Anda di halaman 1dari 41

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

INFEKSI MATERNAL

Disusun oleh :

Ayudia Arisma 1609MK689


Baiq Subli Nurlaili 1609MK690
Harniwati 1609MK69
Lindawati 1609MK697
Mahesa Burma 1609MK698
Pahrudin 1609MK69

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
(STIKes HAMZAR) LOMBOK TIMUR
2019
A. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
1. Definisi

Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang


disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu
kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang
berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002).

Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang


dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering
ditemukan adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis,
chancroid, herpes genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan
hepatitis B. HIV dan syphilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya
selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh
(WHO,2009).

2. Epidemiologi

Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di


antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan
semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban
masyarakat, banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah
tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease
(STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS) (Hakim, 2009; Daili, 2009).

Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang


semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma
venerum dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore (UNG),
kondiloma akuminata, herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial
vaginosis, hepatitis, moluskum kontagiosum, skabies, pedikulosis, dan lain-
lain. Sejak tahun 1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually
Transmitted Infection), agar dapat menjangkau penderita asimtomatik
(Hakim, 2009; Daili, 2009).

3. Etiologi
PMS pada umumnya disebabkan karena adanya penyebaran virus, bakteri,
jamur dan protozoa/parasit. Seperti beberapa penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh virus antara lain HIV (Human Immunodeficiency Virus),
Genital Herpes, Hepatitis B dan HPV (Human Papilloma Virus).
- Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyakit menular
seksual yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehinnga tubuh kehilangan
kemampuan untuk melawan inveksi. HIV menyebabkan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai penyakit yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh akibat HIV, yang saat ini belum
ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan. Ada beberapa fase
perkembangan HIV/AIDS :
Pertama, penderita sudah terjangkit inveksi, tetapi ciri-ciri terinveksi
belum terlihat, meskipun penderita melakukan tes darah. Pada fase ini
antibodi terhadapHIV belum terbentuk. Biasanya fase ini berlansung
sekitar 1-6 bulan dari waktu penderita terjangkit.
Kedua, berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 2-10 tahun setelah terinfeksi
HIV. Pada fase ini penderita sudah positif HIV dan belum menampakkan
gejala sakit, tetapi sudah dapat menularkan kepada orang lain.
Ketiga, sudah muncul gejala-gejala awal penyakit yang HIV, tetapi belum
dapat disebut sebagai gejala AIDS. Pada fase ini penderita mengalami
seperti gejala keringat yang berlebihan pada waktu malam hari, diare terus
menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-
sembuh, nafsu makan berkurang, kekebalan tubuh menurun.
Keempat, sudah memasuki fase AIDS, dan baru dapat didiagnosa setelah
kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari Sel-Tnya. Timbul penyakit
tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik, yaitu kanker khususnya
sariawan, kanker kulit (sarcoma kaposi), infeksi paru-paru dan kesulitan
bernafas, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu
dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.
- Genital Herpes atau lebih dikenal dengan herpes genitalis (herpes
kelamin) adalah PMS yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplek yang
ditularkan melalui hubungan seksual baik vaginal, anal atau oral yang
menimbulkan luka atau lecet pada bagian kelamin dan mengenai pada
bagian langsung pada luka, bintil atau kutil. Virus ini dapat meng hilang
sementara waktu, tetapi sesungguhnya tetap tidak dapat sepenuhnya
dihilang kan, bahkan obat cydofir (zovirox) saja yang biasa diresepkan
untuk penderita genital herpes hanya dapat meringankan gejala-gejalanya,
tetapi tidak benar-benar menyem buhkan penderita. Walaupun tanpa gejala
dan tergantung pada daya tahan tubuh, kalaupun pada awalnya ada rasa
seperti terbakar atau gatal pada kelamin diikuti timbulnya bintil-bintil
berisi air di atas kulit dengan warna dasar kemerahan, dalam beberapa hari
bintil ini akan pecah dan menimbulkan luka lecet yang terbuka dan sangat
nyeri. Pada penderita perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin,
dinding liang kemaluan dan kadang-kadang disekitar anus. Sedang pada
penderita Laki-laki biasanya pada batang atau kepala penis serta disekitar
anus. Gejala pada serangan pertama umumnya lebih berat dibandingkan
ketika kambuh. Sebelum timbul lecet biasanya diawali dengan keluhan
pegal-pegal pada otot disertai demam (terutama pada serangan pertama),
pembengkakan pada kelenjar lipatan paha, nyeri kadang gatal serta
kemerahan pada tempat yang terkena. Masa inkubasi 1-26 hari, rata-rata 6-
7 hari. Masa Inkubasi merupakan rentang waktu sejak masuknya penyakit
kedalam tubuh hingga timbulnya penyakit tersebut.
- Hepatitis adalah penyakit menular yang menyebabkan peradangan hati
dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B
merupakan satu-satunya penyakit menular seksual yang dapat dicegah
dengan vaksinasi. Hepatitis B dapat menyebabkan penyakit kuning,
kelelahan yang teramat sangat, muntah-muntah dan demam, dapat
ditularkan dengan mudah melalui kontak seksual. Sebagian penderita
hepatitis B dapat kembali sehat dengan terapi anti hepatitis, namun
sebagian penderita terkadang penyakitnya justru bertambah kronis.
- Human Pappiloma Virus (HPV) atau juga dikenal dengan nama genital
wart adalah penyakit menular seksual yang banyak ditemukan dengan
munculnya kutil genital, kutil kelamin atau disebut candiloma akuminata
yang dapat meningkatkan kanker serviks dan penyakit ini sangat
mengkhawatirkan di komunitas medis ada kampanye untuk mendorong
diadakannya vaksinasi terhadap HPV pada penderita untuk menekan
angka penyebaran HPV genital melalui aktivitas seksual. Virus HPV
menimbulkan gejala seperti kelainan berupa tonjolan kulit berbentuk
jengger ayam yang berwarna seperti kulit, ukurannya bervariasi dan sangat
kecil sampai besar sekali. Pada penderita perempuan dapat mengenai kulit
di daerah kelamin sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang
kemaluan sampai leher rahim. Pada penderita laki-laki dapat mengenai
penis dan saluran kencing bagian dalam. Khusus perempuan hamil, kutil
dapat tumbuh besar sekali dan baru disadari setelah perempuan melakukan
papsmear. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan kanker leher
rahim serta kanker penis. Sebagian besarkuman penyakit ini menempel
pada kulit, seperti skrotum, maka kondom tidak 100% efektif dalam
mencegah penularannya. Bahkan berdasar laporan kesehatan, remaja
memiliki persentase tertinggi pada virus ini dibanding kelompok umur
lainnya. Ada satu penelitian di Amerika menunjukkan sampai seperempat
perempuan muda yang aktif secara seksual terbukti terinveksi kutil
kelamin melalui pengujian laboratorium, walaupun bukti kasat mata
seperti kutil kelamin dibagian luar lebih sedikit. Sekarang kita bahas
tentang PMS yang disebabkan karena penyebaran bakteri antara lain
seperti Chlamydia Trachomatis atau disebut Klamidia, Vaginosis Bakterial,
Gonore, dan Sifilis.
- Chlamydia Trachomatis adalah penyakit menular melalui hubungan seks
vaginal, oral atau anal. Apabila tidak terdeteksi melalui diagnosa pada
tahap awal dan segera diobati dengan antibiotika, maka klamidia dapat
menyebar dengan sangat cepat dan menyebabkan penyakit radang panggul
yang menyebabkan kehamilan ektopik (diluar kandungan) dan
kemandulan pada laki-laki. Bakteri ini juga dapat menyerang leher rahim.
Gejala pada penderita berupa keluhan adanya keputihan yang disertai nyeri
pada saat kencing dan pendarahan setelah melakukan hubungan seksual.
Cara penularannya tidak disadari karena kebanyakan penderita yang
terinfeksi tidak merasakan gejalanya. Pada infeksi kronis dapat menyebar
ke saluaran telur yang mengakibatkan kehamilan ektopik dan kemandulan.
Dapat menyebabkan kebutaan atau radang paru-paru pada bayi yang baru
dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi bakteri ini. Masa inkubasi klamidia
adalah 7-12 hari. Hasil laporan kesehatan menunjukkan bahwa remaja di
seluruh dunia adalah proporsi terbesar seluruhnya dalam infeksi klami dia,
kurang lebih sepertiga. Termasuk di Haiti dan Nigeria memiliki tingkat
klamidia yang tinggi.
- Vaginosis Bakterial adalah penyakit menular yang disebabkan adanya
infeksi pada alat kelamin yang disebabkan adanya campuran bakteri
Gardnella Vaginalis dan bakteri Anaerop. Pada penderita gejalanya berupa
keputihan tidak banyak, berwarna abu-abu, lengket dan berbau amis,
biasanya akan tercium jelas setelah melakukan hubungan seksual dengan
lawan jenis.
- Gonore adalah penyakit menular serupa dengan klamidia, ditularkan
melalui hubungan seks vaginal, oral atau anal. Penyakit ini juga telah
berhasil diobati dengan antibiotika, namun gonore yang tidak segera
diobati dapat menyebabkan nyeri panggul, keputihan dan penyakit radang
panggul. Pada penderita penyebabnya adanya kuman Neisseria
Gonorrhoeae. Pada penderita perempuan terkadang sering tanpa adanya
gejala atau gejalanya sulit dilihat, terkadang ada nyeri di bagian perut
bawah, kadang disertai keputihan dengan bau yang menyengat, alat
kelamin terasa sakit atau gatal, adanya rasa sakit atau panas pada waktu
buang air dan pendarahan setelah melakukan hubungan seks. Akan tetapi
Gonore (GO) sering datang tanpa keluhan atau gejala apapun pada
perempuan. Pada penderita laki-laki adanya gejala timbul pada waktu satu
minggu, rasa sakit pada saat buang air atau ereksi, keluar nanah dari
saluran kencing utamanya pada pagi hari. Sering tanpa gejala pada stadium
dini.
- Sifilis atau dikenal dengan Raja Singa adalah penyakit menular yang
disebabkan kuman Treponema Pallidium. Gejala yang pertama kali
muncul adalah rasa sakit di daerah kontak seksual, timbul benjolan di
sekitar alat kelamin, kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri
tulang seperti flu yang akan menghilang dengan sendirinya tanpa diobati,
terjadi bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah
hubungan seks. Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan
gejala apa-apa. Setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan
syaraf otak, Pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil, penyakit
ini dapat menular pada bayi yang dikandungnya yang mengakibatkan
kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental. Selanjutnya kita
bahas PMS yang disebabkan karena penyebaran jamur yaitu Kandidas
Vagina.
- Kandidas Vagina adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jamur
Candida Albicans. Dalam keadaan normal biasanya jamur ini terdapat
pada kulit ataupun lubang kemaluan perempuan. Pada keadaan tertentu
seperti penyakit (kencing manis, kehamilan pengobatan steroid, anti
biotik) jamur ini dapat meluas dan menimbulkan keputihan. Penyakit ini
sebenarnya tidak tergolong PMS, tetapi pasangan seksual perempuan yang
terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik
kemerahan pada kulit kelamin. Gejalanya adalah keputihan yang tidak
berbau atau berbau asam, berwarna seperti keju atau susu basi disertai
gatal, panas dan kemerahan di kelamin dan sekitarnya. Yang terakhir kita
bahas PMS yang disebabkan karena penyebaran protozoa/parasit yaitu
Trikomoniasis.
- Trikomoniasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas Vaginalis. Gejalanya antara lain terjadinya keputihan yang
banyak. Kadang-kadang berbusa dan berwarna kehijauan dengan bau
busuk, terjadinya gatal-gatal di kemaluan, nyeri pada saat berhubungan
seks atau saat buang air kecil. Masa inkubasi 3-28 hari. Infeksi
trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang dapat
disembuhkan dan yang paling biasa terjadi.
4. Faktor Resiko
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya pengidap Penyakit
Menular Seksual (PMS) antara lain :
1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
2. Gonta-ganti pasangan seks.
3. Prostitusi.
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan
menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis
dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita
PMS (Hutagalung, 2002).
6. Saat ini sudah terbuka lebar akses informasi yang membahas
seksualitas termasuk gambar-gambar berkatagori pornografi, media
masa, internet yang sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar
kalangan remaja secara tidak benar.
7. Adanya nilai ganda masyarakat dalam mensikapi permasalahan
pornografi, disatu sisi menentang, menganggap tabu, terlalu fulgar,
seronok, jijik dan sebagainya, disisi lain ada sikap apatis, membiarkan
bahkan memanfaatkan pornografi sebagai tontonan masyarakat bahkan
masuk dalam lingkungan keluarga.
8. Nilai-nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung disalah
gunakan, menghilangkan nilai-nilai sakral, budaya dan agama, malah
cenderung melakukan hal-hal yang tidak terpuji, permisif (serba boleh)
dan cenderung melonggarkan hubungan laki-laki dan perempuan.
9. Kurangnya pemahaman kalangan remaja terhadap perilaku seks bebas
yang pernah dilakukan ditambah kontrol keluarga serta masyarakat
yang cenderung menurun.
10. Semakin banyaknya tempat-tempat hiburan plus, prostitusi, baik yang
terlokalisir maupun di tempat/kawasan remang-remang dan
sebagainya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dirinya merasa tidak
akan mungkin terjangkit penyakit apapun, sehingga ada dorongan
untuk mencoba hal baru
5. Tanda dan Gejala
Pada anak perempuan gejalanya berupa:
a. Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan warnanya
kekuningan- kuningan, berbau tidak sedap
b. Menstruasi atau haid tidak teratur
c. Rasa sakit di perut bagian bawah
d. Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin
Pada anak laki-laki gejalanya berupa:
a. Rasa sakit atau panas saat kencing
b. Keluarnya darah saat kencing
c. Keluarnya nanah dari penis
d. Adanya luka pada alat kelamin
e. Rasa gatal pada penis atau dubur (Hutagalung, 2002).
6. Penatalaksanaan
Menurut WHO(2003), penanganan pasien infeksi menular seksual
terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case
management) ataupun penanganan berdasarkan sindrom (syndrome
management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya
berupa pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan
mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan
kesehatan reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan
berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda
dan gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba
tertentu yang menimbulkan sindrom. Penanganan infeksi menular seksual
yang ideal adalah penanganan berdasarkan mikrooganisme penyebnya.
Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu
diberi pengobatan secara empiris (Murtiastutik, 2008).
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah:
a) Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson,
spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2007)
b) Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin,
tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001)
c) Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir (Wells
et al, 2003)
d) Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et
al., 2003)
e) Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003).

B. INFEKSI TORCH
1. Pengertian TORCH
TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan
dari empat jenis penyakit infeksi yang menyebabkan kelainan bawaan,
yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat
jenis penyakit infeksi ini sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti
(antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut
sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi
yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan
Imunoglobulin G (IgG).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan
berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak
sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang
terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada
bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
a. Toxoplasma
Toxoplasmosis penyakit zoonosis yaitu penyakit pada
hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan
oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii.
Toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang
menginfeksi pada manusia dan hewan. Tboxoplasma gondii
termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama kali
ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika
Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun
1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia pertama kali
oleh Castellani
b. Rubella
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk
famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi
karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada
wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa
inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa
gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah,demam ringan,
nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari
toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin.
Penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang
menimbulkan demam ringan dengan ruam yang menyebar dan
kadang-kadang mirip dengan campak. Rubella menjadi penting
karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin.
Sindroma rubella congenital terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan
oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama
kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20%
pada minggu ke 16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi
pada usia kehamilan 20 minggu.
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus,
subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya
lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh
yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan
lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu. Pada
kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi,
infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya
pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa
perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat;
sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-
anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila
seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi
primer ini akan menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin
bawaan sebagai berikut: hepatosplenomegali, ikterus, petekie,
meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali,
letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan
berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat
bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun
kehilangan pendengaran..
d. Herpes Simplek
Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus
(HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya
mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena
adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV
tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat hubungan
seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara imunologi. Masa
inkubasi antara 2 hingga 12 hari.
Infeksi herpes superfisial biasanya mudah dikenali
misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata.
Penyakit infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer
terlokalisir, laten dan adanya kecenderungan untuk kambuh
kembali. Ada 2 jenis virus yaitu virus herpes simpleks (HSV) tipe 1
dan 2 pada umumnya menimbulkan gejala klinis yang berbeda,
tergantung pada jalan masuknya. Dapat menyerang alat-alat genital
atau mukosa mulut.
2. Penyebab TORCH
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma,
Rubella, CMV, dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita,
seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing,
babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab
terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan,
namun juga bisa disebabkan oleh karena perantara (tidak langsung)
seperti memakan sayuran, daging setengah matang dan lainnya.

a. Toxoplasma Gondii
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut
Toxoplasma gondi. Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi
tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus
infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala
influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya
tidak menimbulkan masalah.
b. Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada
kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan
oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus
ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya
keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten
dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi
yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin
bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
d. Herpes Simplek
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh
Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada
dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan
berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
3. Etiologi TORCH
a. Toxoplasma Gondii
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang
hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu
(misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil
terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi
menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan,
gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan
telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
b. Rubella
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil
muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika
infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko
terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi
trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America
College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung
mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya
pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi
mental, dan lain-lain.
d. Herpes Simplek
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt
membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH,
gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari penyakit lain
karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala
ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan
diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangat
diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar
dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
4. Tanda Dan Gejala
a. Toxoplasma
Gejala yang diderita biasanya dengan mirip gejala
influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam disertai
hepatomegali, dan umumnya tidak menimbulkan masalah,
b. Herpes Simpleks
Penderita biasanya mengalami demam, salivasi, mudah
terangsang dan menolak untuk makan,. Dengan dilakukan
pemeriksaan menunjukan adanya ulkus dangkal multiple yang
nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan bukal denganvesikel pada bibir
dan sekitarnya.
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
- Demam,
- Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)
- Letih
- Lesu
- Kulit berwarna kuning,
- Pembesaran hati dan limpa,
- Kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti
mata, otak, gangguan mental, dan lain-lain tergantung organ
janin mana yang diserang
- Umumnya janin yang terinfeksi cmv lahir prematur dan berat
badan lahir rendah
d. Rubella
Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga
tiga hari dan mungkin melibatkan:
- Demam ringan 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah,
- Sakit kepala
- Hidung tersumbat atau pilek
- Peradangan, mata merah
- Pembesaran, pelunakan kelenjar getah bening di dasar
tengkorak, leher bagian belakang dan di belakang telinga
- Muncul ruam warna merah muda/pink di wajah dan dengan
cepat menyebar ke pundak, lengan, kaki sebelum menghilang di
sekuens yang sama.
- Nyeri pada persendian, khususnya pada perempuan muda.
5. Cara Pencegahan TORCH
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang
sedang merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil,
dapat mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat
terlahir dengan baik dan sempurna.
a. Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan
bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup
juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat,
maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH
sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
b. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan
kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat
virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika
Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan
tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.
c. Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab
TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum
kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2
bulan kemudian.
d. Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang.
Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan
dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai
matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi
makanan matang dalam keseharian Anda.
e. Periksa kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan
kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat
dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda
ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat
membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.
f. Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci
tangan, sangatlah penting.
g. Hindari kontak dengan penderita penyakit
Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa
pun yang menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga
disebut campak Jerman.
Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta
merawat dirinya sebelum dan selama masa kehamilan maupun
dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai
aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya
untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi
seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap
berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat.
6. Pengobatan TORCH
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah.
Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu
Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya
keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa
lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak
perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi
baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan
untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin.
Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai
(umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif
dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG
Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun
jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda
kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi
kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai
melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat
terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan
konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan
obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine,
spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan
lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat
mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara
pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH
ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90 %.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat
spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya
bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul
pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali
menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu
disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada
waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan
TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG
nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu
diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau
negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
7. Pemeriksaan TORCH
1) Cara Pemeriksaannya
a. Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan
pada penyangga padat, mula-mula di inkubasi dengan serum
penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar
antibodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas
warna yang timbul setelah ikatan antigen antibodi dicampur
dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk
determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut
diperkirakan terinfeksi Aviditas ELISA juga dapat digunakan
untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik
antara antibodi dengan antigen. Apabila ikatan intrinsiknya
lemah maka daya proteksinya juga lemah meskipun titernya
cukup tinggi. Sebaliknya apabila ikatan intrinsik antigen-
antibodinya cukup tinggi maka daya proteksinya cukup baik
meskipun titernya tidak terlalu tinggi.
Cara Kerja
a) Lokasi Pengambilan Sampel
 Vena mediana cubiti ( dewasa )
 Vena jugularis superficialis ( bayi )
b) Cara kerja pengambilan sampel :
1. Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol
70% dan biarkan menjadi kering kembali
2. Pasang ikatan pembendung/torniquit diatas fossa cubiti.
3. Mintakan pasien yang akan diambil darahnya untuk
mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar
vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak boleh
terlalu kuat.
4. Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar
vena tidak bergerak.
5. Tusuk kulit diatas vena dengan jarum/nald dengan
tangan kanan sampai menembus lumen vena.
6. Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai
yang dibutuhkan.
7. Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan.
8. Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan
kapas tadi.
9. Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji
dinding tabung.
10. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien
dan jenis specimen.
11. Sampel dapat di simpan pada suhu 2 - 8 ° C bertahan
sampai 7 hari atau dibekukan sampai 6 bulan.
12. Hindari pembekuan berulang jika untuk pemeriksaan.
c) Cara kerja Toxolisa IgG dan IgM
1. Siapkan pengenceran 1:40 test sampel, negatif control,
positif control dan calibrator dengan jalan
menambahkan masing-masing 5 ul bahan dengan 100
ul sampel diluents, goyang hingga homagen.
2. Ambil 100 ul masing-masing hasil pengenceran,
masukkan ke dalam wells goyang agar tercampur rata,
inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan
cuci 1× dengan aquabidest Wash buffer (1×) = encerkan
volume Wash Buffer (20×) dengan 19 volume
aquabidest contoh : larutkan 50ml Wash Buffer (20×)
kedalam aquabidest untuk membuat 1000ml Wash
Buffer (1×).
3. Masukan 100 ul Enzyme Conjugate ke masing-masing
well, inkubasi 30 menit pada suhu 37oC.
4. Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan
cuci dengan aquabidest.
5. Masukan 100 ul TMB ke masing-masing well, goyang
hingga merata.
6. Inkubasi 15 menit pada suhu 37oC.
7. Tambahkan 100 ul Stop Solution (1N HCl) ke masing-
masing well.
8. Goyang 30 detik agar merata.
9. Baca pada Elisa Reader dengan λ 450nm.
b. Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan
adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi
rubella telah terjadi.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum
memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18
minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
c. Cyto Megalo Virus
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk
mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi
akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan
laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM,
serta Aviditas Anti-CMV IgG.
d. Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm
sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah
bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat
kehamilan
2) Dan cara untuk membaca hasilnya adalah sebagai
berikut :
a. Periksalah serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik
untuk parasit/virus TORCH. Bila hasilnya Negatif, berarti
Anda tidak pernah terinfeksi TORCH. Bila Positif, berarti
pernah terinfeksi. Note: [periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-
Rubella IgG, Anti-CMV IgG, Anti-HSV2 IgG]. Tes IgG itu
untuk meriksa apakah pada masa lalu si pasien pernah kena
infeksi.
b. Bila IgG Positif, maka untuk menentukan kapan infeksi
tersebut, Anda harus melakukan pemeriksaan serum untuk
mencari ada tidaknya IgM parasit/virus TORCH. Tes IgM ini
fungsinya untuk memeriksa apakah saat ini si pasien terinfeksi
TORCH.
c. Bila IgG Positif dan IgM Negatif : Anda telah terinfeksi lebih
dari setahun yang lalu. Saat ini anda mungkin telah
mengembangkan kekebalan terhadap parasit itu. Anda tidak
perlu khawatir untuk hamil.
d. Bila IgG Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami
infeksi dalam 2 tahun terakhir, [mungkin pula ada false pada
hasil IgM]. Anda harus catat berapa angka IgM tersebut.
e. Selanjutnya Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM
[kalau perlu sekalian IgG] setelah 2 minggu dari pemeriksaan
pertama.
f. Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti
anda sedang terinfeksi TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan
dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.
f. Siapa & kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH yaitu
- Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera
hamil
- Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya
negatif atau belum diperiksa, idealnya dipantau setiap 3
bulan sekali
- Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil

C. HUMAN PAPILOMA VIRUS


1. Definisi

HPV adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat
menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam
atau di sekitar leher rahim atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher
rahim atau dubur(Benchimol S dan Minden MD, 1998).
Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab
dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga disebut kutil kulit dan kutil
kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat disebarkan melalui hubungan
seks, sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat terjadi
tanpa hubungan seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan
barang secara bersama) (Benchimol S dan Minden MD, 1998).

2. Epidemiologi

Penyebaran HPV dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : letak geografis,


genetik, status sosial ekonomi rendah, nutrisi, sistem imun alami, banyak
pasangan seks, usia, dan rokok (nikotin). Tipe yang paling umum dijumpai
justru yang paling berbahaya, yakni 16 dan 18. Tipe 16 biasa ditemukan di
wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat, dan wilayah lainnya. Sementara tipe
18 lebih banyak ditemukan di Asia(Andrijono, 2007).

3. Etiologi

Infeksi HPV dapat terjadi saat hubungan seksual pertama, biasanya pada
masa awal remaja dan dewasa. Prevalensi tertinggi (sekitar 20%) ditemukan
pada wanita usia kurang dari 25 tahun. Pada wanita usia 25-55 tahun dan
masih aktif berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks sekitar 5-10
persen. Meski fakta memperlihatkan, terjadi pengurangan risiko infeksi HPV
seiring pertambahan usia, namun sebaliknya risiko infeksi menetap/persisten
malah meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia terjadi
perubahan anatomi (retraksi) dan histology (metaplasia). Selama serviks
matang melebihi masa reproduktif seorang wanita, maka cervical ectropion
digantikan melalui suatu proses squamous metaplasia, untuk membagi secara
bertingkat epitel skuamosa. Epitel skuamosa bertingkat ini diperkirakan lebih
protektif pada banyak orang melawan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Selain itu, hasil imunitas dari paparan infeksi sebelumnya,
juga diduga sebagai biang dibalik penurunan insiden tersebut (Andrijono,
2007).
4. Faktor resiko
 Tidak adanya tes pap yang teratur
 System imun yang lemah
 Usia
 Sejarah seksual
 Merokok
 Terlalu lama menggunakan pil pengontrol kehamilan
 Mempunyai banyak anak

5. Pemeriksaan diagnostik

Jika dokter tidak menemukan adanya lesi atau kutil , tes diagnostik
berikut mungkin diperintahkan :

- Pap menguji - sampel sel-sel serviks atau sel vagina dikumpulkan dan
dikirim ke laboratorium . Tes ini dapat menentukan apakah sel-sel telah
berubah struktur mereka ( menjadi abnormal ) . Sel abnormal biasanya
berarti ada risiko lebih tinggi terkena kanker .
- Tes DNA - tes ini mendeteksi apakah varietas HPV risiko tinggi yang hadir
, orang-orang yang berkaitan dengan risiko kanker genital . Beberapa sel
dari leher rahim diambil dan dikirim ke laboratorium untuk analisis .
Sebuah studi menemukan bahwa tes DNA yang terbaik untuk wanita di
atas usia 30 tahun . (Link ke artikel )
- Cuka tes solusi - solusi cuka diterapkan ke daerah genital . Jika ada infeksi
HPV , daerah akan menjadi putih . Beberapa lesi datar sulit dideteksi , tes
ini membantu dokter dalam / nya diagnosisnya .

6. Manifestasi klinis

HPV bukan jenis virus baru namun, banyak orang tidak menyadarinya
karena virus ini jika menjangkiti manusia tidak manimbulkan gejala dan tidak
menyebabkan masalah kesehatan yang serius sampai infeksi virusnya menjadi
parah. Setiap saat HPV dapat menginfeksi tanpa menunjukkan gejala. HPV
tidak seperti virus lainnya yang menunjukkan gejala fisik menurun apabila
terjangkit virus ini tetapi seseorang baik pria maupun wanita dapat terkena
HPV bertahun-tahun sebelum ia menyadarinya. Tanda-tanda terserang HPV
sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil. Kutil yang tumbuh mungkin
berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat. Awalnya hanya berupa
bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar.
Semakin lama kutil dapat menjadi semakin besar. Pertumbuhan kutil akan
semakin besar dan banyak jika tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit
kurang dijaga. Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal
sehingga membuat tidak nyaman dan sering kali baru disadari keberadaannya
saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan besar. Kutil dapat bertumbuh
dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun beberapa bulan bahkan
beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak pernah tumbuh
sampai dinyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai kita menyadari bahwa
kita terinfeksi HPV). Oleh karenanya, untuk menjaga segala sesuatu yang
tidak diinginkan maka dianjurkan untuk rutin melakukan Pap smear/ tes Pap
minimal setahun sekali bagi wanita di atas usia 21 tahun. Umumnya dokter
dapat menentukan apakah kita mempunyai kutil kelamin dengan melihatnya.
Kadang kala alat yang disebut anoskop dipakai untuk memeriksa daerah
dubur. Jika perlu, contoh kutil dipotong dan diperiksa diperiksa dengan
mikroskop (biopsi) . HPV yang menyebabkan kutil kelamin tidak sama dengan
virus yang menyebabkan kanker. Tetapi jika kita mempunyai kutil, maka kita
mungkin terinfeksi jenis HPV lain yang dapat menyebabkan
kanker(Andrijono, 2007).
Gejala fisik yang terlihat pada wanita :

1. Kutil pada organ kelamin, dubur atau anus atau pada permukaan vagina.
2. Pendarahan yang tidak normal.

3. Vagina menjadi gatal, panas atau sakit.

Gejala fisik yang terlihat pada pria :

1. Kutil pada penis, anus atau skrotum.


2. Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)

7. Penatalaksanaan medis
Pencegahan infeksi HPV kutil umum sulit untuk menghindari . Profesional
perawatan kesehatan mengatakan bahwa menggigit kuku meningkatkan risiko ,
jadi tidak menggigit mereka secara logis mengurangi risiko . Kutil plantar ,
yang mempengaruhi kaki , dapat dicegah dengan menjaga kaki bersih dan
kering . Mengenakan kaus kaki bersih dan tidak berjalan di sekitar kolam
renang umum dan olahraga kamar ganti dengan kaki telanjang juga dapat
membantu.

D. INFEKSI TRAKTUS GENETALIA


1. Infeksi Vagina

1. Pengertian

Infeksi Vagina adalah salah satu penyakit yang umum diderita oleh kaum
wanita diseluruh dunia. Salah satu penyebabnya adalah infeksi jamur yang
merupakan salah satu faktor terpenting kedua penyebab infeksi vagina.

2. Etiologi
 Celana dalam ketat
Penggunaan celana dalam yang terlampau ketat atau terbuat dari bahan
sintetis, bisa memicu infeksi di sekitar vagina atau vulva.
 Pil kontrasepsi
Pil kontrasepsi bisa menyebabkan perubahan hormonal di dalam tubuh.
Lebih jauh, penggunaan pil kontrasepsi bisa berakibat pada timbulnya
infeksi vagina.
 Hubungan intim
Kurang menjaga kebersihkan area intim setelah berhubungan seksual bisa
menyebabkan infeksi.
 Diabetes
Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita infeksi
vagina.
 Antibiotik dan steroid
Penggunaan antibiotik dan steroid bisa membunuh bakteri-bakteri baik
yang terdapat pada vagina. Padahal, bakteri-bakteri baik tersebut berfungsi
menjaga tingkat keasaman vagina, sehingga mencegah pertumbuhan jamur
dan mikroorganisme lainnya.
 Pentransferan infeksi
Infeksi bisa ditransfer dari tubuh lelaki ke tubuh perempuan melalui
hubungan seksual, begitu pula sebaliknya.
 Kekebalan tubuh rendah
Orang yang menjalani perawatan kanker atau AIDS mengonsumsi banyak
antibiotik dan steroid, sehingga memperlemah sistem kekebalan tubuh.
Lemahnya sistem kekebalan tubuh membuat orang lebih rentan terhadap
infeksi.
 Perawatan hormonal dan kesuburan
Perempuan yang menjalani terapi hormonal dan perawatan kesuburan
lebih berisiko terinfeksi jamur
3. Klasifikasi
2 infeksi yang paling sering terdapat pada Infeksi Vagina :
a. Kandidiasis Vulvovaginalis
1. Pengertian

Kandidiasis Vulvovaginalis adalah infeksi mukosa vagina dan vulva


( mulut vagina ) yang dapat disebabkan oleh jamur Candida. Ada 7 spesies
yang diketahui dapat menyebabkan infeksi namun tersering adalah
Candida Albicans (80-90%), Candida Glabarta (10%), Candida Tropicalis
(5-10%).

2. Epidemiologi

Data yang dikeluarkan oleh Syarifuddin dkk (1995) menyatakan


tingginya frekuensi kejadian KVV seiring meningkatnya tahun, pada tahun
1987 Kandidiasis Vulvovaginialis ditemukan sebanyak 40% dari seluruh
infeksi saluran kemih, meningkat menjadi 60% pada tahun 1991 dan 65%
pada tahun 1995. Pada tahun 1997 penelitian yang dilakukan Depkes
melaporkan angka prevalensi Kandidiasis Vulvovaginialis di Jakarta Utara
adalah sekitar 22% di antara wanita pengunjung klinik KB. Di RSUP Haji
Adam Malik data tahun 2004 sampai dengan 2008 Kandidiasis
Vulvovaginialis menempati urutan kedua terbanyak dari seluruh
kunjungan pasien ke poliklinik Infeksi Menular Seksual yaitu sebanyak
19,47.

3. Etiologi

Kandidiasis Vulvovaginalis sering disebabkan oleh Candida


Albicans. Kandida albican penyebab terbanyak yang dapat diisolasi >80%
dari penderita kandidiasis vagina. Kandida albicans dapat dijumpai pada
kulit normal, vagina dan saluran pencernaan.

4. Faktor Risiko
1. Faktor Lokal
Mode pakaian ketat dan pakaian dalam yang dibuat dari serat
sintetis menyebabkan panas, kulit lembab, mengelupas dan permukaan
mukosa genital sangat rentan terhadap infeksi kandida. Efek ini
diperberat oleh kegemukan. Hal ini ditambah dengan serbuk pencuci
yang gagal membunuh jamur yang mengkontaminasi pakaian dalam.
Kulit yang sensitif terhadap spray vagina, deodoran dapat
menimbulkan kerusakan integritas epitel vagina dan merupakan
predisposisi dan infeksi. Kandidiasis vaginitis dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Apabila persiapan hubungan seksual tidak adekuat,
vagina relatif kering merupakan predisposisi terjadinya trauma
mukokutaneus yang mempermudah terjadinya infeksi
2. Kehamilan
Koloni vagina rata-rata meningkat selama kehamilan dan insiden
keluhan vaginitis meningkat terutama pada trimester terakhir.
Pedersen pada tahun 1969 menemukan 42% kandidiasis vagina pada
kehamilan trimester terakhir dan menurun menjadi 11% pada hari ke
tujuh setelah melahirkan. Kandungan glikogen pada sel – sel vagina
meningkat dengan tingginya kadar hormon dalam sirkulasi. Ini
mempertinggi proliferasi, pengembangbiakan dan perlekatan dari
kandida albikan. Pertumbuhan jamur akan distimulasi dengan
tingginya kadar hormon estrogen, karena hormon ini dapat
menurunkan PH vagina menjadi suasana yang lebih asam
3. Imunosupresi
Pemberian obat dalam jangka waktu yang lama terutama
kortikosteroid sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kandida
albikan, oleh karena obat ini bersifat imunosupresi.
4. Diabetes Militus
Glukose yang tinggi pada urine dan peningkatan konsentrasi
sekresi vagina pada diabetes melitus mempertinggi pertumbuhan
jamur
5. Pengobatan Antibiotika
Penggunaan antibiotika dapat mengurangi pertumbuhan bakteri
yang sensitif tetapi tidak berpengaruh terhadap kandida. Antibiotika
dapat membunuh bakteri gram negatif yang memproduksi anti kandida
komponen, sehingga dapat merangsang pertumbuhan kandida
6. Kontrasepsi Oral
Episode gejala dari kandidiasis vagina biasanya lebih banyak
pada wanita dengan pemakaian kontrasepsi oral daripada wanita yang
tidak. Dikatakan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan perubahan-
perubahan pseudogestasional pada epitel vagina. Penelitian yang
dilakukan oleh Caterall dengan pil estrogen dosis tinggi rnendapatkan
hasil bahwa penderita kandidiasis vagina gagal diobati dengan
bermacam-macam obat dan segera sembuh setelah pemakaian
kontrasepsi oral dihentikan. Tapi penelitian lain tidak dapat
menunjukan perbedaan frekuensi kandidiasis vagina dengan
pemakaian pil atau cara KB yang lain
5. Manifestasi Klinis

Keluhan yang paling sering pada Kandidiasis Vulvovaginalis


adanya rasa gatal pada daerah vulva dan adanya duh tubuh. Sifat duh
tubuh bervariasi dari yang cair seperti air sampai tebal dan homogen
dengan noda seperti keju. Kadang-kadang sekret tampak seperti susu yang
disertai gumpalan-gumpalan putih sehingga tampak seperti susu
basi/pecah dan tidak berbau. Akan tetapi lebih sering sekret hanya minimal
saja. Keluhan klasik yang lainnya adalah rasa kering pada liang vagina,
rasa terbakar pada vulva, dispareunia dan disuria. tidak ada keluhan yang
benar-benar spesifik untuk Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV).

6. Patofisiologi

Kandidiasis vulvovaginalis dimulai dari adanya faktor predisposisi


memudahkan pseudohifa candida menempel pada sel epitel mukosa dan
membentuk kolonisasi. Kemudian candida akan mengeluarkan zat
keratolitik (fosfolipase) yang menghidrolisis fosfolopid membran sel
epitel, sehingga mempermudah invasi jamur kejaringan. Dalam jaringan
candida akan mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan
menimbulkan raksi radang akut yang akan bermanifestasi sebagai daerah
hiperemi atau eritema pada mukosa vulva dan vagina. Zat keratolitik yang
dikeluarkan candida akan teus merusak epitel mukosa sehingga timbul
ulkus-ulkus dangkal. Yang bertambah berat dengan garukan sehingga
timbul erosi. Sisa jaringan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur akan
membentuk gumpalan bewarna putih diatas daerah yang eritema yang
disebut flour albus.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari kandidiasis vulvovaginitis dapat dilakukan


baik secara umum maupun secara khusus.

1. Penatalaksanaan secara umum :


 menanggulangi faktor predisposisi
 menjaga kelembapan kulit
 menjaga higyeni daerah genital
 memakai pakaian dalam yang ngaman tidak sempit dan terbuat dari
bahan yang menyerap keringat
2. Penatalaksanaan secara khusus :
a. Topikal
 larutan ungu gentian ½-1 % dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
 Nistatin cream
 Amfoterisin B
 Derivat azole : mikonazole 2%, klotrimazole 1 %, tiokonazole,
bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin
b. Sistemik
 Ketokonazole 2x200mg selama 5 hari
 Itrakonazole 2x200 mg dosis tunggal atau 2x100 mg sehari selama 3
hari.
 Flikonazole 150 mg dosis tunggal

b. Trikomoniasis ( Trichomonas Vaginalis )

Pengertian

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh


parasit uniselluler Trichomonas Vaginalis (T.Vaginalis). Trichomonas
Vaginalis adalah protozoa yang tumbuh subur di lingkungan yang bersifat
basa, trikomoniasis terjadi pada sekitar 30% wanita yang aktif secara seksual.
Trikomonasis vaginalis mempunyai hubungan dengan peningkatan
serokonversi virus HIV pada wanita.

Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal


yang hebat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan
gemuk dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai penyakit kencing manis.

Faktor Predisposisi

a. pH lingkungan 4,9-7,5, seperti pada kondisi:


 haid
 hamil
 Pencucian vagina
b. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri
patogen
c. Aktivitas seksual tinggi dan bergonta – ganti pasangan.
d. Wanita lebih banyak dari pria. Wanita setelah menopause
e. Sanitasi buruk

Faktor risiko untuk infeksi Trichomonas vaginalis meliputi:

 Pasangan baru atau multi pasangan


 Riwayat Infeksi Menular Seksual (IMS)
 Infeksi Menular Seksual (IMS) yang sedang dialami sekarang
 Kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi
 Bertukar seks untuk uang atau obat-obatan
 Menggunakan obat injeksi
 Tidak menggunakan kontrasepsi penghalang (misalnya, karena
kontrasepsi oral)
Faktor risiko yang paling signifikan adalah aktivitas seksual selama 30
hari sebelumnya (dengan 1 atau lebih pasangan). Wanita dengan 1 atau
lebih pasangan seksual selama 30 hari sebelumnya memiliki 4 kali lebih
mungkin mengalami infeksi Trichomonas vaginalis.

Epidemiologi
Menurut perkiraan tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
diperkirakan ada 7,4 juta kasus trikomoniasis setiap tahun di Amerika Serikat,
dengan lebih dari 180 juta kasus yang dilaporkan worldwide. Dan jumlah
sebenarnya penderita infeksi trikomoniasis mungkin jauh lebih tinggi dari ini-
menurut Pusat Pengendalian Penyakit ''(Center for Disease Control)''. Tes
diagnostik yang paling umum digunakan hanya memiliki tingkat sensitifitas
sebesar 60-70%.

Manifestasi Klinis

Infeksi ragi dapat muncul sebagai pustul-pustul yang meradang, terasa


sangat gatal dan nyeri. Infeksi di vagina menimbulkan rabas yang berwarna
putih seperti keju

Patofisiologi

Pada gadis-gadis sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat


tipis danhypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan
pembiakan (kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah
gadis menjadi dewasa, dinding vagina menebal dan laktobasilus menjadi
mikroorganisma yang dominan, PH vagina menurun hingga kurang dari 4,5.
Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus
adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-
satunya flora vagina). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala setelah
adanya infeksi bervariasi antara 3-28 hari. Selama terjadinya infeksi protozoa
Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile
trichomonads) dapat dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH
vagina naik, sebagaimana halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear
(PMN). Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dari pejamu
(host/manuasia), dan mereka merespon terhadap adanya substansi kimiawi
yang dikeluarkan trichomonas. T vaginalis merusak sel epitel dengan cara
kontak langsung dan dengan cara mengeluarkan substansi sitotoksik. T
vaginalis juga menempel pada protein plasma pejamu, sehingga mencegah
pengenalan oleh mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan proteinase
pejamu terhadap masuknya T vaginalis.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya :

a. pH vagina
Menentukan pH vagina dengan mengambil apusan yang berisi sekret
vagina pada kertas pH dengan range 3,5 –5,5. pH yang lebih dari 4,5 dapat
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan bacterial vaginosis
b. Apusan basah/Wet mount
Apusan basah dapat digunakan untuk identifikasi dari flagel, pergerakan
dan bentuk teardrop dari protozoa dan untuk identifikasi sel. Tingkat
sensitivitasnya 40–60 %, tingkat spesifiknya mendekati 100% jika
dilakukan dengan segera
c. Pap Smear
Tingkat sensitivitasnya 40 – 60 %. Spesifikasinya mendekati 95–99%
d. Test Whiff
Tes ini digunakan untuk menunjukkan adanya amina-amina dengan
menambahkan Potassium hidroksid ke sampel yang diambil dari vagina
dan untuk mengetahui bau yang tidak sedap
e. Kultur
Dari penelitian Walner – Hanssen dkk, dari insiden Trikomoniasis dapat
deteksi dengan kultur dan tidak dapat dideteksi dengan Pap Smear atau
apusan basah.Kebanyakan dokter tidak mengadakan kultur dari sekresi
vagina secara rutin
f. Direct Imunfluorescence assay
Cara ini lebih sensitive daripada apusan basah, tapi kurang sensitive
dibanding kultur. Cara ini dilakukan untuk mendiagnosa secara cepat tapi
memerlukan ahli yang terlatih dan mikroskop fluoresesensi
g. Polimerase Chain Reaction
Cara ini telah dibuktikan merupakan cara yang cepat mendeteksi
Trichomonas vaginalis

Penatalaksanaan

Trikomoniasis boleh diobati dengan Metronidazole 2 gr dosis tunggal,


atau 2 x 0,5 gr selama 7 hari. Mitra seksual turut harus diobati. Pada neonatus
lebih dari 4 bulan diberi metronidazole 5 mg/kgBB oral 3 x /hari selama 5
hari. Prognosis penyakit ini baik yaitu dengan pengambilan pengobatan secara
teratur dan mengamalkan aktivitas seksual yang aman dan benar (Slaven,
2007). Pencegahan bagi trikomoniasis adalah dengan penyuluhan dan
pendidikan kepada masyarakat yang dimulai pada tahap persekolahan.
Mendiagnosis dan menangani penyakit ini dengan benar. Pencegahan primer
dan sekunder trikomoniasis termasuk dalam pencegahan penyakit menular
seksual. Pencegahan primer adalah untuk mencegah orang untuk terinfeksi
dengan trikomoniasis dan pengamalan perilaku koitus yang aman dan selamat.
Pencegahan tahap sekunder adalah memberi terapi dan rehabilitasi untuk
individu yang terinfeksi untuk mencegah terjadi transmisi kepada orang lain

2. Streptokokus Grup B

Pengertian

Streptokokus Grup B (SGB) merupakan penyebab penting infeksi yang


serius pada neonatus antara lain menyebabkan pneumonia, septikemia dan
meningitis neonatal. Infeksi neonatal SGB menjadi penyebab utama kematian
pada bayi baru lahir dan lebih dari 6000 kasus infeksi ini terjadi di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Bakteri ini umumnya diperoleh bayi melalui
transmisi vertikal dari ibunya baik in utero maupun ketika ia melewati jalan
lahir

Faktor Risiko

Prekehamilan
 Usia <20 tahun
 Keturunan Afrika-Amerika
 Keturunan Aborigin Australia
 Riwayat infeksi pada bayi sebelumnya

Antepartum
 Bakteria SGB pada kehamilan
 Kolonisasi Berat
 Kadar antibodi anti-GBS kapsular yang rendah
 Ketuban pecah dini
Intrapartum

 Pelahiran preterm
 Demam >38ºC
 Ketuban pecah >18 jam

Epidemiologi

20% wanita hamil terkena kolonisasi streptokokus grup B hanya 1


dari 100 ibu yang terjangkit kolonisasi kelahiran ini melahirkan bayi juga
terkena. Semakin beratnya kolonisasi semakin besar resiko bayinya
terkena juga. Pajanan pada streptokokus grup B menyebabkan ketuban
yang utuh menjadi meradang, melemah, dan ruptur sehingga terjadi
persalinan prematur.

3. Infeksi Saluran Kemih ( ISK )

Pengertian

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran


kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikrooerganisme.
Sebagian besar ISK disebabakan oleh bakteri seperti jamur dan virus. Infeksi
bakteri tersering disebabkan oleh Escheriichia coli, suatu kontaminan tinja
yang sering ditemukan di daerah anus.

Epidemiologi

ISK merupakan keadaan yang sangat sering ditemukan pada praktik umum
(biasanya disebabkan oleh Escheriichia coli) dan 40% merupakan dari infeksi
yang didapat di rumah sakit (nosokomial) (sering disebabkan oleh
Enterobacter atau Klebsiella).

Etiologi

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis


bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri
atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat
dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang
mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh
bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur
dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika
dibandingkan dengan infeksi gram negatif. Lemahnya pertahanan tubuh telah
menyebabkan bakteri dari vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum
(dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam
saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih
sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.

Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah


ini :
A. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
1. Escherichia coli
2. Klebsiella pneumoniae
3. Enterobacter aerogenes
4. Proteus
5. Providencia
6. Citrobacter
B. Pseudomonas aeruginosa
C. Acinetobacter
D. Enterokokus faecalis
E. Stafilokokus sarophyticus

Faktor Risiko
 Obstruksi saluran kemih
 Pemasangan instrumen pada saluran kemih (kateter)
 Disfungsi kandung kemih (neuropatik)
 Imunosupresi
 Diabetes Mellitus
 Kelainan struktural ( refluks vesikoureter)
 Kehamilan

Manifestasi Klinis
 Sistitis biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih),
peningkatan frekuensi berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih
 Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprapubis, khususnya pada
pielonefritis
 Demam disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
 Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan
termasuk iritabilitas, demam, nafsu makan turun, muntah, dan bau
popok yang sangat menyengat
 Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala abdomen seperti mual
atau muntah harus dikaji apakah menderita ISK. Bisa muncul demam
namun bisa tidak, terkadang hanya peningkatan agitasi atau konfusi
yang terjadi yang mengharuskan para perawat lansia meningkatkan
kewaspadaan khusus terhadap berulangnya dan kepastian terjadinya
ISK pada lansia. Infeksi asimtomatik pada lansia juga sangat sering
terjadi .

Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan :


 Demam
 Menggigil
 Nyeri punggung
 Disuria

Pemeriksaan Penunjang

1. Biakan air kemih


Dikatakan infektif positif apabila :
 Air kemih tamping porsi tengah : biakan kuman positif dengan jumlah
kuman >/= 105/ml, 2 kali berturut-turut.
 Air kemih tamping dengan pungsi buli-buli suprapubik : setiap kuman
pathogen yang tumbuh pasti infektif. Pembiakan urin melalui pungsi
suprapubik digunakan sebagai gold standar.
Dugaan infeksi :
 Pemeriksaan air kemih : ada kuman, piuria, torak leukosit.
 Uji kimia : TCC, katalase, glukosuria, leukosit esterase test, nitrit test.
2. Urinalisis
 Leukosituria atau piuria : positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit /
LPB sediment air kemih.
 Hematuria : positif bila terdapat 5 – 10 eritrosit / LPB sediment air
kemih.
3. Bakteriologis
 Mikroskopis
 Biakan bakteri
4. Hitung koloni : sekitar 100.000 koloni permililiter urine dari urine
tamping aliran tengah.
5. Metode Test
 Tes esterase leukosit positif : pasien mengalami piuria dan tes
pengurangan nitrat, GRIESS positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urine normal menjadi nitrit.
 Tes PMS : Uretritia akut akibat organime menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes simplek
6. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) ginjal untuk mengetahui kelainan
struktur ginjal dan kandung kemih.
7. Pemeriksaan Miksio Sisto Uretrografi / MSU untuk mengetahui adanya
refluks.
8. Pemeriksaan Pielografi Intra Vena (PIV) untuk mencari latar belakang
infeksi saluran kemih dan mengetahui struktur ginjal serta saluran
kemih

Penatalaksaan

1. Supportif / Non-farmakologi :
 Usahakan untuk buang air seni pada waktu bangun di pagi hari. Buang
air seni dapat membantu mengeluarkan bakteri dari kandung kemih
yang akan keluar bersama urin
 Minum air putih minimal 8 gelas atau 2,5 liter setiap hari.
 Sementara, buah-buahan, sari buah, jus sangat baik untuk dikonsumsi
sebab dapat melancarkan peredaran darah.
 Hindari berbagai jenis makanan seperti : soto jerohan sapi, es krim,
keju, milk shake, kopi, cola dan lain-lain.
 Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran
kencing.
 Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini
akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari
rectum.
 Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH
balanced (seimbang).
 Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam).
 Pilih toilet umum dengan toilet jongkok.
 Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi
atau ember. Pakailah shower atau kran.
 Ganti selalu pakaian dalam setiap hari. Gunakan pakaian dalam dari
bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
2. Medikamentosa / Farmakologis
Pengobatan simtimatik terhadap keluhan sakit kencing dapat diberikan
penazofiridin (piridium) 7 – 10 mg/kgBB/hari. Disamping ISK perlu juga
mencari dan mengurangi atau menghilangkan factor predisposisi seperti
obstipasi, alergi, investasi cacing dan memberikan kebersihan perineum
meskipun usaha-usaha ini kadang-kadang tidak selalu berhasil

E. INFEKSI PASCA PARTUM


1. Definisi
Sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan adalah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan. D itandai kenaikan suhu sampai 38⁰ atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama. Diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas
puerperalis.
2. Epidemiologi
Sepsis puerperal terjadi pada sekitar 6% kelahiran di Amerika
Serikat dan kemungkinan besar merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortilitas maternal di seluruh dunia.
3. Etiologi
Infeksi bisa timbul akibat akibat bakteria yang seringkali
ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen
patogen dari luar vagina (eksogenus). Organisme yang paling sering
menginfeksi ialah organisme streptokokus dan bakteri anaerobik.infeksi
Staphylococcus aureus, gonococcus, koliformis, dan klostridia jarang
terjadi tetapi merupakan organisme patogen serius yang menyebabkan
infeksi pasca partum. Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks
bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
4. Faktor Resiko
a. Faktor resiko yang terjadi saat antenatal care :
- Keadaan anemia akibat malnutrisi
- Adanya kemungkinan infeksi parasit dalam abdomenal
- Terdapat bakteri komensalisme pada genetalia bawah :
o Serviks
o Vagina
o Infeksi alat perkemihan
b. Faktor resiko saat inpartu :
- Ketuban pecah pada saat pembukaan kecil (lebih dari 6 jam)
- Persalinan pervaginam operatif
- Persalinan yang lama dan melelahkan
- Kelahiran dengan bantuan alat
- Perdarahan
5. Tanda dan gejala
Banyak infeksi terdeteksi dengan demam, menggigil atau perasaan tidak
enak badan, dan kadang hanya itu gejala-gejala yang nampak jelas.
Tanda-tanda dan gejala lain dapat meliputi:
 Nyeri perut bawah, demam rendah, lokia yang berbau busuk (tanda-
tanda endometritis)
 Area yang terasa sakit, keras, hangat dan merah (biasanya hanya pada
satu payudara) dan demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan atau sakit
kepala (tanda-tanda mastitis)
 Kemerahan, cairan, pembengkakan, hangat atau meningkatnya rasa
sakit di sekitar area sayatan atau luka (baik sayatan operasi caesar,
episiotomi atau luka gores) atau sayatan yang terlihat seperti akan
terpisah
 Sulit dan nyeri saat buang air kecil, merasa seperti ingin buang air
kecil dengan sering dan mendesak namun hanya sedikit atau tidak ada
urin yang keluar, atau urin keruh atau berdarah (tanda-tanda infeksi
saluran kemih)
6. Manifestasi Klinis
Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38⁰ C atau
lebih selama 2 hari berturut – turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah
kelahiran, harus dianggap disebabkan oleh infeksi pascapartum.
Ibu menunjukkan gejala :
- Keletihan
- Letargi
- Kurang nafsu makan
- Menggigil
- Nyeri perineum atau distres di abdomen bawah
- Mual
- Muntah
7. Klasifikasi
a. Syok bakteremia
- Syok bakteremia bisa terjadi karena infeksi kritis, terutama infeksi
yang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan endotoksin.
- Faktor resiko yang berpengaruh pada syok bakteremia antara lain
ibu yang menderita diabetes melitus, konsumsi immunosupresan,
dan mereka yang menderita endometritis selama periode pasca
partum
- Gejala – gejala yang ditimbulkan antara lain demam yang tinggi
dan menggigil, cemas yang menjadikan apatis, suhu tubuh yang
seringkali menurun, kulit menjadi dingin dan lembab, warna kulit
pucat, nadi cepat, hipotensi berat, sianosis perifer, dan oliguria.
- Temuan laboratorium menunjukkan bukti – bukti infeksi. Biakan
darah menunjukkan bakteremia, biasanya konsisten dengan basil
enterik gram-negatif. Perubahan EKG menunjukkan adanya
perubahan yang mengindikasikan insufisiensi miokard.
- Penatalaksanaan :
o Penatalaksanaan terpusat pada terapi antimikrobial,
demikian juga dukungan oksigen untuk menghilangkan
hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah
kolaps vaskuler.
o Fungsi jantung, usaha pernapasan, dan fungsi ginjal
dipantau dengan ketat
b. Mastitis
- Mastitis atau infeksi payudara mempengaruhi 1% wanita segera
setelah lahir, yang kebanyakan adalah ibu yang baru pertama kali
menyusui bayinya.
- Organisme penyebab utama ialah Staphylococcus aureus. Fisura di
puting susu yang terinfeksi biasanya merupakan lesi awal.
- Gejala yang timbul biasanya menggigil, demam, malaise, dan nyeri
tekan pada payudara.
- Peradangan edema dan pembengkakan payudara segera akan
menyumbat aliran air susu.
- Penatalaksanaan pada mastitis meliputi terapi antibiotik intensif,
menyokong payudara, kompres lokal (atau dingin), dan
penggunaan analgesik.
REFERENSI

http://emedicine.medscape.com/article/235213-overview (diakses tanggal 24


oktober 2013)
Bley, Karen Adkins. 2003. Torch Infection. Women’s, Children and Behavioral
Health Nnursing Services University of Michigan Health System.
Del Pizzo, Jeannine. 2001. Focus on Diagnosis : Congenital Infections (TORCH).
American Academy of Pediatrics
Ratnayake, Ruwan P. Neonatal TORCH Infection. Medical University of South
Caroline, USA.
Sue G. Boyer, MN, RN, Kenneth M. Boyer, MD. 2004. Update on TORCH
Infections in the Newborn Infant.
http://www.medscape.com/viewarticle/472409_print (diakses tanggal 26 Oktober
2013)
Salim, Agus. Imunoekspresi p63 Pada Inverted Papilloma Dan Karsinoma Sel
Skuamosa Sinonasal Available at
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33509 [accessed on September, 10]
Thapa, Narmaya. 2010. Diagnosis and Treatment of Sionasal Inverted
Papilloma.Nepalese Journal of ENT Head and Neck Surgery; Volume 1,
No.1 (Jan-June 2010).
Netter F.H. Atlas of Human Anatomy. Available from:http://www.
Netterimages.com/image/4413.htm.
Woodruf W.W. dan Vrabec D.P. Inverted Papilloma of The Nasal Vault
andParanasal Sinuses: Spectrumof CT Finding. American Journal of
RoentgenologyFebruary 1994: 419
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius.
2000

Sumadibrata, Marcellus. Pemeriksaan Abdomen Urogenital dan anorektal, Infeksi


Saluran Kemih. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran UI. 2007. Hal : 51-55, 553-557.
Guyton, A.C dan Hall, J., E.Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
EGC. 2006

Lambert H, Coulthard M, 2003. The child with urinary tract infection. In : Webb
NJ.A, Postlethwaite RJ ed. Clinical Paediatric Nephrology.3rd ED. Great
Britain: Oxford Universsity Press., 197-225.

Siregar, RS. 1991. Penyakit Jamur Kulit. Palembang: Lab Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin FK UNSRI/RSU Palembang.

Suprihatin, SD. 1982. Candida dan Kandidiasis pada Manusia.Fakultas


Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta
Manuaba, I.B.G dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

https://hellosehat.com/penyakit/infeksi-postpartum/

Anda mungkin juga menyukai