Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Latar Belakang
Dengan evaluasi, maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan
evaluasi pula orang dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk
berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi, orang tidak bisa mengetahui seberapa jauh
keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik.
Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau
tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar
meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep
dasar evaluasi pembelajaran. Hal ini tentu saja terjadi karena evaluasi belajar dan evaluasi
pembelajaran menurut penulis tak dapat dipisahkan.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk penulis maupun pembaca diantaranya:
1. Memahami konsep, fungsi, dan tujuan daripada evlauasi pembelajaran
2. Mampu mengidentifikasi prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran
3. Mampu menguraikan prinsip-prinsip jenis-jenis dan evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Evaluasi
Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa
Inggris: evaluation; dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian.
Akar katanya adalah: value; dalam bahasa Arab: Al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti:
nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk (2010) berpendapat bahwa “evaluation is comparing
the actual and real with the predicted or promised” dimana perlu adanya renungan atas apa yang
dicapai dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan. Definisi ini juga menggarisbawahi
evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang berbeda cenderung memiliki harapan
yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu
evaluasi, pengukuran dan tes. Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi
adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data
untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah
adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-
ciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat
komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu alat untuk
melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evaluasi (value judgement) tidak hanya
didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative description), dapat pula didasarkan pada hasil
pengamatan (qualitative description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran maupun
bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai.
b. Pengertian Penilaian
1. Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses
untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
2. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
c. Pengertian pengukuran
Pengertian pengukuran menurut para ahli:
1. Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
2. Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau
usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah
mencapai karakteristik tertentu.
3. Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat
ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.
Kesimpulan : Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
B. Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran
Kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sungguh sangat penting, dan bahkan dapat
dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses belajar dan
pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi diketahui apakah belajar dan pembelajaran
tersebut telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor
apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut berhasil dan faktor-faktor
apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak
hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan
pembelajaran. Padahal diketahuinya hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam
mengadakan perbaikan belajar dan pembelajaran. Pada proses pendidikan evaluasi dilakukan untuk
mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk
mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai
oleh peserta didik melalui pembelajaran. Evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses
pelaksanaan dan produk pendidikan secara total, dan di dalamnya terakomodir tiga konsep, yaitu:
memberikan pertimbangan ( judgement ), nilai ( value ), dan arti ( worth ). Dengan demikian
evaluasi pendidikan dapat berupa
1. Evaluasi context / tujuan / kebijakan
2. Evaluasi input, seperti evaluasi tehadap peserta didik, pendidik, prasarana dan sarana,
kurikulum / program, serta input lingkungan
3. Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap proses atau kegiatan pendidikan atau
pembelajaran yang sedang berlansung.
4. Evaluasi hasil / produk
5. Evaluasi “outcomes” ( dampak)
Secara keseluruhan evaluasi pendidikan akan muncul pada : 1. Awal kegiatan pendidikan. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan dan kemampuan peserta didik sehingga
memungkinkan tenaga pengajar menyusun rancangan pendidikan sesuai dengan peserta didik, dengan
selalu berpijak pada kompetensi yang akan di capai.
Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswa yang semakin berbudaya dan beradab
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Umpan balik dalam proses pendidikan adalah segala
informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses.
Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai
sepenuhnya materi yang dipelajari.
b. Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan
angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar
siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang
mengalami kesulitan belajar.
d. Fungsi seleksi dan penempatan
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai
dengan minat dan kemampuan.
Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal siswa selengkap
mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Di samping itu evaluasi juga berguna
untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan
mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi
harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tetapi juga siswa. Maka
tujuan evaluasi pembelajaran meliputi:
Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam
tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa
jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai
dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai
dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :
1. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
diantaranya : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun
daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.
c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam
situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya :
mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan
teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan,
menggunakan.
d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen
pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur,
analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional
yang dapat digunakan diantaranya : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan,
menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci.
e. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang
diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya : menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi,
menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun,
membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
f. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria
tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa,
sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi
sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menilai,
membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan,
mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima,
kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali
dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan,
mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap
salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara
sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan
diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan,
mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu,
mendiskusikan.
c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai
suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional
yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan,
mengambil bagian, dan memilih.
d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem
nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur,
menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan,
memodifikasi.
3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan
dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai
dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-
kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok
keterampilan masing-masing, yaitu :
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi
pembelajaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang
diharapkan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi
sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber
belajar, lingkungan, guru dan peserta didik serta sistem penilaian itu sendiri. Secara keseluruhan,
ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah:
1. Program pembelajaran, yang meliputi:
a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai
peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar ini adalah
keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau standar kompetensi dari setiap bidang
studi/mata pelajaran dan tujuan kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar,
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam
bentuk hasil belajar dan indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator,
dan unsur-unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.
b. Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub
topik/sub pokok bahasan beserta rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata
pelajaran. Isi kurikulum tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar
salah, berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan).
Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori,
prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain :
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang lingkup materi, urutan
logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik,
waktu yang tersedia dan sebagainya.
c. Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang
digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar,
kesesuaiannya dengan kondisi kelas/ sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat
perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam menggunakan metode, waktu, dan
sebagainya.
d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat dibagi tiga kelompok, yaitu media
audio, media visual, dan media audio-visual. Kriteria yang digunakan sama seperti
komponen metode.
e. Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber
belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang
(resources by design) dan sumber belajar yang digunakan (resources by utilization).
Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.
g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria
yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan
indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam
penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta
didik, jenis dan alat penilaian.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran :
a. Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan,
sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi, dan sebagainya.
c. Peserta didik, terutama dalam hal : peranserta peserta didik dalam kegiatan belajar dan
bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan,
motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan melaksanakan praktik dalam situasi
yang nyata, kesulitan belajar, waktu belajar, istirahat, dan sebagainya.
3. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), jangka
menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran), dan jangka
panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat).
c) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Sikap :
a. Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang diharapkan ?
b. Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang tua, suasana
madrasah, lingkungan, metoda dan media pembelajaran ?
c. Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang
diberikan oleh guru di madrasah ?
d. Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib madrasah dan kepemimpinan kepala
madrasah ?
2. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran :
a. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga
negara, warga masyarakat, warga madrasah, dan sebagainya ?
b. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi yang telah
diajarkan ?
c. Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil
dalam Al-Alquran dan Hadits ?
3. Kecerdasan peserta didik :
a. Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi, khususnya dalam pelajaran ?
b. Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
4. Perkembangan jasmani/kesehatan :
a. Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis ?
d. Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan ?
e. Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup sehat ?
5. Keterampilan :
a. Apakah peserta didik sudah terampil membaca Al-Quran, menulis dengan huruf Arab,
dan berhitung ?
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh
rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak, baik mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup
yang harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan.
Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari
setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.
Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah:
e. Berpikir kritis dan bertindak secara sistematis dalam setiap pengambilan keputusan
berdasarkan pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik, makhluk hidup, dan
teknologi.
f. Berwawasan kebangsaan dan global, terampil serta aktif berpartisipasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dilandasi dengan pemahaman terhadap nilai-nilai dan konteks
budaya, geografi dan sejarah.
Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya: (a) dirancang sedemikian rupa
sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi evaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil
evaluasi; (b) menjadi bagian yang integral dari proses belajar mengajar; (c) agar hasilnya
obyektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat evaluasi dan sifatnya komprehensif; (d)
diikuti dengan tindak lanjutnya. Dari segi yang lain, prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran
meliputi: (a) prinsip keterpaduan; (b) prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip kontinuitas; (d)
prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan; (f) prinsip pedagogis; (g) prinsip diskriminalitas; dan
(h) prinsip akuntabilitas.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas prosees belajar
mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah
laku yang terjadi pada peserta didik. perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan
perubahan perubahan tingkahlaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program
pembelajaran. Oleh karena itu, instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan
dan isi program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan
karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan kelulusan dan kedalaman materi
pelajaran yang diberikan. Disamping itu, hasil evaluasi harus dianalisis dan ditafsirkan secara
hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-betul akurat mencerminkan keadaan siswa
secara objektif.
Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan
program selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata untuk menentukan rating
siswa, melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau
alat pendidikan, evaluasi pembelajaran harus dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi
dalam program pembelajaran, dilakukan secara kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan
dapat lebih mendorong siswa aktif belajar.
b. Jenis-Jenis Evaluasi
Unsur pokok dalam evaluasi pembelajaran adalah: (a) objek yang akan dievaluasi, (b)
kriteria sebagai pembanding, dan (c) keputusan (judgment). Objek evaluasi dalam pelajaran
meliputi isi program pembelajaran, tingkat efesiensi dan efektivitas pelaksanaan program, dan
tingkat keberhasilan program pembelajaran (output program). Kemudian kriteria sebagai
pembanding meliputi kriteria internal (relatif) dan kriteria eksternal (mutlak/absolut). Kriteria
yang bersifat relatif menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya.
Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan kedalam empat jenis, yaitu: formatif, sumatif,
diagnostik, dan penempatan. Evaluasi formatif menekankan pada upaya perbaikan proses
pembelajaran. Evaluasi sumatif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar
setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai, dan/atau kenaikan dan kelulusan siswa.
Evaluasi diagnostik menekankan pada upaya memahami kesulitan siswa dalam belajar,
sedangkan evaluasi penempatan menekankan pada upaya untuk menyelaraskan antara program
dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa.
Menurut caranya, evaluasi dibedakan atas dua jenis, yaitu: evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kualitatif. Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi
kuantitatif. Penilaian kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan
evaluasi kualitatif dinyatakan dengan ungkapan seperti “sangat baik, bak, cukup, kurang, sangat
kurang” atau “sangat memuaskan, memuaskan, kurang memuaskan, dan tidak memuaskan”.
Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil
belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil
belajar siswanya.
Berdasarkan teknisnya, evaluasi dibedakan antara tes dan nontes. Teknik tes dapaat
dibedakan menurut materi yang akan dinilai, bentuk dan caranya. Menurut materi yang dinilai
dibedakan tes hasil belajar, tes kecerdasaan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian.
Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan,
tes lisan, dan tes tindakan. Teknis nontes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran.
Alat-alat khusus untuk melaksanakan teknis nontes ini dapat dilakukan melalui pengamatan,
wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan, dan skala sikap. Berdasarkan kriteria yang
digunakan dibedakan kedalam evaluasi berdasarkan acuan patokan (PAP) dan evaluasi
berdasarkan acuan normal (PAN).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran
yang dimaksud adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran
keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang
dimaksud adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.
Evaluasi merupakan sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses
pengumpulan dan pengolahan data.
Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu pendidik untuk mengetahui kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan mengetahui kemampuan-kemampuan siswa
tersebut, pendidik dapat mengetahui dan sekaligus membimbing peserta didik yang masih kurang
mampu memahami materi pelajaran yang telah mereka ajarkan.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip, ruang lingkup, jenis-jenis, dan bentuk evaluasi pembelajaran
yang dapat dilakukan dan diperhatikan oleh pendidik dalam melakukan evaluasi pembelajaran.
Saran
Hendaknya seorang tenaga pengajar dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena dengan adanya evaluasi ini
akan dapat menunjang kualitas dan mutu pendidikan kita.
Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan pembelajaran yang telah diuraikan diatas sangatlah
penting karena dengan adanya hal tersebut kita dapat belajar bagaimana cara mengevalausi dari
kegiatan belajar mengajar apakah sudah dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-syarat dalam
penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang
sesuai agar hasil yang diinginkan sesuai.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. E-book tersedia:
[http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-Evaluasi-
Pembelajaran.pdf]
Bloom, B.S. et.al. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw-Hill
Mavin, Sharon dkk. (2010). The Evaluation of Learning and Development in the Workplace: A
Review of the Literature
Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Stufflebeam, D.L. et.al. (1977). Educational Evaluation and Decision Making. Illinois:F.E.
Peachock Publisher. Inc
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada