Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.

2 (85-93)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA


MATERI IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 5 BANDA ACEH

Silvia Wulandari, M. Nasir, Mukhlis

Jurusan Pendidikan Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
*Corresponding Author: silviawd22@gmail.com

Abstrak
Penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Peserta Didik pada Materi Ikatan Kimia di Kelas X
SMA Negeri 5 Banda Aceh” telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil
belajar dan motivasi peserta didik di kelas X MIPA 2 SMA. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA 2 SMA
Negeri 5 Banda Aceh yang berjumlah 32 orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 24 orang
perempuan. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar aktivitas peserta didik dan soal
pilihan berganda sebanyak 20 soal dan angket tanggapan peserta didik. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, dengan pembelajaran menggunakan model
discovery learning pada materi ikatan kimia. Aktivitas peserta didik diamati oleh 2 orang
observer dan pada akhir pembelajaran dilakukan tes tertulis untuk melihat ketuntasan
belajar dan dibagikan angket tanggapan untuk melihat tanggapan peserta didik terhadap
penerapan model discovery learning. Hasil penelitian ini dianalisis dengan rumus
persentase. Hasil pengolahan dan analisis data terhadap penerapan model discovery
learning pada materi ikatan kimia diperoleh aktivitas peserta didik pada pertemuan
pertama, kedua dan ketiga berturut-turut 72%, 71% dan 75%. Ketuntasan belajar peserta
didik sebesar 71,87% dan tanggapan peserta didik terhadap penerapan model discovery
learning sebesar 100%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada materi ikatan kimia
dapat diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal, aktivitas peserta didik, serta
memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model discovery learning.

Kata Kunci: Model Discovery Learning, ikatan kimia, aktivitas peserta didik, hasil belajar,
tanggapan peserta didik

Abstract

The study titled“ Implementation of Discovery Learning in Studying Chemical Bonding in


Class X of SMA Negeri 5 Banda Aceh” have been conducted. It aimed to improve learning
achievement and motivation of students in class X MIPA 2. The study is a descriptive
research. 32 students divided into 8 males and 24 females of class X MIPA 2 were chosen as
the subject for this study. The instrumentation was 20 multiple choice questions, activities
sheet and questionnaire of students’ responses. The study was conducted for three
meetings with a model of discovery learning in special topic of chemical bonding. Student’s
activities were observed by 2 observers and at the end of learning will present the test to
grade the learning achievement and questionnaire for analyzing their responses to the
implementation of discovery learning. The result of study was analyzed by using
percentages equation. It showed that the activities of students were respectively 72%, 71%
and 75%. Their achievement was 71.87% and responses for the implementation of the
discovery learning were 100%. According to the results, it can be concluded that the
learning of chemical bonding by implementing of discovery learning was successful
classically for students’ achievement and activities, and giving the positive responses to the
implementation of discovery learning.

84
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

Keyword: Discovery learning, chemical bonding, students’ activities, learning achievement,


students’ responses

Pendahuluan
Pendidikan merupakan sarana mempersiapkan generasi penerus bangsa dalam mewujudkan
usaha negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Penerus bangsa yang baik adalah
peserta didik yang telah memenuhi kriteria pendidikan dengan menguasai pembelajaran
secara menyeluruh atau tuntas, sehingga hasil belajarnya sangat baik. Salah satu masalah
yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran kimia siswa yang mengalami kesulitan akan bersikap pasif, sedangkan
siswa yang tidak mengalami kesulitan akan terlihat aktif, bersemangat, kritis dan
berkonsentrasi dalam proses pembelajaran (Wardani, 2009).

Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 5 Banda Aceh pada 12 Maret 2017 adalah
proses pembelajaran menggunakan metode ceramah, latihan soal, serta demonstrasi atau
eksperimen yang dilakukan oleh guru sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan
untuk mengajukan gagasan dan pendapatnya. Peserta didik hanya bertindak sesuai dengan
apa yang diinstruksikan oleh guru tanpa berusaha sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya
sehingga peserta didik tidak terampil dan berpikir kreatif. Hal tersebut tidaklah sesuai
dengan karakteristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang
dalam proses pembelajarannya menempatkan peserta didik sebagai pus at pembelajaran
sehingga peserta didik akan menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Pembelajaran di SMA Negeri 5 Banda Aceh belum menunujukan standar yang sesuai dengan
kompetensi kurikulum 2013 karena proses pembelajaran masih belum terlihat ada proses
pengembangan kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik,
serta keterampilan peserta didik. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran
kimia di SMA Negeri 5 Banda Aceh, permasalahan yang dialami saat pembelajaran materi
ikatan kimia adalah kurangnya kemampuan peserta didik dalam memahami konsep.
Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan materi ikatan kimia pada tahun
pembelajaran 2015/2016 masih di bawah KKM sebanyak 50%. Permasalahan lain adalah
peserta didik kurang antusias dan kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran cenderung pasif yang menyebabkan prestasi belajar peserta
didik masih rendah. Cara yang dapat dilakukan untuk membuat peserta didik terlibat aktif
dalam proses pembelajaran adalah merangsang peserta didik agar aktif dalam proses
pembelajaran seperti membuat mereka bekerja secara kelompok, dapat juga diberikan
reward pujian dan hadiah untuk membuat peserta didik lebih semangat,
mengkontekstualisasikan apa yang dipelajari dengan fakta dilapangan, dan guru harus
menggunakan metode belajar yang tidak monoton.

Materi ikatan kimia merupakan materi yang sulit karena memiliki karakteristik pemahaman
konsep dan kemampuan analisis yang tinggi. Materi ikatan kimia juga memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya yaitu struktur atom dan sistem periodik unsur, sehingga peserta
didik harus memiliki pemahaman ekstra agar dapat memahami konsep ikatan kimia dengan
benar. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akivitas peserta didik dan hasil
belajar peserta didik salah satunya adalah melalui penerapan model pembelajaran yang
dapat membangkitkan keaktifan berpikir dan kerja peserta didik yaitu model discovery
learning. Menurut Malik., dkk, (2001) bahwa metode discovery learning adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui

85
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. model discovery learning
karena tidak memiliki perhitungan.

Maryani, dkk (2012) menyatakan bahwa, pembelajaran dengan discovery mendorong


peserta didik untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip, guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk
mereka sendiri. Setiap tahap dalam model discovery learning akan mendorong peserta didik
berpikir secara kritis, analitis serta memahami, merepakan, dan mengembangkan pola pikir
yang rasional dan objektif dalam menerima materi pelajaran, sehingga menghasilkan
peserta didik yang produktif, kreatif, dan inovatif melalui penguatan sikap, keterampilan
dan pengetahuan yang terintegrasi (Maryani dkk, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Istiana dkk (2015) yaitu penerapan model discovery
learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik pada materi
larutan penyangga, terlihat pada siklus I, persentase aktivitas belajar peserta didik sebesar
37% yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 77,78%. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Widiadnyana dkk (2014) bahwa model discovery learning berpengaruh
terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah peserta didik sehingga terdapat
perbedaan nilai rata-rata pemahaman konsep secara signifikan antara kelompok peserta
didik yang belajar dengan model discovery learning dengan kelompok peserta didik yang
belajar dengan model pengajaran langsung.

Penelitian lain mengenai model discovery learning oleh Nurhayati dkk (2014) menghasilkan
temuan bahwa hasil dari angket yang telah diberikan pada peserta didik, sebanyak 76,74%
peserta didik memberikan respon positif terhadap perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan melalaui pendekatan keterampilan proses dengan metode discovery
learning, kemudian rerata persentase aktivitas peserta didik selama tiga kali pembelajaran
discovery learning adalah sebesar 93,33%. Rerata persentase aktivitas guru selama
pembelajaran adalah sebesar 93,89%. Hasil ini juga menunjukan kategori aktivitas guru
baik. Hasil nilai ujian 16 peserta didik kelas VIII akselerasi ada 3 peserta didik yang
mendapat nilai ≤70. 13 peserta didik lainnya mendapat nilai ≥70. Hasil dari penelitian
tersebut dapat dihitung rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar ≥77 dan persentase
peserta didik yang mendapat nilai 70 adalah sebesar 81,25%, hal ini menunjukan discovery
learning mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model
secara kualitatif. dan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jenis
penelitian adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
memaparkan atau menggambarkan kondisi, keadaan, dan situasi yang terjadi dilapangan.
Penelitian ini berfokus pada aktivitas peserta didik, hasil belajar peserta didik, dan respon
peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning pada materi
ikatan kimia.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Banda Aceh yang beralamat di Jalan Hamzah
Fansuri No. 3 Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus semester ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018. Subjek

86
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh
Tahun 2017/2018 yang terdiri dari 32 peserta didik. Penentuan kelas yang dipilih ditentukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel
penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu dan berdasarkan wawancara dengan
guru bidang studi kimia di sekolah tersebut.

Teknik Pengumpulan Data


Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas peserta didik pada saat proses
pembelajaran. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar observasi
berupa angket kepada pengamat untuk diisi sesuai dengan yang diamati. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan oleh tiga orang pengamat yaitu dua orang mahasiswa pendidikan
kimia dan satu orang guru kimia SMA Negeri 5 Banda Aceh.

Tes diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda. Tes diberikan setelah proses pembelajaran
selesai pada pertemuan III. Tes ini diberikan untuk melihat seberapa jauh pemahaman
peserta didik tentang materi yang diberikan. Angket pada penelitian ini bertujuan untuk
melihat tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Pada
pertemuan ketiga dibagikan angket tanggapan/respon peserta didik yang kemudian setelah
dianalisis didapatlah hasil tanggapan peserta didik terhadap penerapan model discovery
learning ini.

Teknik Analisis Data


Data yang ada di analisis secara kualitatif dan kuatintatif. Analisis secara kualitatif yakni
instrumen soal dan angket tanggapan di validasi oleh dosen ahli. Sedangkan analisis
kuantitatif menggunakan aplikasi Ms. Excel. Data ketuntasan hasil belajar dan aktivitas
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara membandingkan nilai yang
diperoleh peserta didik setelah pembelajaran dengan nilai kriteria ketuntasan belajar
minimum untuk materi ikatan kimia di SMAN 5 Banda Aceh yaitu > 70. Peserta didik
dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai >70. Menurut Sudijono,(2009) perhitungan
persentase ketuntasan hasil belajar, aktivitas dan tanggapan peserta didik sebagai berikut:
𝑓
𝑃= 𝑋 100%
𝑁
Keterangan:
P = Angka persentase
F = Jumlah peserta didik yang tuntas
N = Jumlah peserta didik yang diteliti

Data hasil pengamatan aktivitas peserta dan hasil belajar peserta didik selama kegiatan
pembelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Penilaian Hasil Belajar dan Aktivitas Peserta didik
No Tingkat Persentase Kategori
1 90-100 Sangat baik
2 70-90 Baik
3 40-70 Cukup
4 20-40 Tidak baik
5 0-20 Sangat tidak baik
(Sumber: Sudjiono, 2010)

87
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data hasil penelitian tentang penerapan model discovery learning pada materi
ikatan kimia di SMAN 5 Banda Aceh diperoleh hasil yang terdiri dari hasil belajar aspek
pengetahuan, aktivitas dan tanggapan peserta didik.

1. Pengetahuan Peserta Didik

Aspek pengetahuan peserta didik di ketahui dengan cara memberikan tes tulis. Soal tes
sebanyak 20 butir pilihan ganda. Selain itu, LKPD juga menjadi hal yang di nilai untuk
mengetahui aspek pengetahuan peserta didik. Sebelum dilakukan tes kepada peserta
didik, soal terlebih dahulu dilakukan uji secara kualitatif dan kuantitatif. hasil penilaian
pengetahuan diberikan soal tes berjumlah 20 soal pilihan ganda dan LKPD pada tiap
pertemuan. Nilai LKPD dalam tabel merupakan rata-rata dari tiga pertemuan. Nilai yang
diambil, kemudian dibagi persentasenya menjadi 70% untuk nilai tes dan 30% LKPD.
Setelah melalui proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan model discovery
learning di peroleh data sebesar 71.87% peserta didik mengalami ketuntasan dengan nilai
tertinggi 82.40 dan sebesar 28.13% tidak tuntas dengan nilai terendah 64.90. Secara
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang berlangsung memiliki ketuntasan dengan kategori
baik.

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar


Peserta Didik
80
70
60
Persentase

50 71.87
40
30
20
28.13
10
0
Tuntas Tidak Tuntas
Ketuntasan Belajar

Gambar 1. Grafik persentase ketuntasan belajar peserta didik di kelas X MIPA-2


SMA Negeri 5 Banda Aceh pada materi ikatan kimia dengan
menggunakan model discovery learning

Menurut Widyadnyana, dkk (2014) menyatakan dengan menggunakan model pembelajaran


discovery learning pemahaman konsep peserta didik dapat meningkat. Hal ini dapat
dipengaruhi dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga mendukung
pencapaian hasil belajar termasuk prestasi kognitif. Pengetahuan peserta didik dapat
meningkat seiring dengan kemauan dari dalam diri dalam belajar. Selain model
pembelajaran, ada faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik,
namun belum sepenuhnya diperhatikan oleh guru. Salah satunya yaitu kreativitas.

88
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

2. Aktivitas Peserta Didik


Aktivitas peserta didik selama mengikuti pelajaran diukur dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas. Sebanyak 2 orang yang menjadi observer yaitu 1 guru kimia di SMAN 5
Banda Aceh dan 1 mahasiswa kimia FKIP Unsyiah. Penerapan model discovery learning
pada materi ikatan kimia terdiri dari 3 pertemuan. Setiap pertemuan aktivitas peserta didik
di ukur dan lihat perkembangannya.

Rangkaian kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning dari 6 tahap.


Tahap pertama adalah stimulation (stimulasi) yang diawali dengan penyampaian indikator
dan tujuan pembelajaran. Pertemuan pertama, ditahap ini guru memberikan suatu
informasi yang berkaitan dengan materi ikatan kimia untuk memunculkan masalah dan
mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik dalam rangka memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam pemecahan masalah. Pada pertemuan pertama, peserta didik masih
mengalami belum mengalami dan beberapa peserta didik dapat mengemukakan
pendapatnya. Pertemuan kedua, peserta didik dilatih untuk mampu meng-hubungkan
informasi yang telah mereka dapat sebelumnya. Secara keseluruhan, pada tahap stimulasi
ini baik di pertemuan 1, pertemuan 2 dan pertemuan 3 sebagian dari kelompok peserta
didik sudah mampu mengajukan banyak gagasan dan pertanyaan. Tahap stimulasi ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga dapat
meningkatkan pemahaman konsep.

Tahapan kedua adalah identifikasi masalah (problem statement`) bertujuan untuk


memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi masalah dalam bentuk
rumusan masalah dan hipotesis. Pertemuan pertama peserta didik masih kesulitan dalam
merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis. Hal ini terlihat dari rumusan masalah
hipo-tesis yang diajukan dari beberapa kelompok yang tidak sesuai dengan informasi yang
disajikan dalam LKPD. Pertemuan kedua, peserta didik mulai dapat mengajukan rumusan
masalah dan hipotesis dengan benar namun masih ada beberapa kelompok yang kurang
sesuai dengan informasi dalam LKPD. Pertemuan ketiga peserta didik mampu membuat
rumusan masalah dan hipotesis dengan benar meskipun masih ada beberapa kelompok
yang masih salah.

Tahapan ketiga dalam model discovery learning adalah pengumpulan data (data collection)
dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan. Pertemuan
pertama, sebagian besar peserta didik antusias dalam mengumpulkan data untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang telah dibuat. Pertemuan kedua, peserta
didik mengalami penurunan aktivitas dalam mengumpulkan data, hal ini dikarenakan
indikator pembelajaran yang harus dicapai memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi
dibandingkan pertemuan pertama. Sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam
memahami data yang harus di kumpulkan. Namun, pada pertemuan ketiga peserta didik
kembali antusias karena sudah memahami materi dan langkah-langkah yang harus di
kerjakan dalam proses pengumpulan data.

Tahap keempat adalah pengolahan data (data processing) merupakan kegiatan memproses
data dan informasi yang telah di peroleh peserta didik melalui membaca buku, internet dan
berdiskusi kelompok. Pertemuan pertama , aktivitas peserta didik dalam setiap pertemuan
adalah sama. Hal ini menunjukan sikap kerja sama dan rasa ingin tahu dari peserta didik
dalam upaya menjawab permasalahan yang telah dibuatnya. Namun, beberapa peserta
didik kurang ikut berpatisipasi dalam mengolah data. Hal ini dikarenakan peserta didik
tersebut kurang motivasi dalam belajar kimia. Materi ikatan kimia merupakan materi yang

89
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

mengharuskan peserta didik memahami teori-teori yang ada. Sebagian besar indikator
pembelajaran yang harus di capai peserta didik adalah tentang pemahaman teori dan tidak
ada konsep perhitungan. Sehingga berdasarkan observasi, peserta didik yang tidak ikut
berpartisipasi adalah yang kurang berminat dalam hal menghafal teori.

Tahap kelima dari model discovery learning yairu pembuktian. Pembuktian (verification)
bertujuan untuk membuktikan benar atau tidaknya rumusan hipotesis yang telah mereka
buat, kemudian dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Berdasarkan pengamatan
observer dalam tiga pertemuan, tahap ini merupakan tahap yang memiliki aktivitas rendah.
Hal ini, dikarenakan dalam tahap ini peserta didik kurang memahami beberapa konsep
sehingga data yang telah di olah tidak di verifikasi dengan benar.

Tahap terakhir model discovery learning yaitu menarik kesimpulan (generalization). Tahap
ini peserta didik diminta untuk menarik kesimpulan dari pengetahuan yang diperolehnya
dan dapat dipertanggung jawabkan oleh peserta didik. Jawaban peserta didik atas
permasalahan sangat bervariasi sehingga guru menuntun peserta didik untuk menemukan
jawaban yang benar yang pada akhirnya didapatkan kesimpulan dari pemecahan masalah
tersebut. Melalui tahap ini peserta didik dilatih untuk dapat menghasilkan banyak gagasan
mereka atas suatu permasalahan yang terjadi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
belajarnya mengenai ikatan kimia.

Aktivitas Peserta Didik


76
75
74
Persentase

73 75

72
71 72
70 71
69
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Pertemuan

Gambar 2. Grafik Persentase Aktivitas Peserta didik di Kelas X MIPA-1 SMA 5


Banda Aceh pada Materi Ikatan Kimia dengan Menggunakan Model
Discovery Learning

Berdasarkan data hasil penelitian yang terdapat pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran discovery leanring keaktifan peserta didik
mengalami peningkatan. Pada pertemuan I dapat dilihat bahwa nilai aktifitas peserta didik
adalah 72%, pada pertemuan II menurun menjadi 71%, pertemuan III meningkat sebesar
75%. Meningkatnya aktifitas peserta didik ini ditandai dengan bertambahnya jumlah
peserta didik yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, serta jumlah peserta didik

90
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

yang berinteraksi dalam membahas penyelesaian masalah yang telah diberikan.


Peningkatan keaktivan peserta didik pada tiap pertemuan dikarenakan peserta didik mulai
mengetahui model discovery yang diterapkan oleh guru pada proses pembelajaran sehingga
peserta didik bisa menerapkannya secara langsung.

3. Tanggapan Peserta Didik

Tanggapan peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning pada
materi ikatan kimia dapat diketahui dari hasil data angket yang diisi oleh peserta didik. Data
dari hasil analisis jawaban angket peserta didik terhadap pembelajaran discovery learning.
Pertanyaan yang terdapat dalam angket sebanyak 6.

Tabel 2. Data Hasil Tanggapan Peserta Didik Terhadap Penerapan Model Discovery
Learning Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh pada Materi Ikatan Kimia
Jawaban Persentase (%)
No Pertanyaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah anda lebih menyukai 32 0 100 0
model discovery learning
dibandingkan dengan model
pembelajaran sebelumnya?
2 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
discovery learning ini dapat
membuat suasana belajar lebih
menyenangkan?
3 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
discovery learning dapat
membuat materi ikatan kimia
menjadi lebih mudah untuk
dipahami?
4 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
discovery learning ini dapat
membuat anda lebih
termotivasi dalam belajar?
5 Apakah penerapan model 32 0 100 0
discovery learning dapat
membuat anda lebih mudah
berinteraksi dengan teman?
6 Apakah penggunaan model 32 0 100 0
pembelajaran discovery
learning dapat meningkatkan
minat belajar anda?
Persentase Rata-Rata (%) 100 0

Berdasarkan hasil tanggapan peserta didik pada Tabel 1, menunjukkan bahwa


persentase rata-rata angket tanggapan adalah 100% dengan kategori sangat baik. Menurut
Widyadnyana, dkk., (2014) hasil dari angket yang telah diberikan pada peserta didik
memberikan respon positif terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
melalui pendekatan keterampilan proses dengan model discovery learning. Angket ini berisi
tanggapan peserta didik dimana peserta didik langsung menceklis pada jawaban yang
91
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

sesuai dengan hal-hal yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap peenerapan model discovery


learning pada materi ikatan kimia dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Hasil belajar aspek pengetahuan peserta didik melalui penerapan model discovery
learning pada materi ikatan kimia diketahui memperoleh ketuntasan klasikal.
Ketuntasan klasikal merupakan capaian hasil belajar aspek pengetahuan peserta didik
secara menyeluruh yaitu dengan persentase 71,87%.
2) Aktivitas peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
pada materi ikatan kimia sebesar 72% pada pertemuan I, 71% pada pertemuan II dan
75% pada pertemuan III. Aktivitas peserta didik dengan menerapkan model discovery
learning mengalami penurunan pada pertemuan II dan kembali meningkat pada
pertemuan III.
3) Tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran discovery learning yaitu sebesar
100% dengan kategori sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning pada materi ikatan kimia dapat memotivasi peserta
didik mengikuti pembelajaran.
Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model


pembelajaran discovery learning maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1) Diharapkan model discovery learning dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi
peneliti ketika kelak menjadi guru agar dapat diaplikasikan pada berbagai materi kimia
lainnya yang dianggap sesuai.
2) Perlu adanya pengaturan waktu yang lebih efektif dan efesien terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning agar peserta didik benar-
benar dapat memanfaatkan waktu untuk berdiskusi dan memahami materi yang
dipelajari.

Referensi

Anitah, S. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Bangsa.

Hanafiah, N., dan Cucu, S. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Efika
Aditama.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: PT. Ghalia Indonesia.

Istiana, G.A., Catur, A.N.S., dan Sukardjo, J.S. 2015. Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan
Larutan Penyangga Pada Siswa Kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Ngemplak
Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, 4(2): 65-73.
Kurnianto, H., Masykuri, M., dan Yamtinah, S. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Disertai Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Terhadap Prestasi Belajar

92
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93)

Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia, 5(1): 32-40.

Malik, M. S dan Robert, B. 2001. Discovery Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Prestasi Belajar Siswa. Ju, 2: 1-9.

Maryani, D., Fadiawati, rnal Kimia N., dan Kadaritna, N. 2012. Kegunaan Model Discovery
Learning pada Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Lancar. Jurnal Pendidikan Kimia, 1: 1-14.

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhayati, S., Pambudi, D. S., dan Trapsilasiwi, D. 2014. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Garis-garis pada Segitiga Melalui
Pendekatan Keterampilan Proses Berdasarkan Metode Discovery Learning di Kelas VIII
SMP. Jurnal Pancaran, 3(2): 83-92.

93

Anda mungkin juga menyukai