga meningkatkan HDL.
Ezetimibe bekerja dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di usus. Ezetimibe
dapat digunakan sendiri jika antihiperlidemik lain tidak bisa ditoleransi tubuh atau
dikombinasi denga golongan statin (penghambat HMGCoa reduktase) jika golongan
statin tidak dapat menurunka kadar lipid darah sendirian.
1.2 Stroke
a. Definisi
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang
akibat penyumbatan(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel
pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah
keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan
penanganan secara cepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan kemungkinan
munculnya komplikasi.
Menurut riset kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan
RI pada tahun 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000
penduduk, menderita stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi
Selatan. Selain itu, stroke juga merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari
15% kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian
yang lebih sering dibandingkan dengan stroke hemoragik, namun stroke hemoragik
membunuh lebih sering dibandingkan dengan stroke iskemik. Hipertensi yang diikuti
dengan diabetes dan kolesterol tinggi merupakan kondisi yang paling sering
meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.
b. Gejala
Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda-beda, sehingga gejala
stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Gejala atau
tanda stroke bervariasi pada setiap orang, namun umumnya muncul secara tiba-tiba. Ada
3 gejala utama stroke yang mudah untuk diingat, yaitu:

Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda-beda, sehingga gejala
stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Gejala atau
tanda stroke bervariasi pada setiap orang, namun umumnya muncul secara tiba-tiba. Ada
3 gejala utama stroke yang mudah untuk diingat, yaitu:

1. Face (wajah). Wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu
tersenyum karena mulut atau mata terkulai.
2. Arms (lengan). Orang dengan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah satu
lengannya karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu
sisi dengan lengan tersebut juga mengalami kelemahan.
3. Speech (cara bicara). Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara
sama sekali meskipun penderita terlihat sadar.

Selain itu, ada beberapa gejala dan tanda stroke lain yang mungkin muncul, antara lain:

1. Mual dan muntah.


2. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo).
3. Penurunan kesadaran.
4. Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
5. Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
6. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.
c. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:
1. Stroke iskemik. Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik
terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak
sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat
dibagi lagi ke dalam 2 jenis, di antaranya:
 Stroke trombotik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di
salah satu pembuluh darah arteri yang memasok darah ke otak. Pembentukan
gumpalan darah ini disebabkan oleh timbunan lemak atau plak yang menumpuk di
arteri (aterosklerosis) dan menyebabkan menurunnya aliran darah.
 Stroke embolik, yaitu stroke yang terjadi ketika gumpalan darah atau gumpalan
yang terbentuk di bagian tubuh lain, umumnya jantung, terbawa melalui aliran
darah dan tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan arteri otak
menyempit. Jenis gumpalan darah ini disebut embolus. Salah satu gangguan irama
jantung, yaitu fibrilasi atrium, sering menyebabkan stroke embolik.
2. Stroke Hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah
dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi
yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi:
a. Hipertensi yang tidak terkendali.
b. Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak).
c. Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah).

Ada dua jenis stroke hemoragik, antara lain:

1. Perdarahan intraserebral. Pada perdarahan intraserebral, pembuluh darah di otak pecah


dan menumpahkan isinya ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga merusak sel otak.
Perdarahan subarachnoid. Pada perdarahan subarachnoid, pembuluh darah arteri yang
berada dekat permukaan otak, pecah dan menumpahkan isinya ke rongga subarachnoid,
yaitu ruang antara permukaan otak dan tulang tengkorak.
2. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA memiliki gejala yang serupa dengan jenis stroke lainnya, namun TIA umumnya
hanya berlangsung selama lima menit. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan suplai
darah ke otak akibat gumpalan darah yang menghambat aliran darah ke otak. TIA tidak
mengakibatkan kerusakan jaringan otak secara permanen dan gejalanya pun tidak
berlangsung lama. Meskipun demikian, segera hubungi dokter untuk mencegah
serangan stroke dan mengendalikan faktor risikonya.
d. Etiologi
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih sedikit
daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang lebih muda
bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun 9 predisposisi untuk stroke termasuk penyakit
sel sabit, sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria,
hiperlipidemia dan trombositosis. Namun belum ada perawatan yang memadai untuk
hemoglobinopati, tetapi homosistinuria dapat diobati dengan diet dan hiperlipidemia
akan merespon untuk diet atau mengurangi lemak obat jika perlu. Identifikasi dan
pengobatan hiperlipidemia pada usia dini dapat memperlambat proses aterosklerosis dan
mengurangi risiko stroke atau infark miokard pada usia dewasa (Gilroy, 1992).
e. Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor
risiko di bawah ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor
tersebut meliputi:
Faktor kesehatan, yang meliputi:
 Hipertensi.
 Diabetes.
 Kolesterol tinggi.
 Obesitas.
Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau
aritmia.
Sleep apnea.
Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.
Faktor gaya hidup, yang meliputi:
 Merokok.
 Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
 Konsumsi obat-obatan terlarang.
 Kecanduan alkohol.

Faktor lain yang berhubungan dengan risiko stroke, antara lain:

 Faktor keturunan. Jika anggota keluarga pernah mengalami stroke, maka risiko
terkena stroke juga semakin tinggi.
 Usia. Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan orang yang lebih muda.
f. Upaya preventif Stroke
Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu,
kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:
Menjaga pola makan.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah
kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya
stroke. Jenis makanan yang rendah lemak dan tinggi serat sangat disarankan untuk
kesehatan. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi garam yang baik adalah
sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari. Makanan yang disarankan adalah
makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi
tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti
dada ayam tanpa kulit.
Olahraga secara teratur.
Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih
efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta
tekanan darah pada tingkat yang sehat. Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan
melakukan aktivitas aerobik setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi dalam beberapa
hari, ditambah dengan latihan kekuatan otot setidaknya dua kali seminggu. Yang
termasuk aktivitas aerobik antara lain jalan cepat atau bersepeda. Sementara yang
termasuk latihan kekuatan, antara lain angkat beban, yoga, ataupun push-up dan sit-up
Namun bagi mereka yang baru sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga teratur biasanya
mustahil dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan pertama setelah stroke.
Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi mengalami kemajuan.
g. Upaya kuratif penyakit stroke
Penanganan khusus terhadap pasien stroke dilakukan oleh dokter saraf tergantung pada
jenis stroke yang dialami pasien, apakah stroke disebabkan gumpalan darah yang
menghambat aliran darah ke otak (stroke iskemik) atau disebabkan perdarahan di dalam
atau di sekitar otak (stroke hemoragik).
Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk
menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
Penyuntikkan rtPA.
Penyuntikan rtPA (recombinant tissue plasminogen activator) melalui infus dilakukan
untuk mengembalikan aliran darah. Namun, tidak semua pasien dapat menerima
pengobatan ini. Dokter akan menentukan apakah pasien merupakan kandidat yang tepat
untuk diberikan rtPA.
Obat antiplatelet. Untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatelet,
seperti aspirin.
Obat antikoagulan. Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin, yang bekerja dengan cara mengubah komposisi
faktor pembekuan dalam darah. Obat antikoagulan biasanya diberikan pada penderita
stroke dengan gangguan irama jantung.
Obat antihipertensi. Pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak
diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak. Namun, setelah keadaan
stabil tekanan darah akan diturunkan ke level optimal. Obat hipertensi juga digunakan
untuk mencegah stroke berulang, mengingat hipertensi merupakan faktor risiko
terbanyak penyebab stroke. Contoh obat hipertensi adalah obat penghambat enzim
pengubah angiotensin (ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha- dan beta-
blocker), diuretik thiazide, dan obat antagonis kalsium (calcium channel blocker).
Statin. Dokter akan memberikan obat kolesterol golongan statin, seperti atorvastatin,
untuk mengatasi kolesterol tinggi. Statin berguna untuk menghambat enzim penghasil
kolesterol di dalam organ hati.
Endarterektomi karotis. Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah berulangnya
stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui prosedur ini,
tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang oleh dokter dengan sebuah
pembedahan di leher pasien. Arteri katoris merupakan arteri yang terdapat di setiap sisi
leher yang menuju ke otak. Meski efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam
mencegah stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya aman
dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya, terutama penyakit jantung.
Angioplasti. Selain endarterektomi karotis, arteri karotis juga dapat dilebarkan dengan
teknik angioplasti. Angioplasti dilakukan melalui kateter yang dimasukkan melalui
pembuluh darah di pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan ke arteri karotis. Kateter
ini membawa sebuah balon khusus dan stent. Setelah berada dalam arteri karotis, balon
digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu disangga dengan ring atau
stent.
Pengobatan stroke hemoragik.
Pada kasus stroke hemoragik, penanganan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan
pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke
hemoragik, antara lain:
Obat-obatan. Dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di otak,
menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien mengonsumsi obat
antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan transfusi faktor pembekuan atau
obat-obatan untuk membalik efek obat pengencer darah tersebut.
Operasi. Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan operasi.
Operasi dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan bila memungkinkan
memperbaiki pembuluh darah yang pecah
Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan untuk
mengendalikan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga dapat
mencegah stroke. Dokter akan memberikan obat yang meliputi obat antiplatelet atau obat
antikoagulan, obat kolesterol, serta obat antihipertensi, tergantung dari faktor risiko yang
dimiliki pasien. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis
diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
1.3 Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah iu sendiri adalah
kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pebuluh darah(arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu kewaktu, dipengaruhi oleh aktifitas
apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mililimeter
merkuri(mmHG). Anga 140mmHG mengacu pada bacaan diastolic, ketika jantung dalam
keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
b. Gejala Hipertensi(tekanan darah tinggi)
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukan ciri apapun atau hanya mengalami gejala
ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:
1. Sakit kepala parah
2. Pusing
3. Penglihatan buram
4. Mual
5. Telinga berdengung
6. Kebingungan
7. Detak jantung tidak teratur
8. Kelelahan
9. Nyeri dada
10. Sulit bernapas
11. Ada darah dalam urin
12. Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga.
c. Etiologi
Hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui (essensial, idiopatik, atau primer)
atau berkaitan dengan penyakit lain(sekunder).(Dorlan,1998).
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu :
1. Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhi nya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis,system reninangiotensin,efek dalam ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca
ekstrseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko eperti obesitas, alcohol,
merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifikny dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular
renal, hiperaldosteronisme promer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan(mansjoer A dkk,2001).
d. Patofisiologi
Hipertensi sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik dan /atau diastolic yang tidk normal.Batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti.
Nilai yang dapat dan diterima berbeda sesuai usia dan jenis kelamin(sistolik 140-
160mmHg ;diastolic 90-95mmHg). Tekanan darah dipengengaruhi oleh curah jantung
tekanan perifer dan tekanan atrium kanan.
Didalam tubuh terdapat system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskuler
melalui system saraf termasuk system control yang beraksi segera.Kestabilan tekanan
darah jangka panjang dipertahankan oleh system yang menggatur jumlah cairan tubuh
yang melibtkan berbagai organ terutama ginjal.
Berbagai factor seperti factor genetic yang menimbulkan perubahan pada ginjal
dan membrane sel,aktivitas saraf simpatis dan system rennin-angiotensin yang
mempenggaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolism kalium dalam
ginjal, serta obesitas dan factor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan
darah. Strees dengan peninggian saraf simpatis menyebabkan kontruksi fungsional dan
hipertensi structural.
e. Factor resiko
1. Konsumsi garam yang berlebihan
2. Merokok
3. Kurang berolahraga
4. Stress
5. Tekanan darah yang tidak teratur
6. Beratbbadan yang tidak ideal.
f. Upaya preventif
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi
dengan cara :
 Memeriksa tekanan darah secara teratur.
 Menjaga berat badan ideal.
 Mengurangi konsumsi garam.
 Jangan merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Mengurangi stress.
 Menghindari makanan berlemak
Pencegahan Primer :
 Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
 Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
 Kurangi konsumsi alkohol.
 Konsumsi minyak ikan.
 Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium
juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
 Pola makanam yamg sehat.
 Mengurangi garam dan natrium di diet anda.
 Fisik aktif.
 Mengurangi Akohol intake.
 Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
 Pengontrolan darah secara rutin.
 Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.
g. Pengobatan Hipertensi

1. Diuretic{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)} Merupakan


golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi
karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan
konsumsi potasium harus dilakukan

2. Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.Merupakan obat yang


dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui prose memperlambat kerja
jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah

3. Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme


(ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah
tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga
memperlebar pembuluh darah.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Faktor risiko PJK dibagi menjadi faktor
risiko alami, utama dan tidak langsung, Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti
merokok sedini mungkin, berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat dan gizi
seimbang, menghindari stress yang berlebihan, menghindari pola hidup tidak sehat, mengurangi
konsumsi alkohol, menjaga tekanan darah, mengontrol gula darah dan menurunkan berat badan
dan pemberian obat-obatan.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang
akibat penyumbatan(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Factor
resiko penyakit strke yg aling umum yaitu, hipertensi, diabetes, obesitas keturunan, dll. Stroke
dapat di cegah dan di obati apabila diketahui secara dini.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan darah atau kekuatan
menekan darah pada dinding rongga dimana darah itu berada. Berdasarkan penyebab hipertensi
di bagi menjadi dua golonagan yaitu : hipertensi essensial dan sekunder.hipertensi dapat dicegah
dan diobati.
DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, Iman. 2001. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Yahya, Fauzi. 2009. Menaklukan Pembunuh NO 1 Mencegah dan Mengatasi PJK dengan Cepat
dan Tepat. Bandung : Mizan.
Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta :Gramedia
Pustaka Utama.
Rosyani, A. Y. 2012. Makalah penyakit jantung koroner, (http://afryluryanti.blogspot.co.id/
2012/03/makalah-penyakit-jantung-koroner.html), diakses pada 25 Oktober 2015.
Jakarta : Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru,Gramedia

Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian

Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT

HIPERTENSI. 2006

Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical

Therapist. US : W. B. Saunders company

Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press

Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krause’s Food, Nutrition, & Diet

Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company


TUGAS

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


(penyakit Jantung Koroner, stroke dan Hipertensi )

OLEH

NAMA KELOMPOK:
1. FRANSISKA U. ADININGSI
2. JENI M. TUSSI
3. YORID ABIHUD PATOLA
4. MARIA HILDABURGA WUA
5. ANJELINA METKONO
6. ASRY TAFUI
7. EMANUEL DAPPA
8. FISTA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019

Anda mungkin juga menyukai