Anda di halaman 1dari 32

Tugas Akhir - 2012

ANALISIS DESKRIPTIF BENTUK-BENTUK PELANGGARAN DALAM IKLAN


ROKOK DJARUM 76 VERSI "JLN" YANG TAYANG DI TELEVISI MENURUT ETIKA
PARIWARA INDONESIA

Reggy Tama Akbarsyah Sinaga¹, Helni Mutiarsih Jumhur², S.h.³

¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas
Telkom

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Tugas Akhir - 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Profil Perusahaan

1.1.1 PT. Djarum

Rokok kretek adalah sebuah produk yang racikannya ditemukan oleh


H. Djamhari (Kebangsaan Indonesia) pada tahun 1880 di kota Kudus (Kudus
kota kretek). Saat itu H. Djamhari adalah seorang perokok dan ia sering
merasa sesak nafas. Saat ia menderita sesak, ia menggunakan minyak cengkeh
untuk mengobati penyakitnya. Hingga suatu ketika ia mencoba meracik daun
tembakau dan bunga cengkeh untuk rokoknya. Alhasil percobaannya tersebut
membuahkan hasil dan rokok tersebut disebut kretek karena letupan api yang
membakar cengkeh mengasilkan bunyi tek-tek-tek. (Lintasan Sejarah dan
Peranan Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, oleh Ong Hok Ham dan
Amen Budiman).

Pada tahun 1905, rokok kretek diproduksi untuk dipasarkan. M.


Nitisemito adalah orang yang membangun perusahaan itu dan dinamakan Bal
Tiga. Terbukti pasar untuk produk ini sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan
niatan M. Nitisemito yang ingin membuat lantai kamarnya dengan uang
golden. Hal ini membuat pemerintahan (saat itu jajahan Belanda) tersinggung,
tapi dengan diplomatis pemerintah mengungkapkan bahwa beliau dapat
melanjutkan niatannya asal posisi uang golden tersebut dalam posisi berdiri.
Di sini ada dua pendapat yang belum bisa dipastikan. Pendapat pertama

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

rencana itu dilanjutkan dan pendapat kedua M. Nitisemito tahu bahwa itu
hanya penolakan halus pemerintah.

PT. Djarum adalah sebuah perusahaan rokok di Indonesia yang


bermarkas di Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Sejarah Djarum berawal pada
saat Oei Wie Gwan membeli sebuah usaha kecil dalam
bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 kemudian
mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan
merek "Djarum" yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran yang
hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963, tak lama kemudian Oei
meninggal dunia. Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di
pabriknya.

Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar


negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek
pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum
Super yang diperkenalkan pada tahun 1981. Saat ini Djarum dipimpin Budi
Hartono danBambang Hartono, yang dua-duanya merupakan putra Oei.

Gambar 1.1 Logo PT. Djarum

Sumber: www.google.com

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Ada tiga jenis rokok yang kita kenal selama ini. Rokok cerutu
(terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula),
rokok putih (terbuat dari tembakau dan dibungkus dengan kertas sigaret, dan
rokok kretek (terbuat dari tembakau ditambah daun cengkeh dan dibungkus
dengan kertas sigaret).

Lambang jarum yang digunakan oleh perusahaan ini adalah jarum


grama phone. Pada tahun 1983 Djarum berubah menjadi perseroaan terbatas,
PT. Djarum.
PT. Djarum memiliki lima nilai inti, yaitu:

1. Fokus terhadap pelanggan


2. Profesionalisme
3. Organisasi yang terus belajar
4. Satu keluarga
5. Tanggung jawab sosial

Perusahaan yang memiliki 76 lokasi kerja (70 di Kudus, 3 di Pati, 1


Rembang dan 2 di Jepara) ini cukup diakui masalah kesehatan dan
keselamatan kerja karyawannya. Hal ini dibuktikan dari perolehan Zero
Accident Acknowledgement pada tahun 2002. Pada tahun 2004 di Audit
External Keselamatan dan Kesehatan dengan hasil 85%. Karena hasil auditan
yang memuaskan, pada tahun 2005 memperoleh Bendera Emas. Pada tahun
2007, hasil auditan meningkat menjadi 93% dan tahun 2008 memperoleh
Bendera Emas kembali. Karena hal itulah masalah keselamatan dan kesehatan
bukan lagi menjadi masalah bagi perusahaan ini.
Selain masalah keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini juga aktif
dalam bidang koperasi. Pada tahun 1976, koperasi karyawan dibuka. Koperasi
yang memiliki anggota sebanyak 51 ribuan orang ini memiliki kas hingga 75

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

ribu miliaran hingga Januari 2008 ini. Karena ketekunannyalah, koperasi ini
juga memperoleh penghargaan sebagai Koperasi Teladan dari tahun 1993
sampai dengan 1996.
Perusahaan ini juga memiliki kinerja yang sesuai dengan standar ISO
(ISO tahun 9001-1994). Pada tahun 2001 mendapatkan penghargaan dan ISO
diperbaiki menjadi ISO 9001-2000.
Perusahaan ini juga memiliki program-program penghijauan. Program
yang dimulai sejak tahun 1977 ini telah banyak berpengaruh untuk
masyarakat sekitar. Kota Kudus yang dulu gersang, dengan adanya program
ini akhirnya kota Kudus dapat hijau kembali. Tidak hanya itu, pada tahun
1980-1985, PT. Djarum membagikan bibit mangga kepada 59 desa di Kudus.
Pada tahun 1995 sesuai dengan data dari Pemerintah Propinsi mencatat bahwa
penghasilan warga dari penjualan mangga mencapai 2,5 miliaran. Perusahaan
yang memiliki nilai ekspor hampir 16 juta dolar Amerika (tahun 2007) ini
juga telah mampu mengolah limbah pabrik dengan sangat baik.
Selain dunia rokok, Djarum juga dikenal aktif terlibat dalam dunia
bulutangkis. Klub bulutangkisnya, PB Djarum, telah menghasilkan pemain-
pemain kelas dunia seperti Liem Swie King dan Alan Budikusuma. Selain itu,
sejak tahun 1998 perusahaan Djarum juga telah menguasai sebagian besar
saham Bank Central Asia.
PT. Djarum memiliki misi “to satisfy the global smoker’s needs”
(http:/www.djarum.com/en).
PT. Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok yang sangat besar
di Indonesia. Produk dari PT. Djarum adalah rokok, produk rokok yang
diproduksi oleh PT. Djarum ini tidak hanya satu merek saja, akan tetapi PT.
Djarum memproduksi banyak merek produknya.

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Beberapa produk rokok Djarum yang terkenal antara lain:


1.Djarum Super
2.Djarum Coklat
3.Djarum Coklat Extra
4.L.A Lights
5.L.A Lights Menthol
6.Djarum Black
7.Djarum 76
Dalam memasarkan produknya, PT. Djarum tidak hanya memasarkan
produknya di Indonesia saja, akan tetapi memasarkan produknya hingga ke
luar negeri. Djarum menjadi market leader dalam hal penjualan produk rokok
di Indonesia dengan produk andalannya Djarum Super. Bahkan, di Amerika
Serikat, Djarum menjadi market leader dalam hal produk rokok dengan 70%
penjualan. Selain itu, produk Djarum juga mendominasi di Malaysia, dengan
produk yang paling banyak digemari adalah L.A. Lights Menthol, di mana
produk tersebut banyak digemari anak muda (http://www.djarum.com/en).
PT. Djarum sangat bangga karena produk mereka dapat diterima
dengan baik di pasar internasional, PT. Djarum meyakini bahwa yang menjadi
keunggulan dari produk mereka adalah keunikan rasa dan keeksotisan
produknya seperti tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Para konsumen
sangat senang karena alasan tersebut, oleh karena itu PT. Djarum akan selalu
menjaga kualitas dari produk mereka sehingga dapat memuaskan konsumen,
itulah yang menjadi tujuan dari PT. Djarum.
Produk yang dipasarkan PT. Djarum untuk pasar dalam negeri dan
pasar internasional berbeda. Pada pasar dalam negeri, produk yang dipasarkan
adalah Djarum Super, Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Istimewa, L.A.
Lights, L.A. Lights Menthol, Djarum Black, Djarum Black Cappuccino, dan
Djarum Black Tea.

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Produk yang dipasarkan oleh PT. Djarum di pasar luar negeri juga
berbeda. Produk yang dipasarkan di luar negeri adalah Djarum Super, Djarum
Black, Djarum Special, Djarum Lights, Djarum Bali Hai, Djarum Splash,
Djarum Cherry, Djarum Vanilla, Djarum Menthol, L.A. Lights, L.A. Lights
Menthol, dan Djarum Spice Island.

1.1.2 Gambaran Umum Etika Pariwara Indonesia (EPI)

Keterangan tentang Etika Pariwara Indonesia (EPI) terkandung di


dalam kitab Etika Pariwara Indonesia itu sendiri. Etika Pariwara Indonesia
adalah ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha
periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh
semua asosiasi dan lembaga pengembannya (EPI 2007:18).
Etika pariwara yang berisi sekumpulan nilai dan pola laku moralitas
periklanan ini memiliki arti penting bagi mereka yang di pasar. Mereka
sampai perlu berdesakan untuk membayar berbagai produk yang kebetulan
pernah diiklankan di radio, televisi, koran, majalah, atau papan iklan. Padahal
mereka paham bahwa pesan periklanan bukanlah perintah untuk melangkah
ke kasir toko, namun seni dan strategi berniaga untuk dipilih (EPI 2007:1).
Industri periklanan di Indonesia diatur dalam suatu kode etik
periklanan yang dikukuhkan pada tanggal 17 September 1981. Kode etik
periklanan Indonesia itu dinamakan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia (TKTCPI). Kemudian TKTCPI disempurnakan sebanyak dua kali
pada tanggal 19 Agustus 1996 dan 26 Agustus 2005. Sejak penyempurnaan
yang kedua kalinya itu TKTCPI selanjutnya disepakati menjadi Etika
Pariwara Indonesia (EPI). EPI merupakan ketentuan-ketentuan normatif yang
menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga


pengembannya (DPI 2007:16).
EPI menjelaskan segala hal yang menyangkut dengan dunia
periklanan. Dalam EPI, periklanan didefinisikan sebagai seluruh proses yang
meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, penyampaian dan umpan balik
dari pesan komunikasi pemasaran. Sedangkan iklan merupakan pesan
komunikasi pemasaran tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui
sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat.
EPI sangat penting untuk ditegakkan dan berlaku bagi segala bentuk
iklan, pelaku, dan usaha periklanan yang dipublikasikan atau beroperasi di
wilayah hukum Republik Indonesi. Dengan demikian, untuk dapat ditegakkan
dan diberlakukan di Indonesia, EPI harus disosialisasikan kepada para pelaku
periklanan.
EPI sebagai kode etik periklanan di Indonesia, memiliki batasan
sebagai pedoman etika yang berkaitan dengan segala materi pesan periklanan
secara verbal maupun citra yang terdapat dalam suatu iklan.
Sebagai pedoman etika, EPI tidak memberikan rujukan apapun
berkenaan dengan materi komunikasi yang bukan merupakan muatan
periklanan, antara lain seperti editorial, maupun materi komersial atau
persuasif yang berada di luar ranah periklanan, misalnya kemasan produk,
siaran pers, atau komunikasi pribadi yang dilakukan oleh produsen.
Pedoman EPI (code of ethics) disusun dalam dua tatanan, yaitu:
1.Tata Krama (Code of Conducts) atau Etika Profesi
Pada tatanan tata krama ini, kepedulian EPI semata-mata pada isi dan
metode penyebarluasan pesan periklanan kepada masyarakat, yang
bukan pada unsur-unsur efektivitas, estetika dan seleranya.
Ketentuan-ketentuan dalam tata krama ini meliputi:

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

a. Tata Krama Isi Iklan


Ketentuan isi iklan, antara lain mencakup penggunaan bahasa,
adegan kekerasan, hiperbolalisasi, kesaksian konsumen
(testimony), perbandingan produk, dan sebagainya.
b. Tata Krama Ragam Iklan
Ragam iklan, antara lain mencakup iklan minuman keras, iklan
rokok dan produk tembakau, iklan obat-obatan, iklan pangan,
iklan vitamin, mineral, dan suplemen, iklan kosmetika, iklan
kebijakan publik (iklan layanan masyarakat), dan sebagainya.
c. Tata Krama Pemeran Iklan
Ketentuan pemeran iklan, antara lain mencakup pemeran anak-
anak, perempuan, tenaga profesional, dan sebagainya.
d. Tata Krama Wahana Iklan
Ketentuan wahana iklan, antara lain mencakup media cetak,
media televisi, media radio, media luar-griya (out of home
media), media baru (iklan media internet), layanan pesan ringkas
(short message service/SMS), dan sebagainya.
2.Tata Cara (Code of Practices) atau Etika Usaha
Pada tatanan cara ini, EPI hanya mengatur praktek usaha para pelaku
periklanan dalam memanfaatkan ruang dan waktu iklan yang adil
bagi semua pihak yang saling berhubungan, dan bukan dalam
kegiatan umum perniagaan antar mereka sendiri atau dengan publik.
Ketentuan-ketentuan dari tata cara ini, meliputi:
a. Penerapan Umum
Ketentuan tata cara ini, antara lain mencakup entitas individu
atau organisasi usaha periklanan, ikatan kerja antara pemesan
iklan dengan pelaksana iklan, dan sebagainya.

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

b. Produksi Periklanan
Ketentuan tata cara ini mencakup pengiklan, perusahaan
periklanan, dan mitra usaha.
c. Media Periklanan
Ketentuan tata cara ini, antara lain mencakup perusahaan media,
pemesan media, penempatan iklan, tarif iklan, dan sebagainya.
EPI memiliki kewenangan mengikat ke luar maupun ke dalam. Ikatan
ke dalam berarti mengikat orang per orang yang berkiprah dalam profesi
apapun di bidang periklanan, serta semua entitas yang ada dalam industri
periklanan. Sedangkan ke luar, berarti mengikat seluruh pelaku periklanan,
baik sebagai profesional maupun entitas usaha terhadap interaksinya dengan
masyarakat dan pamong.
Masyarakat yang dimaksud adalah konsumen dari produk yang
beriklan, khalayak sasaran atau umum penerima pesan periklanan dan
masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Sedangkan pamong yang
dimaksud adalah lembaga resmi di tingkat pusat maupun daerah.
Pada dasarnya EPI memiliki tiga asas umum, yaitu iklan dan pelaku
periklanan harus:
1.Jujur, benar, dan bertanggung jawab.
2.Bersaing secara sehat.
3.Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama,
budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku.

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

1.1.3 PPPI

PPPI yang merupakan singkatan dari Persatuan Perusahaan Periklanan


Indonesia atau The Indonesian Association of Advertising Agencies, adalah
asosiasi perusahaan-perusahaan periklanan yang bergerak di bidang
komunikasi pemasaran. Asosiasi PPPI berkedudukan dan berpusat di ibukota
negara, yang beralamat di Jl. Walter Mongunsidi no. 88A, Lt.2, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Asosiasi PPPI ini didirikan dan diresmikan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 1972 yang sebelumnya bernama PBRI (Persatuan
Biro Reklame Indonesia). PBRI didirikan pasca kemerdekaan pada tanggal 1
September 1949. Saat itu, istilahnya masih “perserikatan” (Perserikatan Biro
Reklame Indonesia), namun pada November 1957 istilahnya berubah menjadi
“persatuan”. PPPI merupakan penerus dari PBRI, istilah “biro reklame”
diganti menjadi “perusahaan periklanan”, karena seiring dengan
perkembangan Bahasa Indonesia dan bangkitnya generasi muda periklanan.

Gambar 1.2 Logo PPPI

Sumber: www.pppi.or.id
Seiring perjalanan dan perkembangan dunia periklanan yang maju,
PPPI semakin mengukuhkan dirinya sebagai asosiasi periklanan yang
disahkannya kode etik periklanan Indonesia; dan Undang-Undang no. 21
tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers. Isi pokok dari Undang-
undang yang disahkan pada tanggal 20 September itu, menyatakan bahwa
10

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

organisasi periklanan menjadi komponen dari keluarga pers nasional. Dengan


kata lain PPPI resmi menjadi anggota Dewan Pers Nasional. Perkembangan
selanjutnya, seiring dengan disahkannya kode etik periklanan dan UU No.
21/1989 tersebut, PPPI mengharuskan untuk menasionalisasikan asosiasinya
di Indonesia. Keputusan tersebut berdasarkan kongres PPPI pada tanggal 19-
21 Desember di Bandung dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pemerintah dan masyarakat saat itu. Sejak kongres PPPI tersebut,
sesungguhnya PPPI mulai menjadi asosiasi berskala nasional, yang membina
dan menyalurkan aspirasi segenap perusahaan periklanan, yang terbesar di
berbagai daerah di Indonesia.
Visi dari PPPI adalah menjadi asosiasi terdepan penggerak bidang
ekonomi kreatif untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang unggul.
Sedangkan misi PPPI adalah:
1.Menumbuhkembangkan agensi lokal yang kuat dan mandiri.
2.Mewujudkan UU Periklanan dan Aturan Tata Niaga Periklanan
Indonesia.
3.Memberdayakan kemampuan dan daya saing agensi daerah.
4.Menumbuhkan Creativepreneur dan SDM kreatif Indonesia.
5.Menegakkan Aturan Tata Niaga Periklanan yang sehat.
6.Menjadikan PPPI sebagai brand yang kuat dan terpercaya.
7.Menciptakan komunikasi yang harmonis antara Pengurus Pusat dan
Daerah.
PPPI juga memiliki fungsi dan tugas pokok. Tugas pokok dan fungsi
dari PPPI adalah:
1.Mempelopori ditegakkannya swakrama antara seluruh unsur
periklanan nasional, atas dasar saling memajukan dan saling
menghormati, demi terciptanya periklanan yang sehat, jujur, dan
bertanggung jawab.

11

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

2.Mendinamisasikan segala upaya untuk memajukan Tata Krama dan


Tata Cara Periklanan Indonesia, mapun segala etika yang terkait,
baik ke dalam, maupun terhadap semua mitra kerjanya.
3.Memantapkan eksistensinya dengan menjadi asosiasi yang memberi
manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh anggotanya, serta yang
mengayomi, berwibawa dan dibanggakan.
4.Meningkatkan citra asosiasi dan para anggotanya, dengan senantiasa
mensosialisasikan peran, fungsi dan tanggung jawab periklanan
dalam perkembangan bangsa dan negara.
5.Membela kepentingan industri periklanan nasional dalam percaturan
internasional.
PPI berlandaskan tiga falsafah sebagai berikut:
1.Menghimpun, membina dan mengarahkan segenap potensi
perusahaan periklanan, agar secara aktif, positif dan kreatif, turut
serta dalam upaya mewujudkan cita-cita dengan persaingan yang
sehat dan bertanggung jawab.
2.Mewujudkan kehidupan periklanan nasional yang sehat, jujur dan
bertanggung jawab dengan cara menegakkan Tata Krama dan Tata
Cara Periklanan Indonesia secara murni dan konsisten, baik dalam
lingkup internal maupun eksternal.
3.Meningkatkan keberdayaan segenap potensi periklanan yang sejajar
dengan tuntutan industri komunikasi pemasaran dunia.

1.2 Latar Belakang Masalah


Produk rokok di Indonesia sangatlah beragam. Berbagai produsen
rokok mengeluarkan jenis rokok dengan nama dan merek yang berbeda.
Kegiatan promosi yang dilakukan melalui beriklan juga kreatif. Menurut Etika
Pariwara Indonesia, iklan rokok tidak diperbolehkan memperagakan atau

12

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan, atau gabungan keduanya,


bungkus rokok, rokok, atau orang sedang merokok, atau mengarah pada orang
yang sedang merokok.
Kemudian di dalam beriklan, Badan Pengawas Periklanan PPPI telah
menerbitkan Etika Pariwara Indonesia (EPI) yang merupakan panduan dan
pedoman bagi para biro iklan untuk menyajikan iklan yang berada di dalam
batasan-batasan etika.
Dalam salah satu kasus iklan rokok Djarum 76 versi “Jin” yang
mengabulkan permintaan, ada kejadian beberapa pelanggaran etika. Iklan
tersebut menampilkan adegan munculnya jin di tengah-tengah sekelompok
orang dan salah mengabulkan permintaan sehingga membuat jin tersebut
dipukuli dengan benda tumpul oleh orang-orang di sekitarnya. Kemudian, jin
tersebut berbicara dengan bahasa daerah (bahasa Jawa) yang tidak semua
masyarakat di Indonesia mengerti.
Menurut Etika Pariwara Indonesia, iklan Djarum 76 versi “Jin” ini
melanggar etika pariwara karena dalam Etika Pariwara Indonesia, iklan tidak
boleh mempermainkan rasa takut maupun memanfaatkan kepercayaan
seseorang terhadap hal takhayul, iklan tidak boleh – langsung maupun tidak
langsung – menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi
kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan, dan iklan harus disajikan
dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan tidak
menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran
selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut.
Adegan munculnya jin dalam iklan Djarum 76 versi “Jin” ini tentunya
memanfaatkan kepercayaan masyarakat akan takhayul. Seolah-olah iklan ini
memanfaatkan budaya masyarakat Indonesia yang percaya dengan jin dan
makhluk halus.

13

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Kemudian adegan kekerasan yang muncul dalam iklan Djarum 76 versi


“Jin” juga melanggar Etika Pariwara Indonesia. Dalam adegan kekerasan ini
seolah-olah menggambarkan bahwa suatu masalah itu diperbolehkan
diselesaikan dengan menggunakan kekerasan. Sekelompok preman memukuli
jin dalam adegan kekerasan di iklan Djarum 76 versi “Jin” ini.
Iklan Djarum 76 versi “Jin” ini diakhiri dengan bahasa Jawa yang tidak
semua orang mengerti dan membuat jin tersebut dipukuli oleh sekelompok
orang. Ini bisa menimbulkan salah persepsi jika masyarakat yang
menyaksikan iklan ini tidak mengerti bahasa Jawa. Salah persepsi ini bisa
juga terjadi dikarenakan setelah jin tersebut berbicara bahasa Jawa kemudian
dilanjutkan dengan adegan kekerasan yang mengakibatkan jin tersebut
dikeroyok oleh sekelompok preman.

Gambar 1.3 Iklan Djarum 76

Sumber: www.google.com

Sejak dibuat pada tahun 2006 lalu, Etika Pariwara Indonesia memang
telah disosialisasikan kepada biro-biro iklan anggota PPPI dengan cara
presentasi, namun hal ini dirasa kurang. Terbukti dengan masih adanya
pelanggaran yang terjadi dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Jin” ini.

14

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Di Indonesia memang tidak ada perundang-undangan khusus yang


membahas periklanan terutama dibidang iklan produk rokok. Namun, Dewan
Pers Indonesia telah menetapkan sebuah pedoman yang disebut EPI atau Etika
Pariwara Indonesia. Di dalam Etika Pariwara Indonesia ini terdapat batasan,
larangan dan etika-etika yang telah disetujui oleh Dewan Pers Indonesia
sebelumnya dan dilaksanakan serta diawasi oleh PPPI. Selain Etika Pariwara
Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah menetapkan pada pasal 29
ayat 1 dalam Pedoman Perilaku Siaran bahwa “Lembaga penyiaran wajib
berpedoman pada Etika Pariwara Indonesia”.
Ada indikasi bahwa biro-biro iklan anggota PPPI tersebut merasa acuh
tak acuh karena mereka beranggapan bahwa Etika Pariwara Indonesia adalah
pagar pembatas kreatifitas mereka. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk melihat sejauh mana etika beriklan khususnya dalam iklan
produk rokok Djarum 76 versi “Jin”.

1.3 Perumusan Masalah


Bedasarkan fenomena yang telah dituangkan dalam sub-bab 1.2 dan
didukung dengan teori-teori serta dilengkapi dengan data dan fakta yang ada,
maka dibuatlah rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun perumusan
masalah di dalam penelitian ini, antara lain:
1.Apa yang membuat iklan Djarum 76 versi “Jin” ini melanggar Etika
Pariwara Indonesia yang diterbitkan oleh PPPI?
2.Bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi “Jin” ini
yang menurut Etika Pariwara Indonesia telah melanggar etika dalam
beriklan?
3.Bagaimana kendala dari penerapan Etika Pariwara Indonesia
khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia?

15

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian harus mampu menjawab rumusan masalah di atas.
Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain:
1.Memperdalam informasi untuk mengetahui bentuk pelanggaran etika
terhadap konsep-konsep variabel penelitian, yaitu adegan yang
menyangkutkan dengan takhayul, adegan kekerasan, dan juga
kesalahan persepsi dalam penggunaan bahasa daerah Jawa dalam
iklan rokok Djarum 76.
2.Mencari dan memperdalam informasi bagaimana tindakan PPPI
terhadap iklan Djarum 76 versi “Jin” yang disinyalir melakukan
pelanggaran terhadap Etika Pariwara Indonesia. Informasi ini akan
didapat setelah mengetahui apakah ada indikasi bahwa iklan Djarum
76 ini melanggar atau tidak.
3.Mencari informasi tentang kendala penerapan Etika Pariwara
Indonesia khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia.

1.5 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Kegunaan dari penelitian
ini diantaranya :
1.Kegunaan Akademis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai tata cara
berikalan yang sesuai dengan etika periklanan yang berlaku melalui
penerapan ilmu dan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan
dan memahami etika dalam iklan khususnya produk rokok secara
langsung.
2.Kegunaan Praktis

16

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Memberikan informasi kepada PPPI mengenai pelanggaran-


pelanggaran yang dilakukan oleh produk rokok terkait dengan
konsep variabel yang ditawarkan dan memberikan saran agar Etika
Pariwara Indonesia dapat diterapkan dengan baik.
3.Kegunaan Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian
lanjutan atau penelitian yang sejenis.

1.6 Sistematika Penelitian


Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum
tentang penelitian yang dilakukan.

1.BAB I PENDAHULUAN
Pada bab 1 berisi mengenai profil perusahaan, latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
dan sistematika penulisan.
2.BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Pada bab II berisi penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka
pemikiran dan ruang lingkup penelitian.
3.BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab III berisi mengenai jenis penelitian, variabel operasional,
tahapan penelitian, jenis data, teknik analisa kualitatif, dan teknik
pengumpulan data.
4.BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN,
Pada bab IV berisi identitas narasumber, keterangan wawancara, dan
data analisis dari hasil wawancara dengan narasumber.
5.BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

17

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Pada bab V berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis penelitian


yang telah dilakukan, saran yang diberikan bersifat akademis dan
saran bersifat praktis.

18

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Tugas Akhir - 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya oleh
penulis, maka diperoleh beberapa kesimpulan mengenai analisis deskriptif
Etika Pariwara Indonesia dalam bidang iklan rokok yang diharapkan bisa
menjawab tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu:
1. Memperdalam informasi untuk mengetahui bentuk pelanggaran
terhadap konsep-konsep variabel penelitian, yaitu adegan yang
menyangkutkan dengan takhayul, adegan kekerasan, dan juga
kesalahan persepsi dalam penggunaan bahasa daerah Jawa dalam
iklan rokok Djarum 76.
2. Bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi “Jin” ini
yang menurut Etika Pariwara Indonesia telah melanggar etika dalam
beriklan?
3. Bagaimana kendala dari penerapan Etika Pariwara Indonesia
khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan beberapa
narasumber dengan sudut pandang yang berbeda, penulis mengambil
kesimpulan bahwa Etika Pariwara Indonesia adalah sebuah ketentuan umum
yang menjadi acuan dalam membuat iklan. Namun, konsumen memegang
peranan penting dalam menentukan apakah suatu iklan melanggar etika atau
tidak.

62

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

1. Apakah iklan Djarum 76 versi “Jin” ini melanggar Etika Pariwara


Indonesia yang diterbitkan oleh PPPI?

Dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Jin” terdapat pelanggaran etika


menurut Etika Pariwara Indonesia yaitu adegan kekerasan. Sedangkan adegan
takhayul dan penggunaan bahasa daerah Jawa dalam iklan Djarum 76 versi
“Jin” ini tidak termasuk pelanggaran etika.
Penggunaan bahasa daerah Jawa dan adegan kemunculan jin yang
menyangkutkan dengan takhayul, menurut PPPI masih dianggap dalam
batasan yang cukup bisa diterima di kalangan masyarakat. Konsumen tidak
menganggap adegan kemunculan jin dalam iklan Djarum 76 versi “Jin”
sebagai sesuatu yang menakutkan atau bersifat menakut-nakuti. Pengertian
pemanfaatan rasa takut dan takhayul sendiri, menurut PPPI adalah jika suatu
iklan bisa mempengaruhi kondisi konsumen hingga menyebabkan ketakutan,
kaget atau bahkan trauma. Jika tidak menimbulkan efek seperti itu, maka iklan
tersebut tidak melanggar pedoman etika dalam Etika Pariwara Indonesia.
Adegan penggunaan bahasa daerah Jawa juga tidak dianggap sebagai
hal yang melanggar etika. Adegan penggunaan bahasa daerah Jawa dalam
iklan Djarum 76 versi “Jin” ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang
menyesatkan konsumen. Batasan etika penggunaan bahasa daerah yang
kurang dimengerti dalam Etika Pariwara Indonesia adalah jika bahasa tersebut
bisa mengakibatkan konsumen menjadi salah persepsi akan suatu adegan
iklan. Jika tidak mengakibatkan konsumen menjadi salah persepsi, maka iklan
tersebut tidak melanggar batasan etika dalam pedoman Etika Pariwara
Indonesia.
Adegan kekerasan dalam iklan Djarum 76 versi “Jin” ini adalah faktor
yang membuat iklan ini dicabut dari media. Adegan kekerasan dalam iklan ini
dianggap telah melanggar etika yang tertulis dalam Etika Pariwara Indonesia.

63

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Adegan kekerasan dalam iklan ini dianggap melanggar etika karena


telah memberikan contoh yang dikhawatirkan akan memberikan pengaruh
buruk bagi masyarakat yang menonton karena dalam adegan ini
memperlihatkan sekelompok preman yang berwajah besar dan garang
mengeroyok seseorang. Seseorang yang dikeroyok oleh para preman adalah
jin dalam iklan ini. Adegan ini menjadi pelanggaran etika karena bentuk jin
yang menjadi korban kekerasan berbentuk manusia seutuhnya. Menurut PPPI,
jika wujud jin tersebut dimunculkan dengan bentuk kartun atau disamarkan
bentuk manusianya, maka adegan ini tidak menjadi pelanggaran etika. Tetapi
karena wujud jin berbentuk manusia, adegan ini menjadi melanggar etika
karena dikhawatirkan akan memberi pengaruh buruk bagi masyarakat yang
menonton adegan kekerasan dalam iklan Djarum 76 versi “Jin” ini.

2. Bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi “Jin” ini


yang menurut Etika Pariwara Indonesia telah melanggar etika dalam
beriklan?

PPPI sendiri telah melakukan tindakan dengan mengirimkan surat


teguran kepada biro iklan yang membuat iklan Djarum 76 versi “Jin”. Namun,
surat teguran tersebut tidak digubris dan perusahaan biro iklan pembuat iklan
Djarum 76 versi “Jin” hanya diam saja. PPPI akhirnya melaporkan kepada
Dewan Periklanan Indonesia (DPI) agar iklan Djarum 76 versi “Jin” ini ditarik
dari televisi. Setelah berdasarka diskusi antara PPPI dan Dewan Periklanan
Indonesia, maka iklan Djarum 76 versi “Jin” ini ditarik dari media televisi.
PPPI bertugas untuk mengawasi periklanan dan memberikan
penyuluhan dalam etika beriklan seperti menyusun pedoman batasan-batasan
etika dalam beriklan. Dalam peranannya sendiri, PPPI tidak punya wewenang
untuk mencabut iklan yang melanggar etika dari media. PPPI hanya berhak

64

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

memutuskan apakah iklan tersebut melanggar etika atau tidak. Sanksi yang
bisa diberikan oleh PPPI sendiri hanya berupa surat teguran kepada
perusahaan pengiklan dan juga biro iklan yang membuat iklan. Setelah
memberikan teguran, PPPI akan memberikan laporan kepada Dewan
Periklanan Indonesia yang berwenang memutuskan untuk mencabut iklan dari
media. Hal ini terjadi dalam iklan Djarum 76 versi “Jin”.
PPPI sudah mengirimkan surat teguran yang memberitahukan bahwa
iklan Djarum 76 versi “Jin” ini melanggar etika, namun tidak dipedulikan oleh
pihak biro iklan. Akhirnya, PPPI melaporkan kepada Dewan Periklanan
Indonesia yang kemudian memutuskan bahwa iklan Djarum 76 versi “Jin”
harus ditarik dari media televisi.

3. Bagaimana kendala dari penerapan Etika Pariwara Indonesia


khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia?

Iklan rokok merupakan iklan yang agak ketat pengawasannya karena


rokok adalah produk yang sangat diawasi oleh pemerintah. Dalam kemasan
ataupun iklan produk rokok kita bisa melihat peringatan pemerintah tentang
bahaya yang diakibatkan oleh produk rokok itu sendiri.
Pelanggaran etika dalam iklan rokok tidak hanya terjadi dalam iklan
rokok Djarum 76 versi “Jin” ini saja, namun juga ada beberapa pelanggaran
etika yang terjadi dalam beberapa iklan rokok lainnya.
Menurut kumpulan teori yang digunakan, iklan harus dikemas
semenarik mungkin, memihak dan menonjolkan kelebihan produk, namun
harus tetap mematuhi etika yang berlaku. Etika Pariwara Indonesia adalah
panduan yang diterbitkan untuk menjadi pagar pembatas agar para biro iklan
membuat iklan yang efektif dan tidak melanggar etika yang berlaku di
masyarakat. Sebuah iklan yang sudah mematuhi Etika Pariwara Indonesia

65

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

juga bisa menjadi melanggar etika jika menimbulkan pandangan negatif dari
konsumen.
Para biro iklan sendiri menganggap bahwa Etika Pariwara Indonesia
adalah pagar pembatas yang menghambat kreatifitas para biro iklan dalam
membuat sebuah iklan. Hal seperti ini menjadi kendala PPPI dalam
menerapkan Etika Pariwara Indonesia karena para biro iklan beranggapan
bahwa kreatifitas tidak boleh dibatasi. Badan Pengawas Periklanan PPPI juga
mengalami kendala karena harus mengawasi seluruh iklan yang tayang di
media, baik media cetak maupun media elektronik. Keterbatasan tenaga tidak
sebanding dengan banyaknya iklan yang beredar membuat Badan Pengawas
PPPI masih sering lengah dalam mengawasi iklan yang beredar.
Berdasarkan triangulasi teknik, penulis menarik kesimpulan dari
berbagai narasumber tersebut. Iklan Djarum 76 ini tidak seharusnya dicabut
hak tayangnya karena melihat jam tayang iklan rokok yang ditayangkan di
atas jam 10 malam. Jam tayang iklan tersebut juga merupakan jam tidur anak-
anak kecil. Daya nalar orang dewasa seharusnya sudah mengerti bahwa iklan
tersebut hanyalah lelucon, bukan mempengaruhi rasa takut dan takhayul
masyarakat, tidak juga mengajarkan masyarakat untuk melakukan kekerasan.
Penulis akhirnya menarik kesimpulan bahwa iklan Djarum 76 versi
“Jin” ini telah dicabut hak tayangnya karena melanggar etika dalam pasal
kekerasan. Badan Pengawas Periklanan telah melakukan teguran kepada iklan
Djarum 76 versi “Jin” ini namun biro iklan tersebut hanya menghiraukan
teguran yang diberikan oleh Badan Pengawas Periklanan PPPI, akhirnya PPPI
mengusulkan kepada Dewan Periklanan Indonesia (DPI) untuk mencabut hak
tayang iklan Djarum 76 versi “Jin” ini.

66

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai “Analisis
Deskriptif Kualitatif Bentuk-bentuk Pelanggaran Dalam Iklan Rokok Djarum
76 Versi “Jin” yang Tayang di Televisi Menurut Etika Pariwara Indonesia”
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis dapat memberikan masukan
berupa saran-saran. Adapun masukan tersebut adalah sebagai berikut:
5.2.1 Akademisi
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah
indikator penelitian yang diteliti mengenai Etika Pariwara
Indonesia pada iklan produk rokok. Sehingga nantinya
analisis bisa dilakukan secara lebih mendalam lagi, untuk
dapat memberikan gambaran iklan yang sesuai dengan Etika
Pariwara Indonesia. Selain itu, untuk lebih memperluas
bidang kajian, penelitian selanjutnya disarankan melihat
bagaimana kreatifitas para biro iklan dalam membuat sebuah
iklan, khususnya iklan rokok.
2. Diperlukan sebuah pendidikan khusus tentang penerapan
Etika Pariwara Indonesia agar para pekerja iklan di Indonesia
dapat bertanggung jawab terhadap iklan yang dibuatnya.

5.2.2 Praktisi
Saran praktis dari penelitian ini adalah agar pemerintah
membuat sebuah peraturan yang secara tegas memberikan sanksi
kepada pihak-pihak, baik itu klien iklan ataupun biro iklan, yang
melanggar Etika Pariwara Indonesia. Pemerintah juga sebaiknya
mengawasi jam-jam tayang iklan rokok di televisi karena rokok adalah
produk yang harus diawasi secara ketat. Hal ini perlu dilakukan agar
iklan rokok bisa disuguhkan kepada khalayak yang tepat dan tidak

67

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

menciptakan citra buruk di kalangan konsumen. Selain itu, diharapkan


juga iklan rokok yang nantinya tayang bisa lebih mematuhi etika yang
ada, agar tidak memberikan pengaruh yang bisa merugikan konsumen.

68

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Tugas Akhir - 2012

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. (2007). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Edisi


Revisi). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arif, Bondan. (2009). Analisis Isi Iklan Televisi Dalam Aspek Peraturan dan
Perundang-undangan Anti Pornografi dan Pornoaksi (Studi Kasus
Terhadap Iklan L-Men Gain Mass “Obert) dan M-150 susu “Baru Lihat
Susu Kaya Gini”. Skripsi Sarjana Pada Universitas Moestopo Beragama.
Jakarta: Tidak Diterbitkan.

Arifin, Anwar. (1984). Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas.


Bandung: Armico.

Bertens, K. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, Seri


Filsafat Atmajaya: 21.

Bungin, H. Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman


Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model dan Aplikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

Bungin, H. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif-Komunikasi, Ekonomi,


Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Kencana.

Chen, Guan-Ru. (2008). The Risk Reduction Role Of Advertising In Relation


To Price Rigidity.

69

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Cooper, Donald R., & Schindler, P.S. (2006) Business Research Methods. (9th
ed.). Singapore: McGraw Hill Book Co.

Creswell, W. John. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design:


Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications.

Daymon, Christine & Holloway, Immy. (2002). Metode-metode Riset


Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications.
Yogyakarta: Penerbit Bentang.

Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar Edisi


Kelima. Jakarta: Professional Books.

Dewan Periklanan Indonesia. (2007). Etika Pariwara Indonesia. Jakarta:


Dewan Periklanan Indonesia.

Doost, Roger K. (1997). Viewpoint: Code Of Ethics or No Code Of Ethics – A


University Experience.

Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia)

Flowers, W. Paul. (2006). Underdog Advertising. Texas: Brown Books.

Griffin, Rick W & Pearson, Ronald J. Ebert. (2005). Business 8th Edition.
Pearson International Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Hadi, Sadhono. (2001). Good Corporate Governance Sehari-hari. Bandung:


PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Indriarto M.Sc., Akuntan, Nur Dr. & Supomo M.Si.Akuntan, Bambang Drs.
(1999). Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi & manajemen edisi
pertama. Yogyakarta: BPFE.

70

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Jefkins, Frank. (1997). Periklanan (Advertising) Edisi 3. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Johansen, Richard L. (1996). Etika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Jones, Philip. (1999). The Advertising Business Operations, Creativity, Media


Planning, Integrated Communications. London: Sage Publications Inc.

Kasali, Rhenald. (2005). Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di


Indonesia. Jakarta: Graffiti.

Keraf, Sonny A. Dr. (1998). Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya.


Yogyakarta: Kanisius.

Kiryantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:


Kencana.

Komisi Penyiaran Indonesia, Lembaga Negara Independen. Pedoman Perilaku


Penyiaran.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. (2006). Manajemen Pemasaran.


Jakarta: Indeks.

Kotler, Philip. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks.

Krismantono, Dadi (2004). Komitmen Menegakan Good Corporate


Governance. Jakarta: The Indonesian Institute for Corporate
Governance.

Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:


Kencana Prenada Group

71

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Lane, Ronald W; King, Whitehill Karen & Russell, Thomas J. (2009).


Prosedur Periklanan. Jakarta: Indeks.

Lidyastuti. (2009). Pelanggaran Etika Pariwara dalam Iklan Rokok: Studi


Kasus Deskriptif Mengenai Pelanggaran Etika Pariwara Iklan Produk
Rokok di Televisi. Skripsi Sarjana Pada Universitas Padjadjaran.
Bandung: Tidak Diterbitkan.

Liliweri, Alo. (1992). Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT.


Citra Aditya Bakti.

Madjadikara, S. (2004). Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan:


Bimbingan Praktis Penulisan Naskah Iklan (Copywriting). Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Priyatna, H. Soeganda Prof. Dr. & Ardianto, Msi, Elvinaro Drs. (2009). 7
Pilar Strategi Komunikasi (Kombis). Bandung: Widya Padjajaran.

Rakhmat, Andito. (2011). Sosialisasi Etika Pariwara Indonesia: Studi


Deskriptif Mengenai Sosialisasi Etika Pariwara Indonesia Terkait
Dengan Pelanggaran Kode Etik Periklanan. Skripsi Sarjana Pada
Universitas Padjadjaran. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rakhmat M.Sc., Jalaludin Drs. (2007). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Regerson, Simon., Weckert, John & Simpson, Chris. (2000). An Ethical


Review Of Information System Development (The Australian Computer
Society’s Code Of Ethic and SSADM.

Saladin, Djaslim. (2007). Perilaku Konsumen dan Pemasaran Strategik.


Bandung: CV Linda Karya.
72

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Sekaran, Uma. (2006). Research methods for business (metodologi penelitian


untuk bisnis). Jogjakarta: Salemba Empat.

Severin, J. Werner dan Tankard, W. James. (2005). Teori Komunikasi:


Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.

Shimp, A Terence. (2007). Integrated Marketing Communications in


Advertising and Promotion Seventh Edition. Ohio: Thomson South-
Western.

Solomon, Robert C. & Karo-karo, Andre R. Drs. (1984). Etika Suatu


Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Subakti, Baty. (1993). Sejarah Periklanan Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat


PPPI.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi (BA., Drs., MA., Ed.S., Ph.D). (2000). Metodologi


Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Takeuchi, Toshie. Nishio, Chizuru. (2000). The Qualitive Contents Of


Televison Advertising and Its Penetration: The Case In Japan.

Wahyuni, Endang Sri. (2009). Perbandingan Iklan Coca Cola versi


Caminilah” Di Malaysia dan Versi “BRRR” Di Indonesia (Studi Kasus
Mengenai Perbedaan Budaya Negara Masing-Masing). Skripsi Sarjana
Pada Universitas Moestopo Beragama. Jakarta: Tidak Diterbitkan.

73

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Tugas Akhir - 2012

Wells, Burnett, Moriarty. (2000). Advertising Practice and Principles. New


Jersey: Prentice Hall.

Wells, Moriarty, Burnett, Lwin. (2007). Advertising Principles and Effective


IMC Practice. Singapore:Prentice Hall.

Wells, William. (2007). Advertising Principles And Practice 5 th Edition.


Singapore: Prenctice Hall.

Zeithaml, Valarie A. Dan Bitner, Mary Jo. (2006). Services Marketing.


Singapore: McGraw Hill Book Co.

Halaman Web :

Djarum Super.(12 September 2011).Profil Perusahaan Djarum.Diakses dari:


http://www.djarum.com/en

Indonesiakreatif.(17 Oktober 2011).Persatuan Perusahaan Periklanan


Indonesia (PPPI).Diakses dari:
http://www.indonesiakreatif.net/index.php/id/page/read/persatuan-
perusahaan-periklanan-indonesia-pppi

Wisegeek.(21 Oktober 2011).What isba Code of Ethics?.Diakses dari:


http://www.wisegeek.com/what-is-a-code-of-ethics.htm

74

Fakultas Ekonomi Bisnis Program Studi S1 Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai