Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENERAPAN ABSENSI FINGERPRINT DAN PENGAWASAN

TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI INSTANSI VERTIKAL DI


BAWAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NASKAH PUBLIKASI

OLEH :

SURYA MAHDALENA

ALFIANDRI

WAYU EKO YUDIATMAJA

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016
EFFECT OF APPLICATION FINGERPRINT ATTENDANCE AND
CONTROL OF DISCIPLINE EMPLOYEES WORKING IN THE VERTICAL
INSTITUTIONS UNDER THE MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan absensi fingerprint


dan pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di instansi vertikal dibawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sampel penelitian ini terdiri dari 44
pegawai dari instansi Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Kantor Bahasa. Analisis data
yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas serta analisis regresi linier berganda
menggunakan aplikasi SPSS versi 21. Teknik sampling yang digunakan adalah metode
sensus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penerapan absensi fingerprint
dan pengawasan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja. Secara
parsial, variabel pengawasan berpengaruh secara sigifikan terhadap disiplin kerja.
Sementara variabel penerapan absensi fingerprint terbukti tidak berpengaruh terhadap
disiplin kerja. Uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa disiplin kerja dipengaruhi
oleh variabel penerapan absensi fingerprint dan pengawasan sebesar 25,8% dan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata Kunci: Absensi, Pengawasan, Disiplin
EFFECT OF APPLICATION FINGERPRINT ATTENDANCE AND
CONTROL OF DISCIPLINE EMPLOYEES WORKING IN THE VERTICAL
INSTITUTIONS UNDER THE MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE
ABSTRACT

This research is aimed to examine the influence of implementation fingerprint


attendance and monitoring to work discipline of civil cervants in vertical instances of
kemendikbud. The research’s sample consist 44 civile servants from Balai Pelestarian
Nilai Budaya and Kantor Bahasa instance. The statistic method used to test are validity
and reliability test and multiple linear regression with SPSS 21. The sampling
technique is census method. The result shows that implementation of fingerprint
attendance and monitoring have significant influence toward work discipline
simultanoeusly. Monitoring have significant positive influence to work discipline. But
implementation of fingerprint attendance hasn’t influence to work discipline.
Coefficient determination test proves that work discpline is influenced 25,8% by both
implementation of fingerprint attendance and monitoring and the rest is influenced by
another aspects.

Keywords:Attendance, Monitoring, Dicipline


1. Pendahuluan

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan kedisiplinan pegawai negeri


sipil. Belum maksimalnya tingkat disiplin kerja pegawai negeri sipil dikarenakan masih
melanggar peraturan dan kode etik pegawai seperti korupsi waktu dan melakukan
kegiatan pribadi di luar kantor saat jam kerja. Fokus penelitian ini adalah tentang
pengaruh penerapan absensi fingerprint dan pengawasan terhadap disiplin pegawai
negeri sipil yang ada di instansi vertikal di bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Salah satu hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penegakan
kedisiplinan adalah masalah kehadiran pegawai. Selain itu, peran pimpinan dan
pegawai itu sendiri dalam melakukan pengawasan di instansi pun turut serta berperan
dalam mempengaruhi kedisiplinan pegawai.

Kedisiplinan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen sumber daya


manusia karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi pula hasil kerja yang
dapat tercapai. Tanpa disiplin kerja yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang
optimal. Disiplin merupakan suatu alat atau sarana bagi organisasi mempertahankan
eksistensinya. Dengan disiplin yang tinggi, para pegawai akan menaati semua
peraturan yang ada, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan (Hartatik, 2014:184). Maka dari itu kedisiplinan haruslah ditegakkan
disetiap instansi agar tujuan dari instansi cepat tercapai.

Pemerintah Indonesia telah memberikan suatu regulasi dengan dikeluarkannya


Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Sebelum diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010,
peraturan disiplin bagi pegawai negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1980. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 dijelaskan kepada para
pegawai negeri sipil untuk meningkatkan kedisiplinan pegawai negeri sipil. Pegawai
Negeri Sipil sebagai aparat pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap
sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik, namun
realitanya sering terjadi dalam suatu instansi pemerintah, para pegawainya melakukan
pelanggaran yang menimbulkan ketidakefektifan kinerja dari pegawai yang
bersangkutan seperti datang terlambat dan juga berkeliaran di jam kerja.
Sistem absensi merupakan salah satu bentuk pengawasan kedisiplinan yang
sudah sejak lama diterapkan oleh semua organisasi. Absensi biometrik yang banyak
digunakan pada organisasi swasta maupun negeri adalah absensi elektronik sidik jari
(fingerprint), karena penggunaan absensi yang lebih mudah dibandingkan absensi
biometrik lainnya. Bukan menjadi rahasia umum lagi jika pekerjaan pegawai negeri
sipil ini merupakan pekerjaan yang paling diinginkan oleh masyarakat, selain karena
tergiur oleh gaji beserta uang tunjangan-tunjangan lainnya bahkan pekerjaan ini dinilai
sangat enak karena terdapat isu-isu tentang pegawai negeri itu banyak santainya hanya
tinggal datang dan absen saja serta bebas kemana saja pada saat jam kantor. Maka dari
itulah masalah absensi harus dipertegas dalam rangka menegakkan kedisiplinan agar
kinerja pegawai lebih optimal dalam lingkungan instansi pemerintahan.

Penerapan sistem absensi tersebut sebenarnya tidak terkait langsung dalam


upaya peningkatan disiplin dan kinerja pegawai saja. Sistem tersebut diterapkan
dengan tujuan utama untuk memudahkan pengontrolan dan otomatisasi sistem.
Kedisiplinan seharusnya memang tertanam dalam diri seorang pegawai tanpa
memandang sistem absen apapun yang diterapkan di instansi tempat mereka bekerja.

Dalam menegakkan kedisiplinan, intansi-instansi perlu juga menerapkan


pengawasan kepada pegawai agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-
baiknya. Pengawasan diperlukan untuk mengarahkan pegawai agar dapat
melaksanakaan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan aturan instansi. Pelaksanaan
suatu kegiatan tanpa adanya pengawasan dapat mengakibatkan disiplin kerja menurun
dan akan berpengaruh langsung kepada kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga dapat
menghambat pencapaian tujuan suatu organisasi (Hasibuan, 2010:184).
Disiplin kerja merupakan suatu kekuasaan yang berkembang dalam
penyusunan diri secara sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan,
nilai-nilai pekerjaan dan tingkah laku (Moekijat, 1975:67). Tingginya disiplin kerja
pegawai akan mampu mencapai tujuan kerja yang maksimal, baik itu disiplin waktu,
tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan dalam instansi tersebut.

Hasil penelitian Maeyasari (2012) yang berjudul Pengaruh penerapan Absensi


Fingerprint terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah kabupaten
Lebak menyimpulkan pengaruh efektifitas penerapan absensi fingerprint terhadap
disiplin PNS di Sekretariat Daerah Kabupaten Lebak hanya 35,2% yang lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain. Selain penelitian tersebut, Setiawan (2011) pada
penelitiannya menyimpulkan Perangkat lunak absensi Automatic Fingerprint
Identification System (AFIS) signifikan dapat meningkatkan disiplin kerja. Besarnya
kontribusi atau pengaruh perangkat lunak absensi sidik jari dalam meningkatkan
disiplin kerja adalah 52,7%. Artinya disiplin kerja dipengaruhi secara dominan oleh
Perangkat lunak absensi sidik jari. Penelitian yang dilakukan oleh Winarti Setyorini
(2013) menyimpulkan bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
disiplin kerja pegawai kantor Inspektorat Kabupaten Kota Waringin Barat Pangkalan
Bun sebesar 65,8%.

Dari beberapa penelitian di atas belum ditemukan adanya penelitian mengenai


pengaruh penerapan absensi sidik jari dan pengawasan secara bersama-sama terhadap
disiplin kerja. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menggali
pengaruh antar variabel tersebut terhadap disiplin kerja pegawai di bawah instansi
kementerian karena pada penelitian-penelitian terdahulu, lokasi penelitian mayoritas
memilih di instansi daerah.

Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Kantor Bahasa merupakan instansi dibawah
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di
Tanjungpinang yang bergerak sebagai unit pelaksana teknis di lapangan. Balai
Pelestarian Nilai Budaya adalah instansi yang bergerak dibidang kebudayaandan
tergolong instansi yang sudah lama bergerak sejak tahun 1985. Balai Pelestarian Nilai
Budaya memiliki visi yaitu menjadikan sebuah lembaga dengan kompetensi handal di
bidang pelestarian nilai budaya dan sejarah bangsa Indonesia. Balai Pelestarian Nilai
Budaya ini berjumlah 29 orang pegawai.

Sementara itu, Kantor Bahasa merupakan instansi yang bergerak dibidang


kebahasaan dengan jumlah pegawai sebanyak 15 orang. Kantor Bahasa sebagai
lembaga penelitian dan pengembangan yang unggul, pusat informasi, dan pelayanan
prima di bidang kebahasaan dan kesastraan yang memperkukuh jati diri bangsa dan
menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berwibawa dalam perhubungan luas
tingkat antarbangsa. Kedua instansi ini merupakan unit pelaksana teknis yang bekerja
dilapangan.

Dengan melihat gejala-gejala tentang absensi, pengawasan dan disiplin kerja,


maka ada beberapa gejala permasalahan atau fenomena-fenomena yang mendasarinya
yaitu:

a) Fenomena yang berkenaan dengan absensi fingerprint:


1. Berdasarkan pengamatan peneliti yang dilakukan pada tanggal 18
September 2015 di Balai Pelestarian Nilai Budaya, peneliti mengamati
bahwa sebagian pegawai tidak berada di kantor pada saat jam kerja
selain pegawai yang melakukan dinas luar. Pegawai sering berada diluar
kantor untuk melakukan urusan pribadi dan terkadang datang kembali
dari istirahat mendekati jam pulang kerja.
2. Pada tanggal 21 Desember 2015 di Kantor Bahasa, peneliti melihat
kondisi kantor yang sangat sepi padahal belum waktu istirahat dan jam
menunjukkan waktu operasional bekerja tetapi hanya ada beberapa
pegawai yang ada melakukan aktivitas.
b) Fenomena yang berkenaan dengan pengawasan:
1. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2016
terlihat bahwa kurangnya pengawasan dari pimpinan terhadap
penyimpangan dan keterlambatan kerja yang dilakukan beberapa
pegawai.
2. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 20 April 2016
pada saat jam kerja ada beberapa pegawai yang santai dan menunda
pekerjaan yang ada. Mereka lebih memilih duduk santai membaca
Koran tanpa adanya kesadaran diri dari pegawai dan pengawasan dari
pimpinan.
c) Fenomena yang berkenaan dengan disiplin kerja:
1. Berdasarkan dari penelitian pra survey yang dilakukan kepada Kasubag
Tata Usaha Balai Pelestarian Nilai Budaya pada tanggal 16 Maret 2016
mengungkapkan memang adanya masalah kedisiplinan yang ada di
Balai Pelestarian Nilai Budaya seperti pegawai yang kurang disiplin
waktunya dan jarang berada ditempat pada saat jam kerja tanpa
sepengetahuan pimpinan.

Dalam kaitan inilah penulis melakukan suatu penelitian dengan judul


“Pengaruh Penerapan Absensi Fingerprintdan Pengawasan Terhadap Disiplin
Kerja Pegawai Di Instansi Vertikal Di Bawah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan”.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kuantitatif yaitu penelitian yang
bermaksud mencari hubungan ataupun sebab akibat maupun yang saling berpengaruh
sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian kemudian di paparkan secara jelas, guna
memberikan hubungan yang terjadi dan diolah secara statistik untuk menarik
kesimpulan.
3. Landasan Teori

Software Absensi menurut Edi (2009:21) adalah“Software yang menunjang


untuk keperluan absensi, yang didalamnya mencangkup pemasukan, penyimpanan data
jam masuk dan jam pulang, serta memproses data tersebut menjadi sebuah laporan
yang nantinya dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan-kebijakan yang
dilakukan oleh pimpinan.”
Menurut Herlambang (2013:141) menyatakan pengawasan adalah proses
untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai.
Pengawasan bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas/pekerjaan
sesuaidengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan menyangkut
kegiatan membandingkan antara hasil nyata yang dicapai dengan standar yang telah
ditetapkan, dan apabila pelaksanaannya menyimpang dari rencana maka perlu
diadakan koreksi seperlunya.
Riva’i (dalam Hartatik, 2014:183) menyatakan “disiplin kerja adalah suatu
alat yang digunakan manajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan serta norma sosial yang berlaku.”

4. Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis penerapan absensi fingerprint dan pengawasan


menunjukkan hasil taraf signifikansi sebesar 0,001. Taraf signifikansi tersebut lebih
kecil dari 0,05, yang berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini menerima Ha dan
menolak Ho. Artinya bahwa penerapan absensi fingerprint dan pengawasan
berpengaruh positif terhadap disiplin kerja pegawai di instansi vertikal di bawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Kesimpulan dan Saran
1. Tidak terdapat korelasi atau pengaruh antara penerapan absensi fingerprint
terhadap disiplin kerja pegawai di instansi vertikal di bawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melalui uji partial. Sementara terdapat pkorelasi
atau pengaruh antara pengawasan dan disiplin kerja pegawai dengan arah
positif sebesar 0,447.
2. Terdapat korelasi atau pengaruh anatara penerapan absensi fingerprint dan
pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di instansi vertikal di bawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui uji simultan dengan arah
positif yaitu sebesar 0,024.
3. Penerapan absensi fingerprint dan pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai
berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi tergolong “cukup”
mempengaruhi yaitu sebesar 25,8% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya.
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan, maka saran-saran dari penulis
adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya instansi dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai lebih
menitikberatkan pada pengawasan seperti penetapan standar peraturan yang
digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil, penentuan pengukuran
kinerja, membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan standar serta
pengambilan tindakan perbaikan dan tingkat koreksi agar hasil semakin baik.
Hali ini tentu sajasebaiknya dilakukan oleh pimpinan maupun dari kesadaran
diri para pegawai.Sehingga semakin baik pengawasan dan kesadaran diri yang
ada akan meningkatkan rasa disiplin kerja.
2. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan masih ada variabel-variabel lain
yang harus diperhatikan dalam penelitian ini. Masih banyak variabel-variabel
lain yang mempunyai pengaruh terhadap disiplin kerja pegawai selain absensi
fingerprint dan pengawasan. Penelitian-penelitian lebih lanjut, hendaknya
menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi disiplin kerja.
3. Untuk meningkatkan disiplin pegawai, hendaknya pihak kedua instansi yaitu
Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Kantor Bahasa lebih memantau, meninjau,
dan memperbaiki pelaksanaan sistem absensi yang sudah ada dan hendaknya
lebih memperketat sistem pelaksanaanya kembali. Sebaiknya sistem reward
diberikan bagi pegawai yang selalu datang lebih awal dan memberikan
punishment dalam bentuk nyata bagi pegawai yang melanggar disiplin. Disiplin
kerja juga harus diperhatikan adalah pengawasan terhadap pegawai dalam
pengerjaan tugas yang diberikan sesuai dengan aturan dari atasan. Pimpinan
juga sebaiknya melakukan pengawasan yang agak lebih mengenai cara kerja
masing-masing pegawai.

Daftar Pustaka

Referensi Buku:

Arikunto,S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hasibuan, Malayu, S, P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Herlambang, Susatyo.2013. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hutahean, Junius. 2007. Pengaruh Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap

Profitabilitas Pada PTP. Nusantara I-X. Medan: Universitas Sumatra

Utara.

Manullang. 1981. Manajemen Personalia. Jakarta:Ghalian Indonesia


Puji Hartatik, Indah. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Jogjakarta: Laksana

Sedarmayanti. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan

Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT.Refika Aditama.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

Veithzal, Riva’i. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan; dari

Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wursanto. 1990. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius

Referensi Kajian Pustaka:

Alfiandri. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi

Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Pekanbaru

Erna Maeyasari. 2012. Pengaruh Efektivitas Penerapan Absensi Finger Print

Terhadap Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kabupaten

Lebak

Faisal. 2006. Hubungan Penerapan Absensi Sidik Jari (Finger Print) dengan Motivasi

dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor)

Referensi Internet:

Software Quality Journal ISO 9126 vol.6, No.5

www.absensidikjari.co.id

Anda mungkin juga menyukai