Anda di halaman 1dari 11

Muka Air Tanah :

 Kapasitas/daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk


menahansuatu beban yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui pondasi.
Sedangkankapasitas/daya dukung batas tanah (qu = qult = ultimate bearing capacity)
adalah tekananmaksimum yang dapat diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa
menimbulkankelongsoran geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan sekeliling
pondasi.
Terdapat 3 kemungkinan pola keruntuhan kapasitas dukung tanah, yaitu :
1. Keruntuhan geser umum (General Shear Failure):
Keruntuhan ini dapat terjadi pada satu sisi sehingga pondasi miring dan tanah diatas pondasi
mengembang akibat desakan tanah dibawah pondasi, biasanya terjadi pada tanah yang padat
dan kaku (kompresibilitas rendah).

Gambar 1. Pola keruntuhan geser umum (General Shear Failure).

2. Keruntuhan geser setempat (Local Shear Failure):


Tanah di atas pondasi tidak terlalu mengembang karena dorongan di bawah pondasi lebih
besar dan kemiringan pondasi tidak terlalu besar, biasanya terjadi pada tanah lunak
(kompresibilitas tinggi).
Gambar 2. Pola keruntuhan geser setempat (Local Shear Failure).

3. Keruntuhan geser baji / penetrasi (Punching Shear Failure):


Keruntuhan ini terjadi akibat desakan di bawah dasar pondasi disertai pergeseran arah
vertikal sepanjang tepi. Kemiringan pondasi sama sekali tidak terjadi dan
pengembangan tanah di atas pondasi tidak terjadi akibat penurunan yang besar di
bawah pondasi. Biasanya terjadi pada tanah sangat lunak atau lunak (kompresibilitas
tinggi) dan nilai qu sulit dipastikan.

Gambar 3. Pola Keruntuhan geser baji (Punching Shear Failure)

 Kapasitas Dukung Menurut Terzaghi (1943)


Terzaghi (1943), memberikan beberapa rumus sesuai dengan bentuk geometri pondasi
tersebut. Rumus-rumus yang dimaksud antara lain :
a. Untuk tanah dengan keruntuhan geser umum (general shear failure) :
1. Kapasitas dukung pondasi menerus dengan lebar B :
qu = c.Nc + γ.Df.Nq + ½. γ.B.Nγ
2. Kapasitas dukung pondasi lingkaran dengan jari-jari R :

qu = 1,3.c.Nc + γ.Df.Nq + 0,6. γ.R.Nγ

3. Kapasitas dukung pondasi bujur sangkar dengan sisi B :


qu = 1,3.c.Nc + γ.Df.Nq + 0,4. γ.B.Nγ
4. Kapasitas dukung pondasi segi empat (B x L) :
qu = c.Nc.(1 + 0,3.B/L) + γ.Df.Nq + ½. γ.B.Nγ (1 – 0,2.B/L) (4)

keterangan :
qu = kapasitas dukung maksimum
q = P0 = tekanan overburden = γ.Df
c = kohesi tanah
γ = berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi (R = jari-jari untuk pondasi lingkaran)
L = panjang pondasi (L ≥ B)
Nc , Nq , Nγ adalah faktor daya dukung yang besarnya dapat ditentukan dengan
memakai Tabel 1.

γ Nc Nq Nγ γ Nc Nq Nγ
0 5,70 1,00 0,00 26 27,09 14,21 9,84
1 6,00 1,10 0,01 27 29,24 15,90 11,60
2 6,30 1,22 0,04 28 31,61 17,81 13,70
3 6,62 1,35 0,06 29 34,24 19,98 16,18
4 6,97 1,49 0,10 30 37,16 22,46 19,13
5 7,34 1,64 0,14 31 40,41 25,28 22,65
6 7,73 1,81 0,20 32 44,04 28,52 26,87
7 8,15 2,00 0,27 33 48,09 32,23 31,94
8 8,60 2,21 0,35 34 52,64 36,50 38,04
9 9,09 2,44 0,44 35 57,75 41,44 45,41
10 9,61 2,69 0,56 36 63,53 47,16 54,36
11 10,16 2,98 0,69 37 70,01 53,80 65,27
12 10,76 3,29 0,85 38 77,50 61,55 78,61
13 11,41 3,63 1,04 39 85,97 70,61 95,03
14 12,11 4,02 1,26 40 95,66 81,27 115,31
15 12,86 4,45 1,52 41 106,81 93,85 140,51
16 13,68 4,92 1,82 42 119,67 108,75 171,99
17 14,60 5,45 2,18 43 134,58 126,50 211,56
18 15,12 6,04 2,59 44 151,95 147,74 261,60
19 16,56 6,70 3,07 45 172,28 173,28 325,34
20 17,69 7,44 3,64 46 196,22 204,19 407,11
21 18,92 8,26 4,31 47 224,55 241,80 512,84
22 20,27 9,19 5,09 48 258,28 287,85 650,67
23 21,75 10,23 6,00 49 298,71 344,63 831,99
24 23,36 11,40 7,08 50 347,50 415,14 1072,80
25 25,13 12,72 8,34

b. Untuk tanah dengan keruntuhan geser setempat (local shear failure) :


1. Kapasitas daya dukung pondasi menerus dengan lebar B :
q′u = c′.N′c + γ.Df.N′q + ½.γ.B. N′γ
2. Kapasitas daya dukung pondasi lingkaran dengan jari-jari R :
q′u = 1,3.c′.N′c + γ.Df.N′q + 0,6.γ.R.N′γ
3. Kapasitas daya dukung pondasi bujur sangkar dengan sisi B :
q′u = 1,3.c′.N′c + γ.Df.N′q + 0,4. γ.B.N′γ
4. Kapasitas daya dukung pondasi persegi empat (B x L) :
q′u = c′.N′c.(1 + 0,3.B/L) + γ.Df.N′q + ½.γ.B.N′γ (1 – 0,2.BL)

 Dewatering (pekerjaan pengeringan) adalah pekerjaan sipil yang bertujuan untuk dapat
mengendalikan air (air tanah/permukaan) agar tidak mengganggu/menghambat proses
pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, terutama untuk pelaksanaan bagian struktur yang
berada dalam tanah dan di bawah muka air tanah.
Pengaruh air tanah yang tidak dipertimbangkan pada proyek konstruksi dapat
mengakibatkan suatu problem yang besar. Kondisi air tanah yang semula kurang diketahui
atau tidak diperhitungkan, dapat mengubah proses pelaksanaan dan bahkan dapat
mengubah desain struktur, dan terakhir akan mempengaruhi biaya keseluruhan bangunan.
Sering dijumpai, bahwa problem air tanah yang tidak diharapkan dapat menyebabkan
terlambatnya penyelesaian proyek konstruksi, dan bahkan dapat mengakibatkan
perubahan desain konstruksi secara drastis. Agar dapat menghindari masalah-masalah di
atas, kita harus dapat memahami dan mengerti hal-hal tentang air tanah.
Pada dasarnya ada 2 hal yang perlu diketahui tentang air tanah, ditinjau dari pengaruhnya
terhadap proses pelaksanaan bangunan, yaitu:
1. Bagaimana air tersebut bergerak di dalam tanah sekitarnya.
2. Bagaimana pengaruh air tersebut terhadap tanah sekitarnya.
Dengan mempelajari kedua faktor pokok tersebut, kita dapat melakukan berbagai usaha
untuk mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan.
Jadi maksud dan tujuan Dewatering /pekerjaan pengeringan adalah untuk dapat
mengendalikan air tanah, supaya tidak mengganggu /menghambat proses pelaksanaan
suatu pekerjaan konstruksi bangunan sipil.
Metode yang dapat dipakai untuk pekerjaan dewatering antara lain:
1. Open Pumping
2. Predrainage
3. Cut Off
4. Compressed Air

Pondasi Baru Dekat dengan Pondasi Lama :


Pondasi lama akan terbawa turun juga akibat beban pondasi baru. Solusinya dengan pengaturan
jarak yang cukup (sebaran beban 1:1) atau gunakan sheet pile. Suku ke-2 kapasitas dukung tanah
akan hilang, sehingga kapasitas dukung menjadi berkurang.

Pertimbangan-pertimbangan perancangan :
a. Kedalaman pondasi harus cukup dan penggaliannya harus memperhitungkan
telapak-telapak yang sudah ada pada bangunan yang bersebelahan.
b. Kedalaman pondasi harus di bawah zona perubahan volume musiman yang
disebabkan oleh pebekuan , pelumeran dan pertumbuhan tanaman.
c. Skema pondasi harus mempertimbangkan kondisi tanah yang memuai.
d. Sistem pondasi harus aman terhadap pembalikan , pergeseran dan pengangkatan.
e. Sistem harus aman terhadap kemunduran atau korosi dari dalam tanah yang
mengandung bahan-bahan berbahaya.
f. Sistem pondasi mampu bertahan terhadap perubahan-perubahan tapak atau
geometri konstruksi dan mudah dimodifikasi bila akan memerlukan perubahan
pada struktur-atas dan pembebanan.
g. Pondasi harus dapat dibangun dengan tenaga konstruksi yang ada
h. Perkembangan pondasi dan tapak harus memenuhi standar-standar lingkungan
setempat.

Faktor lain yang dipertimbangkan dalam perencanaan pondasi telapak :


a. Kedalaman dan jarak antara pondasi telapak
Bila pondasi telapak berdekatan dengan sebuah bangunan yang sudah ada maka haruslah garis
antar dasar pondasi membentuk sudut 45o dan jarak m > zf sehingga menghasilkan tekanan yang
konservatif yang berasal lebih dari satu pondasi telapak , Gambar 1.1 (a) sedang pada gambar (b)
ada kemungkinan tanah dapat mengalir secara lateral dari bawah pondasi lama sehingga
mengakibatkan retak-retak pada bangunan yang sudah ada.
Sukar untuk menentukan jarak m agar bangunan yang berdekatan tidak dirugikan , masalah
tersebut dapat dihindari dengan membuat dinding turap.
b. Efek tanah yang dipindahkan
Tanah selalu dipindahkan / digali saat memasang pondasi dan sebagian diurugkan kembali ,
dipadatkan dan dibuatkan sistem drainasi untuk mengendalikan tekanan hidrostatik.
c. Tekanan tanah perencanaan
Perlu ditegaskan tekanan yang digunakan apakah nilai bersih atau nilai kotor. Tekanan kotor
merupakan tekanan total yang dapat dipikul pada kedalaman pondasi (D) sehingga menghasilkan
daya dukung batas (qult) sedang tekanan bersih adalah tekanan yang selebihnya dari beban lebih
(pondasi telapak) yang ada yang dapat dipikul dengan aman pada kedalaman pondasi (D) dengan
pertimbangan penurunan.
d. Masalah erosi
Bila pondasi berdekatan dengan aliran air maka harus diletakkan pada suatu kedalaman sehingga
erosi tidak memotong tanah dan menyebabkan keruntuhan. Disamping itu harus diperhatikan jenis
pondasi yang sesuai , efek dan kedalaman erosi , biaya pondasi.
e. Perlindungan terhadap korosi
Di kawasan yang tercemar mungkin terdapat masalah korosi terhadap pondasi logam . Beton dapat
menahan korosi , bila ada sulfat digunakan beton yang tahan terhadap sulfat atau digunakan tiang
pancang kayu bila pH tanah > 9,5 atau < 4 (pH netral = 7)
f. Fluktuasi bidang batas air-jenuh
Bidang batas air jenuh yang direndahkan akan menambah tekanan efektif dan dapat menyebabkan
penurunan tambahan. Bila ditinggikan dapat mengakibatkan ketakstabilan dari pengapungan
bangunan dan pengurangan tekanan efektif.
g. Pondasi di dalam deposit / endapan pasir
Perencanaannya perlu mempertimbangkan daya dukung , penurunan endapan lepas, kedalaman
pondasi yang mencukupi.
h. Pondasi pada tanah lus
Tanah lus (tanah yang mudah runtuh) adalah endapan yang dibawa angin (aeolian) , longgar tetapi
stabil mengandung bahan perekat yang larut dalam air .
Bila ada pembebanan dan pembasahan tertentu menyebabkan runtuhnya struktur tanah dan
menghasilkan penurunan yang luas.
Ciri – ciri endapan tanah lus adalah :
- berbutir halus (lolos ayakan No.200) , tidak ada kerikil sama sekali
- berat jenis (SG) = 2,65 sampai 2,72
- berat volume kering langsung (gkering) = 1 sampai 1,68 t/m3
- berat volume kering dari uji pemampatan (gkering) = 1,58 sampai 1,79 t/m3
- batas cair (wL) = 25% sampai 55%
- batas plastis (wP) = 15% sampai 30%
- kadar air (wN) = 12% sampai 20% (menurut Sheeler,1968)
- rasio rongga langsung di tempat (eo) = 0,67 sampai 1,5 (menurut Drannikov,1967)
Tanah rentan terhadap keruntuhan bila berat volume kering langsung kurang dari :
(gkering) = 110 – 1,17(wL – 16) pcf (menurut Bowles,1988) atau 1,762 – 0,019(wL –
16) t/m3
Bila tanah potensi ada keruntuhan supaya dapat digunakan pondasi tapak maka dilakukan :
- Pemampatan tanah (penggalian dan penggantian) sampai gkering ³ 1,58 t/m3
- Pemampatan menggunakan bahan tambah (kapur , semen portland)
- Memakai sarana untuk mencegah kebasahan (sulit dilaksanakan)
- Memakai tiang pancang
i. Pondasi di atas tanah ekspansif
Tanah lempung cenderung menyusut pada pengeringan dan mengembang bila basah. Semakin
rendah batas penyusutan dan semakin besar perbedaan indeks plastisitas maka semakin mungkin
terjadi perubahan volume.

 Di dalam proyek suatu konstruksi, hal yang paling penting salah satunya adalah pondasi
dikarenakan berfungsi untuk meneruskan beban struktur di atasnya kelapisan tanah di
bawahnya. Ditinjau dari segi pelaksanaan, ada beberapa keadaan dimana kondisi
lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kondisi
yang diasumsikan dalam perencanaan meskipun macam pondasi yang sesuai telah dipilih
dengan perencanaan yang memadai, serta struktur fondasi yang telah dipilih itu di
lengkapi dengan pertimbangan mengenai kondisi tanah pondasi dan batasan-batasan
struktur.
Setiap pondasi harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang telah
ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin terjadi. Jenis pondasi
yang sesuai dengan tanah pendukung yang terletak pada kedalaman 10 meter di bawah
permukaan tanah adalah fondasi tiang. (Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kazuto
Nakazawa, 1990).
Tanah selalu mempunyai peranan penting dalam suatu pekerjaan konstruksi. Tanah
adalah sebagai dasar pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu
sendiri. Pada umumnya semua bangunan dibuat diatas dan dibawah permukaan tanah,
maka diperlukan suatu sistem fondasi yang akan menyalurkan beban dari bangunan ke
tanah. Untuk menentukan dan mengklasifikasi tanah diperlukan suatu pengamatan di
lapangan. Tetapi jika mengandalkan pengamatan di lapangan, maka kesalahan-kesalahan
yang disebabkan oleh perbedaan pengamatan perorangan akan menjadi sangat besar.
Untuk memperoleh hasil klasifikasi yang objektif, biasanya tanah itu secara sepintas
dibagi dalam tanah berbutir kasar dan berbutir halus berdasarkan suatu hasil analisa
mekanis. Selanjutnya tahap klasifikasi tanah berbutir halus diadakan berdasarkan
percobaab konsistensi. (Dr. Ir. Suyono osrodarsono dan Kazuto Nakazawa, 1990).
Karena tanah mempunyai pori yang besar, maka pembebanan biasa akan mengakibatkan
deformasi tanah yang sangat besar. Hal ini tentu akan mengakibatkan penurunan fondasi
yang akan merusak konstruksi. Berbeda dengan bahan-bahan konstruksi yang lain,
karakteristik tanah didominasi oleh karakteristik mekanisnya seperti permeabilitas atau
kekuatan geser yang berubah-ubah sesuai dengan pembebanan. Akibat dari beban yang
bekerja pada tanah, susunan butir – butir tanah berubah atau kerangka struktur butir-butir
tanah berubah ehingga angka perbandingan pori (valid ratio) menjadi kecil yang
mengakibatkan deformasi pemampatan. Deformasi pemampatan tanah yang terjadi
memperlihatkan gejala yang elastis, sehingga bila beban itu ditiadakan maka tanah akan
kembali pada bentuk semula. (Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa,
1990).
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara pelaksanaan.
Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi
empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang
pancang composite (kayu – beton dan baja – beton). Tiang pancang beton berdasarkan
cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam yaitu cast in place (tiang beton cor
ditempat atau pondasi tiang bor) dan precast pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau
dibuat dipabrik). Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru
dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah
kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada
waktu pengangkatan dan pemancangan. Pemakaian pondasi tiang pancang mempunyai
keuntungan dan kerugian antara adalah sebagai berikut ini. Keuntungan nya yaitu :

1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih dapat
diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dapat dilakukan setiap saat.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga
mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

Kerugian nya :

1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada


daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah
disekitarnya.
2. Pemancangan sulit, bila dimeter tiang terlalu besar
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan nya sulit
dan memerlukan alat penyambung khusus.
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.

Metode pelaksanaan :

1. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.


2. Pengangkatan tiang.
3. Pemeriksaan kelurusan tiang.
4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.

Dalam menentukan kapasitas dukung tiang diperlukan klasifikasi tiang dalam


mendukung beban yang bekerja. Menurut Terzaghi, klasifikasi tiang didasarkan pada
fondasi tiang yaitu :

1. Tiang gesek (friction pile), bila tiang pancang pada tanah berbutir. Akibat
pemancangan tiang, tanah disekitar tiang menjadi padat. Porositas dan
kompresibilitas tanah akibat getaran pada waktu tiang dipancang menjadi berkurang
dan angka gesekan antara butir-butir tanah dan permukaan tiang pada arah lateral
menjadi bertambah.
2. Tiang lekat (cohesion pile), bila tiang dipancang pada tanah lunak (permeabilitas
rendah) atau tanah mempunyai kohesi yang tinggi.
3. Tiang mendukung dibagian ujung tiang (point / end bearing pile), bila tiang
dipancang dengan ujung tiang mencapai tanah keras sehingga seluruh beban yang
dipikul oleh tiang diteruskan ke tanah keras melalui ujung tiang.
4. Tiang tekan, bila tiang telah menumpu pada tanah keras dan mendapatkan tekanan
vertikal dari beban mati maupun beban hidup.
5. Tiang tarik, bila tiang pancang pada tanah berbutir mendapat gaya yang bekerja dari
lendutan momen yang mengakibatkan tiang mengalami gaya tarik.

Pada kenyataannya di lapangan, tanah sangat heterogen dan pada umumnya


merupakan kombinasi dari kelima hal tersebut di atas. Berbagai metode dalam usaha
menentukan kapasitas dukung tiang ini, tapi umumnya dibedakan dalam dua
kategori yaitu untuk tiang tunggal dan kelompok tiang.

Anda mungkin juga menyukai