Anda di halaman 1dari 3

1.

Teknik Assertive training


a. Dasar teori
assertive training atau latihan asertif adalah prosedur latihan yang diberikan untuk
membantu peningkatan kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai
hak-hak serta perasaan orang lain.
b. Masalah konseli
Konseli tidak bisa menolah ajakan temannya untuk bermain voli padahal konseli
lebih suka untuk berenang dan merasa tidak enak hati untuk menolak ajakan
temannya untuk bermain voli
c. Tahap-tahap
Masters (dalam Gunarsih, 2007:217-220) meringkas beberapa jenis prosedur
latihan asertif, yakni:

1. Identifikasi terhadap keadaan khusus yang menimbulkan persoalan pada klien.

2. Memeriksa apa yang dilakukan atau dipikirkan klien pada situasi tersebut.
Pada tahap ini, akan diberikan juga materi tentang perbedaan perilaku agresif,
asertif, dan pasif.

3. Dipilih sesuatu situasi khusus di mana klien melakukan permainan peran (role
play) sesuai dengan apa yang ia perlihatkan.

4. Diantara waktu-waktu pertemuan, konselor menyuruh klien melatih dalam


imajinasinya, respon yang cocok pada beberapa keadaan. Kepada mereka juga
diminta menyertakan pernyataan diri yang terjadi selama melakukan imajinasi.
Hasil apa yang dilakukan pasien atau klien, dibicarakan pada pertemuan
berikutnya.

5. Konselor harus menentukan apakah klien sudah mampu memberikan respon


yang sesuai dari dirinya sendiri secara efektif terhadap keadaan baru, baik dari
laporan langsung yang diberikan maupun dari keterangan orang lain yang
mengetahui keadaan pasien atau klien.

d. Contoh penerapan
1. Menentukan serangkaian situasi apa saja yang menimbulkan perasaan atau
pikiran sulit bersikap asertif
2. Konselor dan konseli memerankan peran dalam role playing
3. Konseli mencoba mempraktekkan keterampilan yang sudah dilatih, pada
situasi sebenarnya.
4. Mendiskusikan kembali hasil penerapan keterampilan pada pertemuan
selanjutnya.
2. Teknik teori modelling
a. Dasar teori

Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau atau


mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir bebrbagai pengamatan
sekaligus, melibatkan proses kognitif.

b. Masalah konseli
Merasa tidak percaya diri dengan diri sendiri. Konsei merasa tiak pandai
menempatkan diri agar bisa bergaul dengan teman-temannya.

c. Tahap-tahap
1. Atensi

Atensi adalah tahap untuk mulai memberi perhatian pada model. Konselor pada
tahap ini meminta/mendorong konseli untuk mulai memerhatikan perilaku model.
Sebelum memulai tahap ini konselor harus memastikan kesiapan konseli agar
nantinya pada saat model menampilkan perilaku, konseli dapat berkonsentrasi
secara penuh terhadap model.

2. Retensi

Retensi merupakan tahap mulai mengimitasi model. Konseli pada tahap ini mulai
mengimitasi perilaku yang ditampilkan oleh model. Namun dengan catatan
bahwa perilaku yang dimodeling haruslah spesifik, dan sesuai dengan tujuan
konseling.

3. Reproduksi

Reproduksi merupakan tahap dimana konseli menunjukkan tingkah laku seperti


tingkah laku model.

4. Motivasi

Pada tahap motivasi, merupakan proses pemberian dukungan/ reinforcement.


Pemberian dukungan/reinforcement ini diberikan oleh konselor ketika konseli
menunjukkan perilaku yang dikehendaki. Pemberian dukungan/reinforcement
diharapkan agar konseli memiliki kecenderungan untuk mengulang kembali
perilaku yang dikehendaki tersebut secara kontinyu dan lebih baik lagi.

5. Vicarious Learning

Vicarious learning merupakan belajar dengan cara mengobservasi konsekuen


tingkah laku orang lain. Pada tahap ini konseli akan melihat dan mengetahui
konsekuen perilaku yang ditunjukkan oleh model. Dengan pemahaman yang
dilakukan oleh konseli bahwa perilaku hasil dari memodeling mendapat
reinforcement maka konseli akan memutuskan untuk melanjutkan atau tidak.

d. Contoh penerapan

Jika konselor hendak melaksanakan konseling dengan teknik modeling


langsung, maka langkah-langkah yang hendaknya diambil antara lain:
1. Meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum
model didemonstrasikan.
2. Memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa
mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan.
3. Menyajikan demonstrasi model tersebut dalam urutan skenario yang
memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi perilaku
ini.
4. Meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah demonstrasi tersebut.
5. Adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu. Sesudah model ditampilkan,
konseli dapat diminta untuk meniru memperagakan tingkah laku model itu.
Dalam teknik modeling ini, yang paling baik adalah konselor dapat menekankan
bagian-bagian mana dari perbuatan tersebut yang penting, dan kemudian
mengulang tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya. Konseli
didorong untuk melakukan kembali tingkah laku tersebut. Dalam hal ini konselor
memberikan balikan dengan segera dalam bentuk komentar atau saran.

Anda mungkin juga menyukai