Anda di halaman 1dari 17

CONTOH AMPHIBIA

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Urodella
Family : Sirenidae
Genus : Siren
Spesies : Siren intermedia Barnes, 1826

Gambar Siren intermedia Barnes, 1826

Sirene umumnya dianggap sebagai salamander hidup paling primitif. Ekologi dan sejarah
alam sirene tidak banyak diketahui. Semua sirene memiliki karakteristik dasar yang
mencolok: tidak adanya anggota badan belakang. Karakteristik penting lainnya adalah adanya
insang luar sepanjang hidup. Sirene benar-benar air, jarang muncul dari air kecuali benar-
benar diperlukan. Tidak adanya tungkai belakang dan tungkai bawah yang relatif lemah
membuat perjalanan darat hampir mustahil. Tetapi jika, misalnya, genangan air mengering,
sirene dipaksa untuk berurusan dengan keberadaan terestrial. Solusi mereka? Tunggu hari
yang lebih baik. Sirene dapat mengeluarkan kepompong, semacam, di mana mereka dapat
membuat, selama lebih dari setahun, sampai kolam diisi ulang dengan air.

Sirene umum di parit, danau, kolam, teluk Carolina, dan sungai di Dataran Pesisir Carolina
Selatan dan Georgia. Reproduksi biasanya terjadi pada musim semi, dan diperkirakan
kematangan dicapai dalam dua hingga tiga tahun. Sirene cukup jelas, memiliki penampilan
umum yang membosankan, berwarna zaitun hingga hitam dengan atau tanpa tanda lain.
Mereka memiliki insang luar yang mencolok dan empat jari pada masing-masing kaki depan.
Penunjukan "lebih rendah" berasal dari kenyataan bahwa sebagian besar intermedia Siren
panjangnya kurang dari 2 kaki (total panjang), berbeda dengan sirene "lebih besar", yang
dikenal memiliki panjang lebih dari 3 kaki. Untuk membedakan antara kedua spesies, pihak
berwenang menyarankan menghitung lekukan kosta (lekukan eksternal di sepanjang sisi
hewan di antara kaki depan dan lubang angin, yang secara kasar sesuai dengan jumlah tulang
rusuk. Sirene yang lebih besar biasanya memiliki lebih dari 36, sedangkan sirene yang lebih
rendah). memiliki alur kurang dari 35. Sirene, seperti amfibi, adalah predator efektif bagi
sebagian besar hewan air.
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Urodella
Family : Cryptobranchidae
Genus : Andrias
Spesies : Andrias davidianus Blanchard, 1837

Gambar Andrias davidianus Blanchard, 1837

Salamander raksasa Cina (Andrias davidianus) adalah salamander terbesar dan amfibi
terbesar di dunia, mencapai panjang 1,8 m (5,9 kaki), meskipun jarang mencapai ukuran itu
hari ini. Ini sepenuhnya akuatik dan endemik untuk aliran gunung dan danau berbatu di Cina.
Ini telah diperkenalkan ke Prefektur Kyoto di Jepang dan Taiwan. Ini dianggap sangat
terancam punah di alam liar karena hilangnya habitat, polusi, dan terlalu terkoleksi, karena
dianggap sebagai kelezatan dan digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok. Di
pertanian di Cina tengah, ia banyak diternakkan dan terkadang dibiakkan, meskipun banyak
salamander di pertanian itu ditangkap di alam liar. Telah terdaftar sebagai salah satu dari 10
"spesies fokus" teratas pada tahun 2008 oleh proyek Evolutionently Distinct dan Global
Endangered. Salamander raksasa Cina dianggap sebagai "fosil hidup". Meskipun dilindungi
oleh hukum Tiongkok dan Appendix I CITES, populasi liar telah menurun lebih dari sekitar
80% sejak tahun 1950-an. Meskipun secara tradisional diakui sebagai salah satu dari dua
spesies salamander Andrias yang hidup di Asia, yang lainnya adalah salamander raksasa
Jepang, bukti menunjukkan bahwa salamander raksasa Cina dapat terdiri dari setidaknya lima
spesies samar, yang semakin memperparah bahaya masing-masing spesies.

Ia memiliki kepala besar, mata kecil, dan kulit gelap dan keriput. Kepalanya yang datar dan
lebar memiliki mulut yang lebar, bulat, mata tanpa tutup, dan garis tuberkel berpasangan
yang membentang di sekitar kepala dan tenggorokannya. Warnanya biasanya coklat gelap
dengan pola belang-belang atau berbintik-bintik, tetapi bisa juga nada kecoklatan, kemerahan
gelap, atau hitam. Albino, yang berwarna putih atau oranye, telah direkam. Semua spesies
salamander raksasa menghasilkan sekresi kulit putih lengket yang mengusir predator.

Salamander raksasa dikenal untuk menyuarakan, membuat suara gonggongan, merengek,


mendesis, atau menangis. Beberapa vokalisasi ini memiliki kemiripan yang mencolok dengan
tangisan anak manusia yang masih muda, dan oleh karena itu, dikenal dalam bahasa Cina
sebagai " ikan bayi "

Salamander raksasa Tiongkok telah dicatat memakan serangga, kaki seribu, cacing bulu kuda,
amfibi (baik katak dan salamander), kepiting air tawar, udang, ikan (seperti Saurogobio dan
Cobitis) dan kangkung air Asia. Mungkin tertelan oleh kesalahan, bahan tanaman dan kerikil
juga ditemukan di perut mereka. Kanibalisme sering terjadi; dalam sebuah penelitian
terhadap 79 spesimen dari jajaran Qinling-Dabashan, isi perut lima termasuk sisa-sisa
salamander raksasa Cina lainnya dan ini merupakan 28% dari berat gabungan semua item
makanan dalam penelitian ini. Item yang paling sering sama Studi ini adalah kepiting air
tawar (ditemukan di 19 spesimen), yang merupakan 23% dari berat gabungan semua item
makanan.

Ini memiliki penglihatan yang sangat buruk, jadi itu tergantung pada node sensorik khusus
yang berjalan dalam garis pada tubuh dari kepala ke ekor. Ia mampu merasakan getaran
sekecil apa pun di sekitarnya dengan bantuan simpul-simpul ini. Berdasarkan studi captive,
sebagian besar aktivitas adalah dari malam sebelumnya hingga malam dini. [4] Sebagian
besar individu berhenti memberi makan pada suhu air di atas 20 ° C (68 ° F) dan pemberian
pakan berhenti hampir seluruhnya pada suhu 28 ° C (82 ° F). Suhu 35 ° C (95 ° F) mematikan
bagi salamander raksasa Cina.

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Apoda
Family : Rhinatrematidae
Genus : Epicrionops
Spesies : Epicrionops bicolor Boulenger, 1883

Gambar Epicrionops bicolor Boulenger, 1883

Salah satu jenis hewan Apoda adalah Cecilia. Hewan amfibi yang tidak memiliki ekor
maupun kaki. Bentuknya mirip dengan cacing, belut, dan ular. Tekstur kulit pada cecilia
sangat lembut dan berwarna gelap, namun beberapa jenis dari cecilia ditemukan dengan
warna kulit sangat cerah seperti merah dan kuning. Pada kulit cecilia terdapat sisik-sisik kecil
seperti ular yang menutupi tubuhnya yang beruas-ruas. Kulit dari hewan ini dapat
menghasilkan racun yang dapat membantunya dalam bertahan hidup dari pemangsanya.
Cecilia memiliki pembuahan internal, berbeda dengan jenis katak yang pembuahannya
berada di luar tubuh. Cecilia jantan memiliki organ mirip penis yang disebut Phallodeum.
Organ ini akan masuk ke tubuh betina melalui kloaka hingga 3 jam lamanya. Hewan ini
banyak sekali ditemukan pada area lembap seperti parit atau pinggir sungai.

Rhinatrematidae , keluarga caecilian berekor Neotropis , caecilian berekor Amerika atau


caecilian berparuh , ditemukan di negara-negara ekuatorial Amerika Selatan.

Mereka biasanya dianggap sebagai yang paling basal dari keluarga caecilian, dengan banyak
karakteristik yang kurang dalam kelompok lain. Sebagai contoh, mereka masih memiliki
ekor, dan mulut mereka tidak tersembunyi di bagian bawah kepala mereka. Mereka bertelur
di lubang di tanah. Larva memiliki insang luar, dan hidup di daerah rembesan sampai mereka
bermetamorfosis. Orang dewasa hidup di tanah yang lembab dan serasah daun

Ini adalah cecílido tubuh yang kuat yang menyajikan / menampilkan kombinasi karakter
berikut (1, 2, 3, 4, 11, 13): (1) tubuh yang kuat dan silinder, dengan satu panjang total yang
bervariasi 31,5-56 kali diameter tubuh; diameternya sedikit bervariasi di sepanjang tubuh, (2)
genus ini tidak memiliki perisai terminal karena memiliki ekor, (3) mata di orbit tidak
tertutup tulang, terlihat secara eksternal, (4) 256-312 alur utama, di antaranya 24 terbatas
pada ekor. (5) genus ini tidak memiliki alur sekunder, (6) genus ini tidak menyajikan alur
sekunder lengkap, (7) kepala menjaga hubungan yang sama dengan tubuh, moncongnya
membulat di ujung; dalam pandangan lateral, ujung moncong menonjol ke luar batas mulut.
(8) gigi: gigi premaxillary-maxillary = hingga 55; gigi prevomerino-palatine = hingga 47;
gigi = hingga 48 gigi; gigi limpa = hingga 37; (9) kloaka longitudinal dengan tepi samping
denticulate menyela lima atau enam alur primer, (10) timbangan dimulai dari kalung nuchal,
di tengah tubuh, di bagian anterior tubuh terdapat dua baris sisik dan di belakang tiga baris
dengan skala cincin posterior menjadi yang terbesar, (11) tidak ada catatan skala subdermal

Deskripsi warna dalam hidup

Ia memiliki pita kuning di setiap sisi tubuh yang memanjang dari mulut ke ujung ekor,
sebagian menutupi daerah perut; ia juga memiliki pita coklat ventral yang memanjang dari
dagu ke ujung ekor. Band ini terputus di daerah kerah leher. Beberapa area cahaya hadir di
dagu dan rahang (1, 2).

Warna pengawet

Daerah punggung dan perut berwarna coklat gelap sedangkan daerah lateral berwarna krem.
Kepala sedikit lebih ringan daripada bagian tubuh lainnya (coklat muda) (1, 2).

Habitat dan Biologi

Ini adalah spesies bawah tanah dan dikaitkan dengan aliran (7, 11). IUCN (11) menyebutkan
bahwa kemampuannya untuk beradaptasi dengan habitat sekunder tidak diketahui, namun,
Cisneros-Heredia (12) melaporkan dua spesimen yang dikumpulkan di Ekuador: satu
ditemukan aktif di bawah tumpukan batang di hutan daun sekunder yang lama. gunung abadi
dan yang lainnya aktif di tanah kosong, bergerak dari hutan menuju sungai.
Reproduksi

Diperkirakan bahwa itu bertelur di tanah dan bahwa larva berkembang di aliran (7).

Distribusi

Ini didistribusikan di kaki Pasifik Andes Kolombia (Departemen Valle del Cauca) dan
Ekuador dan kaki Amazon Andes di Peru (Departemen Junín dan Cuzco) (7, 10).

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Apoda
Family : Ichthyophiidae
Genus : Ichthyophis
Spesies : Ichthyopis cardamomensis

Gambar Ichthyopis cardamomensis

Ia masuk Kelas amphibi, Sub-kelas Lissamphibia, Ordo Gymnophiona dan Keluarga


Ichthyophiidae serta Genus Ichthyophis yang artinya adalah salah satu bagian dari keluarga
amfibi yang mirip ular.Spesies amfibi unik itu biasa hidup di dalam tanah. Makanan yang
disukainya adalah cacing tanah, semut, dan rayap. Tidak hanya itu, spesies yang memiliki
hubungan dekat dengan katak itu sekilas mirip cacing raksasa. Tubuhnya licin, tidak memiliki
kaki, berkulit basah tanpa sisik. Tak ayal penduduk sekitar sering mengiranya sebagai ular
berbisa. Hewan kerabat katak ini sekilas justru mirip dengan hasil persilangan antara ular dan
cacing. Karena amphibi ini tak berkaki, maka dinamakan juga sebagai “legless amphibian”
atau “amphibi tanpa kaki”. Menurut Fauna and Flora International (FFI), memang benar
hewan ‘dua alam’ ini oleh penduduk sekitar gunung Cardamom sering kali dikira ular,
mengingat panjangnya bisa mencapai 1,5 meter.

Menyebar di Asia Selatan, Asia Tenggara hingga Cina


Peran Ichthyophis cardamomensis sendiri cukup vital di daerah tropis dan subtropis. Selain
itu, hewan yang habitatnya terancam hilang akibat ilegal logging dan pembukaan lahan ini
adalah makanan dari ular kepala dua atau Cylindrophis ruffus.

Di Indonesia hewan dengan genus Ichthyophis yang termasuk Caecilian ini juga ada karena
mereka memang cocok hidup di iklim hujan tropis, kelembaban tinggi, dekat sungai, danau
atau rawa serta di daerah yang banyak air dan berada di dataran rendah.

Selain India dan Cina Selatan, nyaris semuanya itu berada di Asia Tenggara termasuk
Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, Burma, Vietnam bahkan hingga ke
India dan Cina.

Maka, keluarga binatang amphibi “katak ular” nan aneh ini juga dijuluki sebagai
“Ichthyophiidae dari keluarga Asiatic tailed caecilians” atau ‘fish caecilians’ yang ditemukan
di Asia Selatan seperti India, daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara termasuk di kepulauan
Indonesia.

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bombinatoridae
Genus : Barbourula
Spesies : Barbourula kalimantanensis Iskandar, 1978

Gambar Barbourula kalimantanensis Iskandar, 1978

Barbourula kalimantanensis atau Katak Kepala-pipih Kalimantan (Bornean Flat-headed


Frog) sangat unik karena tidak mempunyai paru-paru. Katak Kepala-pipih Kalimantan
(Barbourula kalimantanensis) menjadi satu-satunya katak di dunia yang tidak mempunyai
paru-paru. Untuk bernafas, amfibi langka dan unik ini sepenuhnya bernafas melalui kulitnya.

Selain terkenal sebagai katak unik yang bernafas tanpa paru-paru, Katak Kepala-pipih
Kalimantan (Barbourula kalimantanensis) pun menjadi jenis amfibi langka dan endemik
Indonesia. Katak Kepala-pipih Kalimantan menjadi satu diantara 9 amfibi langka yang
berstatus Endangered di Indonesia. Pun menjadi salah satu katak endemik kalimantan yang
sebarannya sangat terbatas. Katak tanpa paru-paru ini hanya ditemukan di kecamatan Nanga
Pinoh, Melawi, Kalimantan Barat.

Nama latin hewan anggota Amphibia ini adalah Barbourula kalimantanensis Iskandar, 1978.
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Bornean Flat-headed Frog atau Kalimantan Jungle
Toad. Sedang dalam bahasa Indonesia dinamai sebagai Katak Kepala-pipih Kalimantan.
Katak dari famili Bombinatoridae dideskripsikan pertama kali oleh Djoko T. Iskandar,
seorang pakar herpetofauna dari ITB, pada tahun 1978.

Katak Kepala-pipih Kalimantan (Barbourula kalimantanensis) berukuran sedang. Panjang


tubuhnya sekitar 6,6 cm (jantan) dan 7,7 cm (betina). Kepalanya pipih mendatar, dengan
moncong yang lebar membundar dan badan yang gempal. Tungkai depan dan belakang
gemuk dengan selaput renang yang penuh hingga ke masing-masing ujung jarinya.

Katak Kepala-pipih Kalimantan memiliki lubang hidung yang terletak di ujung moncong dan
rata dengan kulit. Namun tidak memiliki celah tekak (glottis) sebagai muara saluran udara.
Pun tidak memiliki paru-paru sebagai organ pernafasannya.

Merupakan hewan terrestrial yang sepenuhnya akuatik. Katak Kepala-pipih Kalimantan


(Barbourula kalimantanensis) menjadi hewan endemik dengan daerah sebaran yang hanya
terbatas di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Indonesia. Spesies ini hanya dikenal dari
menempati dua daerah yaitu Anak Sungai Kapuas di Nanga Sayan dan Sungai Kelawit,
Nanga Pinoh yang terletak di tengah-tengah hutan hujan tropis. Katak langka ini menyukai
wilayah sungai yang berair dangkal namun jernih, dingin, berarus deras, dan berbatu-batu.

Keunikan Katak Kepala-pipih Kalimantan (Bornean Flat-headed Frog) yang tidak


mempunyai paru-paru baru diketahui dari hasil pembedahan yang dilakukan pada tahun 2007.
Sontak hal ini sempat menggegerkan dunia. Berbagai jenis katak lainnya bernafas
menggunakan paru-paru dan permukaan kulit, tidak ada satupun yang bernafas hanya melalui
permukaan kulitnya. Kecuali pada berbagai jenis amfibi dari ordo caudata (salamander) dan
gymnophiona (sesilia). Sehingga akhirnya Katak Kepala-pipih Kalimantan menjadi jenis
amfibi dari ordo Anura yang tidak memiliki paru-paru dan bernafas hanya dengan permukaan
kulit.

para ahli memperkirakan, ketiadaan paru-paru ini sebagai bentuk adaptasi Katak Kepala-
pipih Kalimantan terhadap lingkungannya yang berair deras dan kaya oksigen. Dengan
kondisi tersebut, Kepala-pipih Kalimantan memanfaatkan permukaan kulitnya untuk
menyerap oksigen, dan menghilangkan paru-paru yang menjadikan tubuh katak sukar
menyelam dan mudah dihanyutkan arus.

Sayangnya populasi katak ini tidak dapat diketahui. Diyakini memiliki distribusi yang sangat
terbatas (kurang dari 500 km persegi) serta populasi yang sangat kecil dan memiliki tren
penurunan. Ancaman terhadap spesies ini sangat tinggi karena adanya aktivitas penambangan
emas ilegal dan rusaknya sungai-sungai akibat endapan dan pencemaran limbah merkuri.
Dipengaruhi juga akibat deforestasi yang terus terjadi di Kalimantan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, Katak Kepala-pipih Kalimantan diklasifikaskan sebagai spesies
Endangered (Kritis) oleh IUCN Redlist. Namun anehnya, Si Hewan Langka Barbourula
kalimantanensis ini malah luput dan tidak terdaftar sebagai hewan yang dilindungi di
Indonesia.
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Brachycephalidae
Genus : Brachycephalus
Spesies : Brachycephalus mirissimus

Gambar Brachycephalus mirissimus

Brachycephalus mirissimus adalah spesies katak mini yang baru saja ditemukan di tahun
2018. Brachycephalus berasal dari bahasa Yunani brachy (pendek) dan cephalic (kepala),
yang berarti kepala pendek. Mirissimus merupakan superlatif dari kata mirus (menakjubkan)
yang berarti "paling menakjubkan". Kalau digabung nama genus dan spesiesnya, nama
hewan ini adalah "si kepala pendek yang paling menakjubkan"

Katak ini ditemukan di Morro Santo Anjo, kota Massaranduba, Santa Catarina, Brasilia
Selatan.
Spesies ini diambil dari daun-daun di atas tanah pada ketinggian 470 hingga 540 meter di atas
permukaan laut.

Katak-katak dari genus Brachycephalus pertama kali ditemukan pada tahun 1800-an. Total
sudah 35 spesies dari genus ini yang sudah ditemukan dan setengah diantaranya baru
ditemukan sejak tahun 2011. Hal ini dikarenakan sulitnya mengakses daerah habitat katak-
katak tersebut, yang berada di daerah berelevasi tinggi pada Hutan Atlantik di Brasilia.
Diduga bahwa anggota Brachycephalus merupakan hewan mikroendemik, yaitu hewan yang
hanya hidup di satu area kecil.

Ciri fisik dari katak ini adalah ukuran tubuhnya yang sangat kecil, yaitu hanya berukuran 10-
13 milimeter dari ujung hidung sampai ujung pantat, kurang lebih sebesar buah cheri. Tubuh
katak ini berwarna oranye dengan garis putih di bagian punggung sehingga kalau dilihat
sekilas seperti jelly berwarna jingga berbentuk katak. Ciri lainnya adalah mata yang berwarna
hidap penuh.
Fakta bahwa katak ini merupakan fauna mikroendemik, memiliki kecepatan reproduksi yang
rendah, ditambah lagi kerusakan habitatnya membuat spesies ini rentan punah. Oleh karena
itu, diperlukan segera langkah preservasi jangka panjang untuk mencegah kepunahan spesies
katak ini.

Karena spesies ini belum lama ditemukan, yaitu pada tahun 2018, belum banyak informasi
yang beredar mengenai Brachycephalus Mirissimus. Mungkin setelah eksplorasi-eksplorasi
berikutnya barulah lebih banyak pengetahuan mengenai katak ini seperti makanan, sifat, dan
interaksinya dengan lingkungan.
CONTOH REPTIL

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Gokkonidae
Genus : Gehyra
Spesies : Gehyra mutilata Wiegmann,1834

Gambar Gehyra mutilata Wiegmann,1834

Cecak gula adalah sejenis reptil yang termasuk suku cecak (Gekkonidae). Tidak ada nama
khusus yang dikenal dalam bahasa daerah, kecuali nama umum seperti cakcak (bahasa
Sunda), cicek (Betawi), cecek (Jawa) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut dengan
berbagai nama seperti Pacific gecko, sugar lizard, tender-skinned house-gecko, four-clawed
gecko, atau stump-toed gecko.

Identifikasi

Cecak yang berukuran kecil sampai sedang, panjang total sampai sekitar 120 mm, namun
umumnya kurang dari 10 cm. Gemuk, pendek, berkulit transparan berbintik-bintik. Ciri khas
yang membedakan dari cecak rumah yang lain yalah: jari pertama tanpa cakar atau tak
memiliki ruas jari terakhir (ruas jari bebas). Namanya dalam bahasa Latin, mutilata, berarti
terpotong.

Kepala dengan moncong yang pendek dan mata yang menonjol. Sederet bintik atau bercak
kecil keputihan terdapat di belakang bola mata, di atas lubang telinga hingga tengkuk. Dorsal
(punggung) berwarna abu-abu kemerahan atau kekuningan, agak transparan, berbintik-bintik
halus pucat kekuningan dan hitam kebiruan. Jalur tulang punggung dan tulang tengkorak
sering nampak samar-samar. Ventral (sisi bawah) berwarna keputihan dan agak transparan.
Ekor gemuk, bulat gepeng, tanpa duri atau jumbai kulit; atau paling-paling dengan tonjolan-
tonjolan serupa duri pendek. Pangkal ekor menyempit serupa ‘gagang’.
Kebiasaan dan penyebaran

Cecak yang kerap dijumpai di dapur, lemari makan, meja makan dan juga dekat meja kerja
dan rak buku. Dibandingkan jenis cecak rumah yang lain, cecak ini lebih sering bersembunyi
atau menyendiri. Cecak gula cenderung bersifat nokturnal (aktif di malam hari), meski tidak
jarang ditemukan berkeliaran pada siang hari di dapur. Di alam, cecak ini hidup di pepohonan
atau celah di bukit batu.

Cecak ini menyukai gula dan sumber karbohidrat lain seperti nasi dan remah-remah roti,
selain juga memangsa aneka serangga kecil. Karena itu cecak gula sering ditemukan
tenggelam dalam gelas kopi atau teh. Jantan mengeluarkan suara halus serupa desisan atau
dengungan, yang diperdengarkan ketika memikat betinanya.

Cecak gula menyebar luas mulai dari India utara dan baratdaya, Kep. Nikobar, Sri Lanka;
sampai ke Asia Tenggara. Di kepulauan Nusantara ditemukan di Sumatra, Jawa, Borneo,
Sulawesi, Timor, Halmahera, juga Papua dan Filipina (De Rooij, 1915; Manthey and
Grossmann, 1997: 230). Introduksi ke Mauritius, Seychelles, Madagaskar, Meksiko, Kuba
dan Hawaii.

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Testudines
Family : Emydidae
Genus : Trachemys
Spesies : Trachemys scripta

Gambar Trachemys scripta

Red-Eared Slider (RES) atau dikenal dengan nama Kura-Kura Brazil yang memiliki
nama lain Trachemys Scripta Elegans merupakan kura-kura asal Amerika selatan yang
kemudian menyebar luas di dunia karena kura-kura jenis ini relatif lebih mudah beradaptasi
dan berkembang biak.
Kura-kura Brazil adalah kura-kura air tawar, ciri-ciri morfologi nya yaitu memiliki
kaki belakang yang berselaput yang tentunya hanya digunakan di dalam air. Selain itu juga
pada umumnya kura-kura yang hidup di air memiliki tempurung tang tidak terlalu cembung
yang tidak memberatkan badannya ketika berenang. Meskipun Red ear slider hidup di air,
tapi sering ditemukan sedang berjemur untuk menghangatkan tubuhnya karena dia
merupakan hewan berdarah dingin. temperatur yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidupnya yaitu sekitar 23 derajat Celcius.

Kura-kura brazil mudah dikenali dari kedua sisi kepalanya yang memiliki bercak
merah. Pada umumnya, RES memiliki plastron (tempurung) berwarna hijau, tapi sekarang
telah ada RES yang berwarna kuning, albino, dll. Meski begitu, pada RES sering ditemukan
perubahan warna menjadi lebih gelap atau cokelat, atau bahkan hitam seiring dengan
bertambahnya umur RES yang semakin tua.

Kura-Kura Brazil adalah hewan Omnivora yang artinya dapat memakan segala jenis
makanan. Ketika masih kecil, biasanya RES lebih suka memakan daging, setelah dewasa
RES juga memakan tumbuhan. RES juga memakan serangga, dan serangga merupakan
sumber makanan yang memiliki komposisi yang kumplit untuk kebutuhan vitamin dan gizi
bagi RES.

RES jantan dan betina memiliki perbedaan yaitu, pada RES jantan kuku pada kaki
bagian depan lebih panjang daripada betina, RES jantan memiliki ekor lebih panjang dan
kloaka terdapat lebih dekat pada ujung ekor sedangkan pada RES betina ekor agak pendek
dan kloaka lebih dekat ke pangkal ekor. Selain itu, plastron betina lebih cembung dari pada
pejantan. Ketika masih bayi lebih sulit menentukan jenis kelaminnya.

Kematangan seksualnya kura-kura Brazil jantan antara umur 3-5 tahun, sedangkan
betina antara umur 5-7 tahun. Kematangan seksual akan lebih cepat jika makanan yang
dimakan RES berprotein tinggi. Kura-Kura Brazil betina mampu bertelur tanpa pejantan,
akan tetapi telur tersebut tidak akan menetas tanpa dibuahi pejantan karena Pembuahan telur
RES terjadi di luar.

Kura-kura Brazil pada habitatnya di alam umurnya antara 20 – 25 tahun. Jika dirawat
dengan baik, RES umurnya mampu hingga 27 tahun. Tempurung kura-kura dewasa mencapai
27 cm.

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus macraei Böhme & Jacobs, 2001
Gambar Varanus macraei Böhme & Jacobs, 2001

Deskripsi : Biawak ini memiliki ekor yang panjangnya 2/3 dari panjang tubuhnya secara
keseluruhan. Ekornya sangat berguna untuk mengait pada ranting atau dahan saat berada di
pohon.Tubuhnya tampak gepeng di bagian punggung dan berwarna kehitaman atau abu abu
yang sangat gelap dan ditandai dengan bintik bintik berbentuk mata berwarna biru kehijauan.
Terdapat pola gelang gelang berwarna biru keabu abuan di sepanjang ekor biawak blue
spotted ini. Perutnya berwarna abua-abu hingga biru pucat dengan bintik bintik abu-abu
tua.Lidah biawak ini berwarna merah muda pucat.Ukuran tubuh biawak jantan lebih besar
dari ukuran tubuh biawak betina. Panjang tubuhnya sekitar 35 cm dari ujung kepala hingga
anus, sedangkan panjang total dapat mencapai 100 cm atau lebih.

Perilaku : Biawak ini aktif di siang hari dan lebih banyak menghabiskan waktunya di
pepohonan. Cakarnya yang tajam membuat biawak ini memiliki pegangan yang aman dan
mereka bisa memanjat dengan mudah tanpa kesulitan.Selama berpidah di antara cabang-
cabang pohon, biawak ini menggunakan ekornya sebagai alat untuk mencengkeram dahan,
yaitu dengan mengait di dahan, biawak biru ini bisa menggulung ekornya pada bidang
horizontal di badannya & dengan cepat menguraikan ekornya untuk digunakan sebagai alat
pertahanan.Spesies pemalu dan menghindari predator dengan meloncat dari satu pohon ke
pohon lainnya & berlindung di sela-sela batang pohon.

Reproduksi : Jumlah telur yang dikeluarkan betina setiap kali bertelur antara 3-6 butir, dan
telur akan di inkubasi di serasahan daun-daunan atau timbunan tanah dan akan menetas
dalam kurun waktu 150 hari.

Pakan : Biawak ini memakan serangga, belalang, jangkrik, ngengat, kumbang, kadal kecil,
telur burung, katak dan berbagai jenis vertebrata kecil lain.

Habitat : Habitat alaminya yaitu di hutan tropis. Blue-spotted monitor juga merupakan
biawak yang pendistribusiannya paling kecil dari banyaknya jenis biawak lain. Biawak ini
hanya terdapat di Pulau Batanta, barat laut Vogelkop Peninsula, Irian Jaya, dan Papua
Nugini.
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Testudines
Family : Geoemydidae
Genus : Cuora
Spesies : Cuora amboinensis Daudin, 1802

Gambar Cuora amboinensis Daudin, 1802

Deskripsi :
Kura-kura kotak Malaya hanya ditemukan di daerah hutan hujan tropis dataran rendah di
Asia Tenggara. Empat subspesies Cuora amboinensis menempati area berbeda di wilayah ini.
Ini adalah C. a. couro, C. a. kamarona, C. a. lineata, dan C. a. amboinensis . Kebiasaan
spesifisitas habitat ekstrem ini unik di kura-kura kotak Asia, karena sebagian besar juga
berkisar ke daerah pegunungan atau daerah utara Tropic of Cancer.
Kura-kura ambon memiliki karapas berwarna hitam hingga kecoklatan sementara plastronnya
berwarna kuning cerah, terkadang dengan bercak berwarna hitam. Sebagian besar dari kura-
kura jenis ini memiliki plastron yang tinggi membulat (hingh dome) walau pun ada pula yang
tempurungnya rendah (low dome). Seluruh tubuh dari kura-kura ini dapat ditarik masuk ke
dalam tempurungnya. Tempurungnya sendiri dapat tumbuh tingga ukuran lebih dari 25 cm,
namun kebanyakan ukuran tempurung kura-kura dewasa yang ditemukan sekitar 15-20 cm.
Kepala dari kura-kura ambon memiliki semacam garis berwarna kuning yang menjadi ciri
dari jenis Coura ambonensis. Beberapa spesies lain dari genus Coura ada pula yang memiliki
garis kuning seperti kura-kura ambon namun sedikit berbeda.

Perilaku :
Kura-kura ambon sudah sangat umum dipelihara di Indonesia, terutama di kalangan hobiis.
Pemeliharaannya tergolong mudah dan tidak perlu perlakuan khusus. Perlakuan yang
diberikan tidak jauh berbeda dengan kura-kura brazil, seperti disediakan basking area,
kondisi air dijaga, pakan teratur, dan perawatan rutin seperti kura-kura kebanyakan. Jenis ini
tergolong memiliki daya tahan yang cukup kuat (terutama untuk dewasa, untuk baby masih
rentan penyakit). Air yang disediakan untuk pemeliharaan sebaiknya tidak terlalu dalam
karena jenis ini tidak terlalu pandai dalam berenang.
Reproduksi :
Cuora amboinensis mencapai pembuahan secara internal melalui persetubuhan antar jenis
kelamin. Perkawinan terjadi di dalam air. Setelah sanggama, betina menemukan area yang
lembab, berdrainase baik dan menggali sarang dengan kaki belakangnya untuk meletakkan
telur, yang biasanya berjumlah 1 hingga 5 telur bulat per sarang. Temperatur yang hangat dan
konstan bermanfaat untuk reproduksi yang lebih sering, dan kura-kura ini mampu meletakkan
beberapa sarang per tahun. Waktu inkubasi kira-kira 76 hari antara pemupukan dan
penetasan. Seekor kura-kura dapat bereproduksi setelah mencapai usia kematangan seksual,
yaitu pada usia 4 atau 5 tahun.
Usaha breeding kura-kura lokal sangat penting, terutama untuk mengurangi tingkat
ketergantungan pasar terhadap penangkapan alam. Meskipun jenis kura-kura ini tidak
dilindungi namun jika terus diambil dari alam maka jumlahnya akan terus berkurag dan dapat
merusak keseimbangan ekosistem.

Umur/Panjang Umur :
Umur panjang Cuora amboinensis biasanya dari 25 hingga 30 tahun. Satu spesimen
dilaporkan telah hidup selama 38 tahun.

Tingkah laku :
Karena habitat tropis mereka, kura-kura ini tidak pernah berhibernasi dan aktif sepanjang
tahun.

Pakan :
Kura-kura ambon merupakan omnivora yang memakan tumbuhan serta hewan. Kura-kura
yang dijual baik dari hasil breeding maupun tangkapan alam sebagian besar telah bisa
memakan pelet (jika anda ragu saat membeli silahkan tanyakan pada penjual agar aman).
Sayur yang bisa diberikan untuk pakan antara lain adalah kangkung, pisang, dsb. Sementara
pakan hewan dapat berupa ikan, udang, atau cacing

Habitat :
Tidak seperti kebanyakan kura-kura kotak, kura-kura kotak Melayu sangat akuatik dan lebih
suka lingkungan yang hangat dan basah. Mereka khusus untuk daerah hutan hujan tropis,
dengan suhu konstan antara 75 dan 95 derajat Fahrenheit, dan tidak pernah ditemukan di
mana suhu turun di bawah 70 derajat. C. amboinensis adalah penyu kotak paling akuatik di
dunia, dan karena mereka lebih suka air hangat, penyu kotak Malaya cukup sering ditemukan
di sawah, rawa-rawa, dan kolam dangkal di daerah tropis ini

Kebiasaan makan :
Kura-kura kotak Melayu sangat mirip dalam diet dengan kura-kura kotak lainnya, lebih
memilih makanan yang omnivora. Berbagai macam sayuran dimakan, termasuk sayuran,
beberapa buah-buahan, jamur, dan berbagai tanaman air. Mereka juga memakan cacing lilin,
jangkrik, ikan, dan banyak jenis serangga. Makan terjadi di air dan mengakomodasi gaya
hidup mereka yang sangat akuatik. Mereka tidak membutuhkan makanan setiap hari, kura-
kura kotak Malaya makan dua kali seminggu tanpa efek yang merugikan.

Predasi :
Kura-kura kotak Melayu menggunakan karakteristik perilaku anti-predator yang khas dari
kura-kura kotak - menyelipkan seluruh tubuh mereka di dalam cangkang pelindung mereka.
Hal ini dimungkinkan karena plastron berengsel mereka, yang memungkinkan bagian bawah
untuk menutup dengan sangat ketat terhadap bagian atas, mencegah predator dari merusak
area rentan lengan, kaki, dan kepala mereka. Mereka juga bisa berenang dengan sangat baik,
sehingga garis pertahanan pertama yang digunakan adalah melarikan diri dari bahaya yang
dirasakan dan bersembunyi di sepanjang kolam atau dasar danau.

Pentingnya Ekonomi untuk Manusia:


Positif Cuora amboinensis adalah spesies penyu yang sangat populer untuk perdagangan
hewan peliharaan karena sifat tahan banting dan ketersediaannya saat ini; Namun, spesies ini
dan banyak kura-kura kotak Asia lainnya dieksploitasi secara berlebihan pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Kura-kura kotak Malaya juga dipanen untuk dijadikan oleh-oleh di
negara-negara Asia. Manfaat lain bagi manusia adalah bahwa kura-kura kotak Malaya,
seperti halnya kebanyakan kura-kura kotak Asia, digunakan secara luas sebagai makanan
gourmet di Oriental. Sayangnya, ini mengakibatkan permintaan tinggi untuk memanen
banyak penyu liar untuk konsumsi manusia.

Status konservasi :
Populasi kura-kura kotak Malaya menurun karena eksploitasi penyu yang berlebihan saat ini
untuk perdagangan nasional dan internasional di negara-negara Asia. Rencana konservasi
sedang dilakukan untuk menyusun strategi untuk menstabilkan penurunan ini. Saat ini,
American Zoological Association sedang menyelesaikan rencana untuk buku induk utama
untuk genus Cuora dan sedang mempertimbangkan untuk memasukkan peternak swasta dan
kolektor sebagai pemasok penyu jantan. Reproduksi tawanan sangat tidak konsisten; namun,
beberapa teknik pemeliharaan dan pembiakan telah dikembangkan untuk banyak spesies
penyu Asia, termasuk Cuora amboinensis . Saat ini, semua subspesies C. amboinensis telah
berhasil dikawinkan di kebun binatang atau koleksi pribadi. Sayangnya, banyak dari ini
adalah contoh yang terisolasi dan masa depan tidak pasti.

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Reptilia
Ordo : Crocodylia
Family : Crocodylus
Genus : Crocodylus
Spesies : Crocodylus raninus

Gambar Crocodylus raninus (Buaya Kalimantan)


Buaya kalimantan mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan buaya muara. Lantaran itu buaya
yang hanya dapat ditemui di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ini statusnya masih
menjadi perdebatan para ahli. Crocodylus raninus adalah spesies misterius buaya air
tawar endemik Asia Tenggara pulau Kalimantan. Status taksonomi ini adalah kontroversial
dan jelas: itu telah dianggap oleh beberapa penulis sebagai sinonim dari Crocodylus porosus,
meskipun deskripsi ulang pada tahun 1990 dan 1992 disajikan bukti identitas yang berbeda.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan
basah lainnya,buaya raninus menghuni habitat perairan tawar

Anda mungkin juga menyukai