Anda di halaman 1dari 3

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui perkembangan

perekonomian di suatu negara dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan.

Pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sekitar 5,76 %. Artinya berada di atas pertumbuhan sektor listrik,
gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan,
jasa-jasa dan industri pengolahan.

Menurut data yang dirilis oleh badan ekonomi kreatif RI dan Badan Pusat Statistik Ekonomi kreatif
memberikan kontribusi sebesar 7,44% terhadap total perekonomian nasional dengan PDB ekonomi
kreatif yang tercipta pada tahun 2016 adalah sebesar 922,59 triliun rupiah

Kontribusi ekraf untuk perekonomian negara di Amerika Serikat 11,12% Korea Selatan 8,67% Rusia
6,06% Indonesia 7,44%

Kontribusi Ekspor Ekraf terhadap Total Ekspor Nasional 12,88%, 13,77%

Di tahun 2016 jumlah penduduk dengan pekerjaan utama di sektor ekonomi kreatif 16,91 juta jiwa atau
merupakan 14,28% dari seluruh tenaga kerja di Indonesia .

Di Indonesia sudah terbukti tumbuhnya startup teknologi menghasilkan “multiplier effect” pada banyak
usaha-usaha UMKM. Ini sebuah hal positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, di mana sebagian
besar sebaran usaha adalah UMKM. Startup memberikan manfaat bukan hanya kepada konsumen
tetapi juga bagi kreator dan penjual.

Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) merupakan program seed funding yang disalurkan
melalui lembaga inkubator untuk menjalankan proses inkubasi terhadap perusahaan pemula sehingga
nantinya startup siap masuk kategori PPBT yang siap untuk menghasilkan profit dan sustainable.

Sementara Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) adalah program pendanaan yang
diberikan melalui skema insentif yang ditujukan kepada dosen, mahasiswa atau dosen dan mahasiswa
melalui lembaga pengelola hasil riset dan pengembangan yang produknya sudah siap untuk
dikomersialisasikan. Dengan skema PPBT dan CPPBT, tercatat jumlah startup dan calon startup yang
dikelola meningkat setiap tahunnya. Yang semula 52 startup di awal tahun 2015 menjadi 956 di tahun
2018.

Pembentukan PPBT dan CPPBT oleh Kemenristekdikti adalah salah satu wujud usaha pemerintah yang
semakin peduli dengan industri startup. Dengan proses inkubasi dan bantuan pendanaan, bukan tidak
mungkin lahir startup unicorn baru dari kedua program tersebut.
Seperti pemberdayaan ekonomi pada umumnya, ekonomi kreatif juga menghadapi sejumlah kendala.
Satu hal yang paling banyak dikeluhkan oleh para pelaku industri kreatif, utamanya yang masih berupa
rintisan, adalah belum kondusifnya regulasi sehingga perlu segera dilakukan harmonisasi regulasi
simple cepat dan ramah terhadap lingkungan bisnis, utamanya star-up bisnis .

Ekonomi kreatif yang mengepankan inovasi dan kreatifitas pelu didukung kejelasan aturan hukum
terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam industri kreatif, HKI adalah nyawa, karena menjadi
komoditas utamanya.

Di bidang musik dan film, misalnya, ketidakjelasan aturan HKI menjadi celah bagi maraknya aksi
pembajakan. Di industri musik dan film, persoalan pembajakan menjadi persoalan yang sampai hari ini
masih menjadi tantangan .

Perlu terus dikembangkan ekosistem yang mendukung persemaian bibit-bibit unggul kaum milenial
dalam menghasilkan karya kreatif, memasifkan penyebaran spirit enterpreneur dan kreasi dikalangan
generasi muda melalui berbagai forum-forum diskusi dan sharing session sampai dengan ke akar
rumput agar tumbuh talenta-talenta berskala internasional di bidang industri kreatif.

Arah kebijakan perlu terus diupayakan menjaga menjaga keseimbangan pertumbuhan pemain asing dan
lokal, dengan menyesuaikan aturan untuk menghadapi inovasi teknologi dan karakter pasar yang
berubah cepat.

Pelajaran berharga dapat dipetik dari konsep “Sharing Economy”, Uber, sebagai perusahaan yang tidak
memiliki aset kendaraan mampu menjadi perusahaan transportasi.

Dengan teknologi dan internet, model ini memungkinkan saling berbagi aset sehingga mampu menekan
biaya. Amazon dengan konsep “Marketplace”, tanpa memiliki alat produksi, dapat menghubungkan
pembeli dan penjual dengan lebih cepat dan lebih mudah.

Begitu juga dengan Konsep O2O “Online to Offline” dimana perusahaan makanan, dan produk lainnya,
menyediakan layanan online untuk pemesanan meskipun penyediaan produk/jasa dilakukan secara
offline.

Berbagai model baru ini dimungkinkan akibat perkembangan teknologi, device dan internet. Dan
Revolusi Industri 4.0 akan menyebabkan relokasi produksi lebih dekat ke target market, sehingga
membutuhkan agility dan flexibility, tidak hanya scale teknologi informasi, merupakan enabler terbesar
dari transformasi digital.

Besarnya potensi pengembangan ekonomi kreatif yang dimiliki Indonesia, dengan karunia Tuhan akan
kekayaan dan keragaman budaya, keindahan geografis wilayah serta sumber daya manusia kaum muda
yang indentik dengan dunia kreatif, perlu terus ditransformasikan menjadikan mesin kekuatan ekonomi
baru.
Oleh karena itu, diperlukan adanya sinergitas dari semua pemangku kepentingan, dalam mengatasi
berbagai tantangan yang berpotensi menjadi bottleneck pengembangan ekonomi kreatif.

Bercermin dari beberapa bottleneck sebagaimana yang diidentifikasikan di atas, seyogyanya


Kementrian/Lembaga pusat dan daerah sebagai perumus kebijakan ekonomi kreatif diharapkan dapat
memfasilitasi, memotivasi dan menginspirasi pengembangan ekonomi kreatif dalam bentuk rencana
aksi yang mendepankan skala priroritas, fokus dan kongkrit terukur.

Pemerintah pusat dan daerah harus duduk bersama menyelaraskan shared vision agar formulasi
manajemen strategik pengembangan ekonomi kreatif di berbagai daerah dapat diimplementasikan
secara masif.

Spirit menjadikan ekonomi kreatif sebagai bisnis masa depan yang menjanjikan, memfasilitasi promosi
dan mengintensifkan bantuan modal usaha, kalangan bisnis diharapkan dapat mengoptimalkan self
development.

Upaya pengembangan kapasitas usaha melalui sistem lokomotif – gerbong dan tak kalah pentingnya
adalah dukungan cendikiawan melalui pengembangan penetrasi pasar dengan pemanfaatan online
marketing, disamping berbagai terobosan lain, berpikir out of the box, menciptakan linkage atau
konektivitas ekonomi kreatif dengan pariwisata, sebagai venue untuk proses produksi, distribusi
sekaligus pemasarannya.

Dalam persaingan global yang kita hadapi dewasa ini, dengan penetrasi produk ekonomi kreatif yang
tanpa batas, menyadarkan kita pula akan pentingnya menerapkan prinsip-prinsip marketing.

Produk tidak semata-mata benda mati yang diperjual belikan, namun lebih kepada strategi kita dalam
mengemas produk, diferensiasi produk, targeting dan strategi dalam memasarkan produk, diperlukan
penerapan marketing intelejen, agar kira mengetahui kekuatan pesaing-pesaing kita dan selera pasar,
karena di era globalisasi, perang sejatinya adalah perang di medan ekonomi dan ekonomi kreatif
menjadi senjata utamanya.

Anda mungkin juga menyukai