Oleh:
PRESEPTOR:
3.2 Insiden
Insiden karsinoma pankreas 7,6 per 100 ribu pertahun di Eropa Barat,kira-kira 2,5% dari
semua kasus baru yang terdiagnosa tumor dan 5% dari semua kanker. Kanker pankreas
merupakan penyebab nomor empat yang menyebabkan kematian di Amerika dan ke delapan
diseluruh dunia. Mayoritas berasal dari duktus (85%) dimana pria dibanding wanita 1,5 : 1 dengan
usia antara 60-70 tahun. The American Cancer Society mengestimasi tahun 2010 kira-kira 43.140
kasus baru dari kanker pankreas (21.370 pria dan 21.770 wanita) terdiagnosa dan 36.800 orang
meninggal karena kanker pankreas. Insiden Internasional di dunia menempati urutan ke-13 dan
menempati urutan ke-8 yang menyebabkan kematian. Negara lain 8-12 kasus per 100.000 orang
pertahun. Insiden karsinoma pankreas 7,6 per 100.000 pertahun di Eropa Barat, kira-kira 2,5%
dari semua kasus tumor baru yang terdiagnosa dan 5% dari semua kanker. Lebih sering terjadi
pada laki-laki (1,5: 1) dengan usia antara 60-70 tahun.
3.3 Etiologi
Penyebab sebenarnya dari kanker pankreas masih belum jelas. Penelitian epidemiologik
menunjukkan adanya hubungan kanker pankreas dengan beberapa faktor eksogen (lingkungan )
dan faktor endogen pasien. Etiologi kanker faktor eksogen contohnya kebiasaan merokok, diet
tinggi lemak, alkohol, kopi, dan zat karsinogen industri. Faktor endogen pasien seperti usia,
penyakit pankreas (pankreatitis kronis dan diabetes mellitus) dan mutasi genetik. Insiden kanker
meningkat pada usia lanjut.1,8
3.4 Patogenesis
Sesuai dengan model patogenetik, normal duktal epitelium dapat berkembang sampai tahap
subsekuen kedalam kanker invasif. Normal sel kuboid berkembang ke dalam flat hiperplasia (PIN
IA) kemudian duktal hiperplasia dengan pseudostratified arsitektur (PIN IB), hiperplasia dengan
atipia (PIN 2) dan berakhir menjadi karsinoma insitu, (PIN 3). PIN 3 berhubungan dengan suatu
resiko tinggi dari perkembangan suatu karsinoma invasif. Onkogen yang berbeda dapat
teraktivasi. Berhubungan dengan suatu reaksi desmoplastik intense dan meluas mengobstruksi
duktus pankreatikus yang berikut ke hulu terjadi dilatasi duktus dan atrophy parenkim. Jika
berasal dari kaput biasanya duktus biliaris dapat mengalami stenosis, dengan dilatasi biliari tree.
Kanker pankreas mempunyai profil imunohistologi kimia yang mirip dengan kanker hepatobilier
(yaitu cholangiocarcinoma) dan beberapa kanker lambung, jadi mungkin tidak selalu dapat
dipastikan bahwa tumor yang ditemukan di pankreas muncul dari pankreas itu sendiri. Lesi
pencetus yang berkaitan dengan tumor pankreas , tumbuh dari epitel duktal pankreas. Bentuk
morfologi utama adalah pankreatik intraepitelial neoplasia (PIN). Lesi ini timbul dari mutasi
genetik spesifik dan perubahan seluler yang semuanya berkontribusi terhadap berkembangnya
karsinoma duktal invasif. Perubahan awal berkaitan dengan mutasi gen KRAS 2 dan pemendekan
telomere. Kemudian P 16/CDKN 2A diinaktifkan, sehingga terjadi inaktivasi TP53 dan MAD4.
Mutasi ini berhubungan dengan perkembangan displasia dan berkembangnya duktal karsinoma
eksokrin pankreas.7, 9
3.5 Klasifikasi
Keganasan pada pankreas yang terbanyak adalah duktal adenokarsinoma dan merupakan 70
– 90 % dari seluruh keganasan pada pankreas. Duktal adenokarsinoma biasanya terlihat sebagai
massa solid dengan perfusi vasculer yang kurang dibandingkan dengan parenkim pankreas
normal. Kurang lebih 70 % terletak pada kaput, kolum dan prosesus unsinatus dan sering
menyebabkan penyumbatan pada duktus kholedekus dan duktus pankreatikus. Biasanya tumor ini
memberikan infiltrasi ke jaringan parenkim pankreas disekitarnya.
Tumor pankreas yang agak jarang adalah kisadenoma dan biasanya terletak pada korpus dan
kauda pankreas, Kisadenoma mempunyai 2 tipe yaitu tipe musimus dan serosa. Yang lebih sering
adalah tipe musinus (makrokistik adenoma) dan tendensi untuk menjadi ganas. Dan tipe ini
biasanya terdiri dari satu atau lebih kista dengan diameter biasanya lebih dari 2 cm dengan
dinding yang menebal dan kemungkinan dengan kalsifikasi.
”Islet cell tumor” relatif jarang, ada 2 tipe yaitu insulinoma dan gastrinoma. Gastrinoma
biasanya ganas dan vascularisasi yang kurang dibandingkan dengan insulinoma, letaknya biasanya
pada kaput pankreas. Tumor pankreas di luar kaput pankreas tidak memberikan gejala klinis yang
khas untuk waktu yang cukup lama.
3.6 Manifestasi Klinis
Gejala awal kanker pankreas tidak spesifik dan samar sehingga sering terlambat didiagnosis,
akibatnya penyakit menjadi lanjut, penanganan sulit dan angka kematian tinggi. Gejala awal dapat
berupa rasa penuh, kembung di ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare dan badan lemah.
Keluhan ini tidak khas, karena dapat dijumpai juga pada pankreatitis dan tumor intraabdominal
lainnya. Keluhan awal biasanya lebih dari 2 bulan sebelum didiagnosa sebagai kanker.1
Gejala klinis awal mulai terlihat pada massa yang berasal dari kaput pankreas dengan
ukuran diameter lebih kecil dari 2-3 cm pada saat didiagnosis, pada korpus dan tail diameter 5-7
cm. Obstruksi jaundice, dengan pasase atau aliran urine yang gelap, dan kotoran yang pucat
merupakan gambaran klinis yang sering terjadi pada karsinoma kaput pankreas, biasanya
progresif, pruritus yang mengganggu, kandung empedu biasanya palpabel, pada pasien dengan
dengan obstruktive jaundice, berhubungan dengan kanker pankreas. Penurunan berat badan
bervariasi, bisa sampai sekitar 44 kg, karena intake yang inadekuat dan malabsorpsi serta
penurunan fungsi liver. Nyeri abdomen kira-kira 70% pada saat terdiagnosis, infiltrasi dari
neoplasma dapat menyebabkan back pain menunjukkan prognosis yang buruk. Diabetes mellitus
atau kelainan glukosa toleran terdapat pada sepertiga pasien. Terdapat steatore dan kegagalan
absorpsi lemak menyebabkan koagulopathy. 8,10
Tanda klinis sangat tergantung pada letak tumor dan perluasan atau stadium kanker. Pasien
umumnya gizi kurang, anemik, ikterik, teraba tumor massa padat pada epigastrium, sulit
digerakkan karena letak tumor di retroperitoneum. Dapat dijumpai ikterus dan massa yang dapat
dipalpasi di sekitar kandung empedu pada pasien dengan jaundice diduga sebagai obstruksi
neoplastik pada banyak duktus (Courvoisier Sign) yang disebabkan oleh kanker pankreas,
ditemukan pada separuh kasus, hepatomegali, splenomegali, ascites. Kelainan lain terdapat nodul
periumbilikus (Sister Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory thrombophlebitis
(Trousseau’s syndrome), perdarahan gastrointestinal dan edema tungkai.1,10
3. CT-SCAN
Gambaran CT scan pada karsinoma pankreas berupa massa yang hipodens, poorly enhance
fokal area dibanding jaringan yang pankreas normal pada pemberian kontras CT, illdefined, 10-
15% isodens sehingga sulit dideteksi. Tumor ukuran kurang dari 2 cm sulit dideteksi. Terdapat
indirect sign berupa double duct sign, atrophy tail pankreas dan gambaran caput yang membesar.
Tehnik MS CT memungkinkan dilakukan berbagai fase dengan pemberian kontras dalam waktu
yang lebih singkat serta kualitas imejing yang lebih baik. Sedangkan CT angiografi pada beberapa
penelitian memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan dalam mengidentifikasi invasi ke
vena jika dibandingkan dengan pemeriksaan CT konvensional saja, akan tetapi tidak memperbaiki
kemampuan dalam mendeteksi invasi ke arterial. Pada pemeriksaan CT yang perlu diperhatikan
adalah perubahan bentuk dan ukuran, perubahan attenuasi, obliterasi peripankreatik fat serta
hilangnya struktur normal disekitarnya. CT scan juga dapat melihat infiltrasi ke kelenjar getah
bening, dilatasi duktus pankreatikus, kista pankreas dan obstruksi duktus koledokus.
3.8 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari karsinoma kaput pankreas yaitu:
- Pankreatitis
- Pancreatic Pseudocyst
- Cholangio carcinoma
3.9 Tatalaksana
Terdapat berbagai metode pengobatan terhadap pasien dengan kanker pankreas, yaitu bedah
reseksi kuratif, bedah paliatif, kemoterapi paliatif dan simptomatik. Reseksi komplit merupakan
penanganan terbaik untuk karsinoma pankreas dengan 5 tahun survival 15-20%, namun hanya
bisa pada kasus kanker pankreas sebanyak 10-15% biasanya dengan gejala ikterus. Bedah paliatif
hanya untuk membebaskan obstruksi bilier dengan cara bedah pintas bilier, pemasangan sten
perkutan dan perendoskopik.1
Adenokarsinoma pankreas tidak direseksi dengan pertinbangan pada kasus dimana invasi
ekstrapankreas dari pembuluh darah mayor seperti arteri celiakus, arteri hepatika, vena porta,
SMA, atau SMV, invasi vena massive dengan trombosis atau metastasis jauh ke liver, limfonodi
regional, dan peritoneum. Suatu tumor dengan invasi yang terbatas kedalam SMV dapat
diklasifikasikan sebagai resectabel. Untuk kanker pankreas yang lokal, kemoterapi, radioterapi,
atau keduanya merupakan alternatif untuk tindakan pembedahan. Pasien dengan metastasis jauh
dapat dipertimbangkan untuk tindakan radiasi dan kemoterapi meskipun regimen kemoterapi
untuk adenokarsinoma pankreas adalah dengan 5 fluorourasil (5 FU) atau gentamisin,
memberikan hanya sedikit keuntungan dan memberikan sedikit perbaikan dalam kualitas hidup.
Meskipun tumor marker CA 19-9 sensitif tapi tidak spesifik untuk diagnosis adenokarsinoma
pankreas, jarang positif pada tumor dengan diameter ukuran kurang dari 1 cm. Pencitraan
diagnostik berperan dalam penyakit ini, tehnik pencitraan untuk diagnosis dan staging termasuk
US, contrast MDCT, MRI, PET CT, ERCP dan endoscopic ultrasound (EUS). Pendekatan
imaging diagnostik untuk adenokarsinoma pankreas tergantung pada indikasi pasien yang secara
klinis suspek kanker pankreas dan membutuhkan pencitraan diagnostik, pasien yang didiagnosa
kanker pankreas dan membutuhkan staging dan pasien dengan resiko tinggi untuk tumor ini dan
membutuhkan screening.4
Pada beberapa pasien, diagnosis ditentukan preoperative oleh FNA atau tehnik lainnya,
ketika kanker meluas ke permukaaan kelenjar, suatu simpel irisan biopsi dari lesi aman dan
reliabel. Jika lesi berlokasi dalam needle biopsi atau FNA dapat dilakukan.
Pankreatikoduodenektomi (Whipple resection) adalah tehnik operasi yang paling sering
dilakukan untuk karsinoma kaput pankreas.8
3.10 Komplikasi
1. Gangguan metabolism glukosa
2. Jaundice
3. Nyeri
4. Metastasis
3.11 Prognosis
Prognosis berarti hasil yang diharapkan dari suatu penyakit. Prognosis tergantung pada
stadium kanker, lokasi tumor, dan faktor-faktor lain seperti usia, kebugaran dan riwayat
kesehatan.
Secara umum, lebih cepat suatu kanker didiagnosis, semakin baik prognosisnya. Hal ini
karena kanker mungkin belum menyebar di luar pankreas dan pengobatan dapat dimulai lebih
awal. Namun, kanker pankreas dan tumor terutama eksokrin, biasanya tidak ditemukan sampai
tiba pada stadium lanjut karena gejalanya tidak jelas atau tidak diketahui. Rata-rata survival terapi
paliatif adalah 7 bulan. Dengan prosedure Whipple 18 bulan. Faktor yang berhubungan dengan
rekurensi tumor dan survival yang singkat termasuk perluasan ke limfonodi, ukuran tumor lebih
dari 2,5 cm, invasi pembuluh darah, dan membutuhkan transfusi darah. Jika tepi bersih kira-kira
20% survival lebih dari 5 tahun. Banyak pasien dengan kanker pankreas meninggal dalam waktu 1
tahun setelah terdiagnosa. Dari keseluruhan survival 5 tahun hanya 10%, tetapi hanya 60% pasien
ini yang secara aktual bebas dari tumor. Kanker stadium lanjut lebih sulit untuk mengobati
berhasil, tetapi pengobatan paliatif dapat meringankan berbagai gejala dan membantu
meningkatkan kualitas hidup
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama : Tn. MS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Siberut Barat Daya
3.2 ANAMNESIS
Keluhan utama
Mata dan seluruh tubuh tampak kuning yang semakin meningkat sejak 1 minggu ini.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUP M. Djamil dengan keluhan mata dan seluruh tubuh tampak
kuning yang semakin meningkat sejak 1 minggu ini. Awalnya, mata tampak kuning
sejak 2 bulan yang lalu kemudian berangsur-angsur hingga seluruh tubuh, warna kuning
kehijauan yang tidak disertai rasa gatal.
Perut sebelah kanan terasa membengkak sejak 2 bulan yang lalu, kadang terasa nyeri.
Mual ada, muntah tidak ada. Riwayat muntah ada kadang-kadang dalam 2 bulan ini,
frekuensi 3 kali sehari berisi apa yang dimakan, tidak menyemprot.
Nafsu makan menurun sejak dua bulan ini.
Penurunan berat badan ada dalam dua bulan terakhir dari sekitar 5-6 kg.
Nyeri ulu hati ada, terasa seperti ditusuk-tusuk, tidak menjalar, tidak mengganggu
aktivitas, hilang timbul.
Demam tidak ada
Keringat malam tidak ada.
Batuk dan sesak napas tidak ada.
BAB berwarna dempul ada sejak 2 bulan ini, saat ini pasien tidak bisa BAB.
BAK seperti teh pekat ada, frekuensi biasa.
Pasien sebelumnya dirawat di RS swasta selama 1 minggu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM ada, sejak tahun 2012, pasien rutin minum 2 obat, metformin dan
gibenklamid
Riwayat hipertensi tidak ada
Riwayat transfusi sebelumnya tidak ada
Riwayat penggunaan jarum suntik tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
Tidak ada riwayat hipertensi,DM, dan keganasan pada anggota keluarga yang lain.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan :\
Pasien seorang pegawai swasta
Pasien merokok bungkus selama kurang lebih 40 tahun, merokok 48 batang per hari
Pasien sering mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi
Kebiasaan minum alkohol ada, tidak rutin
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos mentis Coperative
Tanda Vital
TD : 110 / 60 mmHg N : 80 x/ menit.
RR : 18 x / menit S : 36,7 oC
BB/TB : 56 kg / 170 cm
BMI : 19,3 kg/m2
BBI : (170-100) x 90% = 63 kg
Kulit : Turgor baik, kulit tampak ikterik
Kepala : Normocephal.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (+/+)
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Mukosa bibir dan mulut basah
Gigi : Caries ada
Leher : JVP 5-2 CmH2O
Tidak teraba pembesaran KGB
Tenggoroakan : Tidak ditemukan kelainan
Thoraks
Paru : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis.
Palpasi : Fremitus kanan = kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara napas vesikular, Rh -/-, Wh -/-.
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC
V seluas 1 jari (1-2cm), kuat angkat
Perkusi :
Atas : RIC II linea parasternal sinistra
Kanan : LSD
Kiri : jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur tidak ada, gallop
tidak ada
Abdomen
Inspeksi : distensi tidak ada, spider nevi dan kolateral vein tidak ada
Palpasi : Supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, Couvosier sign (+),
undulasi tidak ada
Perkusi : Timpani, shifting dullnes tidak ada
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Ekstermitas
Akral : Hangat, oedema -/-, palmar eritem tidak ada
Sianosis : -/-.
Perfusi : CRT < 2 detik
Sensibilitas :
Dextra Sinistra
Ekstremitas Atas + +
Ekstremitas Bawah + +
Pulsasi Arteri
Dextra Sinistra
A. Femoralis + +
A. Poplitea + +
A. Tibialis Posterior + +
A. Dorsalis Pedis + +
Kesan : APTT melebihi nilai rujukan, albumin <, SGOT >, SGPT >, total protein <, natrium <,
klorida <. Natrium <, Bilirubin total >, bil.direk >, bil indirek > CA-125
B. Radiologi
1. Mayer, J Robert. Pancreatic Cancer. In: Kasper L, Denis et all. Harrison’s Principles of
Internal Medicine .16th Edition. United States of America: McGraww Hill Companies, Inc.
2005; Chapter 79
2. Padmomarono, F Soemanto. Kanker Pankreas. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jakarta: Interna Publishing.2006; hal 492-6
3. Lindseth, N Glenda . Gangguan hati, Kandung Empedu, dan Pankreas. In: Price, Sylvia A.,
Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Volume 1. Jakarta. Penerbit EGC. 2003; hal 507-8
4. Boer, Aswar. Ultrasonografi Pankreas. In: Ekayuda, Iwan. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua.
Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2009: hal 483-8
5. Hariharan, D; Saied, A.; Kocher, H. Analysis of mortality rates for pancreatic cancer across the
world. The Official Journal of the International Hepato Pancreato Biliary Association.
Blackwell Publishing. Available from www.ncbi.nlm.nih.gov, updated december 20, 2007
6. Varadarajulu, Shyam; Wallace ,Michael B. Application of endoscopic Ultrasonography in
Pancreatic Cancer. Cancer control: Journal of the Moffitt Cancer center. Available from
www.medscape.com updated September, 2004
7. Iljas, Mohammad. Ultrasonografi Traktus Biliaris dan Hati. Dalam: Ekayuda, Iwan. Radiologi
Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2009: hal 458-72
8. Sanityoso, Andri. Hepatitis virus akut. In: Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Keempat. Jakarta: Interna Publishing. 2006.