Anda di halaman 1dari 1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh


dermatofita yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan
menggunakannya sebagai sumber nutrisi dengan menyerang jaringan
berkeratin, seperti stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.
Dermatofita merupakan kelompok taksonomi jamur kulit superfisial.ang terdiri
dari 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton 1,2
Adapun kelainan atau penyakit kulit dermatofitosis yang paling sering
terjadi adalah Tinea kruris didapatkan sebanyak 52% kasus. Tinea kruris adalah
mikosis superfisial atau disebut juga Eczema marginatum yang merupakan
golongan dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan
kelembaban tinggi, dimana merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan
jamur, higiene juga berperan untuk timbulnya penyakit ini.2
Dermatofitosis diperkirakan mengenai 20-25% dari seluruh populasi di
dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi yang paling sering pada
manusia.5 Insiden dermatofitosis di Indonesia sendiri bervariasi, dimana
berdasarkan data dari berbagai rumah sakit pada tahun 2011, didapatkan
insiden sebesar 42,5% (Jakarta), 48,5% (Manado), 52,7% (Surabaya), 55,4%
(Medan), 59,7% (Semarang), 64,5% (Denpasar), 65,5% (Yogyakarta), 69,1%
(Makasar), 69,3% (Malang), 71,1% (Bandung), 74% (Palembang).6 Menurut
penelitian di Manado oleh Bertus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode
Januari – Desember 2012 didapatkan 65 kasus (1,61%).7
Tinea kruris merupakan kompetensi 4A, maka penting bagi dokter umum
untuk lebih memahami tentang tinea kruris. Berdasarkan pemaparan diatas,
laporan kasus ini dibuat sebagai tugas maupun bahan pembelajaran pada stase
kulit kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palembang BARI.

Anda mungkin juga menyukai