Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
Telah didiskusikan Laporan Kasus “Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor Pada
Wanita Berusia 45 Tahun” guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 3.
drg. Rifani
LESI JARINGAN LUNAK MULUT
Tindakan yang
Hari/tanggal Kasus Operator
dilakukan
drg. Rifani
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)
Minor pada wanita berusia 45 tahun” untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan kepanitraan klinik modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses yang telah
dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Rifani selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan
yang telah diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita
semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan
ABSTRACT
Introduction: Stress is the body's response in adapting to continuous environmental changes
that affect the physical and emotional. Stress is considered to be one factor that indirectly
contributes to the emergence of Recurrent Aphthous Stomatitis (SAR) Minor. Recurrent aftous
stomatitis (SAR) is the most common lesion in the oral cavity. The day before the ulcer appears,
there are prodromal symptoms of incidence of discomfort and redness for 1-3 days. Objectives:
To report management of a minor recurrent aphthous stomatitis case at the time of stress Cases
and management: A 45-year-old female patient presented with complaints of mucosa in the
lower lip and tongue and felt uncomfortable from the past 5 days. Temuan intra oral Based on
the results of the diagnosis is obtained a minor recurrent aphthous stomatitis. Treatment for
this case are CIE (Communication, Information, Education) and prescribing of topical
corticosteroids (Kenalog in Orabase 0.1%) serves to treat pain, inflammation, and injury to
the patient's mouth. After re-examination on the second visit, the interval of two weeks, the
wound on the tongue and lower lip of the patient was healed and the patient the was no
complain on the 2nd visit. Conclusions: Minor recurrent aftosa stomatitis (SAR) cured
completely without scar tissue formation within 7 days dan dibantu dengan menggunakan Obat
kortikosteroid topical…
Keyword: Stomatitis Aphtosa Rekuren (SAR) minor, management, stress
ABSTRAK
Pendahuluan: Stres adalah respons tubuh dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
yang berkelanjutan mempengaruhi fisik dan emosional. Stres dianggap sebagai salah satu
faktor yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap munculnya Recurrent Aphthous
Stomatitis (SAR) Minor. Stomatitis aphthous rekuren (SAR) adalah lesi yang paling umum di
rongga mulut. Sehari sebelum ulkus muncul, ada gejala prodromal insidensi ketidaknyamanan
dan kemerahan selama 1-3 hari. Tujuan: Melaporkan penatalaksanaan kasus stomatitis
aphthous rekuren minor pada saat stres. Kasus dan manajemen: Seorang pasien wanita
berusia 45 tahun datang dengan keluhan luka pada mukosa bibir bawah dan lidah serta terasa
tidak nyaman dari 5 hari yang lalu .Berdasarkan hasil diagnosis didapatkan stomatitis aphthous
rekuren minor. Perawatan untuk kasus ini pasien yang diberikan KIE (Komunikasi, Informasi,
Edukasi) dan pemberian kortikosteroid topikal (Kenalog di Orabase 0,1%) berfungsi untuk
mengobati rasa sakit, peradangan, dan luka pada mulut pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan
ulang pada kunjungan kedua selang waktu dua minggu luka yang terdapat pada bagian lidah
dan bibir bawah pasien sudah sembuh serta yang dikeluhkan pasien pada saat pertama datang
juga sudah tidak ada keluhan lagi. Kesimpulan: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) minor
sembuh sempurna tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 7 hari
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan penyakit mulut yang paling sering diderita
manusia dengan ciri khas ulkus single atau multiple, kambuhan, kecil, bulat atau oval dengan
batas jelas kemerahan, dan dasar abu-abu atau kuning. Dikalangan awam, SAR dikenal sebagai
sariawan yang merupakan salah satu jenis ulkus yang muncul di rongga mulut. Istilah stomatitis
memiliki arti peradangan jaringan lunak mulut, aphtosa yang berarti terbakar dan rekuren
berarti ulkus pada rongga mulut selalu timbul tiba-tiba tanpa penyebab yang pasti.1
SAR pada tahap awal umumnya sakit, dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari
tanpa pengobatan dan dapat kambuh kembali. Walaupun SAR tidak mengancam kehidupan
tetap dapat mengurangi kualitas kehidupan karena pada saat makan, menelan atau saat
berbicara akan menyebabkan rasa sakit.2
Etiologi stomatitis apthosa rekuren (SAR) sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti. Ulser pada stomatitis apthosa rekuren (SAR) bukan karena satu faktor saja tetapi
multifaktorial yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari
pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl sulphate (SLS), trauma, genetik, gangguan
immunologi, alergi dan sensitifitas, stres, defisiensi nutrisi, hormonal, merokok, infeksi
bakteri, penyakit sistemik, dan obat-obatan .3
Gambaran klinis stomatitis apthosa rekuren (SAR) penting untuk diketahui karena tidak
ada metode diagnosa laboratorium yang spesifik yang dapat diandalkan untuk menegakkan
diagnosa stomatitis apthosa rekuren (SAR). Karakter klinis stomatitis apthosa rekuren (SAR)
dibagi menjadi 4 tahap yaitu premonitori, pre-ulseratif, ulseratif dan penyembuhan. Tahap
premonitori terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR).
Pada waktu prodormal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi
akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan
oedema akan mulai berkembang. Tahap pre-ulserasi terjadi pada 18-72 jam pertama
perkembangan lesi stomatitis apthosa rekuren (SAR). Pada tahap ini, makula dan papula akan
berkembang dengan tepi eritematous. Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap
preulserasi ini. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada
tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan
fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang. Tahap penyembuhan
terjadi pada hari ke – 4 hingga 5. Ulser tersebut akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan
luka terjadi dan selalu tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi stomatitis apthosa
rekuren (SAR) pernah muncul .4
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan
merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap stomatitis aftosa
rekuren minor.5
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan ekstra oral wajah simetris dan limpnode tidak teraba. Pasien tidak memiliki
kelainan TMJ. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat ulser pada lidah berukuran 2 mm pada
lidah dan ulcer pada bibir bawah bagian dalam berukuran 1 mm berbentuk bulat berwarna ke
abu-abuan dikelilingi daerah eritem dan dangkal. Oral hygiene pasien sedang. (Gambar 1)
RESEP
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
YAYASAN PENDIDIKAN BAITURRAHMAH
Izin Dinkes : PPK.03.2186 V.2009
Jl.Raya By Pass KM 15 Aie Pacah Padang. Telp.0751-463871
Pro : Ny. M
Umur : 45 th
Gambar 2 : Gambaran Stomatitis Apthous Rekuren (SAR) Minor setelah perawatan
(berapa lama)
PEMBAHASAN
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan manifestasi yang timbul dalam rongga mulut
yang dipicu oleh faktor predisposisi. SAR dapat terjadi pada berbagai kalangan usia dengan
prevalensi sangat tinggi pada negara maju. Etiologi SAR tidak sepenuhnya jelas dan sangat
bervariasi tergantung faktor predisposisi.6
Pada stadium awal stomatitis apthosa rekuren (SAR) tipe minor timbul rasa sakit dan
terbakar pada mukosa 1 sampai 2 hari sebelum ulser terlihat. Kadang-kadang dapat diketahui
adanya vesikel. Epitelium hilang dan dalam beberapa jam terlihat papula kecil berwarna putih.
Dalam 2 sampai 3 hari terjadi ulserasi yang berangsur-angsur membesar dengan rasa yang
sangat sakit, terutama jika terkena lidah, rangsangan, atau makanan. Pasien mengalami kadang
demam ringan, kelenjar limpa dan malaise. Lesi bentuknya bundar atau oval dengan diameter
<1 cm. Permukaan abu-abu sampai kuning. Tepi lesi dikelilingi jaringan eritematous
menggembung dengan lesi yang dangkal. Jumlah lesi 2 sampai 6 dan kadang-kadang bisa
sampai 8. Lokasi biasanya di daerah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah. Penyembuhan dapat
terjadi dalam beberapa hari sampai 2 minggu tanpa meninggalkan jaringan parut.4
Etiologi SAR hingga saat ini masih tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa
faktor yang dikatakan berperan dalam pemunculan SAR, yaitu imunologi, alergi, herediter,
trauma, kelainan saluran gastro intestinal,defisiensi nutrisi, infeksi bakteri dan virus,
perubahan hormonal, stres.7
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat mengganggu proses
kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan tubuh
rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-gangguan
lainnya dapat dapat dipicu oleh stress.8 Commented [dR1]: patofisiologi
1. Ulkus traumatikus merupakan salah satu lesi di rongga mulut yang sering terjadi Commented [dR2]: Traumatic ulcer
pada masyarakat. Ulkus traumatikus adalah jenis ulser yang disebabkan oleh faktor
lokal. Gambaran klinis ulkus traumatikus akibat trauma mekanik bervariasi, sesuai
dengan intensitas dan ukuran dari penyebabnya. Biasanya berupa ulser tunggal yang
berbentuk oval dan cekung. Bagian tengah ulkus bisanya kuning-kelabu atau
berwarna putih/abu-abu dengan pinggir eritematosus.9 Ulkus traumatikus dapat
terjadi pada semua usia dan pada kedua jenis kelamin. Lokasinya biasanya pada
mukosa pipi, mukosa bibir, palatum, dan tepi perifer lidah. Secara simtomatis,
kebanyakan Ulkus traumatikus terasa sakit. Ketidaknyamanan biasanya terjadi pada
24 – 48 jam setelah terjadinya trauma.
2. Ulkus Bacterial seperti pada penyakit Syphilis dan Tuberculosis. Ciri klinis dari
penyakit syphilis pada tahap primary syphilis adalah terdapat lesi single, indurasi,
ulkus tak sakit, sembuh spontan, 4-6 minggu, lokasi di genital, bibir, oral, kadang di
jari-jari, terjadi di regional limfadenopati. Pada Tuberculosis terdapat manifestasi di
rongga mulut seperti di palatum dan lidah berupa ulkus kronis, indurasi, dan sakit.9
Stomatitis Apthosa Recurent adalah suatu keadaan yang ditandai dengan munculnya
ulser yang berulang di mukosa mulut pada pasien tanpa tanda-tanda dari penyakit lainnya.
Ulser dapat berjumlah tunggal atau multiple dengan bentuk bulat atau oval disertai
pseudomembran fibrinous berwarna putih pada bagian tengahnya dan dikelilingi oleh
eritematosa. Ulser terasa cukup menyakitkan selama 10 sampai 14 hari dan dapat sembuh
secara spontan. Etiologi dari SAR minor ini tidak diketahui tetapi faktor stres, menstruasi
defisiensi nutrisi, defisiensi hematologik ( zat besi, asam folat, vit B12), trauma, herediter serta
kelainan imun dapat berperan. Perawatan dari SAR minor ini berupa DHE dan instruksi pada
pasien agar meningkatkan asupan nutrisi yang baik serta pemberian kenalog in orabase 0,1%
untuk meredakan gejala dari SAR tersebut.
REFERENSI