1 PB PDF
1 PB PDF
Abstrak
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian yang tinggi di dunia. Berdasarkan
data WHO, pada tahun 2015 terdapat 8,8 juta kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker.
Berdasarkan data riskesdas tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4% atau sekitar
347.792 orang. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengobati kanker, salah satunya dengan
menggunakan terapi radiasi atau radioterapi. Berdasarkan International Agency for Research on Cancer
(IARC), dari 10,9 juta orang yang didiagnosis menderita kanker di seluruh dunia setiap tahun, sekitar
50% membutuhkan radioterapi. Penggunaan radiasi untuk terapi kanker belum banyak digunakan dan
masih terbatas di Indonesia. Tujuan penulisan review ini adalah untuk memaparkan konsep dasar terapi
kanker dengan radiasi dan perkembangan radioterapi di Indonesia melalui penelusuran pustaka. Metode
penelusuran pustaka dalam artikel review ini adalah penelusuran pustaka pada mesin pencari Google,
Google Scholar dan PubMed basis data dengan kata kunci “basic radiotherapy” “radiation therapy in
Indonesia” “novel radiotherapy in Indonesia” serta peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
yang berkaitan dengan radioterapi. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa teknologi radiasi
telah ada di Indonesia sejak tahun 1927. Sampai tahun 2013, terdapat 29 pusat pelayanan radioterapi
di Indonesia. Radioterapi telah menjadi salah satu terapi yang penting dalam pengobatan kanker di
Indonesia. Pemerintah Indonesia mendukung kemajuan teknologi ini dengan menerbitkan peraturan
tentang standar pelayanan radioterapi di rumah sakit. Semakin banyak dan berkembangnya fasilitas
radioterapi diharapkan dapat mengurangi prevalensi penyakit kanker di Indonesia.
Kata kunci: Kanker, radioterapi, regulasi, terapi radiasi
Korespondensi: Irma M. Puspitasari, PhD., MT., Apt. Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas
Farmasi, Universitas Padjadjaran, email: irma.melyani@unpad.ac.id
Naskah diterima: 5 Oktober 2017, Diterima untuk diterbitkan: 2 November 2017, Diterbitkan: 1 Desember 2017
311
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
312
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
tersimpan ini bisa membunuh sel kanker menembus ke dalam jaringan.6,7 Proton beams
atau menyebabkan perubahan genetik yang merupakan radiasi partikel yang lebih baru
mengakibatkan kematian sel kanker.5 Radiasi digunakan untuk mengobati kanker. Radiasi
pengion adalah radiasi dengan energi tinggi ini memiliki distribusi dosis yang lebih baik
yang mampu melepaskan elektron dari orbit karena profil penyerapannya yang unik dalam
suatu atom, yang menyebabkan terbentuknya jaringan yang dikenal sebagai puncak Bragg
muatan atau terionisasi. Radiasi pengion (Bragg peak) sehingga memungkinkan
terdiri dari radiasi elektromagnetik dan radiasi terjadi pengendapan energi destruktif dengan
partikel.5 maksimal di lokasi tumor dan meminimalkan
kerusakan pada jaringan sehat di sepanjang
Radiasi elektromagnetik jalur kerjanya. Dalam aplikasi klinis, radiasi
Radiasi elektromagnetik merupakan radiasi ini sangat berguna untuk terapi tumor
ketika energi dibawa oleh osilasi medan listrik pediatrik dan dewasa yang berada di dekat
dan medan magnet yang merambat pada bagian vital seperti tumor tulang belakang
kecepatan cahaya, contohnya radiasi sinar-X dan tumor tengkorak, karena paparan radiasi
dan sinar-ɣ dan merupakan jenis yang paling terhadap jaringan normal sangat penting
umum digunakan dalam radioterapi.5 Sinar-X untuk diminimalkan.8,9 Neutron beams
diproduksi saat elektron berkecepatan mampu mendeposit energi secara maksimal
tinggi bertabrakan dengan material yang pada target jaringan di ujung lintas terapinya.
memiliki nomor atom tinggi seperti tungsten- Secara keseluruhan radiasi partikel memilliki
molibdenum pada anoda tabung sinar-X, Linear Energy Transfer (LET) yang lebih
sedangkan sinar gamma secara fisik identik tinggi daripada radiasi foton, namun karena
dengan sinar-X, namun dipancarkan dari biaya produksinya yang mahal penggunaan
inti atom (intranuclearly) atau berasal dari jenis radiasi ini masih terbatas.9,10
radioactive decay seperti Cobalt-60, Radium
dan Cesium. Inti atom yang tidak stabil Jenis radioterapi
melepaskan energi berlebihnya dalam bentuk Radioterapi dapat digunakan sebagai terapi
elektron intranuklear (partikel beta) atau inti kuratif, paliatif maupun profilaksis (preventif).
helium (sebuah partikel alfa). Jika masih Terapi kuratif biasanya berbentuk terapi
memiliki kelebihan energi setelah itu, sinar tunggal untuk penyembuhan suatu kanker,
gamma dipancarkan untuk mencapai steady contohnya digunakan dalam kasus limfoma
state.5,6 Hodgkin tahap awal, kanker nasofaring,
beberapa kanker kulit, dan kanker glotis awal.
Radiasi partikel Terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan
Radiasi partikel adalah radiasi yang terdiri dari kualitas hidup dengan cara menghilangkan
partikel atom atau subatomik (elektron dan gejala-gejala kanker dengan menerapkan
proton) yang membawa energi dalam bentuk dosis radiasi paliatif. Penerapannya antara
energi kinetik atau massa yang bergerak.6 lain pada kasus maternal otak dan tulang serta
Radiasi partikel terdiri dari elektron, sindroma venacava superior. Terapi profilaksis
proton dan neutron beams. Electron beams (preventif) merupakan terapi yang bertujuan
merupakan salah satu metode konvensional untuk mencegah kemungkinan metastasis
yang telah lebih dahulu digunakan. Biasanya atau kejadian berulang melalui penerapan
digunakan dalam terapi radiasi sehari-hari radioterapi, contohnya adalah whole-barin
dan sangat berguna pada terapi tumor yang radiotherapy untuk leukemia limfoblastik
dekat dengan permukaan tubuh karena tidak akut dan kanker paru-paru sel kecil.10,11
313
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
314
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
315
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
laju salivasi. Dalam sebuah artikel review Semarang, Yogyakarta dan Bandung, yang
dikatakan bahwa penurunan (compromise) sebagian besar dilengkapi dengan kilovoltage
dalam fungsi salivasi dapat dilihat dalam dan unit terapi cesium. Pada tahun 1980–
waktu 1 hingga 2 minggu setelah radioterapi 1990 pemerintah mendirikan pusat radiasi
dan dapat bertahan setelahnya. Kecuali tambahan di beberapa daerah khususnya di
kerusakannya parah, fungsi saliva biasanya luar pulau Jawa yang dilengkapi dengan unit
sembuh dalam waktu 2 tahun dari setelah Telecobalt guna memudahkan akses bagi
radioterapi. Disfungsi kelenjar minimal bisa masyarakat untuk mendapatkan terapi radiasi
diamati pada dosis rata-rata 10 sampai 15 untuk kanker.31,32
Gy dan dosis rata-rata >40 Gy pada kelenjar Berbagai metode terapi radiasi untuk
parotid menghasilkan suatu penurunan fungsi terapi kanker telah digunakan di Indonesia.
sebesar 75%. Xerostomia dapat memiliki Pada tahun 1958, teknologi intracavitary
efek negatif pada kualitas hidup pasien yang radium branchytherapy mulai digunakan di
sangat mengganggu kemampuan berbicara, departemen ginekologi RSCM. Teknologi
mengunyah, menelan, dan merasakan.29 Three-dimensional Treatment Planning System
(3DTPS) juga telah tersedia di 11 pusat
4. Efek samping pada jantung radioterapi.32 Pada bulan Februari tahun 2009,
Kelainan jantung akibat radiasi biasanya Menteri Kesehatan meresmikan pelayanan
disebut dengan istilah radiation induced heart radioterapi terbaru di RSCM yang terdiri
desease (RIHD) yang menunjukkan keadaan dari Stereotactic Radiotherapy (SRT) dan
klinis dan kondisi patologis cedera pada Stereotactic Radiosurgery (SRS), sebagai
jantung dan pembuluh besar yang dihasilkan upaya terapi radiasi dengan presisi lokalisasi
dari terapi radiasi kanker. Kelainan pada yang sangat tinggi dengan alat imobilisasi
jantung dapat terjadi karena radiasi, antara khusus untuk menghancurkan sel tumor tanpa
lain kelainan pada perikardium, kelainan pada merusak jaringan sehat sekitarnya; Intensity
miokardium, kelainan pada arteri koroner, Modulated Radioteraphy (IMRT), sebagai
kelainan pada aterosklerosis, dan kelainan teknologi paling mutakhir dalam terapi radiasi
pada katup jantung.30 yang mampu menghadapi heterogenitas dari
target radiasi. Onkologis dapat mengatur dosis
Perkembangan terapi radiasi di Indonesia radiasi yang irregular sesuai dengan kondisi
Perkembangan terapi radiasi di Indonesia tumor sekaligus menghindari paparan pada
bermula dari masuknya teknologi radiasi organ penting; dan 4D Adaptive IGRT, untuk
pada tahun 1927 berupa unit terapi sinar-X memantau gerakan organ pada organ target
konvensional yang terutama digunakan untuk saat dilakukan terapi penyinaran. Data terakhir
mengobati lesi kulit superfisial.31 Kemudian pada Juni 2013 di Indonesia, terdapat 29 pusat
beberapa tahun pascakemerdekaan dilakukan pelayanan radioterapi (23 RS pemerintah dan
penambahan kembali unit terapi superficial 6 RS swasta) dengan total 41 alat radiasi.32,33
and deep X-ray di Rumah Sakit Umum Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Perkembangan Beberapa jenis tindakan radiasi untuk
radioterapi semakin terlihat dengan adanya terapi kanker yang telah dilakukan di
pemasangan unit teleterapi Cobalt-60 pada Indonesia
tahun 1958 dan unit teleterapi Cesium-137 Berdasarkan penelusuran laporan pustaka,
pada tahun 1964, kemudian beberapa pusat sampai saat ini beberapa jenis tindakan radiasi
radioterapi mulai didirikan di beberapa daerah untuk terapi kanker yang telah dilakukan di
lainnya di pulau Jawa, seperti di Surabaya, Indonesia antara lain: radiasi eksterna telah
316
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
317
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
(akselerator) yang mempercepat partikel Pusat data dan informasi kesehatan: Stop
secara melingkar, sehingga diperoleh energi kanker. Jakarta: Kementerian Kesehatan
kinetik yang tinggi dan berfungsi untuk Republik Indonesia; 2015.
menghasilkan radioisotop dengan waktu 2. NIH. Treatment for cancer-National Cancer
paruh yang rendah, seperti 13C dan 18F. Institute. [diunduh 15 Agustus 2017].
Sumber daya manusia yang berkaitan dengan Tersedia dari: https://www.cancer.gov/
radioterapi (radiografer) juga diatur dalam about-cancer/treatment.
Permenkes Nomor 81 Tahun 2013 tentang 3. Round CE, Williams MV, Mee T,
penyelenggaraan pekerjaan radiografer.43,44 Kirkby NF, Cooper T, Hoskin P, et al.
Diharapkan dengan adanya peraturan yang Radiotherapy demand and activity in
ketat, masyarakat terlindungi dari bahaya England 2006–2020. Clin Oncol (R Coll
penggunaan teknologi radiasi ini. Radiol). 2013;25(9):522–30. doi: 10.101
6/j.clon.2013.05.005
Simpulan 4. Liauw SL, Connell PP, Weichselbaum
RR. New paradigms and future challenges
Teknologi radiasi telah ada di Indonesia in radiation oncology: An update of
sejak tahun 1927, dan hingga tahun 2013 biological targets and technology. Sci
terdapat 29 pusat pelayanan radioterapi di Transl Med. 2013;5(173):173sr2. doi: 10.
Indonesia. Radioterapi telah menjadi salah 1126/scitranslmed.3005148.
satu terapi yang penting dalam terapi kanker 5. Baskar R, Lee KA, Yeo R, Yeoh KW.
di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah Cancer and radiation therapy: Current
mendukung kemajuan teknologi ini dengan advances and future directions. Int J Med
menerbitkan Permenkes Nomor 1427 Tahun Sci. 2012;9(3):193–9. doi:10.7150/ijms.3
2006 tentang standar pelayanan radioterapi di 635.
rumah sakit dan Permenkes Nomor 81 Tahun 6. Malicki J. Medical physics in radiotherapy:
2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan The importance of preserving clinical
radiografer. Dengan semakin banyak dan responsibilities and expanding the
berkembangnya fasilitas-fasilitas radioterapi profession’s role in research, education,
di masa yang akan datang, diharapkan dapat and quality control. Rep Pract Oncol
mengurangi prevalensi penyakit kanker di Radiother. 2015;20(3):161–9. doi:10.1016
Indonesia. /j.rpor.2015.01.001.
7. Mehta SR, Suhag V, Semwal M, Sharma
Pendanaan N. Radiotherapy: Basic concepts and
recent advances. Med J Armed Forces
Penulisan artikel review ini tidak didanai oleh India. 2010;66(2):158–62. doi: 10.1016/
sumber hibah manapun. S0377-1237(10)80132-7.
8. Laramore GE. Role of particle
Konflik Kepentingan radiotherapy in the management of head
and neck cancer. Curr Opin Oncol. 2009;
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik 21(3):224–31. doi:10.1097/CCO.0b013e
kepentingan dalam penulisan artikel ini. 328329b716.
9. Schardt D, Elsässer T, Schulz-Ertner D.
Daftar Pustaka Heavy-ion tumor therapy: Physical and
radiobiological benefits. Rev Mod Phys.
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010;82(1):383–425. doi:10.1103/RevM
318
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
319
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 6, Nomor 4, Desember 2017
320