A. Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino
embrional (Mansjoer, 2005).Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai
retina pada suatu atau kedua mata( Suriadi dan Rita Yuliani ).Retinoblastoma adalah
Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5 tahun ( Sidarta Ilyas,
2002 ).
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat patal.
(Daniel G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul Riordan-Eva).Retinoblastoma adalah
tumor ganas elemen-elemen embrional retina. Gangguan ini merupakan tumor ganas
utama intra okuleryang terjadi pada anak-anak terutama pada umur dibawah 5 tahun
dan sebagian besar didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun. ( Ns. Indriana N.
Istiqomah, S.Kep).Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang
berasal di jala, terang sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat
dan terjadi pada anak-anak muda. (Abramson DH, 1985).Retinoblastoma adalah
tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993).
1. Kornea
2. PUPIL
Pupil, yang merupakan bagian lingkaran hitam di bola mata kita, sebenarnya
adalah tempat lewatnya cahaya ke dalam mata. Pupil berfungsi untuk mengatur
banyak-sedikitnya cahaya yang masuk. Misalnya, ketika kita terpapar banyak cahaya,
maka secara otomatis pupil akan mengecil sehingga cahaya yang masuk ke dalam
mata tidak terlalu banyak. Begitu pula sebaliknya.
3. IRIS
Iris merupakan bagian berwarna yang berada di sekitar pupil. Kalau kamu
melihat orang yang punya warna mata berbeda (Maksudnya bukan yang punya mata
sharingan kayak Sasuke ya. Kalau itu pakai softlens). Nah, iris ini lah yang berperan
memberi warna pada mata. Maka dari itu, iris terkadang disebut sebagai “selaput
pelangi”.
4. Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran
daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian
anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu
penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm
yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat
bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub
belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf
optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri retina
sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun
dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang
merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang
disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas
dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan
reseptor.Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri
atas lapisan:
1) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3) Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
1) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
2) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
3) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps
sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
4) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
5) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
6) Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan
iskemia dan merah pada hyperemia.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina
seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan
objektif adalah:
Elektroretino-gram (ERG)
Elektro-okulogram (EOG)
Visual Evoked Respons (VER)
1. Fungsi Retina
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang
dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih
banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.
1) Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea,
berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan
penglihatan warna.
2) Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau
cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut
rhodopsin.
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian
anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa
dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata
oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika
tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang
menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas
limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang
masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama
dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel
konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina
limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan
aqueous humour.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas
limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang
masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama
dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel
konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina
limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan
aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas
lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke
belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi
perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris
(adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya
yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior
dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat
sirkuler dan radier.
5. LENSA MATA
Lensa mata adalah bagian yang bersifat lunak dan transparan. Posisinya berada
di belakang iris. Bagian mata ini berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan
cahaya agar bayangan suatu benda dapat jatuh di tempat yang tepat.
6. SARAF OPTIK
C. Etiologi
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel
dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau
diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat
timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah
sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk
virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi.
Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel
berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya
cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang
juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa
menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata
dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
D. Patofisiologi
Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe
endofilik dan dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui
tumor vitreous. Selain itu tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa
langsung ke nervus optikus dengan perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan
infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan
sumsung tulang.
F. Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino blastoma
dapat dilakukan dengan cara terapi.Beberapa cara terapi adalah :
1) Enukleasi mengangkat bola mata dan dioganti dengan bola mata prothese
(buatan).
2) Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi
ini sangat efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat
penyinaran.
3) Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran
Kanker yang kecil.
4) Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker
ukuran kecil terapi ini berhasil baik.
5) Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.
G. Penatalaksanaan
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk klien
dengan metastasis keluar, misalnnya dengan gejala proptosis bola mata. Jika satu mata
yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor :
a) Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi
laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi.
b) Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata
yang tidak terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di
rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien
harus dievaluasi seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan
menderita tumor ganas primer terutamaasteosarkoma.
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Komplikasi
J. KLASIFIKASI RETINOBLASTOMA
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
Klasifikasi ekstraokuler menurut Retinoblastoma Study Committee :
Group I : saat enukleasi tumor ditemuka disklera, atau sel tumor ditemukan di
emisaria sklera
Group II : tepi irisan N II tidak bebas tumor
Group III : biopsi mengungkapkan tumor sampai dinding orbita
Group IV : tumor ditemukan di cairan serebrospinal
Group V : tumor menyebar secara hematogen ke organ dan tulang panjang.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman nyeriberhubungandenganproses penyakitnya.
2) Gangguan presepsi sensori penglihatanberhubungandengangangguanpenerimaan
sensori dari organ penerima.
3) Gangguan rasa aman cemasberhubungandenganperubahan status kesehatan, adanya
nyeri, dan kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan.
4) Resiko tinggi terhadap cidera berhubungandengan keterbatasan lapangpandang.
5) Kurangnya pengetahuan berhubungandengan kurangnya informasi mengenai
penyakitnya
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman nyeriberhubungandenganproses penyakitnya.
N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Tentukanriwayatnyerimisalnyalokasin Informasimemberikan data
yeri, frekuensi, durasi, danintensitas dasaruntukmengevaluasi.
(skala 0-10 )tindakanpenghilangan Kebutuhanintervensi
yang dilakukan. :pengalamnnyeriadalah individual yang
digabungkandenganbaik,
responbaikdanemosional.
2 Evaluasi, Ketidaknyamananrentangmasalahadalah
sedariterapitertentumisalnya,pembedah umum (nyeri, insis,
an, kemoterapi, radiasi, bioterapi, sakitkepalatergantungpadaprosedur/ agen
ajarkanpasienatau orang terdekatapa yang digunakan)
yang diharapkan.
3 Berikantindakankenyamanandasarmisa Meningkatkanrelaksasidanmembantumemfo
l, reposisiaktivitashiburan. kuskankembaliperhatian.
Dorongpenggunaanketerampilanmanaj Memungkinkanpasienuntukberpartisipasise
4 emennyeri(misal, teknikrelaksasi, caraaktifuntukmeningkatkan rasa Kontrol.
visualisasi,
bimbinganimaginasi,tertawa, music
dansentuhanterapeutik).
Tujuanadalah control
Evaluasipenglihatannyeri/control nyerimaksimumdanpengaruh minimum
5 nilaiaturanpengobatanbilaperlu. pada AKS.
Rencanaterorganisasimengembangkankese
Kol: mpatanuntuk control
6 kembangkanrencanamanajemennyerid nyeripertamadannyerikronis.
enganpasiendandokter
Komplikasiseringdarikankermeskisetiap
individual berbeda.
Berikan analgesic sesuaiindikasimisal,
7 morfindanmetadon.
2) Gangguan presepsi sensori penglihatanberehubungandengangangguanpenerimaan
sensori dari organ penerima.
N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Tentukanketajamanpenglihatancatat Kebutuhanindividudanpilihanintervensibervar
apakah 1 atau ke-2 mataterlibat. iasisebabkehilanganpenglihatanterjadilambatd
anprogresif.
2 Orientasikanpasienterhadaplingkung Memberikanpeningkatankenyamanandankekel
an, staff, orang lain uargaansertamenurunkancemas.
dilingkungannya.
4 Dorongmenekspresikanperasaantent Sementaraintervensidinimencegahkebutuhan,
angkehilangan/ pasienmenghadapikemungkinanataumengala
kemungkinankehilanganpengluhata mikehilanganpenglihatansebagianatau total.
n. Meskipunkehilanganpenglihatantelahterjadida
ntakdapatdiperbaiki, kehilanganlanjutdapat di
cegah.
5 Lakukantindakanuntukmembantupa Menurunkanbahayakeamanansehubunganden
sienuntukmenanganiketerbatasanpe ganperubahanlapangpandang/kehilanganpengl
nglihatancth, aturperabot/ mainan, ihatandanakomodasi pupil
perbaikisinarsuramdanmasalahpengl terhadapsinarlingkungan.
ihatanmalam.
Kol
6 :siapkanintervensibedahsesuaiindika Pengangkatan bola matadilakukanapabila
si, enkulasi. tumor telahmencapaiseluruh vitreous
atauvisus 0, dilakukanuntukmencegah tumor
bermetastasislebihjauh.
7 Pelaksanaankrioterapi,
fotokoagulasileserataukombinasisito Dilakukanapabila tumor masihintraokuler,
statik. untukmencegahpertumbuhan tumor
akanmempertahankanvisus.
2 Berikaninformasiakurandanjujur, Menurunkanansietassehubungan
diskusikandengankeluargabahwapengawasandan denganketidaktahuan/harapan
pengobatandapatmencegahkehilanganpengkihata yang akan dating
ntambahan. danmemberikandasarfaktauntuk
membuatpilihaninformasitentang
pengobatan.
3 Dorongpasienuntukmengakuidanmengekspresika Memberikankesempatankepadap
nperasaan. asienmenerimasituasinyata,
mengklarifikasisalahkonsepsidan
pemecahanmasalah.
4 Identifikasisumber/orang yang menolong. Memberikankeyakinanbahwapas
ientidaksendiridalammenghadapi
masalah.
4) Resiko tinggi terhadap cideraberhubungandengan keterbatasan lapangpandang.
N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Orientasikanpasienterhad Memberipeningkatankenyamanan,
aplingkungan, staf, dan memudahkanadaptasiterhadaplingkunagannyadanmenge
oranglain yang ada di tahuitempatuntukmemintabantuanpadasaatmembutuhka
areanya n.
2 Anjurkankeluargamembe Menurunkanresikomemecahkanmainandanjatuhdaritem
rikanmainan yang pattidur.
aman(tidakpecah)
danpertahankanpagartem
pattidur
Digunakanuntukmengatasiketidaknyamanan
Kol ,meningkatkanistirahatdanmencegahgelisah.
:pemberiananalgesic,cth,
acethaminophen(tyenol),
empirin, dengankodein.
Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, editor, Monica
Ester. EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1985.
Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum
dan mahasiswa kedoteran edisi 2,
Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media
Aekulapius. FK-UI, Jakarta.