Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN KECEPATAN MINIMUM FLUIDISASI DAN BUBBLING

BATU BARA DI DALAM FLUIDIZED BED DENGAN SIMULASI CFD

Mochammad Agung Indra Iswara1, T. Nurtono2 and S. Winardi3


1,2,3
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya 60111
E-mail: m.agungindra.i@gmail.com

ABSTRAK

Penentuan kecepatan bubbling dilaksanakan dalam kondisi operasi pada saat simulasi pembakaran
batubara di dalam fluidized bed. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan simulasi
pembakaran adalah melakukan validasi fluidisasi lalu dilakukan meshing, selanjutnya dilakukan
simulasi fluidisasi. Geometri fluidized bed yang digunakan berbentuk tabung dengan panjang silinder
fluidized bed 1.370 mm, diameter silinder 152 mm. Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa
pulverized coal dengan jenis batubara Bituminous dimana ukuran partikel dianggap monodisperse
dengan particle size sebesar 1.43 mm dan polydisperse dengan ukuran partikel 1 mm dan 1,86 mm,
dan variasi kecepatan superficial sebesar 0,1 sampai 1,5 m/s. Hasil yang didapat adalah batubara jenis
bituminous memiliki kecepatan minimum fluidisasi untuk monodisperse sebesar 0,5 m/s selama 10
detik sedangkan untuk polydisperse hampir sama dengan monodisperse yaitu sebesar 0,45 m/s selama
60 detik dengan pressure drop yang diperoleh untuk monodisperse sebesar 2.500 Pa namun pada
polydisperse pressure drop sebesar 1.200 Pa. Hasil kedua adalah penentuan kecepatan bubbling pada
kondisi seragam yaitu sebesar 0,51 m/s dan pada kondisi partikel polydisperse sebesar 0,8 m/s..

Kata kunci: bubbling fluidization, batubara, kecepatan minimum fluidisasi, Fluidized Bed

ABSTRACT

The Determination of bubbling velocity is carried out in the operating condition during the
simulation of coal combustion in a fluidized bed. The step was preceded by fluidization
validation, followed by meshing method, and the next step was fluidization simulation. The
used fluidized bed geometry was tubular cylinder. The used materials in this study was
pulverized coal with Bituminous coal type which has the particle size of 1.43 mm for the
monodispers, and those of 1 mm and 1.86 mm for the polydisper, and the superficial velocity
was varied from 0.1 to 1.5 m/s. The result shows that the minimum fluidization velocity was
0.5 m/s for monodispered with the pressure drop of 2.500 Pa in 10 seconds, and that of 0,45
m/s for polydispersed with the pressure drop of 1.200 Pa in 60 seconds. The determining
bubbling velocity in single particle size was 0,51 m/s, and that for polydispered was 0,8 m/s.

Keywords: bubbling fluidization, coal, minimum fluidization velocity, Fluidized Bed

1. PENDAHULUAN semakin menipis, mendorong industri besar


untuk menciptakan suatu cara alternatif
Di era globalisasi sekarang ini, kebu- dalam mengunakan energi fosil ini. Salah
tuhan energi fosil semakin meningkat, satunya dengan cara memperlakukan bahan
misalnya minyak bumi, gas alam, dan bakar fosil yang berbeda, seperti diketahui
batubara. Penggunaan energi fosil diguna- bahwa energi fosil berbentuk fluida sangat
kan sebagai bahan bakar penggerak mesin, mudah untuk di-treatment yaitu diubah
dan sumber panas di dalam furnace. Namun menjadi spray/disemburkan, diubah menjadi
karena ketersediaan bahan bakar fosil gelembung/droplet. Sedangkan bahan bakar

51
Jurnal ESDM, Volume 8, Nomor 1, Mei 2016, hal. 51-57

padat perlu penanganan khusus, biasanya Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
bongkahan bahan bakar padat misalnya kecepatan minimum fluidisasi dan
batubara langsung dimasukkan ke dalam kecepatan bubbling partikel batubara
seragam/ rata-rata dan dua jenis ukuran
furnace atau diubah menjadi briket atau dengan menggunakan simulasi CFD dimana
digasifikasi. Baru–baru ini seorang peneliti fraksi massa tiap ukuran sebesar 50%.
Wang1) mempresentasikan fluidisasi Penentuan kecepatan minimum
batubara yang sebelumnya di-pulverized fluidisasi diperoleh dari persamaan Ergun
dahulu kemudian batubara dibakar di dalam yaitu persamaan (1), sedangkan kecepatan
kolom, lalu batubara yang baru masuk ke superficial adalah kecepatan yang dimiliki
dalam kolom fluidisasi secara kontinyu. fluida saat fluida itu bergerak pada bidang
yang sama tanpa mengalami gangguan.
Keunggulan sistem fluidisasi batubara Kecepatan minimum fluidisasi dapat
adalah fleksibilitas batubara, emisi NOx dan ditentukan secara grafis dan teoritis. Teknik
SOx rendah, tidak terjadi slagging dan grafis dapat dilakukan apabila tersedia
korosi. kurva karakteristik fluidisasi (antara log u
terhadap log ∆P) namun karena adanya
A. Teori penyimpangan seperti interlock, yang
menyebabkan partikel menyatu (biasanya
Fluidisasi menurut Mc Cabe2) adalah karena basah atau karena kelembaban
metode pengontakan butiran-butiran padat udara) sehingga kecepatan udara yang
dengan fluida (cair ataupun gas) sehingga dibutuhkan untuk memfluidisasikan partikel
memiliki sifat seperti fluida dengan tersebut juga bertambah besar dan
viskositas tinggi. Sedangkan Fluidized Bed mengakibatkan pressure drop (ΔP) menjadi
adalah bed partikel padat yang mana besar, maka kecepatan fluidisasi ditentukan
digerakkan oleh hembusan aliran gas ke dengan lima teori fenomena fluidisasi.
atas, kecepatan aliran gas harus lebih besar
untuk menyebarkan partikel (fluidized bed) 150(1−𝜀𝜀𝑚𝑚𝑚𝑚 )𝑑𝑑𝑝𝑝 𝜌𝜌𝑔𝑔 1,75𝑑𝑑𝑝𝑝 𝜌𝜌𝑔𝑔
𝑢𝑢𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑢𝑢𝑚𝑚𝑚𝑚 2 =
tetapi partikel tersebut tidak keluar dari 𝜀𝜀𝑚𝑚𝑚𝑚 3 µ 𝜀𝜀𝑚𝑚𝑚𝑚 3 µ
unggun. Unggun tersebut memiliki sifat 𝑑𝑑𝑝𝑝 2 𝜌𝜌𝑔𝑔 (𝜌𝜌𝑠𝑠 −𝜌𝜌𝑔𝑔 )𝑔𝑔
seperti cairan, yang terlihat seperti …………………………..(1)
µ2
mendidih dan memperlihatkan kemampuan
mengapung dan tekanan hidsrotatik. Untuk keadaan ekstrem, yaitu:
Menurut Ragland3) Fluidized bed terdiri atas 1. Aliran laminer (Re < 20), kecepatan
4 bagian, yaitu air plenum; air distributor; fluidisasi minimumnya adalah:
bed; dan freeboard. Fungsi dari freeboard
adalah digunakan untuk melepaskan 𝑢𝑢𝑚𝑚𝑚𝑚 =
partikel yang terlempar ke atas bed dan 𝑑𝑑𝑝𝑝 2 �𝜌𝜌𝑠𝑠 −𝜌𝜌𝑔𝑔 �𝑔𝑔 𝜀𝜀𝑚𝑚𝑚𝑚 3
menyempurnakan pembakaran dari partikel ……………......(2)
150 µ 1−𝜀𝜀𝑚𝑚𝑚𝑚
kecil yang belum terbakar sempurna di
dalam bed. Air plenum sebagai ruang
kosong untuk saluran udara atau gas yang 2. Aliran turbulen (Re > 1000), kecepatan
akan memfluidisasi unggun tersebut, fluidisasi minimumnya adalah :
sedangkan air distributor adalah alat untuk
mendistribusi udara/ gas agar unggun 𝑢𝑢𝑚𝑚𝑚𝑚 2 =
terfluidisasi merata di sepanjang permukaan 𝑑𝑑𝑝𝑝 �𝜌𝜌𝑠𝑠 −𝜌𝜌𝑔𝑔 �𝑔𝑔
unggun. 𝜀𝜀𝑚𝑚𝑚𝑚 ……………..………(3)
1,75 𝜌𝜌𝑔𝑔
Parameter yang penting dalam
mempelajari fluidisasi adalah kecepatan Grafik kondisi kurva fluidisasi tidak ideal
minimum fluidisasi Umf yang merupakan
kecepatan awal terjadinya fluidisasi di dapat dilihat pada Gambar 1.
dalam unggun, dan menentukan tekanan
yang hilang yang terdapat pada awal
fluidisasi. Sehingga pada penelitian ini
membuktikan dan memvalidasi penelitian
Wang1) dimana mendistribusikan ukuran
partikel batubara selanjutnya difluidisasi
dan dikeringkan dengan udara panas.

52
Iswara, Penentuan Kecepatan Minimum Fluidisasi...

keadaan ini, pressure drop sama dengan


berat lapisan partikel. Selama kecepatan
gas/udara dinaikkan, terjadi
pembentukan gelembung menjadi lebih
banyak, turbulensi yang kuat,
pencampuran cepat dan gerakan partikel
bertambah besar akibatnya volume
lapisan partikeltidak melebihi volume
minimum fluidisasi.Lapisan partikel
padat menampilkan sifat cairan mendidih
dan terlihat seperti fluida “lapisan
Gambar 1. Grafik Kondisi Kurva gelembung fluida/ bubbling fluidized
Fluidisasi Tidak Ideal Karena Adanya bed”. Pada keadaan ini membuat lapisan
Interlock4) partikel (bed) tidak berekspansi. Jika
partikel pasir dalam keadaan
terfluidisasikan dipanaskan hingga ke
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada suhu nyala batubara, kemudian batubara
proses fluidisasi antara lain: diinjeksikan secara terus menerus ke bed,
1. Fixed bed batubara akan terbakar dengan cepat dan
Pada kondisi ini, lapisan partikel padat bed akan mencapai suhu yang seragam.
(bed) tidak bergerak yang terjadi jika Pada kebanyakan proses fluidisasi
kecepatan fluida terlalu rendah sehingga dioperasikan pada daerah bubbling
tidak mampu menimbulkan fluidisasi. fluidization.
Fluida yang mengalir hanya sebagian 4. Slugging Fluidization
kecil mengalir melalui celah-celah antara Ini merupakan kondisi suatu keadaan
partikel-partikel akibatnya partikel- lapisan partikel gelembung gas menyatu
partikel tidak bergerak atau tak dan bergerak keatas akibat partikel-
terfluidisasi. Pada kecepatan fluida yang partikel diatas gelembung didorong ke
rendah, pressure drop pada lapisan bed atas membentuk gumpalan partikel besar,
sebanding dengan kecepatan fluida. dan jatuh menyebar seperti hujan.
2. Incipient atau Minimum Fluidisasi 5. Turbulent Fluidization
Pada kondisi ini, adalah saat Merupakan suatu keadaan permukaan
terbentuknya keadaan lapisan yang atas lapisan partikel menghilang, dan
partikel-partikelnya melayang-layang, membentuk gelembung gas /udara dari
akibat kecepatan fluida berangsur-angsur berbagai ukuran serta bentuk. Hal ini
dinaikan, dan pressure drop aliran fluida terjadi pada kecepatan gas yang tinggi.
terhadap penampang melintang lapisan Tahapan fenomena yang terjadi pada saat
partikel (bed) juga naik. Keadaan ini Fluidisasi dapat dilihat pada Gambar 2.
disebabkan gaya gesek antara partikel
dan fluida tidak seimbang terhadap berat
partikel, komponen gaya vertikal sebagai
gaya tekan antara partikel yang
berdekatan hilang, dan pressure drop
setiap penampang melintang (bed) sama
dengan berat fluida dan partikel. Aliran
fluida ini dinamakan “terfluidisasi”.
Batasan pressure drop pada keadaan ini
sama dengan jumlah berat fluida dan
partikel sedangkan kecepatan fluida yang
terjadi adalah minimum fluidization
velocity, Umf. Gambar 2.Tahapan Fenomena yang
3. Bubbling Fluidization Terjadi Saat Fluidisasi5)
Kondisi ini menunjukkan suatu keadaan
gelembung gas/udara mulai terbentuk CFD (Computational Fluid Dynamics)
dalam lapisan partikel, akibat kecepatan adalah teknik numerik untuk penyelesaian
gas berangsur-angsur dinaikkan di atas persamaan pengaturan aliran fluida didalam
kecepatan minimum fluidisasi, dan aliran fluida tertentu6). Aliran fluida dapat
kejatuhan tekanan juga bertambah. Pada digambarkan dengan menggunakan persa-

53
Jurnal ESDM, Volume 8, Nomor 1, Mei 2016, hal. 51-57

maan Navier’s stoke. Menurut Versteeg7) digunakan adalah 2 dimensi dengan


kode CFD tersusun atas algoritma-algoritma perpotongan di tengah kolom. Bentuk
numerik yang dapat menyelesaikan Geometri Fluidisasi Bed Coal seperti pada
permasalahan aliran fluida. Suatu kode CFD Gambar 4. dan Gambar 5.
terdiri dari tiga elemen utama yaitu pre-
processor, solver, dan post-processor.
Persamaan kontinuitas untuk suatu fluida
compresible pada aliran steady state dalam
notasi dapat ditulis sebagai berikut :

∂ρ/∂t+div(ρu)=0…………………........(4)

Untuk aliran incompresible, nilai densitas ρ


adalah konstan dan persamaan (1.1) menjadi

Div (u) = 0…………….………….…….…(5)

Selanjutnya persamaan momentumnya


adalah

∂(ρui ) ∂�ρui uj � ∂p ∂ ∂ui ∂uj


+ =− + �µ � + − Gambar 3.Bentuk Geometri Fluidized Bed
∂t ∂xj ∂xi ∂xj ∂xj ∂xi
Coal 2D9)
2 ∂uk
δij �� + ρg i + Fi …………………...(6)
3 ∂xk Selanjutnya bahan yang digunakan
𝑖𝑖
adalah batubara pulverized coal dengan satu
dan k-ε turbulent model terdiri dari turbulent jenis ukuran diameter yaitu 0,00143 m yang
kinetic energy dan energy rate of dissipation mengacu pada penelitian Wang1) dan dua
jenis diameter yaitu 0,001 m dan 0,00186 m
yang diasumsikan sebagai mixture coal dan
∂ ∂ ∂ µt ∂k udara yang diasumsikan sebagai air yang
(ρk) + (ρkui ) = ��µ + � �+
∂t ∂xi ∂xj σk ∂xj bersuhu 298 K
Gk + Gb − ρɛ − Ym + Sk ….…………..….(7)
Tabel 1. Pemodelan yang Digunakan
∂ ∂ ∂ µt ∂ɛ
(ρɛ) + (ρɛui ) = ��µ + � �+ Persamaan multifase Eulerian
∂t ∂xi ∂xj σɛ ∂xj Aliran turbulen k-ε standard
ɛ ɛ2 Penyelesaian control-volume-based
C1ɛ (Gk + C3ɛ Gb ) − C2ɛ ρ + Sɛ …….…(8)
k k

Bentuk persamaan energi menurut Marshall


[5] adalah sebagai berikut :
∂(ρE) ∂ ∂ ∂T
+ (ui (ρE + p)) = �k eff −
∂t ∂xi ∂xi ∂xi
∑j′ hj′ Jj′ ,i + uj �τij � � + Sh ……………….(9)
eff

2. METODE

Pada penelitian ini simulasi pem-


bakaran batubara menggunakan software
ANSYS® 15 Untuk pemodelan geometri
digunakan Design Modeler®8) dengan
penentuan jumlah grid dan node
menggunakan Meshing®. Perhitungan
iterasi simulasi CFD menggunakan Gambar 4. Bentuk Meshing Fluidized
FLUENT®. Selanjutnya dimensi yang Bed Coal 2D9)

54
Iswara, Penentuan Kecepatan Minimum Fluidisasi...

Tabel 2. Kondisi Batas yang Digunakan9) mengangkat unggun. Selanjutnya ketika


kecepatan superfisial dinaikkan menjadi
Kondisi Batas Keterangan 0,5 m/s, terjadi pergerakan unggun
partikel bagian bawah, dan tinggi unggun
Inlet Tipe : velocity inlet mulai naik dan di dalam unggun terjadi
Kecepatan : 0,1 gelembung-gelembung, fenomena
sampai 1,5 m/s (arah tersebut adalah fenomena bubbling. Jika
sumbu-Y) kecepatan superfisial dinaikkan lagi
Outlet Tipe : pressure outlet sedikit demi sedikit maka terjadi
perubahan fenomena menjadi slugging,
Wall Tipe : interior gelembung di dalam unggun terbentuk
menjadi banyak dan menyatu seperti
membentuk lapisan-lapisan. Selanjutnya
Pada penelitian ini dilakukan selama 10 pada kecepatan 0,6 m/s gelembung naik
detik simulasi, dengan time step size 1/1000 ke permukaan kemudian pecah seperti
dan number of time step sebesar 10000 detik. pada Gambar 6

3. PEMBAHASAN

Hasil dari simulasi fluidisasi partikel


batubara dibagi menjadi dua bagian, yaitu
partikel batubara seragam yakni 0,00143 m
dan dua ukuran partikel yakni 0,001 m
dengan fraksi massa 50 dan 0,00186 m
dengan fraksi massa 50. Diameter ukuran
partikel tersebut mengacu pada penelitian
Wang yang mana membandingkan kecepatan Gambar 6. Kontur Volume Fraksi
minimum fluidisasi pada eksperimen Wang Padatan pada tiap Kecepatan selama 10
dan simulasi CFD. Untuk penelitian Wang Detik Simulasi1)
didapat kecepatan minimum fluidisasi
dengan menggunakan persamaan Ergun
sebesar 0,55 m/s, sedangkan pada saat Pada simulasi ini juga didapat kecepatan
simulasi sebesar 0,5 m/s. Sehingga tidak bubbling yaitu sebesar 0,51 m/s, penentuan
terjadi perbedaan secara signifikan antara kecepatan bubbling ini sangat penting karena
simulasi dengan eksperimen, seperti pada digunakan sebagai acuan kondisi operasi
Gambar 5 pada simulasi pembakaran, dengan asumsi
panas dapat tersebar merata di seluruh
bagian unggun dimana bubbling bergerak ke
atas menggerakkan partikel di atas menuju
ke bawah dan partikel di bawah bergerak ke
atas seperti pada Gambar 7.

Gambar 5. Grafik Perbandingan antara


Pressure Drop dengan Kecepatan dari
Hasil Simulasi denganPersamaan
Ergun9)

Sementara untuk kontur fraksi Gambar 7. Kontur Volume Fraksi


volume solid pada saat kecepatan 0 m/s Padatan pada Kecepatan 0,51 m/s selama
hingga 0,4 m/s belum terjadi pergerakan 10 Detik Simulasi9)
partikel, fase udara hanya melewati
rongga antar partikel dan belum mampu

55
Jurnal ESDM, Volume 8, Nomor 1, Mei 2016, hal. 51-57

Dari Gambar 7. dapat dijelaskan bahwa Hasil selanjutnya adalah grafik pressure
pada kondisi tersebut terjadi kondisi drop terhadap kecepatan superfisial selama
bubbling, pada detik pertama gelembung 60 detik, pada kecepatan 0 m/s hingga 0,4
terlihat simetris, kemudian naik menuju m/s pressure drop mengalami kenaikan
permukaan unggun, sebelum menuju secara signifikan, kemudian pada kecepatan
permukaan gelembung terlihat menyatu dan 0,45 m/s terjadi fluidisasi minimum sehingga
membentuk gelembung besar. Pada bagian pressure drop membelok sejajar dengan
bawah unggun terbentuk lagi gelembung sumbu-x. Pada kecepatan selanjutnya pres-
kemudian melebar membentuk slugging sure drop bergerak mendatar sedikit naik
kemudian terpecah membentuk gelembung turun dengan asumsi konstanhingga pada
kecil, hingga seterusnya pada detik ke kecepatan 1 m/s terjadi kenaikan tekanan dan
sepuluh. pada kecepatan 1,1 m/s terjadi penurunan
Selanjutnya pada simulasi berikutnya sampai pada kecepatan 1,5 m/s pressure
adalah menentukan kecepatan minimum drop diasumsikan konstan mendatar pada
fluidisasi dan bubbling dengan dua partikel sumbu-x seperti terlihat pada Gambar 9.
dimana berukuran 0,001 m dan 0,00186 m.
Pada penelitian ini berbeda dengan yang
sebelumnya, simulasi dilakukan selama 60
detik simulasi, dan kecepatan superfisial
dimulai dari 0 m/s hingga 1,5 m/s. Ketika
kecepatan superfisial dari 0 m/s hingga 0,4
m/s unggun partikel belum terangkat,
selanjutnya dinaikkan lagi 0,45 m/s unggun
mulai terangkat dan ini disebut sebagai
kecepatan minimum fluidisasi. Selanjutnya
pada kecepatan 0,5 m/s hingga 0,7 m/s Gambar 9. Grafik Pressure Drop Fase
terjadi slugging dan pada kecepatan 0,8 m/s Padatan terhadap Variasi Kecepatan
mulai terbentuk bubbling, sehingga bisa (m/s) selama 60 Detik Simulasi9)
disebut sebagai kecepatan bubbling. Setelah
mengalami kondisi bubbling pada kecepatan 4. SIMPULAN
0,9 m/s hingga 1,5 m/s unggun mengalami
turbulensi fluidisasi sehingga mengakibatkan Dari hasil simulasi didapat bahwa
tinggi unggun naik dan permukaan unggun kecepatan minimum fluidisasi untuk partikel
tidak terlihat lagi seperti pada Gambar 8. seragam sebesar 0,5 m/s dan kondisi
bubbling terjadi pada kecepatan 0,51 m/s,
untuk dua jenis ukuran partikel didapat
kecepatan minimum fluidisasi sebesar 0,45
m/s dan kondisi bubbling terjadi pada
kecepatan 0,8 m/s. Kecepatan bubbling
digunakan sebagai acuan kondisi operasi
pada simulasi pembakaran batubara, dengan
asumsi panas dapat tersebar merata di
seluruh bagian unggun dimana bubbling
bergerak ke atas menggerakkan partikel di
atas menuju ke bawah dan partikel di bawah
Gambar 8. Kontur Volume Fraksi bergerak ke atas. Selanjutnya untuk pressure
Padatan pada Variasi Kecepatan (m/s) drop kecepatan minimum fluidisasi terjadi
pada Detik Simulasi ke-609) ketika pada saat inisiasi hingga kecepatan
tertentu tekanan bergerak naik dan
membelok konstan sejajar terhadap ke-
cepatan superfisial.

56
Iswara, Penentuan Kecepatan Minimum Fluidisasi...

5. DAFTAR PUSTAKA States of America: Butterworth-


Heinemann: 1991
1. Wang, Wei-Cheng. Laboratory 6. ANSYS, Inc. Tutorial Guide for Ansys
Investigation of Drying Process of Fluent 15.0; Modelling Heterogeneous
Illinois Coals. 2012: North Carolina Reactions with Eulerian-Granular Flow:
State University. USA. 2010
2. McCabe, Warnen L., Smith, Julian C., 7. Versteeg, H.K. & Malalasekera, W.; An
Harriott, Peter.; Unit Operations of Introduction to Computational Fluid
Chemical Engineering 4th Ed. Dynamics: The Finite Volume Method
Singapore: Mc.Graw-Hill, 1985. (2nd Edition). USA: Pearson Prentice
3. Ragland, W. Kenneth and Bryden M. Hall, 2007
Kenneth; Combustion Technology: 8. ANSYS, Inc.. Theory Guide for Ansys
Taylor and Francis Group, 2nd ed, USA, Fluent 14.5. Cannonsburg, PA 15317:
2011. 2011
4. Susanti, A. dan Mu’aliya, M.F.R.; 9. Iswara, Mochammad Agung I.; Studi
Simulasi Computational Fluid Dynamic Fluidisasi dan Pembakaran Batubara
Pengeringan Batubara Kualitas Rendah Polydisperse di dalam Fluidized Bed
dalam Fluidized Bed Dryer: Institut dengan Pendekatan Numerik Berbasis
Teknologi Sepuluh Nopember, CFD: Institut Teknologi Sepuluh
Surabaya, 2014. Nopember, Surabaya : 2016.
5. Kunii, Daizo. & Levenspiel, Octave.:
Fluidization Engineering 2nd Ed. United

57

Anda mungkin juga menyukai