Anda di halaman 1dari 9

17

BAB IV

ANALISIS KASUS

Diagnosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik


dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pada Kasus ini diketahui Ny. S
berjenis kelamin perempuan berusia 48 tahun. Secara epidemiologi, tinea kruris
merupakan kasus tinea terbanyak.7 Umur penderita dermatofitosis diperoleh
bahwa penderita dermatofitosis terbanyak pada kelompok usia dewasa (> 18
tahun) dan kriteria jenis kelamin terbanyak pada jenis kelamin perempuan
dibandingkan laki-laki.4 sedangkam pada Kasus ini diketahui berjenis kelamin
perempuan berusia 48 tahun.
Pada anamnesis di dapatkan keluhan bercak berwarna merah sebesar uang
logam di sela paha kanan. Keluhan disertai rasa gatal, tetapi pasien hanya
mendiamkannya dan tidak berobat. Kurang lebih satu minggu kemudian, bercak
juga muncul di sela paha sebelah kiri, bercak hanya satu, sebesar uang logam dan
terasa gatal. Semakin hari bercak semakin lebar dan tampak sedikit bersisik.
Pasien menyangkal keluhan yang sama terdapat di bagian tubuh lain. Pasien
menyangkal pada bercak nampak basah atau berair. Menurut teori, tinea kruris
adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum dan sekitar anus. Lesi
kulit dapat terbatas pada daerah genitokrural saja, atau meluas ke daerah sekitar
anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain.
Kelainan kulit tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas.2. sedangkan
lesi pada kandidosis intertriginosa lesi dapat berupa sebuah bercak merah yang
gatal, diawali dengan vesikulopustul yang membesar dan pecah, menyebabkan
maserasi dan membentuk fisura pada area intertrigo yang terlibat. Area yang
terlibat memiliki batas bergerigi dengan pinggiran putih yang terdiri dari
epidermis yang mengalami nekrosis, yang mengelilingi dasar maserasi yang
ertitem. Adapun pada eritrasma lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai
plakat. Lesi eritoskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah
kecoklat-coklatan. 12,13,14
Berdasarkan predileksinya, eritrasma muncul di daerah ketiak dan lipat
paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada
18

penderita gemuk. Adapun daerah-daerah yang dapat terinfeksi pada kandidosis


intertriginosa yaitu lipatan-lipatan kulit, antara lain lipat paha, lipat payudara, lipat
perut, ketiak, glans penis, serta jari-jari tangan dan jari-jari kaki.12,13,14
Dari anamnesis keluhan terdapat pada bagian sela paha dan bokong. Dalam
teori Tinea kruris mengenai pada lipat paha, daerah perineum dan sekitar anus.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit
seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitokrural saja, atau meluas
ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah atau bagian tubuh
yang lain.2
Pasien mengeluh gatal terutama dirasakan ketika berkeringat sehingga
pasien sering menggaruknya, tetapi tidak sampai lecet. Pasien mengatakan hanya
mengganti celana dalam 2x sehari setelah mandi dan tidak pernah mengeringkan
daerah kemaluan dengan menggunakan tissue ataupun lap setelah buang air.
Pasien juga sering menggunakan celana dalam yang ketat. Riwayat adanya
keluhan yang serupa dalam keluarga disangkal. Riwayat hubungan kontak kulit
dengan penyakit yang sama sebelumnya tidak ada. Pasien mengatakan tidak
memelihara hewan seperti anjing, kucing, sapi, kuda dan mencit, namun pasien
mengatakan kucing tetangga sering datang ke rumahnya. Pasien menyangkal
sedang hamil ataupun menstruasi. Pasien juga menyangkal menggunakan obat
KB. Riwayat konsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan kortikosteroid juga
disangkal. Riwayat penyakit kencing manis juga disangkal. Berdasarkan teori
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur ini adalah iklim panas,
lembab, higiene, sanitasi, pakaian serba nilon, pengeluaran keringat yang
berlebihan,trauma kulit dan lingkungan. Tinea kruris umumnya terjadi akibat
infeksi dermatofitosis yang lain pada individu yang sama melalui kontak langsung
dengan penderita misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual.
Tetapi bisa juga melalui kontak tidak langsung melalui benda yang terkontaminasi
seperti pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain. Obesitas, penggunaan
antibiotika, kortikosteroid dalam waktu lama serta obat-obat imunosupresan lain
juga merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit jamur.9
Faktor predisposisi pada eritrasma adalah iklim lembab dan hangat, hiegien
yang buruk, hiperhidrosis, obesitas, diabetes melitus, usia lanjut, dan keadaan
19

imunosupresi. Adapun Faktor predisposisi pada kandidosis intertriginosa adalah


kebersihan kulit yang kurang baik, status nutrisi kurang, faktor mekanis seperti
trauma atau akibat pakaian yang ketat, faktor fisiologi seperti usia lanjut, hamil
ataupun menstruasi, adanya penyakit sistemik seperti diabetes melitus, hipertiroid,
hipotiroid, keganasan, imunodefisiensi. Faktor iatrogenik juga berpengaruh
misalnya mengkonsumsi obat-obat antibiotik dan steroid, atau obat keluarga
berencana yang lama.12,13,14
Berdasarkan teori tinea disebabkan oleh jamur dermatofita. Golongan jamur
ini memiliki sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas Fungi
imperfecti yang terbagi dalam 3 genus yaitu microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton.5 Terjadinya penularan dapat melalui transmisi dari manusia ke
manusia contohnya T. Rubrum. Transmisi dari hewan ke manusia ditularkan
melalui kontak langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang
terinfeksi dan melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumah / tempat
tidur hewan, tempat makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama
adalah anjing, kucing, sapi, kuda dan mencit misalnya M. Canis. Transmisi dari
tanah ke manusia misalnya M. Gypseum.2,3

Tabel 4.1 Anamnesis secara teori dan kasus tinea kruris


Teori Kasus

Epidemiologi kelompok usia dewasa (> 18 tahun) pada Kasus ini diketahui
dan jenis kelamin terbanyak berjenis kelamin perempuan berusia
perempuan dibandingkan laki-laki. 48 tahun.
Anamnesis  Keluhan gatal Bercak kemerahan sebesar
 lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas uang logam di sela paha
terdiri atas eritema, skuama, kadang- kanan. Keluhan disertai rasa
kadang da vesikel dan papul di tepi. gatal, tetapi pasien hanya
Daerah tengahnya biasanya lebih mendiamkannya dan tidak
tenang. Kadang-kadang terlihat erosi berobat. Kurang lebih satu
dan krusta akibat garukan. minggu kemudian, bercak
 Bila terjadi menahun, tanda radang juga muncul di sela paha
akut biasanya tidak terlihat lagi maka sebelah kiri, bercak hanya
dapat berupa bercak hitam disertai satu, sebesar uang logam dan
sedikit sisik. Erosi dan keluarnya terasa gatal. Semakin hari
bercak semakin lebar dan
20

cairan akibat garukan. tampak sedikit bersisik. Pasien


menyangkal pada bercak
nampak basah atau berair.
Pasien mengeluh gatal
terutama dirasakan ketika
berkeringat sehingga pasien
sering menggaruknya, tetapi
tidak sampai lecet. Pasien
menyangkal keluhan yang
sama terdapat di bagian tubuh
lain. Pasien mengatakan hanya
mengganti celana dalam 2x
sehari setelah mandi dan tidak
pernah mengeringkan daerah
kemaluan dengan
menggunakan tissue ataupun
lap setelah buang air. Pasien
juga sering menggunkan
celana dalam yang ketat.
Riwayat adanya
keluhan yang serupa dalam
keluarga disangkal. Riwayat
hubungan kontak kulit dengan
penyakit yang sama
sebelumnya tidak ada. Pasien
mengatakan tidak memelihara
hewan seperti anjing, kucing,
sapi, kuda dan mencit, namun
pasien mengatakan kucing
tetangga sering datang ke
rumahnya. Pasien menyangkal
sedang hamil ataupun
menstruasi. Pasien juga
menyangkal menggunakan
obat KB. Riwayat konsumsi
obat-obatan seperti antibiotik
dan kortikosteroid juga
disangkal. Riwayat penyakit
21

kencing manis juga disangkal..


Predileksi Tinea kruris mengenai pada lipat paha, Keluhan terdapat pada sela paha
daerah perineum dan sekitar anus. kanan dan kiri
Kelainan ini dapat bersifat akut atau
menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit seumur hidup. Lesi kulit
dapat terbatas pada daerah genitokrural
saja, atau meluas ke daerah sekitar
anus, daerah gluteus, dan perut bagian
bawah atau bagian tubuh yang lain

Adapun diagnosis banding dari tinea kruris diantaranya eritrasma dan


kandidosis intertriginosa

Tabel 4.2 Diagnosis Banding Tinea kruris, eritrasma dan kandidosis


intergriginosa
Kasus Tinea cruris Kandidosis Eritrasma
intertriginosa

Epidemiologi pada Kasus ini kelompok usia dewasa Usia paling banyak Insiden eritrasma
diketahui berjenis (> 18 tahun) dan jenis ditemukan pada lebih tinggi pada
kelamin perempuan kelamin terbanyak kelompok usia 45- orang kulit hitam.
berusia 48 tahun. perempuan
64 tahun diikuti Pria dan wanita
dibandingkan laki-
oleh usia ≥65 sama-sama
laki.
tahun. dipengaruhi oleh
erithrasma.
Anamnesis  bercak berwarna  Keluhan gatal Lesi kulit tampak s Lesi kulit dapat
merah terasa gatal  lesi bulat atau ebuah bercak mera berukuran sebesar
terutama bila pasien lonjong, berbatas h yang gatal, diawa miliar sampai plakat.
berkeringat tegas terdiri atas li dengan vesikulop Lesi
 pada bercak terdapat eritema, skuama,
ustul yang membe eritoskuamosa, bersk
sisik halus berwarna kadang-kadang da
sar dan pecah, men uama halus kadang-
putih diatasnya. vesikel dan papul di
yebabkan maserasi kadang dapat terlihat
tepi. Daerah
dan membentuk fis merah kecoklat-
tengahnya biasanya
lebih tenang. ura pada area intert coklatan.
Kadang-kadang rigo yang terlibat.
22

terlihat erosi dan


krusta akibat
garukan.
 Lesi-lesi pada
umunya merupakan
bercak-bercak
terpisah satu dengan
yang lainnya.
Kelainan kulit dapat
pula terlihat sebagai
lesi-lesi dengan
pinggir yang
polisiklik, karena
beberapa lesi yang
menjadi satu.
 Peradangan pada
tepi lebih nyata
daripada daerah
tengahnya.
 Bila terjadi
menahun, tanda
radang akut
biasanya tidak
terlihat lagi maka
dapat berupa bercak
hitam disertai
sedikit sisik. Erosi
dan keluarnya cairan
akibat garukan.
Predileksi Keluhan terdapat pada Tinea kruris mengenai lipatan-lipatan Daerah ketiak dan
sela paha pada lipat paha,
kulit, antara lain lipat paha
daerah perineum dan
lipat paha, lipat
sekitar anus. Kelainan
ini dapat bersifat akut payudara, lipat
atau menahun, bahkan perut, ketiak,
dapat merupakan glans penis, serta
penyakit seumur
jari-jari tangan
hidup. Lesi kulit dapat
dan jari-jari kaki.
23

terbatas pada daerah


genitokrural saja, atau
meluas ke daerah
sekitar anus, daerah
gluteus, dan perut
bagian bawah atau
bagian tubuh yang
lain

Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan pada kasus ini yaitu Pemeriksaan mikologi
dengan kerokan kulit KOH 10%-20%. Pemeriksaan ini memberikan hasil positif
ditemukan hifa, sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan bercabang,
maupun spora yang berderet pada kelainan kulit lama dan/ sudah terobati. Namun
pada pasien tidak dilakukankarena pasien menolak.

Penatalaksaan dalam kasus ini berupa:


Non Farmakologi
a. Memberitahukan pasien bahwa penyakit disebabkan oleh jamur yang
dapat ditularkan dari tanah, hewan, dan manusia.
b. Mencuci tangan setelah kontak dengan hewan ataupun tanah
c. Hindari penggunaan pakaian atau handuk secara bergantian
d. Hindari daerah kemaluan menjadi lembab
e. Hindari penggunaan celana dalam yang ketat.

Berdasarkan teori Tinea kruris biasanya terjadi setelah kontak dengan


individu atau binatang yang terinfeksi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui
benda misalnya pakaian, perabotan, dan sebagainya. Maserasi dan oklusi kulit
lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit sehingga
memudahkan infeksi, selain itu dapat pula terjadi akibat penjalaran infeksi dari
bagian tubuh lain

Farmakologi
a. Cetirizine tab 1x 10 mg/hari diberikan ketika gatal
b. Griseofulvin 1 x 500 mg/hari diberikan selama 4 minggu
24

Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh


lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal.
walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan
biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofita dapat
diobati dengan agen antifungal topikal maupun sistemik. Formulasi topikal dapat
membasmi area yang lebih kecil dari infeksi, tetapi terapi oral diperlukan di mana
wilayah infeksi yang lebih luas yang terlibat atau di mana infeksi kronis atau
berulang. Maka dari itu pada kasus ini diberikan obat antijamur sistemik. Selain
itu pasien juga pernah mengalami keluhan yang sama pada 10 bulan yang lalu.
Pasien berobat, kemudian sembuh. Namun saat ini keluhan kembali muncul.
Menurut teori infeksi dermatofitosis yang kronik, berulang atau luas, tinea
dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum
termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik.
Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi
sistemik antijamur dimulai.
Dipilih pengobatan oral pilihan (drug of choise) untuk tinea kruris adalah
Griseofulvin. Griseofulvin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas hanya
untuk spesies Epidermophyton flocossum, Microsporum sp., dan Trichophyton
sp., yang merupakan penyebab infeksi jamur pada kulit, rambut kuku.
Griseofulvin tidak efektif terhadap kandidiasis kutaneus dan pitiriasis versikolor.14
Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu dewasa 500-1000 mg/ hari.15
Lama pengobatan untuk tinea korporis dan kruris selama 2-4 minggu, untuk tinea
kapitis paling sedikit selama 4-6 minggu, untuk tinea pedis selama 4-8 minggu
dan untuk tinea unguium selama 3-6 bulan. Setelah sembuh klinis maka terapi
dilanjutkan hingga 2 minggu.14 Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang
merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek
samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare.
Cetirizin 1 x 10 mg/hari saat gatal. Pengobatan untuk Pruritusnya dapat
diberikan obat antihistamin generasi ke dua yang metabolitnya tidak menembus
sawar darah otak sehingga mempunyai efek sedasi yang minimal atau tidak ada.
Sedangkan antihistamin H1 generasi pertama mempunyai efek sedasi karena
mempunyai kemampuan menembus sawar otak. Sehingga pada beberapa pasien
25

efek ini menganggu dan memerlukan kewaspadaa yang tinggi dan kemungkinan
meningkatkan terjadinya kecelakaan. Pada AH1 generasi kedua terdapat
beberapa pilihan seperti astemizol, loratadin dan cetrizine. Astemizol erupakan
derivat piperidin yang dihubungkan dengan cincin benzimidazol, struktur kimia.
Astemizol pada pemberian oral kadar puncak dalam darah akan dicapai setelah 1
jam pemberian. Mula kerja lambat, lama kerja panjang. Waktu paruh 18-20 hari.
Efek samping dari obat ini dapat menyebabkan aritmia jantung. Loratadin, obat
ini mula-mula mengalami metabolisme menjadi metabolit aktif dan selanjutnya
mengalami metabolisme lebih lanjut. Loratadin tanpa efek sedasi, dan tidak
mempunyai efek susunan saraf pusat dibandingkan cetirizine. Pada kasus ini
dipilih cetrizine dengan dosis 10 mg. Cetirizine absorbsinya cepat. Kadar puncak
dicapai setelah 1 jam pemberian. Cetirizin tidak mengalami metabolisme dan
kerjanya lebih cepat dari loratadin. Dosis cetrizine untuk dewasa adalah 5-10
mg. Pemberian 1 x1 hari dikarenakan masa kerja cetrizine 12-24 jam atau > 24
jam.16
Prognosis tinea cruris Quo ad vitam: Bonam karena tidak mengancam
kelangsungan kehidupan atau jiwa, Quo ad fungtionam: Bonam karena tidak
mengganggu fungsi organ tubuh yang lain , Quo ad sanationam: Dubia ad
bonam karena tidak dapat sembuh seperti sebelum terkena. Karena penyakit ini
dapat kambuh apabila faktor pencetus tidak dihindari dan Quo ad kosmetika ;
Dubia ad Bonam, karena bekas lesi berwarna hitam dari proses perjalanan
penyakit yang membutuhkan waktu untuk memudar atau pun hilang.

Anda mungkin juga menyukai