2 (85-93)
Jurusan Pendidikan Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
*Corresponding Author: silviawd22@gmail.com
Abstrak
Penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Peserta Didik pada Materi Ikatan Kimia di Kelas X
SMA Negeri 5 Banda Aceh” telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil
belajar dan motivasi peserta didik di kelas X MIPA 2 SMA. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA 2 SMA
Negeri 5 Banda Aceh yang berjumlah 32 orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 24 orang
perempuan. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar aktivitas peserta didik dan soal
pilihan berganda sebanyak 20 soal dan angket tanggapan peserta didik. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, dengan pembelajaran menggunakan model
discovery learning pada materi ikatan kimia. Aktivitas peserta didik diamati oleh 2 orang
observer dan pada akhir pembelajaran dilakukan tes tertulis untuk melihat ketuntasan
belajar dan dibagikan angket tanggapan untuk melihat tanggapan peserta didik terhadap
penerapan model discovery learning. Hasil penelitian ini dianalisis dengan rumus
persentase. Hasil pengolahan dan analisis data terhadap penerapan model discovery
learning pada materi ikatan kimia diperoleh aktivitas peserta didik pada pertemuan
pertama, kedua dan ketiga berturut-turut 72%, 71% dan 75%. Ketuntasan belajar peserta
didik sebesar 71,87% dan tanggapan peserta didik terhadap penerapan model discovery
learning sebesar 100%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada materi ikatan kimia
dapat diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal, aktivitas peserta didik, serta
memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model discovery learning.
Kata Kunci: Model Discovery Learning, ikatan kimia, aktivitas peserta didik, hasil belajar,
tanggapan peserta didik
Abstract
84
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
Pendahuluan
Pendidikan merupakan sarana mempersiapkan generasi penerus bangsa dalam mewujudkan
usaha negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Penerus bangsa yang baik adalah
peserta didik yang telah memenuhi kriteria pendidikan dengan menguasai pembelajaran
secara menyeluruh atau tuntas, sehingga hasil belajarnya sangat baik. Salah satu masalah
yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran kimia siswa yang mengalami kesulitan akan bersikap pasif, sedangkan
siswa yang tidak mengalami kesulitan akan terlihat aktif, bersemangat, kritis dan
berkonsentrasi dalam proses pembelajaran (Wardani, 2009).
Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 5 Banda Aceh pada 12 Maret 2017 adalah
proses pembelajaran menggunakan metode ceramah, latihan soal, serta demonstrasi atau
eksperimen yang dilakukan oleh guru sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan
untuk mengajukan gagasan dan pendapatnya. Peserta didik hanya bertindak sesuai dengan
apa yang diinstruksikan oleh guru tanpa berusaha sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya
sehingga peserta didik tidak terampil dan berpikir kreatif. Hal tersebut tidaklah sesuai
dengan karakteristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang
dalam proses pembelajarannya menempatkan peserta didik sebagai pus at pembelajaran
sehingga peserta didik akan menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Pembelajaran di SMA Negeri 5 Banda Aceh belum menunujukan standar yang sesuai dengan
kompetensi kurikulum 2013 karena proses pembelajaran masih belum terlihat ada proses
pengembangan kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik,
serta keterampilan peserta didik. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran
kimia di SMA Negeri 5 Banda Aceh, permasalahan yang dialami saat pembelajaran materi
ikatan kimia adalah kurangnya kemampuan peserta didik dalam memahami konsep.
Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan materi ikatan kimia pada tahun
pembelajaran 2015/2016 masih di bawah KKM sebanyak 50%. Permasalahan lain adalah
peserta didik kurang antusias dan kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran cenderung pasif yang menyebabkan prestasi belajar peserta
didik masih rendah. Cara yang dapat dilakukan untuk membuat peserta didik terlibat aktif
dalam proses pembelajaran adalah merangsang peserta didik agar aktif dalam proses
pembelajaran seperti membuat mereka bekerja secara kelompok, dapat juga diberikan
reward pujian dan hadiah untuk membuat peserta didik lebih semangat,
mengkontekstualisasikan apa yang dipelajari dengan fakta dilapangan, dan guru harus
menggunakan metode belajar yang tidak monoton.
Materi ikatan kimia merupakan materi yang sulit karena memiliki karakteristik pemahaman
konsep dan kemampuan analisis yang tinggi. Materi ikatan kimia juga memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya yaitu struktur atom dan sistem periodik unsur, sehingga peserta
didik harus memiliki pemahaman ekstra agar dapat memahami konsep ikatan kimia dengan
benar. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akivitas peserta didik dan hasil
belajar peserta didik salah satunya adalah melalui penerapan model pembelajaran yang
dapat membangkitkan keaktifan berpikir dan kerja peserta didik yaitu model discovery
learning. Menurut Malik., dkk, (2001) bahwa metode discovery learning adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
85
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. model discovery learning
karena tidak memiliki perhitungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiana dkk (2015) yaitu penerapan model discovery
learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik pada materi
larutan penyangga, terlihat pada siklus I, persentase aktivitas belajar peserta didik sebesar
37% yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 77,78%. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Widiadnyana dkk (2014) bahwa model discovery learning berpengaruh
terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah peserta didik sehingga terdapat
perbedaan nilai rata-rata pemahaman konsep secara signifikan antara kelompok peserta
didik yang belajar dengan model discovery learning dengan kelompok peserta didik yang
belajar dengan model pengajaran langsung.
Penelitian lain mengenai model discovery learning oleh Nurhayati dkk (2014) menghasilkan
temuan bahwa hasil dari angket yang telah diberikan pada peserta didik, sebanyak 76,74%
peserta didik memberikan respon positif terhadap perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan melalaui pendekatan keterampilan proses dengan metode discovery
learning, kemudian rerata persentase aktivitas peserta didik selama tiga kali pembelajaran
discovery learning adalah sebesar 93,33%. Rerata persentase aktivitas guru selama
pembelajaran adalah sebesar 93,89%. Hasil ini juga menunjukan kategori aktivitas guru
baik. Hasil nilai ujian 16 peserta didik kelas VIII akselerasi ada 3 peserta didik yang
mendapat nilai ≤70. 13 peserta didik lainnya mendapat nilai ≥70. Hasil dari penelitian
tersebut dapat dihitung rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar ≥77 dan persentase
peserta didik yang mendapat nilai 70 adalah sebesar 81,25%, hal ini menunjukan discovery
learning mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model
secara kualitatif. dan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jenis
penelitian adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
memaparkan atau menggambarkan kondisi, keadaan, dan situasi yang terjadi dilapangan.
Penelitian ini berfokus pada aktivitas peserta didik, hasil belajar peserta didik, dan respon
peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning pada materi
ikatan kimia.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Banda Aceh yang beralamat di Jalan Hamzah
Fansuri No. 3 Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus semester ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018. Subjek
86
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh
Tahun 2017/2018 yang terdiri dari 32 peserta didik. Penentuan kelas yang dipilih ditentukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel
penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu dan berdasarkan wawancara dengan
guru bidang studi kimia di sekolah tersebut.
Tes diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda. Tes diberikan setelah proses pembelajaran
selesai pada pertemuan III. Tes ini diberikan untuk melihat seberapa jauh pemahaman
peserta didik tentang materi yang diberikan. Angket pada penelitian ini bertujuan untuk
melihat tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Pada
pertemuan ketiga dibagikan angket tanggapan/respon peserta didik yang kemudian setelah
dianalisis didapatlah hasil tanggapan peserta didik terhadap penerapan model discovery
learning ini.
Data hasil pengamatan aktivitas peserta dan hasil belajar peserta didik selama kegiatan
pembelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Penilaian Hasil Belajar dan Aktivitas Peserta didik
No Tingkat Persentase Kategori
1 90-100 Sangat baik
2 70-90 Baik
3 40-70 Cukup
4 20-40 Tidak baik
5 0-20 Sangat tidak baik
(Sumber: Sudjiono, 2010)
87
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
Aspek pengetahuan peserta didik di ketahui dengan cara memberikan tes tulis. Soal tes
sebanyak 20 butir pilihan ganda. Selain itu, LKPD juga menjadi hal yang di nilai untuk
mengetahui aspek pengetahuan peserta didik. Sebelum dilakukan tes kepada peserta
didik, soal terlebih dahulu dilakukan uji secara kualitatif dan kuantitatif. hasil penilaian
pengetahuan diberikan soal tes berjumlah 20 soal pilihan ganda dan LKPD pada tiap
pertemuan. Nilai LKPD dalam tabel merupakan rata-rata dari tiga pertemuan. Nilai yang
diambil, kemudian dibagi persentasenya menjadi 70% untuk nilai tes dan 30% LKPD.
Setelah melalui proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan model discovery
learning di peroleh data sebesar 71.87% peserta didik mengalami ketuntasan dengan nilai
tertinggi 82.40 dan sebesar 28.13% tidak tuntas dengan nilai terendah 64.90. Secara
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang berlangsung memiliki ketuntasan dengan kategori
baik.
50 71.87
40
30
20
28.13
10
0
Tuntas Tidak Tuntas
Ketuntasan Belajar
88
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
Tahapan ketiga dalam model discovery learning adalah pengumpulan data (data collection)
dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan. Pertemuan
pertama, sebagian besar peserta didik antusias dalam mengumpulkan data untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang telah dibuat. Pertemuan kedua, peserta
didik mengalami penurunan aktivitas dalam mengumpulkan data, hal ini dikarenakan
indikator pembelajaran yang harus dicapai memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi
dibandingkan pertemuan pertama. Sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam
memahami data yang harus di kumpulkan. Namun, pada pertemuan ketiga peserta didik
kembali antusias karena sudah memahami materi dan langkah-langkah yang harus di
kerjakan dalam proses pengumpulan data.
Tahap keempat adalah pengolahan data (data processing) merupakan kegiatan memproses
data dan informasi yang telah di peroleh peserta didik melalui membaca buku, internet dan
berdiskusi kelompok. Pertemuan pertama , aktivitas peserta didik dalam setiap pertemuan
adalah sama. Hal ini menunjukan sikap kerja sama dan rasa ingin tahu dari peserta didik
dalam upaya menjawab permasalahan yang telah dibuatnya. Namun, beberapa peserta
didik kurang ikut berpatisipasi dalam mengolah data. Hal ini dikarenakan peserta didik
tersebut kurang motivasi dalam belajar kimia. Materi ikatan kimia merupakan materi yang
89
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
mengharuskan peserta didik memahami teori-teori yang ada. Sebagian besar indikator
pembelajaran yang harus di capai peserta didik adalah tentang pemahaman teori dan tidak
ada konsep perhitungan. Sehingga berdasarkan observasi, peserta didik yang tidak ikut
berpartisipasi adalah yang kurang berminat dalam hal menghafal teori.
Tahap kelima dari model discovery learning yairu pembuktian. Pembuktian (verification)
bertujuan untuk membuktikan benar atau tidaknya rumusan hipotesis yang telah mereka
buat, kemudian dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Berdasarkan pengamatan
observer dalam tiga pertemuan, tahap ini merupakan tahap yang memiliki aktivitas rendah.
Hal ini, dikarenakan dalam tahap ini peserta didik kurang memahami beberapa konsep
sehingga data yang telah di olah tidak di verifikasi dengan benar.
Tahap terakhir model discovery learning yaitu menarik kesimpulan (generalization). Tahap
ini peserta didik diminta untuk menarik kesimpulan dari pengetahuan yang diperolehnya
dan dapat dipertanggung jawabkan oleh peserta didik. Jawaban peserta didik atas
permasalahan sangat bervariasi sehingga guru menuntun peserta didik untuk menemukan
jawaban yang benar yang pada akhirnya didapatkan kesimpulan dari pemecahan masalah
tersebut. Melalui tahap ini peserta didik dilatih untuk dapat menghasilkan banyak gagasan
mereka atas suatu permasalahan yang terjadi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
belajarnya mengenai ikatan kimia.
73 75
72
71 72
70 71
69
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Pertemuan
Berdasarkan data hasil penelitian yang terdapat pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran discovery leanring keaktifan peserta didik
mengalami peningkatan. Pada pertemuan I dapat dilihat bahwa nilai aktifitas peserta didik
adalah 72%, pada pertemuan II menurun menjadi 71%, pertemuan III meningkat sebesar
75%. Meningkatnya aktifitas peserta didik ini ditandai dengan bertambahnya jumlah
peserta didik yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, serta jumlah peserta didik
90
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
Tanggapan peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning pada
materi ikatan kimia dapat diketahui dari hasil data angket yang diisi oleh peserta didik. Data
dari hasil analisis jawaban angket peserta didik terhadap pembelajaran discovery learning.
Pertanyaan yang terdapat dalam angket sebanyak 6.
Tabel 2. Data Hasil Tanggapan Peserta Didik Terhadap Penerapan Model Discovery
Learning Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh pada Materi Ikatan Kimia
Jawaban Persentase (%)
No Pertanyaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah anda lebih menyukai 32 0 100 0
model discovery learning
dibandingkan dengan model
pembelajaran sebelumnya?
2 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
discovery learning ini dapat
membuat suasana belajar lebih
menyenangkan?
3 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
discovery learning dapat
membuat materi ikatan kimia
menjadi lebih mudah untuk
dipahami?
4 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
discovery learning ini dapat
membuat anda lebih
termotivasi dalam belajar?
5 Apakah penerapan model 32 0 100 0
discovery learning dapat
membuat anda lebih mudah
berinteraksi dengan teman?
6 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
pembelajaran discovery
learning dapat meningkatkan
minat belajar anda?
Persentase Rata-Rata (%) 100 0
sesuai dengan hal-hal yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
Kesimpulan
1) Hasil belajar aspek pengetahuan peserta didik melalui penerapan model discovery
learning pada materi ikatan kimia diketahui memperoleh ketuntasan klasikal.
Ketuntasan klasikal merupakan capaian hasil belajar aspek pengetahuan peserta didik
secara menyeluruh yaitu dengan persentase 71,87%.
2) Aktivitas peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
pada materi ikatan kimia sebesar 72% pada pertemuan I, 71% pada pertemuan II dan
75% pada pertemuan III. Aktivitas peserta didik dengan menerapkan model discovery
learning mengalami penurunan pada pertemuan II dan kembali meningkat pada
pertemuan III.
3) Tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran discovery learning yaitu sebesar
100% dengan kategori sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning pada materi ikatan kimia dapat memotivasi peserta
didik mengikuti pembelajaran.
Saran
Referensi
Hanafiah, N., dan Cucu, S. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Efika
Aditama.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: PT. Ghalia Indonesia.
Istiana, G.A., Catur, A.N.S., dan Sukardjo, J.S. 2015. Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan
Larutan Penyangga Pada Siswa Kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak
Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, 4(2): 65-73.
Kurnianto, H., Masykuri, M., dan Yamtinah, S. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Disertai Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Terhadap Prestasi Belajar
92
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)
Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia, 5(1): 32-40.
Malik, M. S dan Robert, B. 2001. Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Prestasi Belajar Siswa. Ju, 2: 1-9.
Maryani, D., Fadiawati, rnal Kimia N., dan Kadaritna, N. 2012. Kegunaan Model Discovery
Learning pada Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Lancar. Jurnal Pendidikan Kimia, 1: 1-14.
93