Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lele merupakan salah satu jenis hewan yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat saat ini, hal ini karena lele banyak digemari oleh konsumen
dan menjadi suatu prospek usaha yang menjanjikan. Lele juga banyak
dikembangbiakkan karena lele merupakan salah satu jenis hewan yang
memiliki daya tahan hidup tinggi dan tahan terhadap banyak kondisi
perubahan lingkungan. Proses budidaya ikan lele, khususnya dalam tahap
pembesaran tidak membutuhkan perawatan yang sulit, sehingga dapat
dilakukan oleh sebagian besar orang. Modal yang dibutuhkan juga relatif
murah, sehingga usaha ini banyak diminati masyarakat baik kalangan
menengah maupun pengusaha besar. Peningkatan pertumbuhan budidaya
air tawar didasarkan pada potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh
Indonesia, salah satu komoditas air tawar yang memiliki potensi untuk
dikembangkan adalah ikan lele (Riska dkk, 2015). Usaha budidaya ikan
lele dalam kolam sudah menjadi usaha pendukung untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat, namun perikanan masih menjadi usaha sampingan
dibandingkan usaha pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu, perlu
adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai produksi ikan lele sehingga
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, dan menjadi usaha utama /
usaha pokok yang menjanjikan bagi masayarakat.
Konsumsi dan permintaan ikan lele saat ini juga mengalami
peningkatan, oleh karena itu mendorong masyarakat untuk
membudidayakan ikan lele. Kandungan gizi yang ada pada ikan lele juga
cukup besar, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi
dalam tubuh. Tekstur daging yang relatif lembut, dapat diolah dalam
berbagai macam olahan, dan tidak menimbulkan alergi pada sebagian besar
orang, menyebabkan lele banyak diminati oleh masyarakat, khususnya
penjual makanan (warung makan).
Umur ikan lele yang relatif lebih pendek dari pada ikan air tawar
lainnya, menyebabkan ikan lele lebih cepat dipanen dan menghasilkan
2

keuntungan bagi pengusahanya. Kondisi kolam yang digunakan oleh para


pengusaha budidaya ikan lele juga cukup mudah dan relatif sederhana,
karena ikan lele dapat dibudidayakan di kolam buata maupun kolam tanah
dengan beberapa kriteria tertentu. Namun, usaha budidaya ini sebagian
besar masih dalam metode yang sederhana dan secara turun temurun. Oleh
karena itu, diperlukan suatu inovasi baru terkait budidaya ikan lele, sehingga
akan meningkatkan produktivitas dan hasil panen ikan lele.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “Budidaya Ikan Lele”, yang akan dilakukan
penerapannya dalam matakuliah budidaya hewan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa syarat-syarat dalam budidaya lele?
2. Bagaimana proses dan tahapan dalam budidaya lele?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam budidaya ikan lele
2. Untuk mengetahui proses dan tahapan dalam budidaya lele
3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA dan PEMBAHASAN
A. KAJIAN PUSTAKA
Menurut Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM Bank Indonesia (2010) dalam
budidaya ikan lele aspek teknis, produksi, dan teknologi harus diperhatikan
diantaranya 1) lokasi usaha, 2) proses produksi, 3) tenaga kerja, 4) bahan baku,
fasilitas, dan peralatan, 5) teknologi, 6) kendala produksi
2.1 Lokasi Usaha
Pemilihan lokasi yang tepat untuk budidaya pembesaran ikan lele merupakan
salah satu faktor kunci keberhasilan ikan lele secara menguntungkan, meskipun
sebenarnya tidak ada persyaratan yang rumit dalam pemilihan lokasi budidaya
pembesaran ikan ini. Hal ini karena secara umum ikan lele termasuk ikan yang bisa
hidup di sembarang tempat, meski demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi
yang tepat harus diperhatikan.
Syarat-syarat lokasi yang tepat harus dipenuhi agar proses budidaya
pembesaran ikan lele dapat berlangsung dan berproduksi adalah sebagai berikut:
a. Lokasi yang cocok untuk ikan lele cepat tumbuh adalah lokasi yang
memiliki ketinggihan 10-400 m di atas permukaan laut (dpl). Ikan lele akan
lambat tumbuh jika dibudidayakan di lokasi yang memiliki ketinggihan di
atas 800 m dpl.
b. Faktor lain adalah tekstur dan struktur tanah. Tanah merupakan faktor
mutlak dalam pembuatan kolam budidaya. Tanah yang baik akan
menghasilkan kolam kokoh, terutama bagian pematang atau tanggul.
Pematang yang kokoh dapat menahan tekanan air. Dengan kata lain kolam
tidak mudah jebol dan dapat menahan air. Salah satu jenis tanah yang baik
untuk kolam adalah tanah liat atau lempung berpasir dengan perbandingan
2 : 3. Tanah dengan struktur seperti ini mudah dibentuk dan tidak pecah.
Namun, jika kolam pemeliharaan ikan lele ditembok atau dibeton, maka
tanah tidak lagi menjadi faktor utama.
c. Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang mencukupi.
Walaupun ikan lele dapat hidup dalam air yang keruh, kualitas air sangat
mengdukung pertumbuhan ikan lele. Oleh karena itu, air yang digunakan
4

untuk kolam budidaya harus banyak mengandung mineral, zat hara, serta
tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga dan industri.
Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele adalah air bersih yang berasal
dari sungai, air hujan dan air sumur. Kualitas air yang baik untuk budidaya
pembesaran ikan lele haruslah memenuhi syarat variabel-variabel fi sika,
kimia dan biologi yang baik, meliputi kejernihan air serta berbagai
kandungan mineral di dalamnya. Berikut ini kondisi optimal air untuk
budidaya pembesaran ikan lele:
1) Suhu minimum 200C, suhu maksimum 30°C dan suhu optimum 24–
27°C.
2) Kandungan oksigen minimum 3 ppm.
3) Kandungan karbondioksida (CO2 )di bawah 15 ppm, NH3 di bawah
0,005 ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO3 sekitar 250 ppm.
4) Tingkat derajat keasaman (pH) 6,5 – 8.
2.2 Proses Produksi
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan hasil persilangan ikan
lele lokal yang berasal dari Afrika dengan lele lokal dari Taiwan. Ikan lele
dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh sebuah perusahan
swasta pada tahun 1986. Ciri khas dari ikan ini adalah sirip dadanya yang
dilengkapi sirip keras dan runcing yang disebut patil. Patil ini berguna
sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak. Selain itu juga ada alat yang
disebut “aboresent” yang bentuknya berlipat-lipat penuh dengan pembuluh
darah. Dengan alat tersebut ikan ini mampu mengambil oksigen langsung
dari udara, sehingga dapat hidup dalam waktu yang cukup lama pada lumpur
lembab bahkan tanpa air sama sekali.
Ikan lele mempunyai sifat aktif pada malam hari (noctural). Hal ini
berarti bahwa ikan lele akan lebih aktif jika diberi makan pada malam
hari.Pemberian pakan yang tepat, baik frekuensi ataupun jumlahnya akan
lebih mengefi sienkan biaya yang diperlukan. Dengan memahami sifat
biologi ikan tersebut, maka pada akhirnya hanya budidaya yang paling efi
sien yang akan bertahan dalam persaingan.
5

Ikan lele termasuk dalam golongan ikan karnivora atau pemakan


daging. Jenis, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan tergantung ukuran
dan lele yang dipelihara. Ada dua jenis pakan ikan lele, yaitu pakan alami
dan pakan buatan. Disamping itu dapat pula diberikan pakan alternatif.
Pakan alami ikan lele adalah jasad-jasad renik, kutu air, cacing, jentik-jentik
serangga dan sebagainya. Pakan alternatif yang biasa diberikan adalah ikan
rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak
dikomsumsi oleh manusia, limbah peternakan ayam, daging bekicot/keong
mas dan sisa-sisa dapur rumah tangga.
Yang perlu dicermati dalam pemberian pakan alternatif ini adalah
bahwa pakan tersebut merupakan reservoir parasit/mikro organisme,
sehingga pemanfaatan makanan tersebut akan melengkapi siklus hidup
beberapa parasit ikan. Oleh karena itu pemberian pakan alternatif, terutama
yang sudah jelek kualitasnya/busuk sejauh mungkin dihindari. Higienisnya
pakan, cara pemberian dan penyimpanannya perlu diperhatikan benar agar
transmisi parasit dan penyakit tidak terjadi pada hewan budidaya. Dengan
melihat kejelekan yang ada pada pakan alternatif/tambahan, maka
seyogyanya ikan lele diberikan pakan buatan yang memenuhi persyaratan,
baik nutrisinya maupun jumlahnya. Walaupun banyak nilai kebaikan dari
pakan buatan, harus diperhatikan pula dari segi fi nansialnya, karena sekitar
60–65 persen biaya produksi adalah biaya untuk pembiayaan pakan.
Kepadatan atau kerapatan ikan yang dibudidayakan harus disesuaikan
dengan standar atau tingkatan budidaya. Peningkatan kepadatan akan
menyebabkan daya dukung kehidupan ikan per individu menurun.
Kepadatan yang terlalu tinggi (overstocking) akan meningkatkan kompetisi
pakan, ikan mudah stres dan akhirnya akan menurunkan kecepatan
pertumbuhan. Kepadatan ikan yang dibudidayakan secara semi intensif
berkisar 1–5 kg/m2, sedangkan untuk kegiatan budidaya intensif dapat
mencapai 20 kg/m2 ataU setara dengan 160–200 ekor/m2 apabila berat ikan
yang dipelihara berkisar 100–125 gram/ekor.
Pemisahan ukuran (grading) dimaksudkan untuk menghindari
perebutan atau wilayah hidup (menghindari/mengurangi persaingan).
6

Dengan pemisahan ini, maka ikan yang ukurannya kecil tidak akan kalah
bersaing dan dapat melanjutkan kehidupan/pertumbuhannya secara normal.
Lebih-lebih untuk ikan yang bersifat kanibal, seperti lele, apabila tidak
dilakukan pemisahan maka ikan yang berukuran kecil akan menjadi mangsa
dari ikan yang berukuran besar. Besarnya kematian disini bukan karena
penyakit atau hama, tapi akibat dari aktivitas pemangsaan. Selain itu
pemisahan ukuran juga akan menghindari meluasnya jangkitan penyakit,
karena seiring dengan pertumbuhan maka peluang untuk terinfeksi juga
semakin meningkat.
Secara umum usaha budidaya pembesaran ikan lele dibedakan atas dua
jenis, yaitu: 1) usaha pembesaran saja; dan 2) usaha pembenihan dan
pembesaran dalam satu unit usaha. Apabila usaha pembenihan dan
pembesaran dilakukan dalam satu unit usaha maka proses budidaya dimulai
sejak dari proses pembenihan, selanjutnya benih ikan lele yang mereka
produksi dimasukkan dalam proses pembesaran. Sedangkan apabila
usahanya pembesaran saja maka pembudidaya dapat membeli benih ikan
lele dari pembudidaya lain atau pasar benih ikan atau dari Balai Benih Ikan
(BBI) dan selanjutnya dilakukan proses pembesaran.
Ada kebaikan atau kelebihan dari usaha pembesaran dan pembenihan
dalam satu unit usaha. Diantara kelebihan tersebut adalah dapat diketahui
benar–benar kualitas benih yang akan dibudidayakan, termasuk asal usul
dari induknya. Selain itu dengan lingkungan yang sama, maka benih tidak
mengalami stres. Benih yang diambil dari tempat lain yang berbeda,
apalagijauh jaraknya serta penanganan yang tidak benar akan
mempengaruhi kondisi benih.
Pembesaran merupakan tahap akhir dalam usaha budidaya ikan lele.
Benih yang akan dibesarkan dapat berasal dari pendederan I ataupun
pendederan II. Kalau benih yang berasal dari pendederan II, berarti ukuran
benih sudah cukup besar, sehingga waktu yang dibutuhkan sampai panen
tidak terlalu lama. Usaha semacam ini mengandung risiko yang lebih kecil,
karena tingkat mortalitasnya rendah. Hasil panen yang seragam atau
7

serempak pertumbuhannya dengan ukuran super adalah salah satu target


yang harus dicapai.
Ada 3 (tiga) faktor penting yang harus diperhaitkan dalam usaha
pembesaran, yaitu: kualitas benih, kualitas pakan yang diberikan dan
kualitas airnya itu sendiri.
a. Kualitas benih
Benih yang baik berasal dari induk yang baik pula, karena itu
sebaiknya benih dibeli dari tempat pembenihan yang dapat dipercaya atau
yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah, seperti BBI. Benih baik
bisa berasal dari hasil rekayasa genetika seperti lele sangkuriang, proses
seleksi, proses persilangan dan sebagainya. Ciri-ciri benih yang berkualitas
yaitu tubuhnya tidak cacat/luka, posisinya tidak menggantung (posisi mulut
di atas), aktif bergerak dan pertumbuhannya seragam. Benih yang ditebar
pembudidaya di Kabupaten Sleman umumnya berasal dari Sukabumi dan
lokal. Ada juga yang mencoba benih dari Thailand.
b. Kualitas pakan
Pakan yang diberikan harus tepat dan dalam jumlah yang
mencukupi. Yang dimaksud tepat dalam hal ini adalah tepat ukuran, nilai
nutrisi, keseragaman ukuran dan kualitas. Pada umumnya pakan yang
digunakan berasal dari produksi pabrik. Pakan yang diberikan berupa pelet,
dengan dosis 3–5 persen dari bobot tubuhnya perhari. Pemberian pakan dua
kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan diberikan dengan cara ditebarkan
secara merata dengan harapan setiap individu akan mendapatkannya. Selain
pelet, sebagai makanan tambahan diberikan limbah burung puyuh yang
terlebih dahulu dicabuti bulu-bulunya. Pemberian makanan tambahan ini
memang bisa menghemat biaya, tapi sebagai konsekuensinya adalah dapat
membawa bibit penyakit.
c. Kualitas air
Air yang digunakan untuk usaha pembesaran harus memenuhi
syarat, dalam arti kandungan kimia dan fi sika harus layak. Bebas dari
pencemaran dan tersedia sepanjang waktu. Sumber air yang digunakan oleh
pembudidaya setempat berasal dari sungai dan sumur. Sistem pembagian
8

air secara pararel, artinya masing-masing kolam tidak saling berhubungan.


Dengan sistem ini, maka kemungkinan untuk tertulari penyakit antara satu
kolam dengan lainnya dapat terhindari.
Kolam pembesaran yang ada di Kabupaten Sleman kebanyakan sifatnya
permanen. Banyak yang terbuat dari tembok dengan bentuk persegi panjang
(4 x 5 m) atau dengan ukuran yang lebih besar, walupun demikian masih
ada yang menggunakan kolam tanah. Kolam pembesaran harus
disucihamakan dulu. Cara yang paling mudah adalah dengan mengeringkan
dan melakukan pengapuran.
Benih yang ditebar sebaiknya dalam satu ukuran (seragam)
mengingat ikan lele ini mempunyai sifat kanibal. Benih ditebar pagi atau
sore hari saat suhunya masih rendah. Hal ini untuk menghindari stres. Padat
penebaran yang digunakan adalah kurang lebih 200 ekor/m3 air. Padat
penebaran sebanyak ini sudah termasuk dalam kategori sistem budidaya
yang intensif. Sebagai tahap terakhir adalah pemanenan hasil. Mengingat
kolam yang digunakan adalah kolam tembok maka cara pemanenannya
menjadi mudah. Tinggal membuka saluran pembuangan air, sehingga
airnya menjadi berkurang. Langkah selanjutnya adalah melakukan
penyerokan, pemanenan dilakukan dua kali, yang pertama adalah yang
berukuran besar yaitu ketika ikan lele berumur 2,5 bulan. Sisanya yang
masih belum layak ditinggal pada kolam tersebut dan baru dipanen setelah
berumur 3 bulan. Hasil pemanenan yang diperoleh sekitar 80 persen dari
padat penebaran 200 ekor/m3 air.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembesaran
ikan lele ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta
fasilitas pendukungnya. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam
operasionalnya hanya membutuhkan 1–2 orang pekerja untuk satu unit
usaha yang dilakukan secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini
umumnya dibayar secara harian/mingguan. Pekerja antara lain
9

melaksanakan kegiatan membeli pakan, memberikan pakan ikan lele,


melakukan pembersihan, memanen serta menjaga keamanan.
Keberhasilan usaha budidaya lele sangat ditentukan oleh kejujuran
dan kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang
ketat merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran
yang berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha
budidaya ikan lele kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan
pakan. Pemberian pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan
pembengkakan biaya operasional juga akan menurunkan produktivitas dan
menurunkan kualitas perairan.
2.3 Bahan Baku, Fasilitas Produksi dan Peralatan
Input yang digunakan untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan lele yang
utama adalah benih ikan lele. Disamping itu juga membutuhkan berbagai
jenis bahan habis pakai seperti pupuk kandang, kapur serta pakan. Dalam
rangka pelaksanaan kegiatan budidaya ikan lele diperlukan peralatan
penunjang dan sarana produksi utama budidaya ikan lele. Adapun fasilitas
produksi dan jenis peralatan yang digunakan dalam satu unit usaha budidaya
pembesaran ikan lele adalah sebagai berikut:
a. Pompa air 1 unit
b. Saring Ikan 2 buah
c. Jala 3 buah
d. Drum 4 buah
e. Ember besar 4 buah
f. Timbangan 1 unit
2.4 Teknologi
Ada beberapa teknik pembesaran ikan lele yang biasa dilakukan yakni,
pembesaran dalam kolam tembok atau tanah serta pembesaran sistem longyam.
a. Pembesaran dalam kolam. Kolam pembesaran yang dilakukan bisa berupa
kolam tembok atau tanah dengan menggunakan plastik, fi ber dan
sebagainya. Tidak ada patokan yang baku untuk ukuran kolam yang akan
dipakai sebagai tempat pembesaran tetapi disesuaikan dengan luas lahan
yang ada.
10

b. Pembesaran sistem longyam. Pembesaran sistem longyam adalah


pembesaran ikan lele yang dikombinasikan dengan kandang pemeliharaan
ayam. Sistem longyam memiliki dua keunggulan, yakni secara ekonomi
lebih menguntungkan dan dalam pemanfaatan pakan lebih efi sien. Dengan
sistem ini, satu lahan digunakan untuk dua jenis usaha sekaligus. Sisa pakan
ayam yang jatuh ke kolam bisa menjadi santapan dan pakan tambahan bagi
ikan lele.
Berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan di Kabupaten
Sleman, teknologi yang digunakan dalam pembenihan hampir seluruhnya
dilakukan secara alami (tradisional) dan dalam pembesaran mayoritas
menggunakan kolam baik kolam tembok (sebagian besar) maupun kolam
tanah (sebagian kecil).
2.5 Kendala Produksi
Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan lele
adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian akibat hama biasanya tidak
sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian kedua-duanya harus
mendapat perhatian penuh, sehingga usaha budidaya dapat berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling
efektif dibandingkan dengan pengobatan. Dengan padat penebaran yang
demikian tinggi pada pembudidaya yang intensif, maka serangan penyakit
dapat terjadi sewaktu–waktu, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan tinggal
menunggu waktu. Monitoring yang ketat dan konsisten merupakan langkah
yang harus dikerjakan dalam usaha budidaya yang modern. Monitoring
tidak hanya dilakukan pada ikan yang dibudidayakan saja, tetapi juga
terhadap kondisi airnya.
Kalau diperhatikan dengan cermat, sebelum ikan terkena penyakit
maka akan menunjukkan gejala–gejala terlebih dahulu. Gejala–gejala
tersebut diantaranya adalah nafsu makan yang berkurang, gerakan menjadi
lambat, pengeluaran lendir yang berlebihan dan pada stadium selanjutnya
akan terlihat perubahan warna, bahkan mulai ada luka pada tubuhnya.
Semua gejala ini dapat dilihat secara visual. Gejala ini sebenarnya tidak
11

hanya tampak pada ikannya saja, tapi juga kondisi airnya. Air kolam tampak
lebih kental atau pekat, akibat pengeluaran lendir yang berlebihan.
Apabila melihat gejala ini, maka harus segera dilakukan langkah
pengobatan sebelum penyakitnya menjadi lebih parah. Pengobatan yang
lebih dini akan mengurangi jumlah ikan yang mati, bahkan akan
menyelamatkan ikan yang dibudidayakan.
2.6.1 Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa,
membunuh dan mempengaruhi produktivitas, baik secara langsung ataupun
bertahap. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara maupun darat.
Ada dua cara yang biasanya digunakan untuk mencegah hama, yaitu:
melakukan pengeringan dan pemupukan kolam dan memasang saringan
pada pintu pemasukan air (inlet).
Hama pada ikan lele yang biasanya ada adalah ular, belut, ikan–ikan
buas, linsang dan burung pemakan ikan.
Penyakit
Penyakit dapat disebabkan oleh adanya gangguan dari jasad hidup atau
sering disebut dengan penyakit parasiter dan yang disebabkan oleh faktor fi
sik dan kimia perairan atau non parasiter. Jasad hidup penyebab penyakit
tersebut diantaranya adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda dan
jenis udang renik. Penyebab penyakit dari satu ikan ke ikan lainnya dapat
melalui:
a. Aliran air yang masuk ke kolam.
b. Media tempat ikan tersebut hidup.
c. Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat.
d. Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi (selang
air, gayung, ember dan sebagainya).
e. Agent atau carrier (perantara atau pembawa).
Beberapa tindakan untuk mengatasi berbagai serangan penyakit dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain aplikasi obat langsung ke ikan.
Pengobatan ini dapat dilakukan melalui penyuntikan. Tindakan pengobatan melalui
penyuntikan ini hanya efektif jika ikan yang terserang penyakit jumlahnya sedikit.
12

B. PEMBAHASAN
a. Syarat Budidaya Ikan Lele
1. Kualitas Benih
Benih yang baik berasal dari induk yang baik pula, karena itu sebaiknya
benih dibeli dari tempat pembenihan yang dapat dipercaya atau yang telah
mendapat rekomendasi dari pemerintah, seperti BBI. Benih baik bisa berasal
dari hasil rekayasa genetika seperti lele sangkuriang, proses seleksi, proses
persilangan dan sebagainya. Ciri-ciri benih yang berkualitas yaitu tubuhnya
tidak cacat/luka, posisinya tidak menggantung (posisi mulut di atas), aktif
bergerak dan pertumbuhannya seragam (Bachtiar, 2006:102).
2. Lokasi Usaha
Pemilihan lokasi yang tepat untuk budidaya pembesaran ikan lele
merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan ikan lele secara
menguntungkan, meskipun sebenarnya tidak ada persyaratan yang rumit
dalam pemilihan lokasi budidaya pembesaran ikan ini. Hal ini karena secara
umum ikan lele termasuk ikan yang bisa hidup di sembarang tempat, meski
demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi yang tepat harus diperhatikan.
Syarat-syarat lokasi yang tepat harus dipenuhi agar proses budidaya
pembesaran ikan lele dapat berlangsung dan berproduksi adalah sebagai
berikut:
a. Lokasi yang cocok untuk ikan lele cepat tumbuh adalah lokasi yang
memiliki ketinggihan 10-400 m di atas permukaan laut (dpl). Ikan lele akan
lambat tumbuh jika dibudidayakan di lokasi yang memiliki ketinggihan di
atas 800 m dpl.
b. Faktor lain adalah tekstur dan struktur tanah. Tanah merupakan faktor
mutlak dalam pembuatan kolam budidaya. Tanah yang baik akan
menghasilkan kolam kokoh, terutama bagian pematang atau tanggul.
Pematang yang kokoh dapat menahan tekanan air. Dengan kata lain kolam
tidak mudah jebol dan dapat menahan air. Salah satu jenis tanah yang baik
untuk kolam adalah tanah liat atau lempung berpasir dengan perbandingan
2 : 3. Tanah dengan struktur seperti ini mudah dibentuk dan tidak pecah.
Namun, jika kolam pemeliharaan ikan lele ditembok atau dibeton, maka tanah
tidak lagi menjadi faktor utama.
13

c. Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang


mencukupi. Walaupun ikan lele dapat hidup dalam air yang keruh, kualitas
air sangat mengdukung pertumbuhan ikan lele. Oleh karena itu, air yang
digunakan untuk kolam budidaya harus banyak mengandung mineral, zat
hara, serta tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga dan
industri. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele adalah air bersih yang
berasal dari sungai, air hujan dan air sumur. Kualitas air yang baik untuk
budidaya pembesaran ikan lele haruslah memenuhi syarat variabel-variabel
fisika, kimia dan biologi yang baik, meliputi kejernihan air serta berbagai
kandungan mineral di dalamnya. Berikut ini kondisi optimal air untuk
budidaya pembesaran ikan lele :
i) Suhu minimum 200C, suhu maksimum 300C dan suhu optimum 24– 270C.
ii) Kandungan oksigen minimum 3 ppm.
iii) Kandungan karbondioksida (CO2 )di bawah 15 ppm, NH3 di bawah 0,005
ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO3 sekitar 250 ppm.
iv) Tingkat derajat keasaman (pH) 6,5 – 8.
3. Pemberian Pakan
Ikan lele mempunyai sifat aktif pada malam hari (noctural). Hal ini berarti
bahwa ikan lele akan lebih aktif jika diberi makan pada malam hari, meskipun
pemberian pakan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Ikan lele termasuk
dalam golongan ikan karnivora atau pemakan daging. Jenis, ukuran dan
jumlah pakan yang diberikan tergantung ukuran dan lele yang dipelihara. Ada
dua jenis pakan ikan lele, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Disamping itu
dapat pula diberikan pakan alternatif. Pakan alami ikan lele adalah jasad-jasad
renik, kutu air, cacing, jentik-jentik serangga dan sebagainya. Pakan alternatif
yang biasa diberikan adalah ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari
laut yang sudah tidak layak dikomsumsi oleh manusia, limbah peternakan
ayam, daging bekicot/keong mas dan sisa-sisa dapur rumah tangga.
b. Proses dan Tahapan dalam Budidaya Ikan Lele
1. Pembenihan
Pembenihan merupakan kegiatan awal di dalam budidaya ikan lele.
Pembenihan adalah untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu
14

dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam


khusus pemijahan. Terdapat 3 sistem pembenihan lele yang dikenal, yaitu :
 Sistem Massal : Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan
betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem
ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak
kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada
keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
 Sistem Pasangan : Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan
betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh
ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
 Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi) : Dilakukan dengan
merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan
ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak
besar.
2. Proses Budidaya
a. Pembuatan Kolam lele
Ada berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat
budidaya ikan lele. Ada dua macam / tipe kolam, yaitu bak dan
kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya
disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak
maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai (Budi, 1993) :
 Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber
air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan
penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air
untuk kolam yang lain.
 Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa
pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus
sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
 Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina.
Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata,
bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan
betina.
15

 Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang


telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan
pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang
sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk
dalam saluran pencernaannya.
b. Pemilihan Induk lele
 Induk jantan mempunyai tanda :Tulang kepala berbentuk pipih,
warna lebih gelap, gerakannya lebih lincah, perut ramping tidak
terlihat lebih besar daripada punggung, alat kelaminnya
berbentuk runcing.
 Induk betina mempunyai tanda: Tulang kepala berbentuk
cembung, warna badan lebih cerah, gerakan lamban, perut
mengembang lebih besar dari pada punggung alat kelamin
berbentuk bulat
c. Persiapan Lahan lele
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
 Pengeringan, Untuk membersihkan kolam dan mematikan
berbagai bibit penyakit.
 Pengapuran, dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis
60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan
bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
 Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan
racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa
budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2
sendok makan)/100m2.
 Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi
30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan
plankton sebagai pakan alami lele.
d. Pemijahan Lele
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk
mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin
yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur
16

berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang
telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan
menetas menjadi anakan lele (Budi, 1993).
Selama proses pemijahan indukan lele diberi makanan yang
memiliki kadar protein cukup tinggi. Setelah diberikan protein yang
cukup tinggi, induk betina siap untuk dibuahi. Sel telur yang telah
dibuahi akan menetas menjadi anakan lele setelah 24 jam. Setelah
berumur satu minggu pisahkan hasil anakan dengan induk betina,
sedangkan untuk pemindahan anakan setelah anakan berumur dua
minggu.
e. Pemindahan Lele
Cara pemindahan :
 Kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
 Siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang
diisi dengan air di sarang. Samakan suhu pada kedua kolam
 Pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan
cawan atau piring.
 Pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan
dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap
tingginya suhu air.
f. Pendederan Lele
Pendederan adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5
– 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam
pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau
penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang
menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan
sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini (Budi, 1993).
 Manajemen Pakan Lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya
ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di pasaran.
Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang menawarkan Food
Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu. FCR adalah rasio
17

jumlah pakan berbanding pertumbuhan daging. Semakin kecil nilai


FCR, semakin baik kualitas pakan.Untuk mencapai hasil maksimal
dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian pakan utama dan
pakan tambahan secara berimbang.

 Pemberian pakan utama


Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung
protein hewani. Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan
lele adalah protein (minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-
20%), vitamin dan mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-
rata sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi.
 Pemberian pakan tambahan
Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya
pengeluaran pakan yang menguras kantong. Apabila dengan pelelangan
ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar. Bisa juga
dengan membuat belatung dari campuran ampas tahu. Keong mas dan
limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Satu hal yang harus
diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan sampai telat
atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal, yakni suka
memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang lebih
besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil
 Waktu Pemberian Pakan
Semakin besar ukuran tubuh dan bukan mulut. Semakin besar
ukuran pakan, frekuensi pemberian pakan lele yang masih kecil yaitu 4
– 5 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore dan malam hari.
 Cara Memberikan Pakan
 Cara memberikan pakan yang berbentuk pelet apung harus
dilakukan dengan cara menyebar pelet menjadi tiga bagian, untuk
mudahnya kita umpamakan tiga bagian kolam adalah ujung kanan,
tengah dan ujung kiri. Metode pemberian pakan seperti ini dilakukan
agar ikan lebih aktif bergerak, sehingga membantu pertumbuhan
18

ikan, selain itu, dengan cara ini para pelaku usaha ternak lele juga
dapat mengontrol tingkat responsif ikan lele.
 Untuk pelet tenggelam cara memberikannya berbeda, pelet
tenggelam tidak disebar, melainkan hanya ditebarkan pada satu titik,
sesuai namanya sifat pelet tenggelam akan tenggelam pada saat
ditebar, jadi tebarkanlah sedikit-sedikit, karena lele termasuk ikan
yang suka mengejar pakan yang bergerak, jadi dikhawatirkan pelet
yang terlanjur tenggelam tidak akan dimakan, jika pada titik
pemberian pakan pelet tenggelam respon ikan sudah nampak
menurun, sebaiknya pemberian pakan dihentikan, ulangi dan
lakukan lagi prosesnya pada setiap pemberian pakan pelet
tenggelam.
 Pada segmen pembenihan, pakan alami seperti cacing sutera
diberikan dengan cara disebar di sudut, di sisi dan di bagian tengah
kolam, cacing sutera yang telah dibersihkan/dibilas lalu diambil
seujung tangan kemudian diletakkan pada titik yang berbeda, tehnik
ini sangat efektif karena larva lele yang berjumlah ribuan yang
tersebar di seluruh bagian kolam akan rata mendapatkan makanan.
 Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik yaitu air harus bersih,
berwarna hijau cerah, kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).
Ukuran kualitas air secara kimia yaitu bebas senyawa beracun
seperti amoniak, mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C). Untuk
menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal,
pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung
unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam
humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang
berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa
beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang.
Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara
dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada
19

waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari


sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2 (Komar, 1981).
 Manajemen Kesehatan
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika
mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit
lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek.
Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit
penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain..
Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar.
Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan
untuk melakukan pengobatan yang sesuai (Komar, 1981). Penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur
dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat)
atau garam dapur.
 Pembersihan kolam
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
 Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan
larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam
sampai rata.
 Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan
permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
 Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan
dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh
penyakit yang ada di kolam.
3. Proses Panen Budidaya Ikan Lele
1. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan :
a. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-
waktu dapat dipanen.
b. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak
terlalu kepanasan.
20

c. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan


menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
d. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa
selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya
hilang.
e. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
2. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara :
a. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan
kapur sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
b. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan
permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
c. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan
dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh
penyakit yang ada di kolam.
21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syarat syarat buddaya ikan Lele adalah pemilhan kualitas
benih,lokasi usaha yangtepat,tanah dengan struktur yang mudah
dibentuk,pemberian pakan yang baik.
2. Tahapan budidaya ikan Lele dimulai dari pembenihan,proses
budidaya (pembuatan kolam lele,pemilihan induk lele,persiapan
lahan lele), pemijahan lele,pemindahan lele,pedederan lele dan yang
terakhir yaitu proses panen budidaya ikan lele
B. Saran
Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa penelitian ini masih
sangat jauh dari sempurna. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang Budidaya Ikan
Lele. Kami sangat berharap agar budidaya ikan lele bisa terus
dilestarikan. Diharapkan dalam melakukan pembudidayaan ikan lele
juga harus memperhatikan faktor fisik kimia yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan ikan lele pada kolam terkontrol agar
menghasilkan produksi ikan lele yang lebih baik lagi dan maksimal.
Semoga maklah ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai
budidaya ikan lele sehingga akan meningkatkn nilai produksi dan
perekonomian masyarakat
22

DAFTAR RUJUKAN
Bachtiar, Y., 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta. 102.
Budi Santoso. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias geriepinus)
dan Lokal. Kanisius. Yogyakarta
Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM Bank Indonesia. 2010. Budidaya Pembesaran
Ikan lele. Jakarta: Bank Indonesia

Riska, F.F., Primyastanto, M., Abidin, Z. 2015. Strategi Pengembangan Usaha


Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp.) Pada Usaha Perseorangan “Toni
Makmur” Dikawasan Agropolitan Desa Kauman Kecamatan Ngoro
Kabupaten Jombang Jawa Timur. Malang : Universitas Brawijaya.
Jurnal ECSOFiM Vol. 3 No. 1
Sumartadinata, Komar. 1981. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di
Indonesia. Sastra Budaya. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai