Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembahasan
Hemolisis
sel, dan menjadi benteng pertahanan terhadap virus dan infeksi. Tanpa darah
yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan
berada dalam keadaan yang isotonik, jika tidak akan terjadi pengkerutan yang
disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang hipertonik akan
1992).
Sifat darah secara makroskopis adalah tidak tembus cahaya, hal ini
dikarenakan sifat dari eritrosit yang membawa sifat seperti cat penutup atau
sifar carlak (pernis). Percobaan menggunakan tiga tabung darah yang diamati,
yaitu tabung 1 degan sampel yang dicampur aquades 2 cc hasil
cahaya, dan tabung C dengan sampel darah tanpa perlakuan apapun, hasilnya
adalah tembus cahaya. Hal ini tidak sesuai dengan sifat darah yang tidak
yang kemungkinan masih adanya larutan NaCl pekat 3% pada gelas objek.
Darah yang ditambahkan air mengalami hemolisis, karena aquades
beberapa cairan dari aquades masuk kedalam sel-sel darah merah tersebut
dimiliki darah tidak kuat untuk menampung semua itu sehingga terjadilah
aquades atau pelarut murni H2O sel darah merah akan berada pada kondisi
larutan hipotonis. Pada larutan ini kandungan ion garam Na+, Mg2+, dan K+
lebih rendah dari pada yang ada pada membran sel. Keberadaan ion garam
yang tipis di luar membran menyebabkan ion ion garam yang ada pada
membran seperti K + ion menarik molekul air ke dalam sel darah merah maka
cukup jelas dari pengamatan bahwa sel menjadi bengkak. Pada sebagian sel
lain yang menyerupai amuba terjadi kerusakan yang lebih parah dimana
membran tidak dapat lagi menampung air yang masuk ke dalam sitosol dan
menyebebkan sel menjadi pecah. Pecahnya sel ini menciptakan morfologi sel
cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan (krenasi) yaitu proses
dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari membran plasma yang
selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel darah merah akan keluar
dari sel tersebut. Karena darah tidak pecah, hanya mengkerut sehingga darah
Seperti yang dikatakan Deluise (1982), Sel darah merah dalam hipotonik
untuk masuknya kation seperti Ca+, Mg+, dan Ni+ ke dalam sel darah merah.
Dalam percobaan ini ion Na+ memegang peranan lebih dominan. Terlihat
bahwa bentuk sel darah merah menjadi bulan sabit atau vibrio. Hal ini
dikarenakan air yang ada di dalam sitoplasma sel keluar menuju larutan garam
disekitarnya. Keluarnya air didorong oleh ion Na+ yang lebih banyak di luar
sel sehingga air keluar dari sitoplasma untuk menyelubungi ion Na+ tersebut.
tabung A yang tidak tembus cahaya dan warna merah tidak pekat dengan
perlakuan dengan ditambahkan aquades 1 mL, didapat bentuk sel yang tidak
ditambahkan NaCl pekat 3% pada larutan berisi 5 tetes darah yang sedikit
tembus cahaya dan warna yang agak pekat terlihat bentuk sel darah yang
darah krenasi.
terlepas dalam plasma. Hal ini disebabkan oleh toksis bakteri, bisa ular, dan
parasit darah serta zat-zat lainnya. Hemoglobin yang berada didalam plasma
cairan yang hipertonis atau hipotonis terhadap cairan interaseluler, maka terjadi
proses osmasa dan difusi. Bila tekanan osmosa cairan diluar sel sama dengan
didalam sel, maka sel darahtidak mengalami perubahan. Jika cairan didalam sel
aquades yang masuk ke dalam sel sehingga sel tidak lisis. Dikarenakan tidak
bagian atas (cincin plasma), bila bagian plasma berwarna merah berarti eritrosit
(hipotonis), NaCL 0,9% (isotonis) dan NaCl 3% (hipertonis) yang telah diisi dara
sebanyak 5 tetes. Didapat pada NaCl 0,5% yaitu tidak terdapat lapisan bening
diatas larutan, pada NaCl 0,9% terdapat lapisan bening diatasnya, pada NaCl 1%
diatasnya. Teorinya bahwa sel darah merah akan lisis pada larutan hipotonis dan
krenasi pada larutan hipertonis, sehingga pada pengamatan kali ini terdapat
kesalahan dan hanya perlakuan dengan 0,9% yang menunjukkan kebenarannya.
Matsuzawa dan Ikarashi (1979) mengatakan bahwa hemolisis awal terjadi pada
(initialhemolysis) eritrosit sapi Bali terjadi antara 0,45-0,55% NaCl, dan terjadi
menuju jaringan (Pearce, 1991).Apabila jumlah Hb atau sel darah merah yang
fungsional berkurang jauh di bawah normal maka akan terjadi anemia. Penyebab
anemia antara lain defisiensi zat besi, Ca, vitamin dan asam amino dalam
presentasi sel darah merah meningkatsekitar 20ml oksigen per 100ml darah
(Poedjiadi, 1994).
tallquist:
a. Metode Sahli/ Hematin Asam
cyanomethemoglobin adalah metode Sahli lebih mudah dan murah, alat yang
dengan sampel darah dari laki-laki berusia 19 tahun yang tidak mengalami
anemia. Hal ini tidak sesuai seperti yang diutarakan Koasih (1990), kadar
hemoglobin normal pada pria sebesar 14-18% sedangkan pada wanita 12-
15%. Hal ini terjadi karena beberapa faktor kesalahan pada penetapan kadar
1. Human Erorr
3. Tidak baik caranya pada saat pencampuran antara darah dan HCl pada
waktu mengencerkan
memperhatikan cara kerja dan faktor diatas agar hasil yang didapatkan lebih
akurat.
b. Metode Tallquist
Cara Tallquist mempunyai kesalahan yang paling besar dibandingkan
cara pemeriksaan yang lain. Cara ini paling mudah dilakukan. Hanya
dengan mengambil darah dari ujung jari, teteskan pada kertas talquist
kemudian cocokan dan baca pada standard yang ada. Keadaan normal
hemoglobin pada metode tallquist ini adalah 13,2 – 18,0 gr% untuk laki –
laki dan pada perempuan 11,5 – 16,5 gr%. Dari hasil praktikum dengan
sampel darah pada laki-laki didapat 50%; 7,8 g (tidak normal). Hal ini bisa
di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesalahan praktikan dan darah yang
laki-laki adalah 42% dan pada wanita 38%. Faktor–faktor yang mempengaruhi
nilai hematokrit adalah jenis kelamin, spesies, jumlah sel drah merah dimana
jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita,
apabila jumlah sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai
(umur 19 tahun) sebesar 43%. Nilai tersebut Hasil sesuai dengan pernyataan
berikut bahwa harga normal nilai hematokrit untuk laki-laki 40-48 volume% dan
a. Eritrosit
Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit merupakan
sel yang diukur dalam pemeriksaan tersebut. Hematokrit dapat meningkat pada
polisitemia yaitu peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat
menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam
b. Viskositas Darah
Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar prosentase sel
darah maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak pergesera diantara
c. Plasma
ikterus atau hemolisis. Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada plasma dapat
a. pemusingan / sentrifugasi
Penempatan tabung kapiler pada lubang jari-jari centrifuge yang kurang tepat dan
penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi
eritrosit memadat secara maksimal. Oleh karena itu harus diatur secara tepat.
Penggunaan antikoagulan Na2EDTA/ K2EDTA lebih dari kadar 1,5 mg/ ml darah
(Wirawan, 1996).
dilakukan
penyempitan bagian yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot
polos sebagai suatu plasma lokal dan karena refleks simpatik yang merangsang
Kontraksi 24 ini membuat darah yang keluar dari pembuluh darah akan
tahun) dari kelompok kami didapat waktu pendarahan yang tejadi selama 8,4
detik. Hal tersebut tidak sesuai denngan pendapat (Guyton 1983) karena
pendarahan normal 15-120 detik, tetapi pendarahan yang berlangsung 8,4 detik
bisa saja dikarenakan perhitungan timing yang kurang tepat dan kurangannya
dalam penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang
dalam penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang
deyik. Hal ini sesuai yang dikatakan Frandson (1992) waktu koagulasi normal
pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit.
Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5
menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit dan
cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua
buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Kalau dilihat satu per satu
warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan
memberi warna pada darah. (Evelyn C. Pearce, 1979)
eritropoiesis terjadi selama 7 hari dan jumlah normal eritrosit yang dihasilkan
adalah 4,5-6,5 juta/mm3 pada pria, sedangkan pada wanita 3,9-5,6 juta/mm3. (A.
V. Hoffbrand, 1991)
Dari hasil praktikum didapat data eritrosit = 678 jumlah sel darah merah
= 10.000 x 678
= 6.780.000 butir/mm.
Sampel darah yang digunakan menggunakan darah ayam dapat diketahui
jumlah eritrosit sel darah ayam berjumlah 6.780.000 buah eritrosit. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah eritrosit pada ayam tidak normal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dellman dan Brown (1999) yang menyatakan bahwa jumlah
normal eritrosit pada ayam betina dapat berada dibawah standar atau diatas
standar. Jumlah normal eritrosit pada ayam betina adalah berkisar 2.300.000 –
4.000.000 buah eritrosit per millimeter kubik. Faktor yang mempengaruhi jumlah
eritrosit adalah aktifitas ternak, umur dan bangsa. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dibiarkan lepas, eritrositnya akan berada dalam keadaan normal karena
proses pembentukan darahnya berlangsung normal, sedangkan ternak yang terus
menerus didalam kandang, jumlah eritrositnya akan lebih rendah karena tidak
yang mempengaruhi jumlah eritrositnya adalah status gizi dan jenis kelamin. Hal
ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa status gizi
berpengaruh terhadap jumlah eritrosit pada ternak, karena secara tidak langsung
bila gizi pakan yang diberikan tidak terjaga, maka eritrosit akan berada dalam
keadaan menurun, jenis kelamin pun juga menentukan jumlah eritrosit dalam
darah ayam, menurut penelitian yang telah dilakukan para ahli disimpulkan
bahwa jumlah eritrosit pada ayam jantan lebih tinggi dari pada ayam betina.
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
2003). Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan
granula spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam
selsel kecil dengan sit oplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang
agak besar dan mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit
granular yaitu neutrofil, basofil, dan asidofil (eosinofil) (Effendi, Z., 2003).
Dari hasil praktikum didapat data leukosit = 11.370 butir dalam dalam
= 10 x 10 x butir
= 100 x 11.370
= 1.137.000 butir/mm.
1.137.000 butir/mm. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukosit pada ayam
adalah tidak normal. Jumlah normal leukosit pada ayam betina adalah 500.000
buah leukosit per millimeter kubik. Hal ini sesuai dengan pendapat Koen
(2001) yang menyatakan bahwa sel darah putih normal pada ayam memiliki
jumlah 500.000buah leukosit permilimeter kubik. Jumlah leukosit lebih
sedikit dibandingkan jumlah eritrosit, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson
(1996) yang menyatakan bahwa hitungan total seln darah putih dibuat dengan
cara yang sama dengan sel darah merah, akan tetapi karena sel darah putih
jumlahnya jauh lebih sekit dengan seln darah merah. Faktor yang
ordo dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Thomson (1980) bahwa
serta ordo atau bangsa dari jenis ternak juga berpengaruh terhadap jumlah
leukosit.
Dafrat Pustaka:
A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss. 1991. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.
Christine, S, dkk. 2016. Hubungan antara viskositas darah dengan hematokrit pada
1
Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.
237-243
College
Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
Evelyn, Pearce. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Gadjah Mada
Jakarta
Animals10(13): 329-331
Siswanto, Sulabda, IN., dan Soma, IG. 2014. Kerapuhan Sel Darah Merah Sapi Bali.
Sonjaya, Herry. 2005. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan.
Ediburgh.
Windarti, dkk, 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau Press:
Pekanbaru
Widman, F.K. 1992. Clinikal Interpreation of Laboratory test, ( Tinjauan Klinik Atas
Hasil Pemeriksaan ), Terjemahan R. Gandha Soebrata dkk, Edisi 9, Buku
sel darah
mengkerut
darah, hipotonis
3.2 Menentukan Tahanan Osmotik Sel Sel Darah
jelas, mengendap
jelas
- Metode sahili
Hb = 5 G%
- Metode Tallwuist
Hb = 50% = 7,8 gms
3.4 Penentuan nilai Hematokrit
𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ (43)
𝑥 100% = 43%
𝑣𝑜𝑙. 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ (100)
3.5 Penentuan Waktu Pendarahan
Waktu pendarahan = 8,4 detik’
1 20 11 17 21 17 31 7
2 18 12 20 22 17 32 8
3 21 13 20 23 16 33 14
4 24 14 19 24 16 34 9
5 10 15 24 25 19 35 10
6 11 16 23 26 20 36 11
7 17 17 21 27 21 37 14
8 16 18 21 28 22 38 20
9 14 19 18 29 20 39 13
10 19 20 17 30 19 40 14
Jumlah = 678
100x100x678 = 6.780.000
3.8 Menghitung Jumlah Leukosit
Kamar Hasil Kamar Hasil Kamar Hasil Kamar Hasil Kamar Hasil
Jumlah= 11.370
10x10x11370= 1.137.000